Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
orang yang memegang kendali at as orang lain t ersebut , baik yang dilakukan di dalam negara maupun ant ar negara, unt uk t uj uan eksploit asi at au
mengakibat kan orang t ereksploit asi UU RI No 21 Tahun 2007. e Korban adalah: Seseorang yang mengalami penderit aan psikis, ment al, fisik,
seksual, ekonomi dan at au sosial , yang diakibat kan t indak pidana perdagangan orang.
f Anak adalah: Seseorang yang bel um berusia 18 t ahun delapan belas t ahun t ermasuk anak yang masih dalam kandungan.
g Perempuan adalah: Orang yang mempunyai alat kelamin perempuan, dapat mengalami menst ruasi, hamil, melahirkan anak, menyusui, dan t ermasuk
orang yang t elah mendapat st at us hukum sebagai perempuan. h Drop in Cent er DIC adalah: Unit pelayanan perlindungan pert ama yang
bersifat responsif dan segera bagi perempuan dan anak yang mengalami t indak kekerasan dan t rafiking, at au yang membut uhkan perlindungan khusus.
i Shel t er adalah: Unit pelayanan perlindungan lanj ut an dari Drop in Cent er yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihan, rehabilit asi, advokasi
dan reunifikasi bagi anak dan perempuan yang membut uhkan perlindungan khusus, agar perempuan dan anak dapat t umbuh kembang secara waj ar.
2.4. 2 Tinjauan Fungsi
Menurut Perat uran Pemerint ah Republik Indonesia No.9 Tahun 2008, yang dimaksud dengan Pelayanan Terpadu adalah serangkaian kegiat an unt uk melakukan
perlindungan bagi saksi dan at au korban t indak pidana perdagangan orang yang dilaksanakan secara
bersama-sama oleh inst ansi at au lembaga t erkait sebagai sat u kesat uan penyelenggaraan rehabilit asi kesehat an, rehabilit asi sosial, pemulangan, reint egrasi
sosial, dan bant uan hukum bagi saksi dan at au korban t indak pidana perdagangan orang.
Berdasarkan SOP yang dikeluarkan oleh pemerint ah daerah Sumat era Ut ara t ahun 2008, adapun fungsi pelayanan Pusat Terpadu Perempuan dan Anak ini adalah
: a. Pemberian upaya penyelamat an segera bagi korban perdagangan orang dalam
bent uk invest igasi, penj emput an, pelaporan dan konseling. b. Pemulihan kondisi ment al korban akibat t ekanan dan t rauma recovery.
c. Pembelaan t erhadap proses penyelesaian kasus yang dihadapi korban baik secara kekeluargaan ADR maupun hukum.
d. Pengembalian korban kepada keluarga, pant i, keluarga penggant i dan lingkungan sosial sesuai dengan sit uasi dan kondisi korban.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Prinsip-prinsip pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini ant ara lain pelayanan yang diberikan bagi korban perdagangan Traf iking
perempuan dan anak berdasarkan pada prinsip-prinsip konvensi t ent ang penghapusan diskriminasi t erhadap perempuan CEDAW dan Konvensi Hak-hak Anak
KHA diant aranya:
1. Prinsip Non Diskriminasi a. Set iap korban berhak memperoleh pelayanan secara manusiawi dan adil
t anpa membeda-bedakan agama, suku, kebangsaan dan st at us sosial budaya lainnya.
b. Menghargai korban sebagai manusia seut uhnya yang memiliki hak dan kewaj iban yang sama.
c. Menerima keberadaan korban apa adanya sebagai individu yang mempunyai harga diri, pot ensi, kelebihan dan kemampuan sert a
mempunyai sikap empat i. d. Menghadapi korban sebagai individu yang bebeda dengan yang
lainnya unik dari segi pot ensi, bakat , minat , ciri-ciri, lat ar belakang, kondisinya saat ini, cit a-cit a dan harapan masa depannya.
2. Prinsip Kepent ingan Terbaik Bagi Korban a. Mengupayakan semua kebij akan, kegiat an dan dukungan dari berbagai
pihak unt uk membant u korban. b. Mengupayakan
perlindungan t erbaik bagi korban unt uk dapat mengembangkan pot ensi, harga diri dan penguat an kepada korban agar
korban dapat berint egrasi dan mandiri.
3. Prinsip Menghormat i Pandangan Korban a. Pandangan korban perl u didengar, diperhat ikan dalam set iap proses
pelayanan. b. Memot ifasi dan melibat kan korban unt uk berpart isipasi dalam set iap
kegiat an, dan melibat kan korban unt uk dapat memecahkan masalah yang korban hadapi secara mandiri.
c. Menghormat i hak korban unt uk menent ukan keput usannya bagi dirinya sendiri.
d. Menumbuhkan dan memelihara, komunikasi yang ef ekt if dengan korban.
4. Prinsip Kerahasiaan Korban
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Menj aga kerahasiaan korban dengan cara menyimpan dokument asi korban dengan baik dan t idak boleh menginformasikan t ent ang korban kecuali unt uk
kepent ingan korban.
Prinsip-prinsip yang t erkandung dalam kaidah koordinasi penanganan korban perdagangan Tr af iki ng adalah:
a. Prinsip part isipasi akt if at au kemit raan. b. Kolaborasi.
c. Mengikat semua unsur lembaga t erkait at au st akehol der dalam implement asinya.
Prinsip part isipasi akt if masyarakat dan kolaborasi, ini merupakan prinsip yang dikenal dalam t at a pemerint ahan yang baik Good Governance, dimana set iap
komponen masyarakat organisasi masyarakat sipil dan aparat pemerint ah sendiri, t erlibat dalam proses penyusunan kebij akan publik. Dengan adanya part isipasi akt if
masyarakat ini maka diharapkan akan muncul pengawasan langsung oleh masyarakat t erhadap set iap bent uk upaya penanggulangan perdagangan orang Traf iki ng
perempuan dan anak.
Prinsip part isipasi masyarakat ini sebenarnya sudah t ercant um dalam berbagai kebij akan publik di t ingkat nasional, sepert i UU RI No. 23 Tahun 2002 t ent ang
Perlindungan Anak, UU RI No. 20 t ahun 2003 t ent ang Sist em Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, Undang-
Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 t ent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sert a Keput usan Presiden No. 88 t ahun 2002 t ent ang RAN P3A. Dalam
Keput usan Presiden 88 t ahun 2002 ini t elah dicant umkan dengan eksplisit perlunya part isipasi akt if masyarakat ini.
Sedangkan Prinsip mengikat semua unsur lembaga t erkait at au st akeholder, ini merupakan sebuah harapan bagi munculnya kesadaran, kemauan dan konsist ensi
baik secara hukum, sosial dan polit is unt uk memaksimalkan t ugas, fungsi dan peran t upoksi set iap st akeholder yang ada. Sehingga penanganan korban perdagangan
Traf iki ng perempuan dan anak akan t erus berlangsung secara simult an.
Sist em Pelayanan Korban Perdagangan Orang Traf iki ng Perempuan Dan Anak t erbagi dalam dua bagian yang saling berhubungan. Pelayanan pert ama adalah Drop
in Cent er DIC dan j ika diperlukan dit eruskan kepada Rumah Perlindungan SHELTER sebagai Pelayanan Kedua.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
1. Tahap Kasus
Informasi t ent ang t elah t erj adinya suat u kasus kekerasan Trafiking dapat diperoleh dari korban sendiri, keluarga korban, masyarakat , media baik
cet ak maupun elekt ronik, Rumah Sakit , Puskesmas, Kepolisian, LSM dan lain-lain. Dalam hal dit emukannya suat u kasus t indak kekerasan
perdagangan perempuan dan anak, maka kasus t ersebut dapat dibagi dalam 3 kat egori yait u:
a. Kasus yang dit angani Art inya korban dan keluarga korban bersedia melaporkan pelaku
kekerasan Trafiking kepada pihak Kepolisian unt uk dit eruskan proses penunt ut an secara hukum. Dalam hal lain, kemungkinan yang sering
t erj adi adalah pet ugas kesehat an medis merupakan pihak yang pert ama sekali dit emui oleh korban kekerasan unt uk mendapat
pert olongan medis, sehingga perlu peran akt if dari para medis dan psikologis dalam membant u korban kekerasan, t erut ama agar korban
lebih t erbuka dalam mengungkapkan persoalan yang diderit a korban at au memberikan cat at an medis t ahap awal mengenai kasus yang
dit emuinya. b. Kasus yang t idak t ert angani.
Dalam hal ini ada beberapa f akt or yang menyebabkan suat u kasus t idak dapat dit angani at au dihent ikannya proses penyidikan, diant aranya :
1 Pelaku t raf icker t elah melarikan diri at au t idak diket ahui lagi alamat nya dengan j elas.
2 Melewat i bat as negara, misalnya korban yang dij ual ke Malaysia, maka aparat penegak hukum di Indonesia akan sulit unt uk
menj angkau pelaku kekerasan–Trafiking lain dalam hal ini mucikari at au agency yang ada di luar negeri.
3 Kurangnya alat bukt i dan saksi yang dapat mendukung laporan pengaduan korban kekerasan–Trafiking.
c. Kasus yang t idak mau dit angani. Adakalanya suat u kasus t indak kekerasan Trafiking perempuan dan
anak, si korban at aupun keluarga korban t idak mau melaporkan kasusnya ke pihak kepolisian at aupun memint a pihak kepolisian unt uk
t idak meneruskan proses hukum. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal diant aranya ket ergant ungan korban at au keluarga korban secara
ekonomi t erhadap pelaku. Ada rasa ket akut an dari korban keluarga bila pelaku dit unt ut secara hukum, maka sumber mat a pencaharian