Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

OLEH:

Nama : Muhammad Iqbal NIM : 062600010

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Bismillahirrahmannirrahim

Segala rasa cinta dan kasih sayang Ku persembahkan kepada

Ayahanda Muhammad Nur ( almarhum ) Dan

Ibunda Salmaniah

Dan Juga Untuk :

( keLuargaKu ) misik aisyaH, om amRi, taNte adek, tante iyaHom Ramli, taNte Rizat, micEk Rose,

Ayahcek aLwi, micek itA, om BuchaRi,Tante saNti, adeK2 spupuKu( liza, laiLa,intaN,aNdra,fadLan,naBiL..)

temaN2ku : wak teMbunG, wak Riza, fitRah udunK,

kanjeng mayaYayuk, wak ida, pakpak,iyaN, edi N’ Yudhi( kapan Qt kmana..)

speciaL buat Iqbal kaseLa teLah banyaK membantu meNyeLesaikan laporaN ini ( makasih tmaN ) geNk gegeK ( bg fauzi, wawaN, saLimin, aNto,dedi,


(3)

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridhoNya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.

Saya menyadari bahwa masih adanya kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi teknik penulisan disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Atas dasar itulah saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa akan datang.

Selama masa penulisan laporan ini saya mendapartkan banyak dorongan, bimbingan baik moril dan materil untuk itu saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nst. MA, selaku dekan fakultas Ilmu sosial politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst. Msi, selaku ketua Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan selama penulisan laporan.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku sekretaris diploma III Administrasi perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Politik


(4)

4. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yanfg telah memberikan izin dalam hal pengambilan data Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 5. Bapak H. Eddy Rosdianto, S.Sos yang telah memberikan izin Riset

6. Bapak Drs. Nawawi selaku supervisor di Subdis penagihan pada Dinas Pendapatan daerah kota Medan

7. Para pegawai dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

8. Untuk teman – teman angkatan 2006 kelas A, B, C serta junior dan Senior Administrasi Perpajakan.

Medan, September 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI……….. ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri……….… 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri……….… 3

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri……….... 5

D. Metoda Praktik Kerja Lapangan Mandiri…..………..…. 5

E. Teknik Pengumpulan Data PKLM…………..……….… 6

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……….………..….. 7

BAB II GAMBARAN UMUM DISPENDA KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dispenda Kota Medan………..……….…. 9

B. Struktur Organisasi Dispenda Kota Medan…….……….…11

C. Uraian Pokok Tugas dan Fungsi Dispenda Kota Medan……..…13

D. Tata Kerja Dispenda Kota Medan……….….. 15

E. Gambaran Umum Pegawai Dispenda Kota Medan………. 27

BAB III GAMBARAN DATA PKLM A. Defenisi Pajak………..… 31

B. Defenisi Pajak Daerah………..…… 31


(6)

D. Dasar Hukum……….….. 32

E. Subjek dan Objek Pajak Hiburan……… 32

F. Cara Perhitungan Pajak Hiburan………. 33

G. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak…………... 35

H. Pengelolaan Pemungutan Pajak Hiburan………...…. 36

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Target, Realisasi dan Kontribusi Pajak Hiburan…………..… 41

B. Permasalahan yang dihadapi Dispenda Kota Medan……..…. 47

C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Dispenda Kota Medan…....… 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Berbicara mengenai pajak seringkali membuat kita resah dan protes dalam batin. Dengan enggan kita mengikuti aturan perpajakan yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan ada yang merasakan pajak sebagai beban hidup sehingga perlu untuk menghindarinya, padahal sesungguhnya, pajak adalah ungkapan rasa terima kasih masyarakat pada pemerintah yang telah menghidupi, menyediakan, dan menumbuhkembangkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh seluruh warga.Pemungutan pajak seharusnya dipandang sebagai hal yang positif dan wajar, yakni untuk kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Semangat otonomi daerah ternyata telah sampai pada kebijakan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Dengan harapan agar setiap daerah dapat mengembangkan potensi dan kemampuan daerah masing-masing demi pembangunan dan kemajuan daerah, pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan dalam hal menetapkan kebijakan pajak daerah sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar bagi daerah dalam pembangunan daerah. Dalam hal ini, mengacu pada Undang-undang Nomor 65 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 66 Tahun 2001, Pemerintah pusat telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan perpajakan daerah dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.


(8)

Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah seperti yang dikatakan oleh Marihot P. Siahaan (1995;2) tidak terlepas dari pemberlakuan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, dimana undang-undang ini lahir sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang berlangsung di Indonesia yang dulu banyak mengalami kendala dan hambatan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 1 angka 6 kita dapat mengetahui bahwa pengertian pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah pada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Salah satu jenis pajak daerah yang saat ini dianggap mempunyai kontibusi yang amat besar dalam hal pemasukan keuangan daerah adalah pajak hiburan. Hal ini dikarenakan bahwa di Indonesia, khususnya di Kota Medan, industri hiburan sedang bertumbuh dengan cepatnya. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan hiburan membuat perkembangan industri hiburan pun berkembang dengan amat signifikan. Hal ini tentunya mempengaruhi sektor perpajakan diamana dalam hal ini diharapkan dengan semakin bertumbuhnya sektor hiburan ini maka penerimaan pemerintah daerah melalui pajak hiburan akan meningkat pula.


(9)

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin mengetahui seberapa besar target dan realisasi penerimaan pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, terkhususnya di Kota Medan. Oleh sebab itu, penulis mengambil judul “ TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN “. Yang nantinya menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM 1. Tujuan PKLM

Tujuan daripada pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini diantaranya adalah :

a) Untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai potensi pajak hiburan yang ada pada suatu daerah terkhusunya di Kota Medan.

b) Untuk mengetahui target dan realisasi penerimaan yang telah atau yang akan dicapai oleh dinas pendapatan daerah Kota Medan melalui pajak hiburan. c) Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan

pemungutan pajak hiburan pada dinas pendapatan daerah Kota Medan,serta upaya menanggulanginya.


(10)

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa :

1. Penerapan teori dan ilmu yang sudah diproleh dan menuangkannya kedalam penyelesaian masalah yang timbul selama melakukan PKLM pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

3. Menumbuhkan semangat profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan.

b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan :

1. Untuk meningkatkan kualitas generasi muda melalui PKLM

2. Untuk menciptakan hubungan baik antara instansi pemerintahan dalam hal ini dinas pendapatan kota Medan dengan pihak program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Mempromosikan citra aparat pajak yang baik kepada masyarakat. c. Bagi Universitas :

1. Membuka interaksi antara mahasiswa dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa melalui PKLM.

2. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya universitas sumatera utara dengan persepsi umum.


(11)

d. Bagi masyarakat :

1. Agar masyarakat khususnya wajib pajak mengerti dan memahami pentingnya pajak hiburan sebagai salah satu sumber pemasukan keuangan daerah.

2. Pentingnya penerimaan pajak bagi negara untuk melaksanakan pembangunan.

C. Ruang Lingkup PKLM

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan bahwa ruang lingkup yang dihadapi antara lain :

1. Potensi penerimaan pajak hiburan dalam meningkatkan sumber negara pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Realisasi penerimaan pajak hiburan dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakukan dalam hal menggali potensi perpajakan yang ada di Kota Medan Tahun Anggaran 2005-2008.

D. Metode PKLM

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai, maka metode yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini, penulis akan melakukan beberapa persiapan dimulai dengan penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk membuata proposal, konsultasi dengan pihak dosen pengajar dan sebagainya.


(12)

b. Studi Kepustakaan

Penulis akan mencari berbagai sumber bacaan seperti buku, peraturan perundang-undangan, maupun literatur yang berhubungan dengan pajak hiburan.

c. Observasi Lapangan

Penulis akan melakukan observasi lapangan di kantor dinas pendapatan daerah Kota Medan. Dalam observasi ini penulis akan menyiapkan surat pengantar untuk melakukan PKLM serta akan melakukan pengamatan tentang data yang akan diminta.

d. Pengumpulan Data

Data dapat dikelompokan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan narasumber, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumentasi.

e. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap, maka penulis akan melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan keterangan mengenai target dan realisasi pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah di Kota Medan.

E. Teknik Pengumpulan Data PKLM

Untuk mendukung metode tersebut, penulis juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :


(13)

1. Wawancara

Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan langsung pada pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan lapotan ini.

2. Observasi

Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung ats kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap tiap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Dokuntasi

Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan objek PKLM berupa lampiran-lampiran seperti lampiran struktu organisasi.

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun sistematika penulisan yang akan digunakan dalm tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan ini terdiri dari :Latar belakang PKLM, ruang Lingkup PKLM, Tujuan dan Manfaat PKLM, Metode PKLM ( yang terdiri dari tahap persiapan, studi literatur, observasi lapangan, pengumpulan data, dan analisa data serta evaluasi pengumpulan data).


(14)

BAB II : Gambaran Umum Lokasi PKLM

Berisikan tentang sejarah singkat kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Struktu organisasi serta serata tugas dan fungsi organisasi.

BAB III : Gambaran Data tentang Pajak Hiburan

Bab ini berisikan tentang ketentuan-ketentuan objek dan subjek pajak hiburan, cara perhitungan serta pendaftaran, pendataan dan penilaian pajak hiburan.

BAB IV : Analisa dan Evaluasi Data

Membahs peranan pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan daerah dalam hal mengisi keuangan daerah yang terdiri dari potensi pajak hiburan dikota Medan, Target dan Realisasi penerimaan pajak hiburan di Kota Medan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam menggali potensi pajak hiburan di Kota Medan dan yang terakhir adalah kendala-kendala dalam pencapaian target serta upaya mengatasinya. BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yaitu menguraikan secara garis besar pembahasan masalah mengenai target dan realisasi penerimaan pajak hiburan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah kota Medan, sertaberisikan saran-saran dari penulis dalam rangka memberikan masukan bagi instansi yang terkait dalam rangka pengambilan kebijakan atau keputusan.


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelola bidang Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Pada Sub Bagian ini tidak terdapat lagi Sub Seksi, karena pada saat itu Wajib Pajak/Wajib Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum terlalu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian Keuangan tersebut diubah menjadi Bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak/wajib retribusi daerah Kota Medan.

Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan berdasarkan PERDA No. 12 Tahun 1978, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi Administrasi Dinas Pendapatan Daerah. Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan Penerimaan Dalam Negeri ini erat hubungannya dengan penerimaan pendapatan daerah melalui sub sektor perpajakan, retribusi


(16)

daerah, pendapatan daerah lainnya serta peningkatan pemungutan pajak hiburan yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah.

Meningkatnya pendapatan daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara kebijaksanaanya menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) dimaksud. Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu dirubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir di bidang perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksud dituangkan di dalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang sistem dan prosedur perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya serta pemungutan pajak hiburan di seluruh Indonesia.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang Pelaksanaan Keputusan Menteri dalam Negeri No. 973/442 Tahun1988. 3. Surat Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988, tentang


(17)

Penyempurnaan sistem dan prosedur perajakan dan organisasi Pendapatan Daerah Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap dan penyempurnaan ini merupakan tahap awal untuk Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan secara efektif. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang terakhir dirubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA No. 16 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dispenda Kota Medan

Berdasarkan keputusan Walikota Medan No. 25 Tahun 2002 Pasal 5, susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan


(18)

3. Sub Dinas Program terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan pendaftaran

b. Seksi Penagihan

c. Seksi Bagi Hasil Pendapatan

d. Seksi Pengembangan Pendapatan Daerah

4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pemeriksaan

5. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Retribusi dan Pemindahbukuan d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan

6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penata Usaha dan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain b. Seksi Penerimaan lain-lain


(19)

c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-lain d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga 7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Bukan Pajak b. Seksi Bagi Hasil Pajak

c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan 8. Kelompok Jabatan Fungsional

9. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No. 25 tahun 2002 tentang tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Dearah Kota Medan, maka :

a. Daerah adalah kota Medan

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah kota Medan

c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan

d. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan

e. Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat kota Medan

f. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah


(20)

dalam penyelenggaraan pemerintah yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah.

g. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah kota Medan

h. Sekretaris adalah sekretaris daerah kota Medan

i. Dinas Daerah adalah dinas daerah kota Medan sebagai unsur pelaksana Pemerintah kota Medan

j. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah kota Medan

k. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah kota Medan

l. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan keahliannya dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Dinas Pendapatan adalah pelaksana Pemerintah daerah kota Medan dengan bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.


(21)

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan Daerah mempunyai fungsi :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.

2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah, dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan pajak bumi dan bangunan.

3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.

4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya serta pajak bumi dan bangunan.

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

D. Tata Kerja

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha di pimpin oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas


(22)

pokok dinas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perumahtanggaan, dan urusan umum lainnya. Bagian tata usaha mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan laporan keuangan

d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian

e. Mengelola urusan perlengkapan kerumagtanggaan dan pengadaaan barang dinas

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian tata usaha terdiri dari :

1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

2. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan administrasi di bidang kepegawaian.

3. Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan perumahtanggaan dan pengadaan barang.


(23)

4. Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat menyurat serta urusan umum lainnya.

Setiap sub bagian di pimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan tugas dinas di bidang penyusunan program.

Sub Dinas Program mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Mengumpulkan bahan dan dana untuk penyusunan program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah

c. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang

d. Menyusun penerimaan Pendapatan Daerah, merencanakan sistem dan prosedur kerja

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah

f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah


(24)

g. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah

h. Mengkaji data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah

i. Melaksanakan tukar menukar informasi tentang target dan realisasi penerimaan daerah dengan daerah lainnya

j. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan Kepala Daerah tentang Pajak Daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah

l. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Program terdiri dari :

1. Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program jangka pendek, menengah dan panjang.

2. Seksi Pemantauan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pemungutan pendapata daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan daerah.


(25)

3. Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah, keputusan Kepala Daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah, menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah, mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub Dinas pendataan dan penetapan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak

c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait

d. Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya


(26)

e. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari beberapa seksi, yaitu :

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimapan, mendistribusikan, memberikan nomor pokok wajib pajak/retribusi daerah dan menyusun daftar induk wajib pajak/retribusi daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, tugasnya adalah melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data kedalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian pula sebaliknya.

3. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksankan perhitungan penetapan pokok pajak daerah atau pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk


(27)

perhitungan denda dan sanksi lainya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran dan penyetoran atas permohonan wajib pajak.

4. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan objek pajak/retribusi, menata usahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak/retribusi serta mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data Informasi.

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan, dan perhitungan restitusi, pemindahbukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah lainnya.

Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pembukuan dan vertifikasi atas pajak daerah, rertibusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya


(28)

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Melaksanakan keputusan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

Sub Dinas Penagihan dibagi kedalam beberapa seksi, yaitu :

1. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan vertifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan vertifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pemungutan benda berharga kedalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daaerah lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta sisi persediaan benda berharga secara berkala.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah, retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.


(29)

3. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak daerah, retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan.

4. Seksi Pertimbangan dan Kebertan mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak dan wajib retribusi serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas kebertan tersebut.

5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas, dalam tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Sub dinas retribusi dan pendapatan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain.

Dinas Retrbusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kerja

b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain

c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat


(30)

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain

e. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berhaarga

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugasnya Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain dibantu oleh beberapa orang Kepala Seksi.

Setiap seksi Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas :

1. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan Lain-lain, tugasnya melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain.

2. Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik dari pemerintah, wakil pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

3. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan hasil pengelolaan kekeayaan daerah yang dipisahkan.


(31)

4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga mempunyai tugas pembukuan surat-surat berharga.

6. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan

Sub Dinas Bagi Hasil dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas, dalam tugasnya berda dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kerja

b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak

c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak

d. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)

e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang bagi hasil pendapatan.

Untuk melaksanakan tugasnya Kepala Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dibantu oleh beberapa orang Kepala Seksi.


(32)

Setiap seksi Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas :

1. Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan bangunan dan menata usahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak.

2. Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan penagihan PBB, melaksanakan penghitungan penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainya serta membantu menyampaikan Surat Pemberaitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada wajib pajak.

3. Seksi bagi hasil bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.

4. Seksi peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.


(33)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sebagai gambaran umum mengenai pegawai yang ada pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :


(34)

Tabel 2.1

Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan TAHUN 2009

No Bagian / Subdis Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Bagian Tata Usaha 22 Orang

3 Sub Dinas Program 11 Orang

4 Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan 53 orang

5 Sub Dinas Penagihan 29 orang

6 Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain 21 orang 7 Sub Dinas Bagi HAsil Pendapatan 66 orang

8 Bagian Pemegang Kas 22 orang

9 Bagian Pemegang Barang Berharga 6 orang

10 Bagian Pemegang Barang 5 orang

11 Bagian Swakekola 80 orang

Jumlah PNS dan Swakelola 316 orang Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2009

Keterangan :

Pegawai Negeri Sipil : 236 Orang Pegawai Swakelola : 80 Orang TNI Yang dikaryakan 1 Orang __________


(35)

Dari tabel di atas dapat diuraikan bahwa kantor Dinas Pendapatan Daerah mempunyai komposisi pegawai sebagai berikut :

Satu orang Kepala Dinas, 22 orang Bagian Tata usaha, 11 orang Sub Dinas Program, 53 orang Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan Lain-lain, 29 orang Sub Dinas Penagihan, 21 orang Sub Dinas Retribusi dan pendapatan lain-lain, 66 orang Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan, 22 orang Bagian Pemegang Kas, 6 orang bagian Pemegang Barang Berharga, 5 orang Bagian Pemegang Barang, 80 orang bagian Swakekola, dan fungsi 1 orang TNI yang dikaryakan untuk membantu dalam penagihan pajak oleh wajib pajak.


(36)

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Golongan Jumlah

Golongan IV/c 1 orang Golongan IV/b 4 orang Golongan IV/a 5 orang Golongan III/d 35 orang Golongan III/c 25 orang Golongan III/b 78 orang Golongan III/a 39 orang Golongan II/d 21 orang Golongan II/c 17 orang Golongan II/b 3 orang Golongan II/a 8 orang

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2009

Dari tabel di atas dapat diuraikan bahwa Kantor Dinas Pendapatan Daerah mempunyai jumlah pegawai berdasarkan golongan sebagai berikut :

1 Golongan IV/c, 4 orang Golongan IV/b, 5 orang Golongan IV/a, 35 orang Golongan III/d, 25 orang Golongan III/c, 78 orang Golongan III/b, 39 orang Golongan III/a, 21 orang Golongan II/d, 17 orang Golongan II/c, 3 orang Golongan II/b, 8 orang Golongan II/a.


(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Defenisi Pajak

Defenisi Pajak menurut Rachmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Suandy, 2005 : 11)

Menurut beliau pajak juga memiliki dua fungsi, yaitu : 1. Fungsi Budgeter

Pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke kas negara yang digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran negara.

2. Fungsi Reguler

Pajak yang dilakukan untuk kebijaksanaan negara dalam lapangan ekonomi, sosial atau menentukan politik perekonomian dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu yamg letaknya diluar bidang keuangan.

B. Defenisi Pajak Daerah

Defenisi Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan


(38)

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

C. Defenisi Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang ditonton atau dinikmati dengan dipungut bayaran. Sedangkan hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran.

D. Dasar Hukum

Pemungutan Pajak Hiburan didasarkan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan.

E. Subjek dan Objek Pajak Hiburan 1. Subjek Pajak Hiburan

Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan/atau menikmati hiburan, sedangkan wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Penyelenggara hiburan adalah orang atau badan yang bertindak baik untuk atas namanya sendiri atau untuk atas pihak lain yang


(39)

menjadi tanggungannya menyelenggarakan suatu hiburan. Sedangkan penonton adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat, mendengarkan, menikmati atau mempergunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan kecuali arti, karyawan, dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan.

2. Objek Pajak Hiburan

Objek dari Pajak Hiburan adalah hiburan, yang dapat berupa tontonan film, kesenian, pagelaran musik/tari, diskotik, karaoke, klab malam, permainan billiard, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, dan pertandingan olah raga.

Pengecualian Pajak Hiburan

Objek Pajak Hiburan dikecualikan terhadap penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adapt atau kegiatan keagamaan.

F. Cara Perhitungan Pajak Hiburan 1. Tarif Pajak

Tarif pajak yang dikenakan atas pajak hiburan ditetapkan berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 menetapkan tarif pajak hiburan untuk Pajak Tontonan Bioskop adalah 30%.


(40)

Dan untuk pajak hiburan Insidentil dibagi lagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, pertunjukan sirkus, pameran seni :

1. Diruangan memakai AC dipungut pajak sebesar 15% dari HTM. 2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 10% dari HTM. b. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan musik dan tari :

1. Diruangan memakai AC dipungut pajak sebesar 25% dari HTM 2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak sebesar 20% dari HTM c. Untuk diskotik, bar, karaoke, klab malam dan sejenisnya ditetapkan sebesar

30% dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau menikmati hiburan diluar harga makanan/minuman yang telah dikenakan pajak hotel dan atau pajak hiburan.

2. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan. Pengertian yang seharusnya dibayar termasuk pemberian potongan harga dan tiket cuma-cuma.

3. Perhitungan Pajak HIburan

Besarnya Pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan Pajak Hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut :


(41)

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

G. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak Dan Wilayah Pemungutan Pajak Hiburan.

Pada pajak hiburan, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Dalam pengertian masa pajak bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim, kecuali apabila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. Pajak yang terutang merupakan Pajak Hiburan yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat. Saat terutang pajak dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan hiburan. Jika pembayaran diterima penyelenggara hiburan sebelum hiburan diselenggarakan, pajak hiburan terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran.

Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten/Kota tempat hiburan diselenggarakan. Hal ini terkait dengan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang hanya terbatas atas setiap tempat pajak hiburan yang berlokasi dan terdaftar dalam lingkup wilayah administrasi.


(42)

H. Pengelolaan Pemungutan Pajak Hiburan

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 menyatakan :

“ Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran”.

Dalam memori penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU No. 34 Tahun 2000 tentang jenis-jenis pajak kabupaten/kota ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat tidak melakukan pungutan terhadap salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak didaerah tersebut dipandang kurang memadai.

Pemungutan pajak hiburan tidak dapat diborongkan dan dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pemungutan pajak hiburan berdasarkan penetapan yang dilaksanakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau Dokumen Lain yang dipersamakan. Sedangkan pembayaran pajak hiburan yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. Terhadap wajib pajak tersebut dapat diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding sebagai dasar pemungutan dan Penyetoran pajak.


(43)

Pemungutan pajak hiburan dilakukan untuk dua jenis penyelenggaraan hiburan, yaitu : jenis penyelenggaraan hiburan bioskop dan hiburan insidentil.

Mekanisme pemungutan Pajak Hiburan dapat digambarkan dan dilihat pada bagan berikut ini :

Gambar 3.1: Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2009

Dalam bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa :

Dalam Tata cara Perforasi Karcis/Tanda Masuk s/d Penyetoran Pajak Hiburan, antara Pajak Hiburan Bioskop dengan Pajak Hiburan Insidentil adalah sama.

Pemeriksaan WP

(Penyelenggara)

Insidentil Bioskop

Jaminan PDm Cetak/Stock

Sistem

PDm Legalisasi

Realisasi Pembayaran


(44)

Tata caranya sebagai berikut :

1. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Permohonan Perforasi Karcis kepada Kadispenda Kota Medan

2. Subdis Datap (Sie Tapda) mempersiapkan Surat Permohonan Perforasi, ditujukan kepada Bendaharawan Khusus Benda Berharga Dispenda Kota Medan

3. Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan mempersiapkan Bukti Tanda Terima Uang Jaminan untuk selanjutnya menyetorkan jaminan dari penyelenggara ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan.

4. Petugas Lapangan mengawasi penyelenggaraan acara dilapangan, antara lain seperti peredaran karcis/tanda masuk.

5. Petugas lapangan mempersiapkan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan Pemakaian Karcis atas penyelenggaraan acara dilapangan.

6. Wajib Pajak/Penyelenggara mengajukan Surat Laporan hasil Penjualan Tiket kepada Kadispenda Kota Medan sekaligus menyerahkan sisa karcis ke Bendaharawan Benda Berharga.

7. Subdis Datap (Sie Tapda) memverifikasi hasil penjualan karcis sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan, Laporan Hasil Penjualan dan Pemakaian Karcis untuk dituangkan ke Kartu Data selanjutnya menerbitkan SKPD/SKPDKB.


(45)

8. Bendaharawan Penerimaan mempersiapkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) sesuai dengan SKPD/SKPDKB.

9. Menyetor Pajak Hiburan ke Bendaharawan Penerima Dispenda Kota Medan dengan menyertakan SSPD dan Bukti Tanda Terima Uang Jaminan.

1. Untuk Penyelenggara Hiburan Bioskop

Pelaksanaan pemungutan dan pembayaran pajak hiburan ditetapkan dengan sistem Official Assesment dimana fiskus yang memiliki wewenang untuk menentukan berapa besarnya pajak yang terutang dan wajib pajak baru dapat melakukan pembayaran setelah adanya Surat Ketetapan Pajak Terutang yang dikeluarkan oleh fiskus. Dalam melakukan perforasi tiket dan pemungutan pajak, wajib pajak diharuskan melaporkan setiap minggunya ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.Wajib pajak diharuskan memberikan pembayaran dimuka sebesar banyaknya tiket yang akan diperforasi dikalikan harga tiket dikalikan terif yang berlaku.

Contoh Perhitungan Pajak Terutang Untuk Objek Pajak Bioskop : Jumlah tiket yang diperforasi 500 lembar

No. Seri A.001 s/d A. 500 Harga tiket/HTM = Rp 17.500 Tarif = 30%


(46)

2. Penyelenggara Hiburan Insidentil

Hiburan Insidentil adalah hiburan yang diselenggarakan secara tidak tetap seperti pargelaran seni, pertandingan olah raga, pagelaran pertunjukan dsan lain sebagainya dan yang menonton, menikmati, mempregunakan fasilitas yang disediakan penyelenggara hiburan yang dipungut bayarann

Terhadap penyelenggara Hiburan Insidentil sistem pemungutannnya menggunakan sistem Self Assesment, dimana pada saat penyelenggaraan hiburan, Wajib pajak diberi kewenangan untuk melakukan pemungutan pajak melalui penjualan tiket yang sebelumnya tiket harus diperforasikan ke Dispenda Kota Medan dengan memberikan Pembayaran dimuka sebesar tiket yang akan diperforasi dikalikan harga tiket lalu dikali dengan tariff yang berlaku. Dan pada masa penyelenggaraan hiburan berakhir fiskus menentukan ketetapan pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, melalui petugas yamg akan dikirim kelapangan untuk mengawasi penyelenggaraan acara dilapangan, antara lain seperti peredaran, karcis/tanda masukl. Sebagai contoh: Jumlah tiket yang akan diperforasi sebanyak 1000 lembar

Tiket/harga tanda masuk = Rp 80.000

Penyelenggaraan hiburan insidentil dilakukan didalam ruangan yang menggunakan AC, jadi tarif yang dikenakan sebesar 30%.


(47)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Target, Realisasi, dan Kontribusi Pajak Hiburan

Pajak Hiburan merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah kota Medan. Untuk itu, dalam rangka menghasilkan atau meningkatkan pajak hiburan tentu Dinas Pendapatan harus merencanakan target setiap tahunnya. Kepala dinas pendapatan kota Medan menginstruksikan mengenai pengolahan pajak hiburan pada sub dinas penagihan yang akan melaksanakan rencana kerja dalam hal memberhasilkan atau meningkatkan target penerimaan pajak hiburan setiap tahunnya. Adapun rencana kerja yang dilaksanakan di sub dinas penagihan untuk mencapai penerimaan pajak hiburan pada tahun 2008 yaitu :

1. Rencana target pajak hiburan tahun 2008

2. Daftar WP rencana penerimaan pajak hiburan di sektor bioskop tahun 2008 3. Daftar WP Rencana penerimaan pajak panti pijat/oukup dan estimasi tahun 2008 4. Daftar WP Rencana penerimaan Vidio Game/permainan anak-anak, permainan

ketangkasan dan estimasi pajak hiburan 2008

5. Daftar WP rencana penerimaan pajak hiburan di sektor billyard tahun 2008 6. Daftar WP rencana penerimaan pajak hiburan keramaian umum tahun 2008 7. Daftar WP rencana penerimaan pajak hiburan internet tahun 2008

8. Daftar WP Rencana penerimaan pajak hiburan salon kecantikan tahun 2008 9. Daftar Evaluasi/Analisa program pajak hiburan tahun 2008


(48)

Berdasarkan rencana kerja sebagaimana tersebut diatas, maka perlu adanya rencana pencapaian target. Oleh karena banyaknya jenis pajak hiburan yang ada maka pencapaian target harus dilakukan disetiap sektor. Rencana pencapian target ini dilakukan dalam pengawasan sub dinas penagihan yang dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan. Mulai dari sektor bioskop, sektor karaoke, panti pijat, internet, salon , dan rencana pencapaian targetnya adalah :

a.Triwulan I : 20% b. Triwulan II : 25% c. Triwulan III :25% d. Triwulan IV : 30%

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan agar dapat mencapai rencana target diatas yaitu :

a. Menyusun personil yang akan ditugaskan untuk mengadakan penjagaan pada setiap sektor pajak hiburan guna memeriksa kebenaran.

b. Menugaskan personil atau petugas lapangan dengan surat tugas yang ditandatangani kasubdis penagihan.

c. Mengadakan pemantauan terhadap petugas yang dilakukan oleh koordinator atau ketua tim guna menjaga kedisiplinan setiap petugas yang mengadakan pemantauan dilapangan

d. Petugas lapangan memberi laporan kepada koordinator setiap minggu (setiap jumat)


(49)

e. Mengadakan evaluasi kerja ysng telah dilakukan petugas lapangan dan petugas pemantau serta menyerahkan laporan pada subdinas penagihan pada setiap akhir bulan.

f. Setiap minggu ketiga dan minggu keempat mengevaluasi penerimaan pajak hiburan (sumber data ke BPK)

Bahwa untuk memberhasilkan target penerimaan pajak daerah kota Medan dari sektor pajak hiburan pemerintah kota Medan melalui dinas Pendapatan daerah kota Medan tidak akan berhenti pada 1 (satu) sistem pelaksanaan pengawasan yang selama ini sudah dilaksanakan..

Peranan para pengusaha pun ssebagai wajib pajak tetap harus terbuka, jujur, dan berpedoman pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku sehingga dalam setiap laporan hasil pungutan pajak hiburan yang dilakukan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan baik itu masyarakat, pemerintah kota, maupun para pengusaha sendiri selaku wajib pajak.

Sebelum target penerimaan pajak hiburan ditetapkan pada awal tahun anggaran baru oleh dinas pendapatan daerah, evaluasi terhadap realisasi dari keseluruhan objek pajak, maupun sumber-sumber pendapatan daerah dilakukan secara bersama-sama oleh subdinas program dan subdinas penagihan. Hasil dari evaluasi tersebut akan dilaporkan kepada kepala daerah dan DPRD setempat. Evaluasi tersebut akan ditujukan untuk menilai kinerja Dinas pendapatan daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran (yakni tahun anggaran sebelumnya) sekaligus menetapkan target penerimaan pendapatan asli daerah yang baru. Dengan kata lain


(50)

bahwa target penerimaan baru ditetapkan dengan persetujuan DPRD pada suatu objek pajak didasarkan pada hasil evaluasi kinerja dinas pendapatan Daerah dalam usahanya memenuhi target penerimaan pajak hiburan yang dicapai oleh dinas pendapatan daerah dalam 5 (lima) tahun terakhir yang dapat dilihat dari tabel berikut :

Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Tahun Anggaran 2005

Tabel 4.1

NO Uraian Target APBD Realisasi %

1 Bioskop 2.311.200.000 2.324.520.000 100,58

2 Diskotik 423.747.775 261.960.947 61,82

3 Panti Pijat 918.910.000 749.645.976 81,58 4 Vidio Game 2.059.825.000 2.674.161.62 129,82

5 Billyard 185.996.440 178.493.230 95,96

6 Kolam Renang 275.670.000 232.885.133 84,49

7 Salon 482.760.000 473.202.000 98,02

8 Insidentil 496.530.000 288.912.850 60,20 TOTAL 7.250.641.215 7.257.170.956 100,09 Sumber Data : Dispenda Kota Medan

Pada Tahun 2005mulai mengalami peningkatan dengan target APBD/Tahunnya sebesar Rp. 7.250.641.215. Pada tahun ini pencapaianjumlah


(51)

realisasinya melebihi dari target yaitu arp. 7.257.170.956.92 dengan persentase 100,09%.

Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Tahun Aggaran 2006

Tabel 4.2

NO Uraian Target APBD Realisasi %

1 Bioskop 2.431.200.000 2.440.140.000 100,37

2 Diskotik 441.100.000 292.060.892 66,21

3 Panti Pijat 877.252.000 649.852.173 74,06 4 Vidio Game 2.694.600.000 116.082.126 115,64

5 Billyard 197.998.440 190.930.490 96,43

6 Kolam Renang 300.000.000 221.143.970 73,71

7 Salon 514.560.000 468.641.484 91,08

8 Insidentil 410.717.960 579.629.515 141,13 TOTAL 7.975.705.000 7.998.696.250 100,29 Sumber Data : Dispenda Kota Medan

Dari tabel dapat kita ketahui bahwa realisasi pajak hiburan terus meningkat.Hal ini dapat dilihat dalam target realisasi penerimaan pajak hiburan dari tiap sektor yang telah dicapai pada tahun anggaran 2005-2006 mengalami peningkatan.


(52)

Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Tahun Anggaran 2007

Tabel 4.3

NO. Uraian Target APBD Realisasi %

1 Bioskop 2.460.300.000 2.486.613.600 101,08

2 Salon 561.732.000 584.976.800 104,14

3 Panti Pijat 627.000.000 896.828.541 143,03

4 Mandi Uap 279.315.000 3.580.398 1,28

5 Vidio Game 2.868.300.000 3.176.498.756 110,76

6 Karaoke 379.500.000 316.687.737 83,45

7 Diskotik 71.500.000 52.363.000 73,23

8 Billyard 263.832.000 267.432.213 97,57

9 Kolam Renang 300.000.000 282.969.200 94,32

10 Warnet 110.100.000 81.405.400 73,94

11 P.Kesenian 373.321.000 243.626.400 65,26

12 Sirkus(Akrobat) 42.000.000 - 0,00

13 Pertandingan O.Raga 18.000.000 - 0,00

Total 8.354.000.000 8.382.957.036 100,35 Sumber Data : Dispenda Kota Medan


(53)

Pada tahun 2007 terjadi peningkatan APBD sebesar Rp. 8.354.000.000, pada tahun ini jumlah realisasinya melebihi target yaitu Rp. 8.382.957.036 dengan persentase 100,35 %.

B. Permasalahan Yang Dihadapi Dispenda Kota Medan

Pada tahun 2008, penerimaan pajak hiburan mengalami permasalahan sehingga mengakibatkan target APBD sulit di Realisasikan. Adapun permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Banyaknya WP menutup usaha hiburan dikarenakan situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini kurang kondusif.

2. Adanya WP Pajak yang tudak mengetahui kapan pembayaran dilakukan sehingga mengakibatkan WP terlambat membayar karena kurangnya sosialisasi petugas pajak.

3. Adanya WP yang tidak patuh atau mengelakan pembayaran pajak.

4. Tingkat kesadaran WP masih rendah dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan APBD sebesar Rp. 8.771.700.000, pada tahun ini realisasinya kurang memenuhi target, yaitu Rp. 3.051.099.989 dengan persentase 39,91%.


(54)

Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Tahun Anggaran 2008

Tabel 4.4

NO Uraian Target APBD Realisasi %

1 Bioskop 2.530.000.000 3.152.850.000 124

2 Diskotik 71.500.000 97.802.999.800 136

3 Karaoke 407.500.000 401.259.150 98

4 Panti Pijat 821.000.000 812.791.198. 99

5 Vidio Game 3.150.000.000 3.018.370.700 95

6 Billyard 323.823.000 303.529.500 93

7 Kolam Renang 311.988.000 346.282.500 110

8 Salon 609.732.000 713.725.780 117

9 Insidentil 12.000.000 - 0

10 Warnet 134.100.000 110.975.000 82,70

Total 5.844.202.000 8.846.609.000 122,70 Sumber Data : Dispenda Kota Medan.

Berrdasarkan data yang dikumpulkan oleh penulis, bisnis hiburan memang patut diperhitungkan sebagai kontributor pendapatan asli daerah kota medan. Betapa tidak, kontributor sektor ini termasuk andalan pasokan pendapatan asli daerah bagi pemerintah kota Medan. Apalagi kota Medan termasuk 5 besar kota terbesar di Indonesia tentunya mobilitas perekonomian cukup berjalan tinggi dimana dengan


(55)

banyaknya tersedia hiburan akan mendatangkan penerimaan yang banyak bagi pendapatan asli daerah, berarti makin banyak hiburan akan makin banyak penerimaan yang akan diperoleh. Sampai saat ini kontribusi terbesar di bisnis hiburan diperoleh lewat pajak hiburan. Pendapatan asli daerah yang diperoleh dari pajak hiburan berasal dari pengunjung atau penontin yang mendatangi tempat-tempat hiburan.

Kontribusi pajak hiburan yang selama ini dipungut tentunya akan menambah pendapatan asli daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bermanfaat bagi proses pembiayaan pembangunan dan juga digunakan untuk berbagai pelayanan umum yang berguna untuk menambah keindahan pembangunan kota Medan. Oleh karena itu hiburan diharapkan dapat menambah pemasukan ke kas daerah dari dari sisi penerimaan pajak hiburan.

C. Upaya-Upaya Dispenda Untuk Meningkatkan Pajak Hiburan

Agar target penerimaan pajak hiburan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan meningkat, Dispenda Kota Medan melakukan Upaya-Upaya Sebagai Berikut : 1. Meningkatkan pelayanan pada WP dengan prinsip mitra kerja berdasarkan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Memantapkan koordinasi kerja antara WP dengan petugas pemungut pajak.

3. Mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan dari subjek dan objek pajak yang telah dicapai.

4. Melakukan pemeriksaan, yaitu serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan


(56)

pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi.Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan petugas pajak menemukan suatau hal kejanggalan atau hal yang tidak benar maka petugas pajak boleh melaksanakan pemeriksaan atas wewenang kepala daerah.Pemeriksaan dapat dilakukan tempat WP dilingkup pemeriksaannya dapat meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan. Namun bila WP tidak dapat memenuhi kewajibannya yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak, maka dapat dikenakan penetapan secara jabatan.

Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan catatan atau dokumen yang menjadi dasar yang berhubungan dengan objek pajak atau subjek pajak yang terutang.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang di anggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data yang diterima oleh penulis, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini :

1. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang ditonton atau dinikmati dengan dipungut bayaran.

2. Dari data yang telah dijelaskan di atas dapat kita lihat bahwa masyarakat Kota Medan pada umumnya dan WP yang menyelenggarakan hiburan pada khususnya telah memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dalam hal membayar pajak hiburan.

3. Tercapainya penerimaan pajak hiburan yang melebihi target pada tahun 2005 dan 2006 menandakan bahwa kinerja Dispenda Kota Medan dapat dikatakan berhasil sehingga pajak hiburan dapat memberikan pemasukan bagi kas daerah untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan kota Medan.

4. Peran serta, kerjasama, tanggung jawab dan kepercayaan yang terjalin baik antara WP dengan aparat pajak sangat diperlukan dalam usaha peningkatan penerimaan pajak daerah.

5. Upaya-upaya yang dilakukan Dispenda Kota Medan dalam meningkatkan pajak hiburan antara lain :


(58)

a. Pihak Dispenda Kota Medan dengan kewenangannya dapat segera memproses perubahan data yang ada di kantor dengan yang sebenarnya dilapangan.

b. Mengadakan sosialisasi kepada WP penyelenggara hiburan agar dapat meningkatkan kesadaran kewajiban perpajakan.

6. Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak yang dibebankan pada seluruh masyarakay kota Medan yang menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat berperan penting terhadap peningkatan penerimaan pajak daerah untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan.

B. Saran

Agar pelaksanaan pajak hiburan di Kota Medan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal, maka ada beberapa saran yang diberikan penulis untuk Dispenda Kota Medan :

1. Dispenda Kota Medan perlu menciptakan suatu sistem yang baru dalam prosedur pengadministrasian penerimaan pajak daerah pada umumnya dan pajak hiburan pada khususnya, karena prosedur pengadministrasian pajak daerah yang digunakan selama ini sudah tidak efektif lagi sehingga diperlukan sistem yang baru yang dapat lebih memudahkan para aparat pajak untuk mendata dan memungut pajak hiburan.


(59)

2. Instansi pajak harus menciptakan iklimperpajakan yang baik dilingkungannya sendiri sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk membayar pajak. Usaha yang dapat dilakukan :

- Mengelola dan melaksanakan Undang-Undang perpajakan secara baik dan benar - Memelihara integritas aparat pajak terhadap sikap yang jujur, tegas, sopan dalam

melayani sehingga menumbuhkan kepercayaan wajip Pajak. - Mencegah timbulnya penghindaran atau penggelapan pajak.

3. Memberikan pelayanan/bantuan Wpterutama dalam tata cara memperoleh hak dan menunaikan kewajiban perpajakannya.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca, dan Purwanto, Agus, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayumedia, Malang.

Muqodim, 1999, Perpajakan, Buku Satu, Edisi 2, UII Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P. 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, Drs. MM. Akt, 2005, Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.


(1)

banyaknya tersedia hiburan akan mendatangkan penerimaan yang banyak bagi pendapatan asli daerah, berarti makin banyak hiburan akan makin banyak penerimaan yang akan diperoleh. Sampai saat ini kontribusi terbesar di bisnis hiburan diperoleh lewat pajak hiburan. Pendapatan asli daerah yang diperoleh dari pajak hiburan berasal dari pengunjung atau penontin yang mendatangi tempat-tempat hiburan.

Kontribusi pajak hiburan yang selama ini dipungut tentunya akan menambah pendapatan asli daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bermanfaat bagi proses pembiayaan pembangunan dan juga digunakan untuk berbagai pelayanan umum yang berguna untuk menambah keindahan pembangunan kota Medan. Oleh karena itu hiburan diharapkan dapat menambah pemasukan ke kas daerah dari dari sisi penerimaan pajak hiburan.

C. Upaya-Upaya Dispenda Untuk Meningkatkan Pajak Hiburan

Agar target penerimaan pajak hiburan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan meningkat, Dispenda Kota Medan melakukan Upaya-Upaya Sebagai Berikut : 1. Meningkatkan pelayanan pada WP dengan prinsip mitra kerja berdasarkan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Memantapkan koordinasi kerja antara WP dengan petugas pemungut pajak.

3. Mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan dari subjek dan objek pajak yang telah dicapai.


(2)

pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi.Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan petugas pajak menemukan suatau hal kejanggalan atau hal yang tidak benar maka petugas pajak boleh melaksanakan pemeriksaan atas wewenang kepala daerah.Pemeriksaan dapat dilakukan tempat WP dilingkup pemeriksaannya dapat meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan. Namun bila WP tidak dapat memenuhi kewajibannya yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak, maka dapat dikenakan penetapan secara jabatan.

Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan catatan atau dokumen yang menjadi dasar yang berhubungan dengan objek pajak atau subjek pajak yang terutang.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang di anggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data yang diterima oleh penulis, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini :

1. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang ditonton atau dinikmati dengan dipungut bayaran.

2. Dari data yang telah dijelaskan di atas dapat kita lihat bahwa masyarakat Kota Medan pada umumnya dan WP yang menyelenggarakan hiburan pada khususnya telah memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dalam hal membayar pajak hiburan.

3. Tercapainya penerimaan pajak hiburan yang melebihi target pada tahun 2005 dan 2006 menandakan bahwa kinerja Dispenda Kota Medan dapat dikatakan berhasil sehingga pajak hiburan dapat memberikan pemasukan bagi kas daerah untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan kota Medan.

4. Peran serta, kerjasama, tanggung jawab dan kepercayaan yang terjalin baik antara WP dengan aparat pajak sangat diperlukan dalam usaha peningkatan penerimaan pajak daerah.

5. Upaya-upaya yang dilakukan Dispenda Kota Medan dalam meningkatkan pajak hiburan antara lain :


(4)

a. Pihak Dispenda Kota Medan dengan kewenangannya dapat segera memproses perubahan data yang ada di kantor dengan yang sebenarnya dilapangan.

b. Mengadakan sosialisasi kepada WP penyelenggara hiburan agar dapat meningkatkan kesadaran kewajiban perpajakan.

6. Pendapatan daerah pada hakikatnya diperoleh melalui mekanisme pajak yang dibebankan pada seluruh masyarakay kota Medan yang menekankan pada persyaratan bahwa masyarakat berperan penting terhadap peningkatan penerimaan pajak daerah untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan.

B. Saran

Agar pelaksanaan pajak hiburan di Kota Medan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal, maka ada beberapa saran yang diberikan penulis untuk Dispenda Kota Medan :

1. Dispenda Kota Medan perlu menciptakan suatu sistem yang baru dalam prosedur pengadministrasian penerimaan pajak daerah pada umumnya dan pajak hiburan pada khususnya, karena prosedur pengadministrasian pajak daerah yang digunakan selama ini sudah tidak efektif lagi sehingga diperlukan sistem yang baru yang dapat lebih memudahkan para aparat pajak untuk mendata dan memungut pajak hiburan.


(5)

2. Instansi pajak harus menciptakan iklimperpajakan yang baik dilingkungannya sendiri sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk membayar pajak. Usaha yang dapat dilakukan :

- Mengelola dan melaksanakan Undang-Undang perpajakan secara baik dan benar - Memelihara integritas aparat pajak terhadap sikap yang jujur, tegas, sopan dalam

melayani sehingga menumbuhkan kepercayaan wajip Pajak. - Mencegah timbulnya penghindaran atau penggelapan pajak.

3. Memberikan pelayanan/bantuan Wpterutama dalam tata cara memperoleh hak dan menunaikan kewajiban perpajakannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca, dan Purwanto, Agus, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayumedia, Malang.

Muqodim, 1999, Perpajakan, Buku Satu, Edisi 2, UII Press, Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P. 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, Drs. MM. Akt, 2005, Perpajakan Indonesia, Buku Satu, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.