Analisis Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN (PPJ) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH

KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

RAHIMA AULIA

122101246

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan taufik-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tepat pada waktu yang ditentukan.

Judul yang Penulis ajukan adalah “Analisis Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”. Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Fahmi Natigor Nasution, Macc, Ak selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Un iversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak, CA selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Ami Dilham, SE, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

ii

7. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA selaku Dosen Pembimbing Penulis.

8. Ibu Hj. Yusdarlina, S.Sos selaku Kepala Bidang Penagihan Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Staf yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang sangat membantu Penulis dalam kegiatan Magang dan Tugas Akhir.

9. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Genta Sosiadinata, SKM, M.Psi dan Ibunda Ns.Rosmawati Helmi Barus, S.Kep tersayang yang tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayang dan juga dukungan moral maupun materil, nasehat serta do’a yang tulus dalam setiap langkah yang penulis tempuh, dan segala sesuatu hingga saat ini yang penulis capai tak lepas dari restu ayahanda dan ibunda.

10. AdekRifodita Dinata dan saudara-saudara Penulis yang ikut memberi semangat dan masukan.

11. Sahabat-sahabat tersayang Eca, Putra, Gebi dan Tika yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Five Bananas, dan teman-teman D-III Manajemen Keuangan khususnya Grup D stambuk 2012 yang bersama-sama berjuang dalam tiga tahun ini.

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan Penulis terima dengan senang hati dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis


(5)

iii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…...1

B. Rumusan Masalah………4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...5

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan...6

B. Visi dan Misi...8

C. Struktur Organisasi...9

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi...11

E. Kinerja Usaha Terkini...29

BAB III PEMBAHASAN A. Pajak...31

B. Fungsi Pajak...32

C. Jenis-Jenis Pajak...33

D. Pajak Daerah...34

E. Pajak Penerangan Jalan...36

F. Objek Pajak Penerangan Jalan...37

G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Perangan Jalan...38

H. Tarif Pajak Penerangan Jalan...38

I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Penerangan Jalan...39

J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Perangan Jalan...40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...44

B. Saran...45


(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang adil dan sejahtera bagi masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menyukseskan pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup besar. Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut berasal dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari partisipasi masyarakatdalam bentuk pembayaran pajak.

Menurut Soemitro dalam (Sudirman dan Antong, 2012:2) definisi pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak itu meliputi; dipungut berdasarkan undang-undang/aturan hukum, merupakan peralihan kekayaan orang/badan kas negara, tidak ada imbalan langsung yang dapat ditunjukkan dalam pembayaran pajak secara individual, dapat dipaksakan, pembayaran berulang-ulang atau sekaligus, untuk membiayai pengeluaran pemerintah, alat untuk mencapai tujuan tertentu, serta pemungutan langsung maupun tidak langsung. Manfaat yang diterima karena pembayaran pajak adalah berupa sarana atau prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya.


(9)

2

Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara atau sering juga disebut sebagai pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sendiri. Pendapatan daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah sendiri yang berasal dari pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah lain yang sah. (Suparmoko, 2002:55)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam peyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. 3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pemungutan

daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah daerah diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pajak daerah. Dalam hal ini, salah satu lembaga pemerintah yang berperan aktif dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Dinas Pendapatan Kota Medan adalah merupakan lembaga pemerintahan yang berfungsi


(10)

mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan , Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan ( PPJ ), Pajak Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTP) , Pajak Parkir, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Air Tanah (ABT).

Saat ini pemerintah telah banyak menetapkan pemungutan daerah, salah satunya adalah pajak penerangan jalan. Defenisi pajak penerangan jalan menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Pasal 1 angka 10 adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah, Pajak Penerangan Jalan sangat diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kelangsungan pembangunan daerah.

Fenomena pajak penerangan jalan di Kota Medan yang terjadi sekarang ini yakni sejumlah daerah yang menikmati lampu penerangan jalan umum (LPJU) di Kota Medan banyak yang melanggar Perda Nomor 16 Tahun 2011. Salah satu hambatan yang di hadapi PLN dalam meningkatkan kontribusi pajak penerangan jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh PLN di kota medan adalah pelanggan yang tidak menyelesaikan pembayaran rekening listrik yang biasanya disebut tunggakan para pelanggan PLN. Hal tersebut secara langsung menghambat tercapainya target dan penerimaan pajak penerangan jalan dikarenakan merugikan sekali untuk biaya energi listrik yang telah dikeluarkan. Beberapa daerah yang sering mengalami penunggakan pembayaran listrik adalah Medan Belawan, Medan Barat dan Medan Tembung dikarenakan tingkat pendapatan perkonomian penduduk di daerah tersebut yang masih tergolong


(11)

4

rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pembayaran rekening listrik tepat waktu.

(http://www.jurnalasia.com)

Potensi pada pajak penerangan jalan seharusnya dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan pengawasan pajak penerangan jalan agar tidak terjadi pelanggaran oleh pengelola pajak penerangan jalan yang dapat merugikan daerah. Target penerimaan pajak penerangan jalan setiap tahunnya ditetapkan oleh walikota bersama DPRD Medan, selanjutnya penagihan dan perhitungan diserahkan kepada Dinas Pendpatan Daerah Kota Medan. Pencapaian realisasi penerimaan pajak penerangan jalan akan menjadi tolak ukur keberhasilan target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka Peneliti tertarik untuk menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Terhadap Pencapaian Target Realisasi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui “Bagaimana analisis target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 5 (lima tahun) terakhir?”


(12)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pajak daerah khususnya pajak penerangan jalan dan untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Instansi

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengambil kebijakan dalam usahanya meningkatkan potensi pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah khususnya yang bersumber dari pajak penerangan jalan.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan, serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.


(13)

6 BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka dalam sub-bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi Dengan Pola Pendekatan Secara Sektoral Pungutan Daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.


(14)

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.Dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tk.II Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Dinas pendapatan daerah di pimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada


(15)

8

kepala daerah melalui sekretaris daerah, terdiri dari 1 (satu). Bagian tata usaha dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.

B. Visi dan misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan:

a. Visi : "Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Taat Pajak dan Retribusi"

b. Misi : 1. MeningkatkanpengelolaanPendapatan Daerah Kota Medan. 2. Memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah

Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan Kota Medan. 3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat/Wajib

Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah.

4. Mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja pengelola PAD lainnya.

6. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru di luar PAD yang sudah ada.


(16)

C. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur organisasi merupakan sebuah sistem hubungan antara para anggota organisasi. Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi perusahaan.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal. Sesuai dengan PP No.41 Tahun 2007, struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut:


(17)

(18)

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 pasal 2 maka berikut adalah uraian tugas pokok dan fungsi organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan:

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat menyelenggarakan fungsi:


(19)

12

a. penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

c. pelaksanaan dan penyelenggarakan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, kerumah tanggaan Dinas;

d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketataleksanaan;

e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolan tata naskah dinas, penataankearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraaan kerumah tanggaan Dinas;


(20)

e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan; b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;

c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan vertifikasi;

d. penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan; e. penyusunan keuangan Kepala Dinas;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas


(21)

14

5. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;

c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas; d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

6. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang pendataan dan penetapan terdiri dari beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pendataan dan Pendaftaran menyelenggarakan fungsi:


(22)

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;

c. pelaksanaan objek pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD).

d. pelaksanaan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;

e. penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/WajibRetribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;

c. penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa/tim pemeriksa; d. penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak; e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;


(23)

16

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Seksi Penetapan

Seksi penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataandan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;

c. penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah;

d. penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;

e. pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan wajib pajak;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(24)

D. Seksi Pengelola Data dan Informasi

Seksi Pengelola Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Pengelola Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengelola Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi; c. pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah; d. penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data; e. pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

7. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan retribusi;


(25)

18

c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

e. pelaksanaan perhitungan retribusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

f. pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak;

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup Bidang Penagihan; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bidang Penagihan memiliki beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

Seksi Pembukuan dan Vertifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bidang Penagihan. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan vertifikasi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pembukuan dan Vertifikasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Vertifikasi; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan vertifikasi;

c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;


(26)

d. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;

e. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah;

f. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran, dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup Penagihan dan Perhitungan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;

c. penyiapan bahan dan data pelaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;


(27)

20

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Pertimbangan dan Retribusi

Seksi Pertimbangan dan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi Pertimbangan dan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup Pertimbangan dan Retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pertimbangan dan Retribusi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pertimbangan Retribusi; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan retribusi; c. penerimaan permohonan retribusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak; d. penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat

diberikan resritusi dan atau pemindahbukuan;

e. penyiapan surat keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan;

f. penerimaan surat keberatan dari wajib pajak/retribusi; g. penelitian keberatan wajib pajak/wajib retribusi;

h. pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak/wajib retribusi; i. penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan Kepala Dinas tentang

persetujuan atau penolakan atas keberatan;


(28)

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Bidang Bagi Hasil dan Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,

penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

f. pelaksaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;


(29)

22

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang bagi hasil dan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Bagi Hasil Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;

c. penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP)/Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;

d. pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib Pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan


(30)

B. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;

c. pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penatausahaan Bagi Hasil menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;


(31)

24

c. pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan; d. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK,

dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

D. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-undangan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;


(32)

d. pelaksanaan monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang dana perimbangan;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dengan tugas dan fungsinya.

9. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;

e. pelaksanaan monitoring, evalausi, dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(33)

26

Bidang pengembangan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu: A. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah; e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

B. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Retribusi menyelenggarakan fungsi:


(34)

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi; b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah; e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

C. Seksi Pengembangan Pendapatan dan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain;


(35)

28

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

10. Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksanaan Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan (pasal 24).

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 43). (Sumber:http://pemkomedan.go.id)


(36)

E. Kinerja Usaha Terkini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Setiap perusahaan atau instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan atau instansi tersebut. Butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat terwujud. Tidak mudah mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan atau instansi diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai kinerja usaha terkini yang dijalankan yaitu:

1. program pelayanan administrasi kantor;

2. program peningkatan sarana dan prasarana aparatur;

3. program peningkatan sumber daya aparatur dan disiplin aparatur;

4. program peningkatan pengembangan sistem pelaporan pencapaian kinerja dan keuangan;

5. program peningkatan dan pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD); 6. program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga;

7. program Ruang Terbuka Hijau (RTH);

8. program penataan peraturan perundang-undangan;

9. program pelaksanaan kegiatan keagamaan dan hari-hari besar;

10. sesuai dengan Surat keputusan Walikota Medan No 973/015.K Tanggal 05 januari 2015 tentang Pembentukan Tim Fasilitasi Dan Koordinasi Pajak Reklame Tahun Anggaran 2015 dengan ini mempunyai tugas sebagai berikut:


(37)

30

a) melakukan pengawasan terhadap wajib pajak reklame di seluruh kota medan;

b) melakukan penindakan terhadap Wajib Pajak reklame yang melakukan pelanggaran;

c) melakukan pembongkaran terhadap Objek Pajak reklame yang melakukan pelanggaran;

d) melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam membantu kelancaran tugas tim;


(38)

31 BAB III PEMBAHASAN

A. Pajak

Pengertian menurut Soemitro dalam (Resmi, 2011:1) adalah iuran rakyat pada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dan dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Kemudian defenisi tersebut disempurnakan menjadi “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.” Sedangkan defenisi pajak menurut Djadjadiningrat adalah “ Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.”

Menurut (Muda, 2005:1) pajak merupakan sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapatkan kontraprestasi secara individual dan langsung dari negara, serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi:

1. Sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya jika ada akan digunakan untuk pembangunan;


(39)

32

Pajak berdasarkan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 10 adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

B. Fungsi Pajak

Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan kegiatan masyarakat. Menurut (Sudirman dan Antong, 2012:3) pajak memiliki fungsi utama diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pendapatan

Pendapatan negara melalui pajak cukup besar jumlahnya. Pajak merupakan suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang ke kas negara sesuai dengan peraturan. Menurut fungsi ini, pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Jika masih ada sisa, maka dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.

b. Fungsi Stabilitas

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

c. Fungsi Pemerataan

Peranan pemerintah diantaranya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Untuk mewujudkannya pemerintah membutuhkan dana


(40)

membiayai pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Pembangunan sarana dan prasrana dilakukan dengan tujuan agar dapat mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

C. Jenis-Jenis Pajak

Menurut (Resmi, 2011:7) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa


(41)

34

memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak negara (pajak pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

D. Pajak Daerah

Pajak daerah secara umum adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.


(42)

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. 3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pungutan

daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Menurut (Mardiasmo, 2011:13) pajak daerah dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pajak Provinsi, terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan;

e. Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari: a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;


(43)

36

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.

E. Pajak Penerangan Jalan

Berdasarkan PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Penerangan Jalan Umum adalah pajak yang dikenakan kepada pelanggan PLN sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). Pajak Penerangan Jalan umum yang selanjutnya di singkat dengan PPJ dapat diartikan juga sebagai pajak yang dipungut atas tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah atau dapat juga diartikan sebagai pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh oleh sumber lain. Listrik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik.

Pemungutan pajak penerangan jalan di Indonesia saat ini di dasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum pemungutan pajak penerangan jalan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 adalah:

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menetapkan pajak penerangan jalan merupakan jenis pajak daerah dan kabupaten/kota.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentanbg Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


(44)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dan Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang

Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar oleh Wajib Pajak Sendiri.

F. Objek Pajak Penerangan Jalan

Menurut (Sugianto, 2007:46) Objek Pajak Penerangan Jalan termasuk penggunaan tenaga listrik non PLN yang menggunakan energi primer. Yang dimaksud dengan pembangkit tenaga listrik non PLN antara lain genset, sedangkan yang dimaksud dengan energi primer antara lain bensin, solar, gas, tenaga matahari, tenaga air, tenaga angin dan tenaga nuklir. Sebagai upaya mewujudkan pemerataan pengenaan Pajak Penerangan Jalan sekaligus memenuhi rasa keadilan. Sedangkan, objek yang dikecualikan dari pengenaan pajak ini adalah:

1. Penggunaan tenaga listrik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

2. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedaulatan, konsultan, dan perwakilan negara asing dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik;

3. Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari PLN (yang dihasilkan sendiri) dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi tekhnis terkait;


(45)

38

G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Penerangan Jalan

Menurut undang-undang Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Adapun Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain ( jadi tidak mesti oleh PLN ), Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.

Menurut peraturan daerah, subjek Pajak Penerangan Jalan adalah wajib pajak yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan listrik PLN dan penggunaan listrik non PLN. Dalam menjalankan hak dan memenuhi kewajibannya, Wajib Pajak pengguna listrik non PLN dapat diwakili dalam hal:

1.Orang Pribadi, oleh kuasanya atau ahli warisnya; 2.badan oleh pengurus dan kuasanya

3. Orang pribadi atau badan yang berdomisili atau berkedudukan di luar daerah yang bersangkutan, oleh kuasanya atau pengurusnya yang berkedudukan di daerah yang dimaksud.(Samudra, 2015:237)

H. Tarif Pajak Penerangan Jalan

Tarif pajak ditetapkan dan diatur oleh Peraturan Pemerintah. Tarif Pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai. Besarnya Pokok Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebagai berikut:

a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 10% (sepuluh persen);


(46)

b. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan, minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen);

c. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (satu koma lima persen) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Penerangan Jalan

Menurut (Samudra, 2015:240) pemungutan pajak penerangan jalan tidak dapat dibayarkan sekaligus. Pajak dipungut berdasarkan penetapan walikota/bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pajak terutang berdasarkan jumlah yang tercantum dalam rekening listrik PLN, harus dilunasi setiap bulan bersama-sama dengan pembayaran tagihan listrik ke PLN. Tagihan Pajak dilaksanakan dan disetor oleh PLN ke kantor kas daerah atau bank. Secara berkala PLN berkewajiban untuk menyampaikan laporan kegiatan pemungutan pajak kepada gubernur kepala daerah. Pembayaran pajak dilakukan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya di tempat yang ditentukan. Seluruh penerimaan pajak dan realisasi pajak ini, disisihkan 10% untuk penanggungan resiko kebakaran akibat pemnggunaan tenaga listrik.

Wajib pajak pengguna tenaga listrik non PLN wajib membayar pajak terutang dalam masa pajak dengan menggunakan SSPD kepada kantor kas daerah atau bank selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya. Berdasarkan SKPD yang diterima akibat jumlah pajak terutang tidak atau kurang bayar dan tidak dilakukan pendaftaran, wajib pajak penggunaan tenaga listrik non PLN wajib membayar pajak terutang dalam masa pajak kepada kantor kas daerah atau bank


(47)

selambat-40

lambatnya 30 hari sejak SKPD diterima. Atas keterlambatan pembayaran pajak terutang tersebut, dikenakan denda administrasi 10% dari pokok pajak terutang. Sementara apabila pembayarannya tidak atau kurang bayar, pokok pajak terutang dan dendanya dapat ditagih dengan STPPD yang diterbitkan kepala Dispenda atau pejabat yang ditunjuk.

Besarnya pokok pajak penerangan jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak penerangan jalan adalah sesuai rumus berikut (Nurmantu, 2005: 156)

Pajak Terhutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan sebagai acuan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat dicapai dan bahkan ada juga yang melampaui target yang telah ditentukan. Sama halnya di dalam penetapan penerimaan Pajak Penerangan Jalan, Pemerintah Daerah pun menetapkan target yang hendak dicapai. Agar lebih jelas, peneliti akan menjelaskan penerimaan Pajak Penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.


(48)

Tabel 3.1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Tahun Anggaran 2010-2014

Tahun Target ( Rp) Realisasi Penerimaan(Rp) (%)Realisasi Ket

2010 Rp 155,467,255,000.00 Rp 158,789,100,162.00 102,14% Sangat baik

2011 Rp 158,400,000,000.00 Rp 172,666,073,481.00 109,01% Sangat baik

2012 Rp 125,000,000,000.00 Rp 146,304,763,696.00 117,04% Sangat baik

2013 Rp 148,000,000,000.00 Rp 167,031,678,022.00 112,89% Sangat baik

2014 Rp164,746,171,770.00 Rp 190,552,925,861.00 115,66% Sangat baik

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (2015)

Berdasarkan tabel 3.1 target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 5 (lima) tahun, adalah sebagai berikut:

1. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2010 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 102,14% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

2. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2011telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar Rp 14,266,073,481.00 atau naik sebesar 9,01% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Pada tahun ini pajak penerangan jalan mengalami kenaikan target yaitu sebesar Rp 2,932,745,000.00.

3. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2012 mengalami penurunan target dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 33,400,000,000.00 dikarenakan terjadinya penurunan tarif pajak penerangan jalan untuk


(49)

42

penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam dari 7% (tujuh persen) menjadi 3% (tiga persen), sehingga walikota menurutkan target pada tahun ini.

4. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2013 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 112,89% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

5. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2014 mencapai 115,66% yang dikategorikan sangat baik . Pada tahun ini terjadi kenaikan target yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 25,806,754,091.00 dari tahun sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan potensi pajak penerangan jalan seperti tumbuhnya bangunan pabrik, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak penerangan jalan antara lain: a. Adanya peringatan bagi penunggakan pembayaran rekening listrik. PLN

memberikan Tata Usaha Langganan IV (TUL), dimana TUL IB berupa surat peringatan yang diberikan kepada konsumen atau pelanggan. Waktu maksimal 6 (enam) hari harus sudah ditanggapi oleh konsumen atau


(50)

pelanggan. Jika tidak ditanggapi maka akan dilakukan pemutusan sambungan arus listrik oleh pihak PLN.

b. Peningkatan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan. Salah satu bentuk peningkatan pelayanan terhadap konsumen adalah dengan mengatasi gangguan listrik sehingga dapat berkurang. Misalnya tingkat pemadaman listrik dengan presentase 20% (dua puluh persen) menjadi 10% (sepuluh persen) setiap bulannya.

c. Menggalakkan operasi penertiban listrik liar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

d. Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik sesuai dengan Keputusan Presiden. Dengan naiknya tarif maka otomatis akan menaikkan pendapatan pajak penerangan jalan. Sehingga dapat meningkatkan jumlah pemasukan pajak penerangan jalan yang dibayar melalui rekening listrik.


(51)

44 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan tentang analisis target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 5 (lima) tahun terakhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 realisasi penerimaan pajak

penerangan jalan berturut-turut yakni 102,14%, 109,01%, 117,04%, 112,89% dan 105,66% yang termasuk dalam kategori sangat baik karena penerimaan pajak penerangan jalan mencapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan.

2. Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik. Maka tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai.

3. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan berupa tarif yang dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai, baik tenaga listrik yang berasal dari PLN atau bukan PLN, baik digunakan untuk industri atau bukan industri. 4. Dalam pencapaian target penerimaan pajak penerangan jalan terdapat

beberapa faktor yang menghambat yaitu adanya tunggakan pembayaran listrik oleh konsumen, adanya pemasangan listrik liar dan kurangnya pendataan konsumen pajak penerangan jalan.

5. Untuk mengatasi hambatan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak penerangan jalan dapat dilakukan beberapa cara yaitu dengan memberikan


(52)

peringatan bagi warga yang menunggak pembayaran listrik, meningkatkan pelayanan kepada konsumen, dan menertibkan pemasangan listrik liar.

6. Dalam prakteknya pemungutan pajak penerangan jalan berjalan dengan cukup baik.

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan terhadap pajak penerangan jalan di Kota Medan dapatdilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal, Adapun saran-saran yang dapat Peneliti sampaikan yaitu:

1. Hendaknya Pemeritah Kota Medan dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan, sehingga target dapat ditetapkan sesuai dengan potensi pajak yang ada.

2. Sebaiknya tarif parkir yang tercantum dalamPeraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 hendaknya ditinjau kembali agar dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi ekonomi pada masa sekarang.

3. Diharapkan pelaksanaan pemungutan pajak penerangan jalan diiringi dengan peningkatan mutu pelayanan penerangan jalan bagi masyarakat. Pungutan ini bukan bersifat retribusi sehingga sewajarnya setiap lapisan masyarakat di seluruh wilayah pemerintah daerah yang bersangkutan berhak menikmati pelayanan ini tanpa adanya perbedaan.

4. Dalam menetapkan target pajak penerangan jalan hendaknya melihat atau meninjau kondisi langsung dilapangan agar mengetahui sejauh mana hak masyarakat yang telah terpenuhi.

5. Diharapkan kepada penyedia fasilitas pajak penerangan jalan agar lebih memperhatikan di bagian mana saja yang membutuhkan penerangan jalan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011, Andi Offset, Yogyakarta.

Markus, Muda, 2005. Perpajakan Indonesia: Suatu Pengantar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pandiangan, Liberti, 2008. Modrenisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan.

Resmi, Siti, 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Sugianto, 2007. Pajak dan Retribusi Daerah: Pengelolaan Pemerintah Daerah Dalam Aspek Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah, Grafindo, Jakarta. Samudra, Azhari Aziz, 2015. Perpajakan Di Indonesia, RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Sudirman, Rismawati dan Antong Amiruddin, 2012. Perpajakan: Pendekatan Teori dan Praktik, Empat Dua Media, Malang.

Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 973/015.K Tanggal 05 Januari 2015 tentang PembentukanTim Fasilitasi dan Koordinasi Pajak Reklame Tahun Anggaran 2015.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah.

PublikasiOnline :


(1)

41

Tabel 3.1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Tahun Anggaran 2010-2014

Tahun Target ( Rp) Realisasi Penerimaan(Rp) (%)Realisasi Ket

2010 Rp 155,467,255,000.00 Rp 158,789,100,162.00 102,14% Sangat baik 2011 Rp 158,400,000,000.00 Rp 172,666,073,481.00 109,01% Sangat baik 2012 Rp 125,000,000,000.00 Rp 146,304,763,696.00 117,04% Sangat baik 2013 Rp 148,000,000,000.00 Rp 167,031,678,022.00 112,89% Sangat baik 2014 Rp164,746,171,770.00 Rp 190,552,925,861.00 115,66% Sangat baik

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (2015)

Berdasarkan tabel 3.1 target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 5 (lima) tahun, adalah sebagai berikut:

1. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2010 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 102,14% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

2. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2011telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar Rp 14,266,073,481.00 atau naik sebesar 9,01% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Pada tahun ini pajak penerangan jalan mengalami kenaikan target yaitu sebesar Rp 2,932,745,000.00.

3. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2012 mengalami penurunan target dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 33,400,000,000.00 dikarenakan terjadinya penurunan tarif pajak penerangan jalan untuk


(2)

penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam dari 7% (tujuh persen) menjadi 3% (tiga persen), sehingga walikota menurutkan target pada tahun ini.

4. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2013 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 112,89% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

5. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada tahun 2014 mencapai 115,66% yang dikategorikan sangat baik . Pada tahun ini terjadi kenaikan target yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 25,806,754,091.00 dari tahun sebelumnya yang disebabkan oleh pertumbuhan potensi pajak penerangan jalan seperti tumbuhnya bangunan pabrik, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan, bertambahnya peninjauan terhadap potensi pajak juga menjadi salah satu alasan terjadinya peningkatan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak penerangan jalan antara lain: a. Adanya peringatan bagi penunggakan pembayaran rekening listrik. PLN

memberikan Tata Usaha Langganan IV (TUL), dimana TUL IB berupa surat peringatan yang diberikan kepada konsumen atau pelanggan. Waktu maksimal 6 (enam) hari harus sudah ditanggapi oleh konsumen atau


(3)

43

pelanggan. Jika tidak ditanggapi maka akan dilakukan pemutusan sambungan arus listrik oleh pihak PLN.

b. Peningkatan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan. Salah satu bentuk peningkatan pelayanan terhadap konsumen adalah dengan mengatasi gangguan listrik sehingga dapat berkurang. Misalnya tingkat pemadaman listrik dengan presentase 20% (dua puluh persen) menjadi 10% (sepuluh persen) setiap bulannya.

c. Menggalakkan operasi penertiban listrik liar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

d. Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik sesuai dengan Keputusan Presiden. Dengan naiknya tarif maka otomatis akan menaikkan pendapatan pajak penerangan jalan. Sehingga dapat meningkatkan jumlah pemasukan pajak penerangan jalan yang dibayar melalui rekening listrik.


(4)

44 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan tentang analisis target dan realisasi penerimaan pajak penerangan jalan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 5 (lima) tahun terakhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 realisasi penerimaan pajak

penerangan jalan berturut-turut yakni 102,14%, 109,01%, 117,04%, 112,89% dan 105,66% yang termasuk dalam kategori sangat baik karena penerimaan pajak penerangan jalan mencapai bahkan melebihi target yang telah ditentukan.

2. Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik. Maka tarif pajak penerangan jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai.

3. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan berupa tarif yang dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang terpakai, baik tenaga listrik yang berasal dari PLN atau bukan PLN, baik digunakan untuk industri atau bukan industri. 4. Dalam pencapaian target penerimaan pajak penerangan jalan terdapat

beberapa faktor yang menghambat yaitu adanya tunggakan pembayaran listrik oleh konsumen, adanya pemasangan listrik liar dan kurangnya pendataan konsumen pajak penerangan jalan.

5. Untuk mengatasi hambatan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak penerangan jalan dapat dilakukan beberapa cara yaitu dengan memberikan


(5)

45

peringatan bagi warga yang menunggak pembayaran listrik, meningkatkan pelayanan kepada konsumen, dan menertibkan pemasangan listrik liar.

6. Dalam prakteknya pemungutan pajak penerangan jalan berjalan dengan cukup baik.

B. Saran

Agar pelaksanaan pemungutan terhadap pajak penerangan jalan di Kota Medan dapatdilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal, Adapun saran-saran yang dapat Peneliti sampaikan yaitu:

1. Hendaknya Pemeritah Kota Medan dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan benar-benar melihat atau meninjau kondisi di lapangan, sehingga target dapat ditetapkan sesuai dengan potensi pajak yang ada.

2. Sebaiknya tarif parkir yang tercantum dalamPeraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 hendaknya ditinjau kembali agar dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi ekonomi pada masa sekarang.

3. Diharapkan pelaksanaan pemungutan pajak penerangan jalan diiringi dengan peningkatan mutu pelayanan penerangan jalan bagi masyarakat. Pungutan ini bukan bersifat retribusi sehingga sewajarnya setiap lapisan masyarakat di seluruh wilayah pemerintah daerah yang bersangkutan berhak menikmati pelayanan ini tanpa adanya perbedaan.

4. Dalam menetapkan target pajak penerangan jalan hendaknya melihat atau meninjau kondisi langsung dilapangan agar mengetahui sejauh mana hak masyarakat yang telah terpenuhi.

5. Diharapkan kepada penyedia fasilitas pajak penerangan jalan agar lebih memperhatikan di bagian mana saja yang membutuhkan penerangan jalan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011, Andi Offset, Yogyakarta.

Markus, Muda, 2005. Perpajakan Indonesia: Suatu Pengantar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pandiangan, Liberti, 2008. Modrenisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan.

Resmi, Siti, 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Sugianto, 2007. Pajak dan Retribusi Daerah: Pengelolaan Pemerintah Daerah Dalam Aspek Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah, Grafindo, Jakarta. Samudra, Azhari Aziz, 2015. Perpajakan Di Indonesia, RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Sudirman, Rismawati dan Antong Amiruddin, 2012. Perpajakan: Pendekatan Teori dan Praktik, Empat Dua Media, Malang.

Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 973/015.K Tanggal 05 Januari 2015 tentang PembentukanTim Fasilitasi dan Koordinasi Pajak Reklame Tahun Anggaran 2015.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah.

PublikasiOnline :