b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Yakni mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yang diperoleh dari buku atau referensi serta dokumen-dokumen
lainnya. Menurut Irawan 1998, data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari
dokumen-dokumen laporan,karya tulis,koran,majalah.
II.5 Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan , membuat suatu urutan memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu
deskripsi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitain ini adalah teknik analisi data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen, sebagaimana dikutip Moleong
2006:247 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan kata lain, teknik analisis data kualitatif
dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul , menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap
berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Gambaran Umum Kota Pematangsiantar III.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Kota Pematangsiantar
Secara geografis, Kota Pematangsiantar terletak di Provinsi Sumatera Utara pada garis 2° 53 20 - 3° 01 00 Lintang Utara dan 99° 1 00 - 99° 6 35 Bujur
Timur yang berada di tengah-tengah Kabupaten Simalungun, dengan jarak ke Ibukota Provinsi yaitu Kota Medan sejauh 128 Km. Wilayah Kota Pematangsiantar memiliki
luas dataran sebesar 79,97 km² atau sekitar 0,11 dari luas Provinsi Sumatera Utara yang terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Struktur wilayah Kota
Pematangsiantar berwujud daerah perkotaan dengan pertanian berupa sawah dan ladang yang berada di pinggiran kota.
Topografi Kota Pematangsiantar merupakan tanah berbukit-bukit dan berlembah serta datar di bagian pusat kota dengan jenis tanah podsolik berasal dari
batuan sedimen. Di sebelah Utara dan Barat merupakan daerah bergelombang dan di sebelah Selatan dan Timur merupakan daerah landai dengan kemiringan tanah 0-15.
Kota Pematangsiantar termasuk daerah yang beriklim sedang dengan suhu maksimal rata-rata 30,40 ºC dan suhu minimal dengan rata-rata 19,90°C.
Secara administratif Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan dan 53 kelurahan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebanyak 234.698 jiwa dengan
jumlah laki-laki sebanyak 114.561 jiwa dan perempuan sebanyak 120.137 jiwa serta kepadatan penduduk 2.935 jiwa per km².
Tabel.III.1 : Jumlah Penduduk Dirinci Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, 2011
Tabel.III.2 : Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan
No Kecamatan
RENTANG WAKTU PERENCANAAN 2012
2017 2022
2027 2032
1 SIANTAR
MARIHAT 18.797
19.135 20.121
23.248 24.446
2 SIANTAR
MARIMBUN 12.745
12.267 12.899
17.326 18.219
3 SIANTAR
SELATAN 20.952
21.653 22.769
25.196 26.495
4 SIANTAR
BARAT 46.525
50.435 53.034
50.751 53.366
5 SIANTAR
UTARA 49.305
53.736 56.505
53.148 55.886
6 SIANTAR
TIMUR 42.254
45.692 48.046
46.343 48.731
7 SIANTAR
MARTOBA 26.948
27.077 28.472
34.119 35.877
8 SIANTAR
22.127 22.007
23.141 28.514
29.983 No
Kecamatan Laki – laki
Perempuan Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
1 2
3 4
5 6
1. Siantar Marihat
8.799 9.073
17.872 96,98
2. Siantar Marimbun
7.096 7.546
14.642 94,04
3. Siantar Selatan
8.102 8.999
17.101 90,03
4. Siantar Barat
17.139 17.845
34.984 96,04
5. Siantar Utara
22.403 24.020
46.423 93.27
6. Siantar Timur
18.399 20.055
38.454 91,74
7. Siantar Martoba
19.154 19.214
38.368 99,69
8. Siantar Sitalasari
13.469 13.385
26.854 100,63
Pematangsiantar 114.561
120.137 234.698
95,36
SITALASARI 239.654
252.003 264.989
278.644 293.003
Sumber : Hasil Analisis 2010
Tabel.III.3 : Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan
No Kecamatan
RENTANG WAKTU PERENCANAAN 2012
2017 2022
2027 2032
1 SIANTAR
MARIHAT 2.402
2.445 2.571
2.971 3.124
2 SIANTAR
MARIMBUN 708
681 716
962 1.012
3 SIANTAR
SELATAN 10.372
10.720 11.272
12.473 13.116
4 SIANTAR
BARAT 14.516
15.736 16.547
15.835 16.651
5 SIANTAR
UTARA 13.508
14.722 15.481
14.561 15.311
6 SIANTAR
TIMUR 9.348
10.109 10.630
10.253 10.781
7 SIANTAR
MARTOBA 1.495
1.502 1.580
1.893 1.991
8 SIANTAR
SITALASARI 974
969 1.018
1.255 1.319
2.997 3.151
3.314 3.484
3.664 Sumber : Hasil Analisis, 2010
Sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, kota Pematangsiantar juga mengalami dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Suhu maksimum
rata-rata adalah 30,0 ºC dan suhu minimum rata-rata 21,0 ºC. Kelembaban udara rata-rata adalah 84, sedangkan curah hujan rata-rata 257 mm dimana curah hujan
tertinggi terjadi ada bulan September yang mencapai 465 mm.
III.2. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja terletak di Jalan Haji Adam Malik No.2, Kelurahan Teladan, Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematangsiantar, Sumate ra
Utara.
III.2.1. Dasar Pembentukan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar
Adapun dasar pembentukan dari Kantor Satpol-PP adalah : 1.
Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara dimulai tahun 2000 yang merupakan amanat dari UU No. 22 tahun 1999 ;
2. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Operasional Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara. 3.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematangsiantar.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong
Praja. 5.
Keputusan Walikota Pematangsiantar nomor 387b Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pematangsiantar.
III.2.2. Nama Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar sejak dibentuk pada Tahun 2001
Nama-nama Kepala Kantor Satpol PP kota Pematangsiantar sejak pertama sekali dibentuk,yaitu tahun 2001 :
1. Tahun 2001 – 2003
: Benar Sitepu 2.
Tahun 2003 – 2005 : Drs. Jonson Simanjuntak
3. Tahun 2005 – 2006
: Drs. Hendrik Sihombing 4.
Tahun 2006 – 2008 : Drs. Robert Samosir
5. Tahun 2008 – 2010
: Mahadin Sitanggang, SH 6.
Tahun 2010 – 2011 : Sofian Purba, S.Sos
7. Tahun 2011- 2012
: Hasudungan Hutajulu, SH 8.
Tahun 2012 - sekarang : Drs. Julham Situmorang, M.Si
III.2.3. Jumlah Personil, Golongan, dan Jabatan Personil Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar
Jumlah Personil pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja pada tahun 2015: 1.
PNS : 31 Orang
2. Pegawai Honor
: 99 Orang Jumlah
: 130 Orang Keadaan Personil Polisi Pamong Praja berdasaran Golongan :
1. Golongan IV sebanyak : 1 orang, terdiri dari :
• Golongan IVb = 1 orang • Golongan IVa = - orang
2. Golongan III sebanyak : 5 orang, terdiri dari :
• Golongan IIId = 1 orang • Golongan IIIc = 3 orang
• Golongan IIIb = 1 orang • Golongan IIIa = - orang
3. Golongan II sebanyak : 24 orang, terdiri dari :
• Golongan IId = 1 orang • Golongan IIc = 18 orang
• Golongan IIb = 3 orang • Golongan IIa = 2 orang
4. Golongan I sebanyak : 1 orang, terdiri dari :
• Golongan Id = - orang • Golongan Ic = - orang
• Golongan Ib = - orang • Golongan Ia = 1 orang
Jumlah Personil berdasarkan Jabatan Peran : • Pejabat Struktural ;
o Eselon II
= - orang o
Eselon III = 1 orang
o Eselon IV
= 4 orang • Pejabat Fungsional
= 3 orang • Tenaga TeknisOperasionalPNS = 14 orang
• Tenaga TeknisOperasionalHonor = 99 orang
• Tenaga Administrasi = 9 orang
III.2.4. Sarana dan Prasarana di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.
Sarana dan prasarana yang ada di Kantor Satpol-PP Kota Pematangsiantar : a.
Bangunan Kantor :
• 1 Satu bangunan kantor semi permanen b.
Jumlah kendraan dinas : • mobiltruk = 1 unit
• mobil kijang = 2 unit • mobil pangawalan = 1 unit
• sepeda motor = 1 unit Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 38 b Tahun
2001, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja mmemiliki kedudukan, tugas pokok dan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1 Kedudukan :
a. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja adalah unsur penunjang Pemerintahan
Kota Pematangsiantar. b.
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja diimin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
2 Tugas dan Fungsi Kantor Satuan PolisiPamong Praja
Kantor Satuan PolisiPamong Praja mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang ketentraman dan ketertiban
serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penyelenggaraan tugas sebagaimana
dimaksud, meliputi : Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah, peraturan walikota sebgaimana
pelaksanaan peraturan daerah; a.
Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah;
b. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan
keputusan walikota sebagai sebagai pelaksana peraturan daerah; c.
Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan
keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS danataunaparatur
lainnya; d.
Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota,
keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya dengan aparat kepolisian, penyidik pegawai negeri sipil danatau aparatur lainnya;
e. Melaksanakan pengawasan terhadap masyrakat agar mematuhi dan mentaati
peraturan daerah, peraturan walikota, keputusan walikota sebgai pelaksana peraturan daerah;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
III.3. Visi dan Misi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja III.3.1. Visi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
“Kota Pematangsiantar yanga aman, tertib dan kondusif serta mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
III.3.2. Misi Satpol PP Tujuan dan Sasaran
1. Melaksanakan penyusunan programpengelolaan administrasi, ketatausahaan,
perlengkapan, kepegawaian dan Keuangan dalam pelaksanaan ketentraman, ketertiban umum dan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah. 2.
Melaksanakan kebijakan pemerliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.
3. Melaksanakan pengawasan dan penegakan Peraturan Daerah, Keputusan
Kepala Daerah, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya. 4.
Melaksanakan penertiban dan penindahakn terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan Peraturan Perundang-Undangan
lainnya.
5. Melaksanakan pengamanan unsure pimpinan daerah beserta lingkungan kerja
pimpinan Pemerintah Kota. 6.
Melaksanakan koordinasi dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS dan aparatur lainnya dalam penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah. 7.
Melaksanakan pembinaan kualitas fisik, mental serta pemberdayaan personil Satpol PP.
Tujuan dan sasaran strategi yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel .III.4. Tujuan dan Sasaran Strategi
Tujuan I Meningkatnya Kualitas Pelayanan Prima Administrasi Perkantoran
Sasaran Terwujudnya Pelayanan Prima Administrasi Perkantoran
Tujuan II Meningkatnya Kinerja Prima Personil Satpol PP
Sasaran Semakin meningkatnya Kinerja Personil Satpol PP
Tujuan III Terciptanya kondisi aman dan nyaman di Lingkungan Pemerintah
kota Pematangsiantar Sasaran
Semakin meningkatnya keamanan dan kenyamanan lingkungan Kota Pematangsiantar.
Tujuan IV Terciptanya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib
Sasaran Terwujudnya Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat di Lingkungan
Pemerintah Kota Pematangsiantar
Tabel III.5. Strategi Pencapaian Tujuan
No Sasaran
Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran Kebijakan
Program
1. Terwujudnya
Pelayanan Prima Administrasi
Perkantoran Peningkatan Kualitas
dan Mutu Pelayanan Administrasi
Perkantoran a.
Pelayanan Administrasi
Perkantoran
2. Semakin
meningkatnya Kinerja
Personil Satpol PP
Meningkatnya Sarana dan Prasarana aparatur
Meningkatnya disiplin aparatur
Meningkatnya kapasitas SDM aparatur.
a. b.
c. Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur.
Peningkatan Disiplin Aparatur.
Peningkatan Sumber Daya Aparatur.
3. Semakin
meningkatnya keamanan dan
kenyamanan lingkungan Kota
Pematangsiantar Peningkatan keamanan
dan kenyamanan lingkungan
d. Peningkatan
Keamanan dan Kenyamanan
Lingkungan.
Terwujudnya ketentraman dan
ketertiban masyarakat di
lingkungan Pemerintah Kota
Pematangsiantar Peningkatan
Pengawasan terhadap penegakan Perda,
Keputusan Kepala Daerah dan Perundang-
undangan lainnya. e.
Pemeliharaan Kantrantibmas dan
Pencegahan Tindak Kriminal.
III.4. Kebijakan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja III.4.1. Hambatan
1. Sarana dan Prasarana masih kurang seperti Kendaraan Angkutan Pelton
Pengendali Masyarakat TON DALMAS, Kendaraan Parroli Roda Empat dan Roda Dua.
2. Dana Anggaran pendukung untuk kelancaran pelaksanan tugas belum
memadai. 3.
Kualitas Aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar yang relatif masih rendah sehingga belum mendukung secara penuh pelaksanaan
tugas.
III.3.2. Masalah yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja
1. Masih rendahnya pemahaman masyarakat atau kurang proaktif terhadap
Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar dan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang menyangkut bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum.
2. Masih rendahnya kesadaran para pedagang kaki lima yang menggunakan
Jalan dan Trotoar untuk tempat berjualan dan berdagang. 3.
Para pedagang pasar pagi diluar areal Pasar Dwikora dan Pasar Horas masih belum mematuhi ketentuan waktu berjualan yang ditetakan Pemerintah Kota
Pematangsiantar. 4.
Masih ada masyarakat yang mendirikan bangunan belum memiliki izin IMB atau IMB-nya belum dikeluar pelaksanaan bangunan telah dimulai, begitu
juga terhada izin-izin usaha lainnya belum seenuhnya diindahkan sesuai ketentuan Peraturan yang berlaku.
III.4.3. Kebijakan untuk Pencegahan Masalah
1. Menghimbau masyarakat untuk mematuhi Peraturan Daerah No. 9 Tahun
1992 tentang Wajib Bersih Lingkungan, Keindahan dan Ketertiban Umum.
2. Menghimbau para pedagang kaki lima untuk tidak menggunakan badan-badan
Jalan dan Trotoar untuk berjualan dan berdagang. 3.
Menghimbau Para Pedagang Pasar Pagi diluar Pasar Dwikora dan Pasar Horas untuk mematuhi ketentuan waktu berjualan yang telah ditentukan pemerintah
Kota Pematangsiantar. 4.
Melakukan Penertiban Pedagang Kaki Lima yang berjualan pada tempat- tempat yang dilarang sesuai dengan Perda.
5. Menghimbau masyarakat yang mendirikan bangunan untuk mengurus IMB ke
Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Pematangsiantar sebelum pembangunan dimulai, begitu juga izin Usaha lainnya ke Instansi terkait.
III.3.4. Program dan Kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja
1. Melakukan Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum kepada
masyarakat Kota Pematangsiantar. 2.
Melaksanakan Pengawasan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
3. Melaksanakan Pengamanan dan Pengawalan unsur Pimpinan Daerah
Pemerintah Kota Pematangsiantar beserta lingkungan kerjanya. 4.
Mengaplikasikan Pengamanan Kapasitas dan Kesamaptaan Personil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.
5. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu dengan Instansi
terkait, baik dengan aparat Polres,Kodim dan Kejaksaan Negeri dalam melaksanakan Tipring.
6. Melakukan Pengolahan Administrasi dan Ketatausahaan, Perlengkapan,
Kepegawaian, dan Keuangan. 7.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.
III.5. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dalam Kantor Satpol Polisi Pamong Praja dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
Gambar III.1. Bagan Susunan Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar
KEPALA KANTOR Drs.Julham Situmorang
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SEKSI OPERASIONAL
PENERTIBAN Arifin Sinaga, S.Si
SEKSI PENGAMANAN DAN PENGAWALAN
Yani Saragih, SP SUB. BAG. TU
Martua Budiman Saragi,S.Sos SEKSI PENGEMBANGAN
KAPASITAS DAN KESAMAPTAAN
Salmon Saragih
III.6. Uraian Tugas Pejabat Struktural dan Staf Kantor Satuan Polisi Pamong Praja.
A. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha merupakan unsur staf yang di pimpin oleh seorang kepala sub bagian tata usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Sub bagian tata usaha kantor satuan polisi pamong praja mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang pembinaan
penyelenggaran administrasi umum dan perlengkapan, pembinaan kepegawaian dan tata laksana, serta pembinaan administrasi keuangan.
Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud di atas meliputi : 1.
Menyelenggarakan urusan surat menyurat, tatalaksana dan perlengkapan kepegawaian;
2. Menyusun bahan pelaporan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum;
3. Menyelenggaran administrasi keuangan;
4. Melakukan koordinasi dengan unit kerjainstansi terkait sesuai dengan bidang
tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;
B. Seksi Operasional dan Penertiban
Seksi operasional penertiban merupakan unsur pelaksanaan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala kantor. Seksi operasional penertiban mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang operasional penertiban.
Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi : 1.
Melaksanakan tugas operasional sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknisoperasional penertiban peraturan daerah dan peraturan walikota;
2. Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah, peraturan walikota, dan peraturan
perundang-undangan lainnya; 3.
Menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan ketentraman dan ketertiban;
4. Melaksanakan razia penertiban guna menjamin tertibnya penyelenggaran
peraturan daerah, peraturan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya berkoordinasi dengan instansi lainnya;
5. Melaksanakan Tipiring Tindak Pidana Ringan terhadap pelanggaran
peraturan daerah; 6.
Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk tentang pengamanan dan penyidikan penyelenggaraan peraturan daerah serta peraturan perundang-
undangan lainnya yang menyangkut ketertiban umum; 7.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya.
C. Seksi Pengamanan dan Pengawalan
Seksi pengamanan dan pengawalan merupakan unsur pelaksana yang dipimpin soleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Seksi pengamanan dan pengawalan mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang pengamanan dan
pengawalan. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
1. Melaksanakan pengamanan unsur pimpinan pemerintah kota walikota, wakil
walikota dan sekretaris daerah beserta lingkungan kerjanya; 2.
Melaksanakan pengawalan unsur pimpinan pemerintah kota; 3.
Melaksanakan pengamanan dan lingkungan kerja pemerintah daerah demi tertibnya penyelenggaraan roda pemerintah;
4. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka
penyelenggaraan tugas-tugas pengamanan dan pengawalan; 5.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya
D. Seksi Pengembangan Kapasitas dan Kesamaptaan
Seksi pengembangan kapasitas dan kesamaptaan merupakan unsur pelaksanaan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Seksi pengembangan kapasitas dan kesamaptaan mempunyai tugas membantu kepala
kantor di bidang pengembangan kapasitas dan kesamaptaan satuan polisipamong praja. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
1. Melaksanakan pengembangan kapasitas satuan polisi pamong praja yang
meliputi pembinaan personil, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana kerja polisi pamong praja;
2. Melaksanakan diklat personil polisi pamong praja untuk meningkatkan
keterampilan pelaksanaan tugas; 3.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Data yang akan disajikan oleh peneliti mengenai efektivitas kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP, adalah data primer dan data sekunder.
Kemudian penulis akan menganalisis dan menginterpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini yaitu penyajian data
hasil wawancara dari informan kunci key informan yaitu Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, informan utama yaitu seksi operasional dan penertiban, dua
orang anggota seksi operasional dan penertiban dan informan tambahan yaitu pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora sebanyak 4 orang. Berikut hasil
wawancara yang penulis sajikan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan- penjelasan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh responden yang
bersangkutan.
A. Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Satpol Pamong Praja Satpol PP Pematangsiantar
1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum.
Untuk mengetahui sudahkah disusunprogram kegiatan dalam membina ketenraman dan ketertiban di kota Pematangsiantar, dan bagaimana pelaksanaannya.
Maka pertama sekali penulis melakukan wawancara dengan Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan :
1. Apakah ada program pengamanan dan penertiban yang dilakukan oleh Kantor
Satpol PP dalam menertibkan dan menjaga keamanan di kota Pematangsiantar?
Jawab : “ya, tentu saja ada dan sudah disusun setiap tahun. Karena mewujudkan kota Pematangsiantar yang aman,tertib dan kondusif merupakan visi
dari Kantor Satpol PP ini. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab dari kantor ini untuk menjaga ketertiban dan keamanan kota.”
2. Pada saat kapan dilakukan penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari
Kantor Satpol PP ? Jawab : “kalau penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari kantor ini
dilakukan satu kali dalam setahun, biasanya dilakukan antara bulan Agustus samapai Oktober. Dan program yang ada dikantor ini, disusun setahun sebelumnya.
Maksudnya, program yang akan digunakan pada tahun 2015, penyusunannya dilakukan pada tahun 2014. Seluruh rerncana kerja dari Kantor Satpol PP,
ditiuangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Kota Pematangsiantar Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.”
3. Dan bagaimana pelaksanaan dari kegiatan ketentraman dan ketertiban
tersebut?
Jawab : “pelaksanaan dari suatu kegiatan harus melalui prosedur yang sudah ditentukan. Para anggota Satpol tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan
penertiban kalau belum ada surat perintah. Oleh sebab itu, semua kegiatan dari kantor satpol harus didasarkan surat perintah tugas dan tidak boleh lari dari aturan
yang sudah ditetapkan.” 4.
Jadi bagaimana prosedur para anggota Satpol-PP untuk terjun langsung ke lapangan ?
Jawab : “yang pertama sekali, surat perintah tugas harus terlebih dahulu dikeluarkan dari bagian tata usaha TU, setelah itu surat diberikan kepada bagian
seksi operasional penertiban agar menentukan anggota yang harus turun ke lapangan. Dan kalau tidak ada surat perintah dari atasan, anggota tidak dapat pergi
kelapangan.” 5.
Untuk langsung terjun kelapangan biasanya diperlukan berapa personil Pak ?
Jawab : “tergantung jenis kegiatannya, kalau skala besar hampir seluruh anggota dibutuhkan kecuali seksi bidang TU dan sesi pengawalan dan pengamanan.
Personil yang dibutuhkan untuk skala sedang, biasanya berjumlah 10-20 personil yang diturunkan kelapangan dan jumlah lelaki selalu lebih banyak dibandingkan
jumlah wanita.” 6.
Untuk Pasar Dwikora sendiri kapan terakhir dilakukan kegiatan ketentraman dan ketertiban ?
Jawab : “Untuk Pasar Dwikora, terakhir dilakukan penertiban itu tahun lalu,yaitu tahun 2014. Walaupun seperti itu, kegiatan di pasar dwikora ini tetap
diawasi setiap harinya. Dan kalau untuk penggusuran tidak pernah dilakukan lagi.” 7.
Pernahkah pemerintah melakukan relokasi terhadap PKL yang ada di Pasar Dwikora ini, dan bagaimana hasilnya Pak?
Jawab : “lima tahun yang lalu pernah dilakukan relokasi PKL. Mereka dipindahkan ke terminal Suka Dame yang berada didekat terminal bus. Dan relokasi
ini tidak berjalan seperti yang diharapkan karena sebagian para PKL tetap balik ketempat semula yaitu di badan jalan Patuan Nagari dan Patuan Anggi.”
8. Jadi menurut Bapak sendiri apa langkah yang tepat untuk mengatasi dan
menata rapi para PKL yang ada di Pasar Dwikora ini ? Jawab : “kalau menurut saya langkah awal adalah kesadaran dari masing-
masing masyarakat untuk hidup secara terarah dan teratur. Memang relokasi penting. Akan tetapi cara itu akan tetap gagal karena masyarakat pembeli juga lebih
memilih berdagang di badan jalan seperti biasanya. Kalau saja para pembeli juga mau bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan penertiban akan PKL ini,
maka semua akan berjalan dengan baik. Selain itu harus ada kerjasama yang baik dengan dinas-dinas yang lain untuk memberikan pengarahan seperti sosialisasi
Perda kepada masyarakat.”
2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.
Untuk melihat kebijakan seperti apa yang sudah dilakukan dalam pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban daerah. Maka peneliti mengajukan
pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan :
9. Apa yang dimaksud dengan melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, dan apa saja yang termasuk kedalam kebijakan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ini, Pak ?
Jawab : “maksud dari melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban adalah bahwa ada saatnya atasan
mengeluarkan ataupun membuat suatu kebijakan saat terjadi suatu pelanggaran dan tetap didasarkan oleh peraturan dan ketentuan yang ada. Artinya, tidak boleh
menyalahi aturan yang ada. Dan untuk kebijakan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ini misalnya ada suatu pelanggaran disuatu tempat, misalnya si A
berjualan di depan rumah si B, karena merasa terganggu maka si B melaporkan kepada Satpol agar si B digusur dan segera dipindahkan. Sebagai penegak di bidang
ketentraman dan ketertiban, maka sudah kewajiban dari Kantor Satpol-PP untuk menertibkan pedagang-pedagang kaki lima yang berjualan di tempat yang tidak
seharusnya dipakai untuk berdagang, apalagi sampai memakai jalur umum yang biasa dipakai oleh masyarakat. Dan dalam hal ini, kantor Satpol harus terlebih
dahulu berkoordinasi dengan Kantor Camat tempat suatu kejadian terjadi. Satpol- PP tidak dapat langsung menindak si A tanpa koordinasi dan persetujuan dari
Kantor Camat yang ada.”
10. Apa kegiatan yang pemeliharaan dan penyelengaran ketentraman dan
ketertiban yang sudah pernah dilakukan Kantor Satpol-PP ? Jawab : “salah satunya memindahkan pkl yang ada didepan Taman Bunga, dan
Pujasera. Semua pkl kami pindahkan kebelakang taman bunga dan disana sudah dibangun pemerintah tempat yang cocok untuk berdagang. Dan sebagian dipindah
lokasikan ke depan Stasiun Kereta Api. Akan tetapi masih ada saja beberapa pedagang yang keras kepala dan tetap berjualan didepan Pujasera. Dan faktor
utama yang membuat para pkl bersikeras mempertahankan tempatnya karena memang masyarakat juga tetap membeli sekalipun itu dipinggir jalan. Sebagian
masyrakat juga kurang sadar hukum, sudah tau itu di pinggir jalan, masih saja memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan untuk membeli barang dagangan si pkl
tadi. Padahal hal ini mengakibatkan lalu lintas terganggu. Inilah yang harus kita ubah, yaitu pola pikir masyarakat dan sudah seharusnya saling membantu dalam
mewujudkan penertiban ini, ada kontribusi dari pemerintah, ada dari dinas dan juga dari masyarakat. ”
11. Dan tantangan apa yang dihadapi saat melakukan kebijakan ketentraman dan
ketertiban ini ? Jawab : “pelaksanaanya mengakibatkan banyak resiko dan banyak
tantangan.Baik itu tantangan dari dalam,maupun tantangan dari luar. Tantangan dari dalam itu maksudnya tantangan yang berasal dari satpol sendiri. Maksudnya
kurangnya perlengkapan anti huru hara. Perlengkapan anti huruhara ini meliputi;
topi,baju pelindung, tongkat T, sepatu, dan Tameng. Perlengkapan yang tersedia hanya 40 set, sementara jumlah anggota Satpol-PP sebanyak 130 orang. Jadi kantor
Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban dengan para pedagang kaki lima 130
orang. Jadi kantor Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban para pedagang kaki
lima, terutama untuk menghindari tindak-tindakan pertikaian. Yang kedua ancaman dari luar yaitu adalah masyarakat setempat. Ancaman dari luar inilah yang biasanya
mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan dari pedagang kaki lima, masyarakat.”
3. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah.
Kantor Satpol-PP sebagai pelaksana dari peraturan daerah, harus menegakkan keputusan walikota, peraturan walikota, dan peraturan daerah. Maka peneliti
mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang, dengan pertanyaan : 12.
Apa fungsi dari kebijakan Perda, Peraturan Walikota, dan keputusan walikota untuk kinerja dari Satpol-PP?
Jawab : “Perda inilah yang menjadi acuan kinerja oleh anggota Satpol-PP ini dalam kesehariannya.ada 21 Perda yang harus ditangani oleh Kantor Satpol-PP
kota Pematangsiantar.” 13.
Apa saja perda yang dimaksud itu , Pak ?
Jawab : “Peraturan daerah no 10 tahun 2005 tentang izin usaha industri, perda no 1 tahun 2014 tentang IMB, Perda no 9 thn 2005 tentang tanda daftar industri,
perda no 8 tahun 2005 tentang tanda daftar perusahaan, perda no 7 tahun 2005 tentang tanda daftar gudang, perda no 6 tahun 2005 tentang surat izin usaha
perdagangan, perda no 5 tahun 2005 tentang surat izin tempat usaha, perda no 6 tahun 2004 tentang izin usaha kepariwisataan, perda no7 tahun 2003 tentang
rencana tata ruang wilayah kota Pematangsiantar, perda 12 tahun 2002 tentang retribusi pajak hotel, perda no11 tahun 2002 tentang pajak restoran, perda no 9
tahun 2002 tentang perizinan bidang kesehatan, perda no 19 tahun 1998 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, perda no11 tahun 1998 tentang retribusi
parkir di tepi jalan umum, perda no 13 tahun 1998 tentang retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran racun api, perda no 9 tahun 1992 tentang wajib bersih
lingkungan , keindahan dan ketertiban umum, perda no 2 tahun 2014 tentangizin undang-undang gangguan , perda no 9 tahun 2001 tentang pajak reklame, peraturan
pemerintah no 6 tahun 2011 tentang pajak daerah, perda no 4 tahun 2005 tentang retribusi pelayanan persampahankebersihan, perda no 16 tahun 2005 tentang lalu
lintas dan angkutan jalan di wilayah kota Pematangsiantar”.
4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum.
Dalam hal ini, kantor Satpol-PP berkoordinasi dengan dinas-dinas yang terkait dalam menjaga ketentraman dan ketertiban. Maka peneliti mengajukan pertanyaan
kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan:
14. Dinas-dinas apa sajakah yang berkoordinasi dengan Kantor Satpol-PP ?
Jawab : “Dinas Kebersihan, Kantor, Kesbanglinmas Kesejahteraan Pembangunan dan Perlindungan masyarakat, Kejaksaan, Kantor Pengadilan Dinas
Sosial,Polisi, Kecamatan, Kelurahan,dan lain-lain. ” 15.
Jadi pada saat kapan saja dibutuhkan peran serta dari dinas-dinas yang terkait?
Jawab : “pada saat satpol-pp melakukan kegiatan penertiban , contohnya penertiban PKL, maka sangat diharapkan peran serta dari dinas-dinas yang lain,
seperti kantor camat, kantor pasar, dan dinas kebersihan. Hal ini dikarenakan peran dari satpol-pp saja tidak akan berhasil maksimal tanpa dibantu oleh dinas-dinas
terkait tersebut. Ditambah lagi menggingat bahwa PKL yang ada di Pasar saat ini melebihi jumlah personil Satpol-pp yang masih minim dalam perlengkapan
keamanan. Dan kalau hanya peran dari Satpol-pp saja, tidak akan tuntas untuk mengatasi PKL ini. Oleh karenanya diharapkan peran serta dari dinas-dinas
terkait.”
5. Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum.
Dalam hal ini, kantor Satpol-PP bekerjasama dengan dinas terkait dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat dalam menjaga ketentraman dan
ketertiban. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan:
16. Bagaimana koordinasi yang dilakukan untuk pembinaan dan pemeliharaan
ketentraman dan ketertiban ? Jawab : “kalau untuk penentuan dengan dinas mana berkoordinasi, itu ditentukan
dari Perda. Sudah ada memang aturannya. Contohnya saat menertibkan PKL, diperlukan lah koordinasi dari Polisi, dalam hal ini bantuan dari Polisi diperlukan
untuk mencegah dan menghambat terjadinya bentrok saat anggota Satpol-PP melakukan penertiban. Contoh lainnya, bantuan dari Dinas Tata Ruang dan
lingkungan mengenai bangunan-bangunan yang tidak memiliki IMB izin mendirikan bangunan.”
17. Menurut bapak, dengan adanya koordinasi dengan dinas-dinas lain maka
pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban lebih cepat tercapai atau malah mengahambat prosesnya?
Jawab : “ya tentu saja sangat membantu, seperti yang sudah jelaskan tadi.” 18.
Jadi upaya apa yang tepat untuk menertibkan Pkl ini , Pak ?
Jawab : “upaya yang tepat untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan kerjasama antara pemerintah dengan dinas-dinas terkait, selain itu kerjasama antara
pemerintah dengan masyarakat juga penting sekali. Selain menjalin hubungan kerjasama, seharusnya dibuat sosialisasi terhadap masyarakat.”
6. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat.
Untuk mengawasi tindakan masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Julham Situmorang dengan
pertanyaan: 19.
Bagaimana tindakan pengawasan yang sudah dilakukan oleh anggota Satpol- PP dalam mengawasi tindakan masyarakat yang melanggar Perda ?
Jawab : “contoh tindaan pengawasan yang dilakukan oleh Satpol-PP adalah kasus masyarakat yang mendirikan bangunan dilahan yang seharusnya masyarakat
gunakan sebagai jalan,oleh sebab itu, bangunan ini menggangu jalan masyarakat didaerah itu. Dalam hal ini Satpol-PP juga berkoordinasi dengan Dinas Tata Ruang
dan Lingkungan dalam masalah IMB.” 20.
Bagaimana prosedur SOP standar operasional kerja dari Satpol-PP dalam melakukan penertiban ?
Jawab : “prosedur kerja dari Satpol- PP yang pertama diawali dengan peringatan lisan, kedua yaitu memberikan tegoran I jika langkah pertama tidak berhasil, ketiga
yaitu memberikan tegoran II dan setelah seminggu setelah teguran II tidak berhasil juga, maka Satpol-PP akan membongkar sendiri selama 3x24 jam.”
21. Jadi penilaian Bapak sendiri terhadap kinerja dari anggota Satpol terutama
dalam menertibkan pedagang kaki lima bagaimana Pak ? Jawab :“menurut saya belum mencapai 100. Karena memang kita memiliki
banyak kekurangan. Walaupunsetiap hari seluruh anggota bekerja, tetapi
dikarenakan prasarana dan jumlah personil yang belum memadai serta kesadaran dari masyarakat yang masih rendah, inilah mengakibatkan kinerja dari anggota
Satpol-PP belum efektif.”
7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kantor Satpol-PP menjalanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota dan tetap didasarkan oleh tugas dan fungsinya. Maka peneliti mengajukan pertanyaan
kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan :
22. Apa Tugas lain yang dimaksud itu yang bagaimana , Pak ?
Jawab : ”tugas lain itu merupakan tugas yang diberikan oleh walikota, maksudnya tugas diluar dari tugas dari Satpol-PP yang semestinya. Akan tetapi tidak
menyalahi dari tugas dan tanggung jawab dari Satpol-PP. ” 23.
Seperti apa prosedurnya , Pak ? Jawab : “kalau prosedurnya yang pertama seali pastilah dari atasan, yaitu
Walikota, kemudian diturunkan ke Sekda, selanjutnya kepada Assisten I assisten
adm.pemerintah dan kesejahteraan rakyat, dan kemudian sampailah kepada kantor Satpol-PP”
24. Salah satu tugas lain yang sudah pernah diterima oleh Kantor Satpol-PP apa ,
Pak ? Jawab : ”Tugas lain yang pernah kami jalankan terakhir kali kurang lebih lima
tahun yang lalu sewaktu Walikota yang sebelumnya. Tugas lain yang pernah dilaksanakan yaitu pada saat permasalahan pemindahan sekolah SMAN.4
Pematangsiantar. Pada saat itu Bapak Walikota menugaskan kantor Satpol-PP untuk melakukan penjagaan di malam hari karena pada saat itu terjadi bentrok.”
B. Hasil wawancara dengan Kepala dan Anggota Seksi Operasional dan Penertiban Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Satpol-PP
1. Melaksanakan tugas operasional sesuai pedoman dan petunjuk teknisoperasional penertiban Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.
Sebagai seksi operasional dan penertiban, maka anggota Satpol-PP yang termasuk dalam seksi ini bertugas untuk melaksanakn tugas-tugas sebagaimana yang
sudah seharusnya dilaksanakan sebagai anggota seksi operasional dan penertiban. Maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Operasional dan
Penertiban yaitu Bapak A.Sinaga dan dua orang anggota dari seksi Operasional dan Penertiban, yaitu Bapak Silalahi dan Bapak Simamora dengan pertanyaan :
1. Apa saja yang menjadi tugas pokok dari Satpol-PP ?
Jawab : “yang pertama pengamanan unjuk rasa, kedua penertiban pedagang kaki lima pkl,ketiga penjaman objek vital,keempat penagamanan acara-acara event
tertentu,kelima pengamanan dan pengawalan. Dan kelima program inilah yang menjadi tugas pokok bagi bidang operasional dan penertiban”
Pertanyaan yang serupa juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “Ya, ada lima yang menjadi program dari seksi operasional dan penertiban ini, yaitu
penertiban pkl, penertiban unjuk rasa, pengamanan gedung-gedungrumah dinas, pengamanan keramaian saat ada acara besar di kota Pematangsiantar, pengamanan
dan pengawalan WalikotaSekda” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang menjadi salah satu anggota dari
seksi operasional dan penertiban ini : “penegakan dan pengawasan Perda, penjagaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, pengawalan pejabat, pengamanan asset daerah.” 2.
Pada saat kapan dilakukan penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari Kantor Satpol PP ?
Jawab : “biasanya penyusunan program kegiatan dilakukan bulan agustus atau oktober. Kegiatan untuk tahun depan,biasanya disusun pada tahun ini.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“bulan agustus, kadang bulan oktober. Rencana kerja untuk tahun depan,disusun di tahun ini ”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang menjadi salah satu anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :
“akhir tahun, yaitu dibulan agustus atau oktober”
3. Jadi bagaimana untuk prosedur kerja kelapangan ?
Jawab : “prosedurnya diawali dengan perintah tugas dari atasan, dan bagian tata usaha akan mengeluarkan surat perintah kerja kepada bagian operasional dan
penertiban.” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“dari atasan,kemudian pengeluaran surat perintah tugas, setelah itulah boleh terjun kelapangan.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :
“harus dimulai dari perintah atasan, dan setelah surat perintah keluar, barulah anggota boleh terjun kelapangan”
4. Kalau untuk Pasar Dwikora kapan terakhir dilakukan penertiban ?
Jawab : “awal tahun 2014” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“awal tahun 2014 terakhir kali dilakukan penertiban di Pasar Dwikora” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota dari seksi
operasional dan penertiban ini : “kalau tidak salah pada akhir tahun 2014, dan di tahun 2015 ini belum ada
dilakukan ”
2. Mengawasi pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Seksi Operasional dan Penertiban bertugas untuk mengawasi pelaksanan dari Perda, Peraturan Walikota dan Peraturan perundang-undangan lainnya. Maka peneliti
mengajukan pertanyaan dengan pertanyaan : 5.
Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan ?
Jawab : “bentuk pengawasan dan pengamanan dilakukan dengan cara kekeluargaan, yaitu tanpa tindakan anarkis. Oleh sebab itu, tempat yang dilarang
untuk digunakan berdagang dijaga terlebih dahulu sebelum PKL menempati tempat ini untuk dijadikan tempat berjualan. Satpol-PP menjaga ketertiban dan kebersihan,
sementara dalam mengamankan PKL tidak terlepas dari masalah HAM. Oleh karenanya anggota Satpol-PP sering mengalami dilemma.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “dalam melakukan pengawasan, diharapkan adanya kerjasama dengan
dinas-dinas yang lain. Karena hanya Satpol-PP saja yang bekerja tanpa adanya kerjasama dari dinas-dinas lain, masalah PKL ini tidak akan tuntas.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“contohnya ada pedagang yang membangun tempat dagangannya ditempat yang tidak seharusnya. Maka anggota Satpol-PP harus terlebih dahulu melakukan
tindakan kekeluargaan, hal ini diharapkan untuk menjauhi segala bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi. Dan Satpol-PP menghindarkan segala bentuk tidak anarkis.”
6. Seperti apa standar operasional kerja SOP penertiban ?
Jawab : “untuk SOP nya diawali dengan kalau ada sesuatu yang menyalahi, maka dilakukan pendekatan secara lisan kepada PKL tersebut, yaitu pendekatan
secara kekeluargaan, kalau hal ini tidak berjalan dengan baik maka masuklah Tegoran I untuk membongkar sendiri, yang kedua kalau tidak dilaksanakan dalam
tempo seminggu maka dikeluarkan tegoran II dan isinya tetap untuk membongkar sendiri, selanjutnya minimal tujuh hari maka diberikan tegoran keIII agar mereka
membongkar sendiri, kalau tetap tidak dibongkar,maka Satpol-PP akan membongkar 3x24 jam.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“kalau untuk SOP pembongkaran bangunan, Satpol hanya sebagai pengeksekusi, yang memegang tim yaitu Dinas Tata Ruang dan
LingkunganTarukim. Dan dalam hal ini Satpol hanya bisa menerima perintah dar dinas terkait, setelah itu dibuat suatu tim,maka Satpol hanya sebagian dari tim. Oleh
sebab itu, Satpol tidak dapat langsung melakukan pembongkaran bangunan sebelum ada perintah dari Tarukim.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“prosedur Sop ini yang pertama diawali dengan pendekatan secara kekeluargaan, kalau cara ini tidak berhasil maka dikeluarkan surat peringatan I, jika
tidak berhasil maka dikeluarkan peringatan II, dan kalau hal itu tidak berhasil maka dikeluarkan surat peringatan III, yaitu untuk membongkar selama 3x24 jam.”
7. Berapa jumlah anggota yang dibutuhkan untuk terjun langsung kelapangan ?
Jawab : “tergantung jenis kegiatannya. Kalau kegiatan dalam jangkauan besar, maka dibutuhkan banyak anggota Satpol. Dan kalau jangkauan yang besar,maka
seluruh anggota diturunkan kelapangan. Kecuali Seksi TU dan Seksi Pengawalan. Karena kedua seksi ini sudah berbeda tugasnya.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “biasanya sekitar 15-20 orang yang ditugaskan.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“tergantung jenis kegiatan nya. Kalau kegiatan yang besar maka banyak jugalah jumlah anggota yang dibutuhkan, kalau kegiatan yang skala kecil, maka
jumlah anggota yang dibutuhkan juga sedikit dan tergantung tingkat keramaian dari kegiatan tersebut.”
8. Bagaimana tanggapan anda terhadap kinerja Satpol-PP dalam menertibkan
pedagang kaki lima ini ? Jawab : “jelas masih kurang efektif dikarenakan masih banyak kendala yang
dihadapi seperti yang saya jelaskan tadi.” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“masih mencapai 80-90 persen saja” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi
operasional dan penertiban : “kurang efektif karena dalam menertibkan PKL masih banyak kendala yang
dihadapi, kendalanya yang pertama masih adanya campur tangan dari pejabat daerah, adanya bantuan-bantuan dari preman setempat, selanjutnya kendala dana,
sarana yang masih minim di kantor Satpol-PP,seringkali terjadi keributan saat dilakukan penertiban, tingkat kesadaran dari PKL masih kurang karena para
pedagang egois, maksudnya mengesampingkan Perda demi kepentingan diri sendiri,
masalah dilema yang dihadapi oleh anggota Satpol-PP yang terkadang tidak tega untuk memaksa tertib para PKL.”
3. Menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan ketentraman dan ketertiban.
Dengan adanya suatu rencana, maka suatu kegiatan akan lebih efektif hasilnya. Karena dengan adanya suatu rencana, suatu kegiatan akan berjalan secara
teratur. Maka peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan : 9.
Untuk Pasar Dwikora adakah rencana atau program yang sudah disepakati untuk dilakukan ?
Jawab : “sempat dibuat kesepakatan dengan PKL untuk berjualan dari pukul lima pagi sampai pukul tujuh pagi. Hal ini dilakukan karena pukul tujuh pagi
masyarakat akan melewati jalan di Pasar Dwikora ini untuk beraktivitas, dan hal dilakukan untuk menghindari kemacetan jalan.””
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “tahun lalu itu sajalah kegiatan yang dilakukan untuk menertibkan PKL di
pasar dwikora ini. Untuk tahun ini belum ada.” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi
operasional dan penertiban :
“tahun lalu saja ada program penertiban, dan untuk tahun ini belum ada. Tetapi setiap hari tetap dilakukan pengawasan di Pasar Dwikora ini.”
10. Sudah pernahkah dilakukan relokasi terhadap PKL yang ada di Pasar Dwikora
ini ? Jawab : “lima tahun yang lalu, para PKL dipindahkan ke terminal suka
dame,yang terletak didekat terminal.” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“dipindahkan ke terminal suka dame tetapi itu lima tahun yang lalu.” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi
operasional dan penertiban : “keterminal Suka dame, akan tetapi tidak berhasil.”
11. Menurut anda apa langkah yang tepat dalam menangani PKL ?
Jawab : “melakukan kerjasama dengan instansi terkait, dan mengubah pola piker masyarakat untuk taat pada peraturan.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “melakukan kerjasama dengan dinas terkait, kerjasama dengan pemerintah
dan kerjasama dengan masyarakat. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi Perda kepada masyarakat melalui media massa, media elektronik, spanduk, dll”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“langkah yang paling tepat adalah relokasi, dibuat suatu tempat yang layak dan tidak menggangu kepentingan umum. Dan diharapkan Pemko mencari tempat
yang lebih baik yang bisa dijangkau oleh masyarakat pembeli. ”
4. Melaksanakan razia penertiban guna menjamin tertibnya pelenggaraan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan peraturan perundang-undang
lainnya berkoordinasi dengan instansi terkait.
Sebagai seksi operasional dan penertiban, maka seksi ini bekerjasama dengan dinas terkait untuk memberi rasia kepada masyarakat yang menyalahi aturan dari
Perda, Peraturan Walikota, dan peraturan perundang-undangan lainnya. Maka peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan :
12. Kapan saja dilakukan razia penertiban ini ?
Jawab : “setiap bulan selalu dilakukan dua kali, akan tetapi kalau untuk Pasar Dwikora, saat ini hanya dilakukan pemantauan. Kalau untuk razia besar-besaran
belum pernah lagi dilakukan.” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“dua kali sebulan kadang ada penyelewengan Perda yang harus ditindak.” Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi
operasional dan penertiban :
“kalau ada bentuk-bentuk penyelewengan, ya pada saat itulah dilakukan penertiban. Jadi tergantung kalau ada penyelewengan atau tidak. Dan untuk Pasar
Dwikora belum ada razia terhadap PKL untuk tahun ini.”“ 13.
Tindakan-tindakan seperti apa saja yang patut untuk dirazia oleh anggota Satpol-PP?
Jawab : “yang pasti yang melanggar 21 Perda yang menjadi tanggung jawab dari Kantor Satpol-PP.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “yang melanggar Perda yang sudah ditentukan.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“yang mendirikan bangunan ditempat yang tidak seharusnya, tidak memiliki IMB, PKL yang tersebar tidak teratur,izin papan reklame,spanduk-spanduk, tanda
daftar perusahaan, dll.”
5. Melaksanakan Tipiring Tindak Pidana Ringan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.
Seksi operasional Satpol-PP berhak memberikan Tipiring kepada masyarakat yang menyalahi aturan, yaitu yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan
Daerah. Maka peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan :
14. Apa yang dimaksud dengan Tipiring ?
Jawab: “Tipiring ini merupakan tindak pidana ringan yang sangksi nya sangat ringan dan biasanya tidak membuat PKL jera karena sifatnya masih ringan.
Contohnya PKL yang memakai badan jalan, saat kita menindak Tipiring, harus ada PPNS ,karena selanjutnya PPNS yang akan bekerjasama dengan Kejaksaan dalam
menentukan sangksi yang akan diterima.” Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“Tipiring ini merupakan tindak pidana ringan yang diberikan kepada PKL sebagai tanda peringatan.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“Tipiring itu merupakan tindak pidana ringan yang nantinya dapat menentukan apa hukuman yang harus diterima. ”
15. Sudah berhasilkah tindakan Tipiring ini untuk membuat masyarakat jera dan
tidak melanggar aturan lagi ? Jawab : “kalau menurut saya belum. Karena sifat dari Tipiring ini masih
lemah.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“namanya juga tipiring, tindak pidana ringan, sifatnya lemah dan tidak membuat masyarakat jera.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“Menurut saya belum berhasil karena belum ada efek jera kepada para PKL, dan tidak pernah permasalahan PKL ini sampai tuntas untuk diselesaikan, misalnya
anggota satpol sudah mengangkat barang dagangan PKL tersebut, besoknya gerobak dagangan PKL itu tadi sudah dipulangkan dan PKL tadi pun kembali berjualan lagi.
Seharusnya ada PPNS penyidik pegawai negeri sipil. PPNS ini yang bertugas untuk menyidik dan menyelesaikan masalah seperti ini secara hukum. Dan hal inilah yang
menjadi kendala bagi anggota Satpol.”
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya.
16. Apa yang dimaksud dengan tugas lain ?
Jawab : “tugas yang diberikan oleh walikota diluar dari tugas dan tanggungjawab dari kantor Satpol-PP yang seharusnya, akan tetapi tidak lari jalur
dari tugas Satpol yang sesungguhnya.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :
“kalau tugas lain itu merupakan tugas baru yang tiba-tiba diberikan oleh pemerintah kota, walikota.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :
“tugas lain itu merupakan tugas-tugas diluar tugas dan tanggung jawab yang sudah ditetapkan.”
17. Apa saja tugas lain yang sudah pernah diterima oleh kantor Satpol-PP ?
Jawab : “kalau untuk tahun ini belum ada. Lima tahun yang lalu masalah pemindahan sekolah SMAN4. Karena pada saat itu terjadi bentrok.”
Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “pada saat masalah pemindahan bangunan SMAN 4 Pematangsiantar.”
Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban.
“kalau tidak salah, sekitar lima atau 6 tahun yang lalu kami melakukan penjagaan malam pada saat masalah pemindahan bangunan SMAN4,selain itu
kerjasama dan gotongroyong dengan pemerintah dan dinas-dinas yang terkait untuk membersihkan Pasar Dwikora yang terbakar pada tahun lalu.”
C. Hasil Wawancara dengan Pedagang Kaki Lima PKL di Pasar Dwikora, Pematangsiantar.
Peneliti melakukan wawancara dengan 4 Pedagang Kaki Lima. Adapun yang peneliti wawancarai adalah Ibu Saragi, Ibu Sinaga, Ibu Simamora dan Bapak Adi.
1. Sudah berapa lama anda berjualan di Pasar Dwikora ini ?
Jawab : Ibu Saragi : “saya berjualan disini sudah dua puluh enam tahun.” Ibu Sinaga : “sekitar enam tahun saya sudah berjualan ditempat ini.”
Bapak Ali : “kira-kira sudah delapan belas tahun saya berjualan ditempat ini.” Ibu Simamora : “sudah dua puluh tahun berjualan di pasar ini.”
2. Anda penduduk asli kota ini atau dari daerah lain ?
Ibu Saragi: “ya saya penduduk asli kota Pematangsiantar.” Ibu Sinaga: “saya tidak penduduk asli kota, karena saya tinggal di Raya.”
Bapak Ali: “ya,saya penduduk asli kota Pematangsiantar.” Ibu Simamora: “penduduk asli kota ini”
3. Apa betul kalau PKL yang ada disini tidak sepenuhnya warga kota
Pematangsianar ? Ibu Saragi : “ya tentu saja, karena pasar dekat dengan terminal ke daerah-
daerah lain. Jadi banyak juga masyarakat dari daerah lain berjualan ditempat ini.” Ibu Sinaga : “ya,saya salah satu contohnya yang berasal dari daerah lain.”
Bapak Ali
:
“benar sekali dan banyak juga jumlah pedagang yang berasal dari daerah lain berjualan di pasar dwikora ini.”
Ibu Simamora : “ya benar.” 4.
Dari awal anda berjualan, tempat ini yang anda jadikan sebagai tempat anda untuk membuka usaha dagang anda ?
Ibu Saragi : “iya, dari dua puluh enam tahun yang lalu, tempat saya berdagang memang disini”
Ibu Sinaga : “tidak, dulunya saya agak dipinggir jalan. Tetapi karena yang ditempat saya sekarang ini sudah tidak berjualan lagi. Jadi saya yang memakai
tempatnya. Baru dua tahun terakhir ini saya ditempat ini.” Bapak Ali : “iya tempat saya berdagang memang disini dari awal sampai
sekarang.” Ibu Simamora : “iya,disini tempat saya dari awal berjualan.”
5. Kegiatan berdagang di pasar ini dimulai dari pukul berapa ?
Ibu Saragi : “kalau para pedagang sebagian ini dari jam satu dini hari sudah disini karena kami harus membeli barang dagangan dari orang –orang yang menjual
hasil ladangnya. Tapi biasanya pembeli datang kira-kira pukul empat subuh. Jam segitulah baru mulai rame pembeli sampai pukul delapan.”
Ibu Sinaga :“mulai pukul tiga dini hari sudah ada pembeli yang datang.”
Bapak Ali : “dari pukul tiga sudah banyak orang yang berjualan dan sudah banyak pembeli. Dan sudah ramai juga orang lalu-lalang dipasar ini baik itu
berdagang, belanja, dan lain-lain.” Ibu Simamora : “mulai pukul dua dini hari sudah mulailah kegiatan jual beli
dipasar ini.” 6.
Jadi anda berjualan dari pukul berapa sampai pukul berapa ? Ibu Saragi : “dari pukul tiga dini hari sampai pukul dua siang kalau
dagangan saya belum habis, tetapi kalau dagangan saya cepat laku, biasanya jam sebelas siang saya sudah pulang.”
Ibu Sinaga : “dari pukul tiga dini hari sampai pukul sepuluh pagi.” Bapak Ali : “biasanya saya mulai berjualan dari pukul delapan pagi sampai
pukul enam sore.” Ibu Simamora : “mulai pukul empat dini hari dan biasanya pukul Sembilan
pagi saya sudah pulang karena dagangan saya sudah habis” 7.
Apakah ada ketentuan, seperti kesepakatan waktu berdagang untuk para PKL yang diberikan oleh Satpol-PP ?
Ibu Saragi : “kalau pedagang yang letaknya di depan dan dekat ke pinggir jalan mungkin mereka punya kesepakatan agar tidak menggangu jalan lalu lintas,
kalau pedagang yang masuk ke dalam gang seperti tempat saya tidak ada kesepakatan dengan Satpol-PP.”
Ibu Sinaga : “sejauh ini tidak ada.” Bapak Ali : “sepertinya tidak ada.sejauh ini saya tidak tau ada kesepakatan
berdagang.” Ibu Simamora :“untuk sekarang tidak ada, tetapi dulu ada. Karena sekarang
kami berdagang sudah aman aman saja.” 8.
Bagaimana Tanggapan anda terhadap sosok Satpol-PP ? Ibu Saragi: “sempat memang menggangap mereka musuh. Kalau sekarang
memang tidak pernah lagi dilakukan penggusuran, kalau dulu sekitar 6 tahun yang lalu selalu dilakukan penggusuran. Jadi sekarang kami berjualan sudah aman. ”
Ibu Sinaga: “baik, sekarang mereka hanya memantau-mantau saja. Mengingatkan jangan sampai ke jalan raya dipakai untuk berdagang, mengingatkan
sampah. Dan tidak pernah menggangu lagi.” Bapak Ali : “ya namanya juga mereka menjalankan tugas, sementara kami
para pedagang mencari makan untuk hidup. Jadi memang sama-sama bersikeras mempertahankan kepentingan masing-masing.”
Ibu Simamora :“karena belakangan ini mereka tidak pernah lagi melakukan penggusuran, ya seperti inilah untuk seterusnya , tidak diganggu lagi kami para
pedagang kaki lima.” 9.
Kapan terakhir kali Satpol-PP melakukan penertiban ?
Ibu Saragi : “sudah lama tidak pernah lagi, lima tahun yang lalu.” Ibu Sinaga : “sudah tidak pernah lagi..”
Pak Ali : “lima tahun yang lalu.” Ibu Simamora : “sudah lama sekali, sewaktu walikota yang sebelunya masih
memimpin kota ini.” 10.
Bantuan dari pemerintah yang sudah diterima oleh PKL yang ada disini ? Ibu Saragi : “payung dan timangan, tapi tidak semua mendapatkannya.”
Ibu Sinaga : “tidak ada.” Pak Ali : “kalau bantuan sepertinya tidak ada, dan saya juga kurang tau karena
saya kan berdagang molen dan martabak.” Ibu Simamora : “pernah dulu diberi pemerintah payung dan timbangan, tapi
tidak semua dapat bagian. Saya salah satu pedagang yang tidak dapat bagian, dan payung serta timbangan saya beli sendiri.”
11. Apakah pemerintah pernah melakukan relokasi kepada PKL ?
Ibu Saragi : “pernah beberapa tahun yang lalu,dipindahkan keterminal suka dame, tetapi seperti itulah kami diam diam pindah ke tempat awal kami. Karena
lebih banyak untung kalau berjualan di tempat ini.” Ibu Sinaga : “pernah, beberapa tahun yang lalu. Ke terminal suka dame.”
Pak Ali : “di pindahin ke terminal suka dame,” Ibu Simamora : “pernah, ke terminal sukadame, tapi tempatnya kurang
strategis.” 12.
Jadi apa harapan anda sendiri kepada pemerintah ? Ibu Saragi : “harapannya pemerintah tidak menggangu kegiatan dagang kami.
Tidak ada penggusuran terhadap pedagang. Memang sekarang lalu lintas jadi semakin terganggu, kalau dulu memang saat mereka melakukan penertiban, tertata
rapi semua dari parkir becak, parkiran kendaraan pembeli, dan tempat kami berdagang juga rapi disusun. ”
Ibu Sinaga : “ya kalau bisa pemerintah menyediakan tempat yang layak untuk kami para pedagang.”
Pak Ali : “kalau seperti sekarang ini, sudah aman karena Satpol-PP tidak pernah lagi melakukan penggusuran. Dan harapannya seperti inilah seterusnya.”
Ibu Simamora : “kalau bisa dilakukan penertiban dengan baik, maksudnya satpol bisa terlaksana kerjanya, dan pedagang juga bisa teteap berjualan. Karena keadaan
sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang sudah banyak sekali orang berjualan. Jadi tambah banyak saingan kita. Sudah lebih banyak pedagangnya dibandingkan
pembeli. Jadi kita sebagai pedagang hanya bisa bertahan biar gak tenggelam. Apalagi sekarang orang-orang yang bawa barang dari Raya, sudah menjadi
pedagang juga di pasar ini. Inilah yang jadi tantangan disini.”
Dan berikut Gambar keadaan Pasar Dwikora mulai dari pagi hari sampai sore hari, kita dapat melihat bahwa sampai pukul enam sore kegiatan jual-beli oleh
pedagang kaki lima dengan masyarakat di Pasar Dwikora tetap berlangsung.
Gambar IV.1. Keadaan Pasar Dwikora di Pagi Hari
Gambar IV.2. Keadaan Pasar Dwikora di Siang Hari
Gambar IV.3. Keadaan Pasar Dwikora di Sore Hari
BAB V ANALISA DATA
Pada bab V ini akan dipaparkan tentang penganalisaan data-data hasil penelitian, dan kemudian data-data tersebut akan dianalisis menurut indikator
masing-masing. Dari hasil analisa data-data ini, akan diperoleh kesimpulan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja sudah
efektif atau belum.
1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum.
Suatu kegiatan akan berjalan dengan baik, jika sebelum pelaksanaan kegiatan sudah disusun terlebih dahulu rencana dari kegiatan yang akan dilakukan. Jika
rencana sudah disusun, maka setiap kegiatan akan berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang. Dari data yang diperoleh oleh peneliti dari lapangan, bahwa
kantor Satpol-PP ini setiap tahunnya merancang program yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Dan penyusunan dari rencana program pembinaan ketentraman
dan ketertiban ini dilakukan antara bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. Dan karena visi dari kantor Satpol-PP ini untuk mewujudkan Kota Pematangsiantar yang
aman,tertib, dan kondusif, maka sudah menjadi tugas utama dari Satpol-PP menjaga ketentraman dan ketertiban.
Dan untuk proses pelaksanaan kegiatan ketentraman dan ketertiban, harus didasarkan atas Peraturan Daerah yang sudah ditentukan. Setiap anggota yang
ditugaskan untuk turun kelapangan harus memiliki surat perintah tugas dari atasan
yang dikeluarkan oleh bagian tata usaha, dan selanjutnya diserahkan kepada bagian operasional dan penertiban untuk penentuan jumlah personil dan siapa saja yang akan
ditugaskan kelapangan. Untuk jumlah personil yang dibutuhkan, berbeda-beda berdasarkan besar kecil resiko yang akan dihadapi. Kalau resikonya kecil, maka
hanya dibutuhkan sekitar dua puluh orang personil Satpol-PP, namun jika resiko yang dihadapi besar, maka dibutuhkan lebih dari dua puluh orang personil, bahkan seluruh
anggota yang akan akan dikerahkan kelapangan, kecuali bagian tata usaha dan bagian pengamananpengawalan.
Penertiban pedagang kaki lima di Pasar Dwikora ini menurut dua orang anggota Satpol-PP dilakukan awal tahun 2014, dan satu orang lagi mengatakan
dilakukan akhir tahun 2014. Sementara menurut pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini, penertiban sudah lama tidak dilakukan di pasar ini. Dan untuk
pemberdayaan para pkl suah pernah dilakukan, yaitu relokasi ke terminal Suka Dame. Akan tetapi hal ini tidak berjalan seperti yang diharapkan karena para pkl merasa
kurang mendapat untung dan tempatnya kurang strategis untuk dijadikan tempat berdagang. Dan menurut pedagang kaki lima di Pasar Dwikora, penertiban pedagang
kaki lima sudah lama tidak dilakukan lagi beberapa tahun terakhir, oleh sebab itu mereka sudah merasa aman karena kegiatan berdagang mereka tidak pernah diganggu
oleh sosok Satpol-PP lagi. Kalau untuk relokasi ke terminal Suka Dame menurut mereka tempatnya kurang cocok untuk dijadikan tempat berdagang. Karena pada saat
tu pembagian tempatnya dengan pengambilan nomor secara acak. Jadi pedagang yang mendapat tempat di belakang, merasa tidak adil dan tetap kembali ke tempat awal.
Hal ini dilakukan karena mereka merasa tempat awal lebih menghasilkan banyak keuntungan karena dipinggir jalan.
2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum di daerah.
Satpol-PP berhak mengeluarkan suatu kebijakan atas suatu pelanggaran yang terjadi. Akan tetapi kebijakan yang dikeluarkan oleh Satpol-PP harus sesuai dengan
Perda yang ada. Sebagai penegak di bidang ketentraman dan ketertiban, Satpol berhak mengambil suatu kebijakan atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat. Seperti yang sudah Kantor Satpol lakukan pada pedagang kaki lima yang ada di depan Taman Bunga dan didepan Pujasera Kota Pematangsiantar, mereka
dipindahkan ke belakang Taman Bunga Kota Pematangsiantar, sebagian juga dipindahkan ke depan Stasiun Kereta Api dan disana pemerintah sudah menyediakan
tempat yang cocok untuk para pedagang,dan para pedagang kaki lima juga tidak perlu lagi bersusah payah mendorong gerobaknya saat ingin berjualan. Akan tetapi masih
juga beberapa pedagang yang tidak mengikuti aturan Perda yang ada. Mereka tetap mempertahankan tempat awal mereka berdagang.
Salah satu faktor yang mengakibatkan pedagang kaki lima ini tidak mau dipindahkan dan tetap mempertahankan tempat dagangannya adalah karena pembeli.
Tanpa kita sadari, kita masyarakat sebagai konsumen kerap sekali melupakan aturan- aturan yang ada. Masih saja kita memarkirkan kendaraan kita, walaupun itu dijalan
yang sempit hanya untuk membeli barang dagangan pedagang kaki lima itu. Hal ini otomatis menggangu lalu lintas ditempat itu. Kalau saja masyarakat paham dan
mengerti aturan dan tidak membeli barang dagang para pedagang kaki lima tersebut, otomatis mereka pun tidak akan berjualan kalau pelanggan mereka tidak ada yang
membeli lagi. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala dalam mentertibkan para pedagang kaki lima. Selain itu, kendala lain yang dihadapi oleh Kantor Satpol-PP
dalam mentertibkan pedagang kaki lima ini adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada dikantor Satpol-PP, baik itu dari dana yang kurang memadai, personil yang
kurang, serta perlengkapan anti huru-hara yang sangat berguna bagi anggota Satpol- PP dalam melakukan keamanan dan ketertiban.
Menurut Kepala Bagian Operasional, Satpol-PP sudah pernah membuat kesepakatan dengan pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini untuk
berjualan dari pukul lima dini hari sampai dengan pukul tujuh pagi, diharapakan agar jalur lalu lintas di Pasar ini tidak terganggu, karena pukul tujuh pagi biasanya jalur
lalu lintas lebih ramai dipakai untuk orang-orang yang akan beraktivitas. Dan menurut pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini, ada yang mengatakan
bahwa dulu memang dilakukan kesepakatan seperti itu, namun sekarang tidak ada lagi. Ada juga yang mengatakan bahwa tidak semua pedagang kaki lima menerima
kesepakatan seperti itu, karena pedagang kaki lima yang berjualan ke dalam jalan , tidak pernah dibuat kesepakatan, hanya saja diingatkan untuk tidak lupa
mengumpulkan sampah.
3. Melaksanakan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota
dan Keputusan Walikota sebagai pelaksana Peraturan Daerah
Kantor Satpol-PP dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya didasarkan atas Peraturan daerah yang sudah ditetapkan dan harus diawasi agar tidak ada
masyarakat yang melanggarnya. Ada dua puluh satu Perda yang harus diawasi oleh Kantor Satpol-PP. adapun Perda yang dimaksud, yakni :
a. Peraturan Daerah No.10 tahun 2005 Tentang Izin Usaha Industri,
b. Perda No.1 Tahun 2014 tentang Izin Mendirikan Bangunan,
c. Perda N. 9 Tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Industri,
d. Perda No.8 Tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Perusahaan,
e. Perda No.7 tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Gudang,
f. Perda No.6 Tahun 2005 Tentang Surat Izin Usaha Perdagangan,
g. Perda No.5 Tahun 2005 Tentang Surat Izin Tempat Usaha,
h. Perda No. 6 tahun 2004 Tentang Izin Usaha Kepariwisataan,
i. Perda No.7 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Pematangsiantar, j.
Perda 12 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pajak Hotel, k.
Perda No. 11 Tahun 2002 Tentang Pajak Restoran, l.
Perda No. 9 Tahun 2002 Tentang Perizinan Bidang Kesehatan, m.
Perda No. 19 tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga,
n. Perda No.11 Tahun 1998 Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum,
o. Perda No.13 tahun 1998 Tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran Racun api, p.
Perda No. 9 Tahun 1992 tentang Wajib Bersih Lingkungan , Keindahan dan Ketertiban umum,
q. Perda No. 2 tahun 2014 Tentang Izin Undang-Undang Gangguan ,
r. Perda No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Reklame,
s. Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah,
t. Perda No. 4 Tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan
Kebersihan, u.
Perda No. 16 Tahun 2005 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di wilayah Kota Pematangsiantar.
Dan untuk kebijakan dalam penegakan peraturan daerah, sepertinya masih belum berhasil sepenuhnya, hal ini terbukti dari masih banyaknya timbul bentuk-
betuk penyelewengan terhadap Perda yang sudah ditentukan. Hal ini diakibatkan sangksi yang diberikan masih bersifat ringan dan membuat masyarakat tidak takut
untuk mengulanginya. Seperti pendapat Kepala Bagian Operasional, bahwa Perda itu sangksinya masih lemah. Sementara anggota Bagian Operasional mengatakan bahwa
selain karena Perda yang sangksinya masih kurang membuat masyarakat jera, disisi lain selama ini tidak ada tindakan yang lebih lanjut saat dilakukan Tipiringtindak
pidana ringan. Maksudnya orang yang melakukan kesalahan tadi tidak pernah masalahnya dikupas tuntas oleh PPNS Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman
dan ketertiban umum.
Kantor Satpol-PP melakukan koordinasi dan kerjasama dengan dinas-dinas yang terkait seperti Dinas Kebersihan, Kantor, Kesbanglinmas Kesejahteraan
Pembangunan dan Perlindungan masyarakat, Kejaksaan, Kantor Pengadilan Dinas Sosial,Polisi, Kecamatan, Kelurahan,dan lain-lain. Koordinasi dengan dinas-dinas
lainnya sangat dibutuhkan karena dengan adanya koordinasi diharapkan dapat membantu berjalannya tugas yang diharapkan. Dan menurut pendapat Satpol-PP,
koordinasi dengan dinas lain selalu dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan tugas dari Satpol-PP. Contohnya pada saat penertiban pedagang kaki lima, Satpol-PP tidak
dapat menindak sendiri pedagang kaki lima tersebut, harus ada PPNS yang nantinya menentukan hukuman yang harus diterima dan selanjutnya akan diserahkan kepada
Pengadilan. Selain itu, Kantor Satpol-PP juga berkoordinasi dengan Kepolisian saat melakukan penertiban pedagang kaki lima. Polisi bertugas untuk menjaga keamanan
kalau terjadi bentrok antara petugas Satpol-PP dengan pedagang kaki lima. Dengan adanya bantuan dari Polisi ini akan lebih mengamankan segala bentuk kekerasan,
terlebih lagi mengingat perlengkapan yang dimiliki oleh anggota Satpol masih minim.
Selain itu,bentuk kerjasama yang dilakukan adalah saat terjadi kebakaran di Pasar Dwikora pada tahun lalu, Walikota, Satpol-PP, Kantor Camat,Dinas
Kebersihan dan dinas lainnya turun kelapangan untuk membantu membersihkan Pasar Dwikora ini. Dari kerjasama yang sudah banyak dilakukan antara Kantor
Satpol-PP dengan dinas – dinas lainnya, terbukti bahwa koordinasi Kantor Satpol dengan dinas yang lain berjalan dengan baik.
5. Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban umum.
Melakukan koordinasi dengan dinas-dinas yang terkait dalam melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum. Dengan adanya koordinasi diharapkan
dapat mengatasi permasalahan akan pedagang kaki lima. Selain kerjasama antara pemerintah dan dinas terkait dan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat,
perlu dilakukan sosialisasi atas Peraturan Daerah kepada masyarakat melalui media massa, media elektronik, spanduk-spanduk, selain itu hal kecil yang perlu dimulai
yakni sosialisasi dari kelurahan,kecamatan, dan RTRW. Dan untuk koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban umum sepertinya bagian tugas ini masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak masyarakat yang kurang sadar dan patuh pada peraturan. Jika
pemerintah dan dinas-dinas terkait bersama-sama melakukan pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya patuh terhadap peraturan yang ada agar keadaan kota
semakin aman dan tertib. Jika semua pihak bekerjasama dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban, otomatis tidak akan ditemukan lagi pedagang-pedagang
yang memakai jalur umum yang seharusnya tidak digunakan untuk berdagang,tetapi untuk jalur lalulintas.
6. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah.
Pelaksanaan pengamatan dan pengawalan unsur pimpinan Pemerintah Daerah berserta lingkungan kerjanya merupakan tugas lain yang harus dilaksanakan oleh
Satpol-PP. Dari hasil wawancara, anggota Satpol-PP dalam melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati perda dan peraturan
lainnya yang sudah ditetapkan oleh pemerintah tetap melakukan pengawasan terhadap pedagang kaki lima di Pasar Dwikora setiap harinya. Dan pedagang kaki
lima juga mengaku bahwa Satpol-PP setiap harinya datang hanya untuk memantau , mengawasi saja dan tidak melakukan kegiatan penertiban seperti penggusuran kepada
mereka. Dan kegiatan ini sudah berlangsung lama, karena menurut pengakuan dari pedagang kaki lima di Pasar Dwikora terakhir kali dilakukan sekitar lima tahun yang
lalu. Sementara menurut anggota Satpol-PP tahun lalu dilakukan penertiban di Pasar Dwikora ini.
7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tugas lain yang diterima oleh Anggota Satpol merupakan tugas yang ditangungjawabkan oleh Walikota, karena Kantor Satpol-PP ini bertanggungjawab
kepada Walikota, melalui Sekretaris Daerah. Oleh sebab itu, yang memberikan tugas lain kepada Kantor Satpol-PP adalah Walikota. Tugas lain dalam hal ini maksudnya
diluar dari tugas dan tanggung jawab dari Satpol-PP yang seharusnya, akan tetapi tidak menyalahi tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya efek yang muncul dari suatu
kejadian yang baru saja terjadi. Contoh tugas lain yang pernah diberikan kepada Kantor ini adalah pada saat masalah pemindahan gedung SMAN4 Pematangsiantar,
saat itu anggota Satpol ditugaskan untuk melakukan penjagaan pada malam hari, karena sempat terjadi bentrok antara pihak-pihak tertentu. Selain itu, tugas lain yang
pernah dilakukan adalah gotongroyong untuk membersihan Pasar Dwikora setelah kebakaran pada tahun lalu. Gotongroyong itu melibatkan banyak pihak mulai dari
Walikota, Kantor Satpol-PP, Dinas Kebersihan,dll.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan