Latar Belakang Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Negara memiliki tugas untuk menjaga ketentraman umum dan menjamin ketertiban setiap masyarakat. Ketentraman dan ketertiban yaitu suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Pasal 1 Tahun 1993 tentang pembinaan ketentraman dan ketertiban di daerah. Pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengarahan, pemeliharaan serta pengendalian segala masalah ketentraman dan ketertiban secara berdaya guna dan berhasil guna meliputi kegiatan pelaksanaan atau penyelenggaraan dan peraturan agar segala sesuatunya dapat dilakukan dengan baik,tertib dan seksama sesuai ketentuan petunjuk, sistem dan metode yang berlaku untuk menjamin pencapaian tujuan secara maksimal Pasal 150 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk itu setiap Kepala Daerah mempunyai kewajiban mengeluarkan kebijakan dalam rangka memelihara kententraman dan ketertiban masyarakat, karena ketertiban merupakan suasana yang mengarah kepada peraturan dalam masyarakat menurut norma yang berlaku.. Tugas kewajiban Kepala Daerah selain berasal dari tugas yang timbul karena inisiatif sendiri dari alat perlengkapan daerah Otonomi Daerah dapat juga diperintahkan oleh penguasa yang lebih atas atau yang disebut tugas pembantuan. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, tidak semua kepala daerah berhasil dalam menjaga ketertiban dan ketentraman daerahnya. Terutama di daerah perkotaan, setiap orang akan memberikan penilaian yang buruk terhadap keadaan di perkotaan, seperti : kemacetannya, persebaran penduduk yang tidak merata karena jumlah penduduk yang banyak, dan masih banyak masalah-masalah yang muncul. Hal ini otomatis menggangu kenyamanan setiap masyarakat. Oleh sebab itu, Negara membentuk perangkat daerah yang bertugas untuk menjaga ketertiban dan ketentraman di setiap daerah, perangkat daerah tersebut yaitu Satuan Polisi Pamong PrajaSatpolPP. Polisi Pamong Praja merupakan perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan peraturan daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, sebagai pelaksana tugas desentralisasi Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 148 ayat 1. Pada perkembangannya, tugas dan fungsi polisi pamong praja memang ditekankan pada pelayanan masyarakat. Pada saat itu, salah satu tugas dari satuan polisi pamong praja adalah pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta bertugas sebagai penegak peraturan daerah. Dalam kaitannya dengan pembinaan keamanan, belakangan ini gerak langkah satuan polisi pamong praja tidak pernah luput dari perhatian publik. Segala aktivitasnya dengan mudah diketahui melalui pemberitaan di media massa. Sayangnya citra yang terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat satuan polisi pamong praja ini sangat jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintahan daerah yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Penilaian masyarakat yang kurang baik terhadap citra dari Polisi Pamong Praja, dapat kita temukan di Kota Pematangsiantar, yang terkenal dengan sebutan sebagai kota transit. Di kota ini, terdapat pasar tradisional, yakni Pasar Dwikora. Letak dari pasar ini sangat strategis, dan menjadi pasar sentral bagi masyarakat. Dengan harga yang lebih murah dibandingkan pasar tradisional lainnya yang ada di kota ini dan semua kebutuhan pokok keluarga dapat ditemukan di Pasar Dwikora ini. Selain itu, letak dari stasiun-stasiun bus-bus yang ingin ke luar kota juga ditempatkan di dekat Pasar Dwikora ini. Dengan adanya kesempatan ini, maka semakin banyak orang dari daerah lain juga menjadikan Pasar Dwikora sebagai tempat persinggahan untuk berbelanja dan sebagian masyarakat dari daerah lain juga sebagai pedagang di pasar dwikora ini, dan hal inilah yang mengakibatkan munculnya banyak pedagang kaki lima di Pasar Dwikora ini. Keadaan di Pasar ini, seperti yang peneliti amati pada bulan yang lalu, bahwa kegiatan jual-beli sudah dimulai dari dini hari pukul 05.00 wib dan berlangsung sampai sore hari pukul 18.00 wib. Luas badan jalan + 2,5meter, seluruhnya dipakai para pedagang kaki lima untuk berdagang. Jumlah pedagang kaki lima yang tergolong banyak+100 orang, membuat lalu lintas yang ada di Pasar Dwikora ini macet dan mengakibatkan ketidaknyamanan setiap orang yang melewati jalan ini. Oleh sebab itu, diperlukan peran dari Polisi Pamong Praja untuk menertibkan pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini. Maka berdasarkan masalah- masalah yang sudah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ā€œEfektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan Pedagang Kaki LimaPKL pada Pasar Dwikora, kota Pematangsiantarā€.

I.2 Rumusan Masalah