Blend dibuat dengan rasio berat NRPPSIR-201polypropylene. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend yang
kompatibel. Hal ini disebabkan oleh fasa NR yang tidak mudah berdistribusi ke dalam matriks PP. Diperkirakan bahwa faktor-faktor penyebabnya
antara lain adalah perbedaan viskositas kedua polimer tersebut yang cukup besar pada suhu leleh PP, dan interaksi molekular antara PP
dan NR yang relatif kurang besar. Beberapa peneliti melakukan proses vulkanisasi dinamik untuk meningkatkan interaksi molekul PP dan NR
dalam blend Bahruddin, dkk,2007.
Proses vulkanisasi dinamik dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kuratif seperti sulfur, uretan, resin fenolik Dikutip dari: Coran
dan Patel, 1981 ataupun peroksida Dikutip dari: Tinker, dkk. Peningkatan rasio blend NRPP yang divulkanisasi dinamik dengan kuratif sulfur
dapat menghasilkan distribusi partikel yang makin merata dan ukuran partikel yang makin kecil.
Blend dibuat dalam dua tahapan proses, yaitu pembuatan kompon karet dan pencampurannya dengan PP. Kompon karet merupakan campuran
yang terdiri dari SIR-20, asam stearat, zinc oxide, MBTS dan sulfur yang dibuat dengan menggunakan Two Roll Mixing Mill. Poses pembuatannya
dilakukan pada suhu kamar Bahruddin, dkk, 2007. Hasil penelitian Bahruddin, dkk menunjukkan bahwa komposisi NR
dalam blend mempengaruhi suhu transisi glass. Semakin besar komposisi NR menyebabkan terjadinya peningkatan suhu transisi glass, namun tidak
mengubah suhu leleh. Suhu leleh blend relatif sama dengan suhu leleh komponen PP. Adanya suhu transisi glass dan suhu leleh pada blend NRPP
mengindikasikan bahwa material tersebut semikristal dan dapat diproses sebagaimana pemrosesan thermoplastik. Sedangkan NR yang sudah
divulkanisasi secara konvensional, tidak dapat diproses lagi dengan pemanasan. Peningkatan rasio blend NRPP juga menghasilkan peningkatan
properti elongation at break, namun menurunkan properti tensile strength, izod impact, tearing dan hardness. Bahruddin, dkk, 2007
2.1.2 Proses Produksi Lateks Karet Alam
Siklisasi karet alam adalah proses perubahan struktur molekul polisopren karet alam dari struktur molekul lurus menjadi struktur siklik, yang dapat
dilakukan pada karet padat, larutan karet dan fasa lateks. Penelitian Siklisasi karet alam ini sudah dilakukan oleh Ary A. A, dkk,
dimana Lateks karet alam berprotein rendah lateks DPNR digunakan sebagai bahan baku siklisasi karet alam dalam fasa lateks siklisasi lateks,
karena protein diprediksi menghambat kinerja proses siklisasi. Kombinasi enzim papain dan surfaktan digunakan sebagai penghidrolisis protein lateks.
Penelitian dilakukan dengan cara memvariasikan dosis papain dan menentukan jenis dan dosis surfaktan, yang ditambahkanpada lateks alam
dari berbagai tingkat keenceran. Pemanfaatan lateks DPNR sebagai bahan baku siklisasi lateks mampu
menghasilkan karet alam siklis KA siklik dengan karakter yang lebih baik dari KA siklik dari lateks pekat biasa. Karet alam tersiklis KA siklo
merupakan produk modifikasi karet alam yang dihasilkan melalui suatu proses yang disebut siklisasi. Proses produksi lateks karet alam
berprotein rendah untuk bahan baku siklisasi karet alam dalam fasa lateks dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Ditetapkan surfaktan penstabil lateks diawali dengan pengumpulan informasi mengenai jenis
surfaktan yang akan diamati
kemampuannya
2.
Dilakukan pengamatan proses produksi lateks DPNR dari lateks alam dengan menggunakan enzim papain sebagai penghidrolisis protein
3.
Tahap uji coba siklisasi lateks DPNR
4.
Pada tahap akhir dilakukan kajian terhadap kelayakan teknis proses produksi lateks DPNR
Kestabilan lateks yang telah ditambah surfaktan diamati pada setiap tahapan proses, yaitu selama tahapan proses deproteinisasi lateks dan
tahapan proses siklisasi lateks. dipekatkan dengan alat sentrifus lateks dan disimpan selama 2 minggu. deproteinisasi lateks dilakukan secara enzimatis,
menggunakan enzim papain sebagai senyawa penghidrolisis protein.
Mekanisme pelepasan protein dari selubung pelindung karet dalam lateks karena penambahan surfaktan dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Mekanisme pelepasan protein dari selubung pelindung karet dalam lateks karena penambahan surfaktan.
Sumber Ary A. A, dkk, 2007, dikutip dari Schloman, 1997 Secara teknis proses produksi lateks DPNR relatif sama dengan proses
produksi lateks pekat biasa. Proses produksi lateks DPNR memerlukan waktu proses lebih lama, karena memerlukan proses deproteinisasi lateks,
sebelum lateks dipekatkan dengan alat sentrifus Gambar 2.3. Pada tahap deproteinisasi lateks, protein dihidrolisis oleh papain menjadi asam-asam
amino yang pada pemekatan lateks, asam amino yang larut dalam air terbuang bersama serum lateks skim.
Gambar 2.3 Skema alat sentrifuse lateks Sumber: Ary A. A, dkk, 2007, di peroleh dari hasil pengolahan
Secara visual, lateks DPNR tidak berbeda jauh dari lateks pekat biasa, namun viskositas Mooneynya jauh lebih rendah. Selain kadar nitrogen yang
jauh lebih rendah, perbedaan lain antara lateks DPNR dengan lateks
pekat biasa adalah pada bilangan ALE dan viskositas Mooney yang lebih rendah. Ary A. A, dkk, 2007
2.1.3 Pravulkanisi Lateks Karet Alam