1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi dewasa ini telah merambah ke berbagai sektor kehidupan, tidak ketinggalan juga merambah dunia anak dan remaja, dengan
munculnya sarana teknologi interaktif, video games, PlayStation atau internet. Disadari atau tidak sesungguhnya itu telah mengubah suasana rumah, kelas
maupun ruang bermain. Permainan yang bersifat interaktif dan kelompok, akan tergantikan dengan permainan yang bersifat soliter.
Games, sejenis program permainan yang paling disukai anak-anak di seluruh dunia. Kelahirannya seiring dengan kemunculan teknologi komputer dan
media massa. Kehadiran media massa khususnya elektronik, berbagai peralatan mainan sejenis, seperti ; CD, DVD, PlayStation baca PS serta terwujudnya
dunia maya internet menjadi pokok permasalahan tersendiri bagi para orang tua. Apalagi dengan kondisi dunia yang harus menjadikan manusia saling mengejar
urusan dunia, kesibukan telah merongrong waktu para orang tua yang seharusnya lebih banyak waktu untuk mendampingi mereka bermain dan berinteraksi di
rumah. Berbagai studi telah mengidentifikasi masalah dan persoalan yang muncul
sebagai akibat keterlibatan dalam pemanfaatan video games, komputer games, televisi dan dunia maya antara lain adalah dapat menjadi addiction
ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
2 Pengguna games, komputer dan PS yang kelewat batas akan menimbulkan
dampak negatif bagi si anak antara lain; mendorong anak untuk asosial, enggan bergaul dengan sekeliling, malas belajar, kurang konsentrasi, pemicu tindakan
kekerasan agresif, berkurangnya perasaan ingin menolong sesama serta pemicu tindakan kriminal mencuri, perjudian. http:studia online.comindex.php?optio
n=com_contenttask=viewid=43Itemid=4.
Ada sebuah kebiasaan dan kecanduan baru yang efeknya orang jadi mengabaikan teman, keluarga, bahkan lupa makan, lupa mandi. Tapi kebiasaan ini
tidak terkait alkohol atau narkotika. Ini adalah dampak kecanduan bermain PlayStation. Para pakar psikologi Amerika, secara resmi menyatakan
kekhawatiran mereka terhadap efek yang ditimbulkan dari kebiasaan sejumlah orang yang sangat gemar bermain PlayStation. Mereka menganggap penyakit
yang ditimbulkan akibat kecanduan PlayStation harus segera diatasi karena bisa mengakibatkan penyakit kejiwaan yang cukup parah. Para pakar medis itu
mengatakan, ‘cukup’ untuk permainan PlayStation karena permainan itu sudah menjadi candu layaknya seseorang terikat dengan narkoba. Penyakit
ketergantungan dan kecanduan berat seperti itu menurut mereka akan menjadi pintu berbagai penyakit jiwa yang lainnya. Dalam laporan yang diajukan
American Medical Association-Forum Kedokteran AS yang menghimpun lebih
dari 250 ribu dokter disampaikan agar para dokter melakukan tekanan terhadap para penentu kebijakan bisnis untuk mulai menahan peredaran PlayStation.
Mereka juga menyebutkan, agar para orang tua berperan aktif mengatur jadwal anak-anak mereka yang gemar bermain PlayStation, tidak lebih dari dua jam
Universitas Sumatera Utara
3 dalam satu hari. http:gammafunky.wordpress.com20070625asosiasi-dokter-
amerika-resah-akan-dampak-playstation
DR. Martin Wasserman, seorang pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa pernyataan ini sangat masuk akal. Karena kecanduan PlayStation bisa
mengakibatkan keguncangan jiwa dan biasanya bisa merambat pada pola kehidupan pribadi yang bisa merusak kehidupan keluarga. Penelitian The Kaisar
Foundation di Amerika Serikat pada tahun 1999, sebagaimana di kutip majalah Monitor, di muat dalam APA 2003, mengungkapkan bahwa anak berusia 2-18
tahun rata-rata menghabiskan waktu lima setengah jam menghabiskan waktu di rumah dengan menonton TV, memainkan Video games, menjelajahi internet.
Seorang peneliti dari Tokyo’s Nihon University melakukan studi tentang efek video games terhadap aktivitas otak. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi
penurunan gelombang bheta pada kelompok yang bermain games antara 2-7 jam setiap hari. Berikutnya penurunan gelombang beta masih terus terjadi meski sudah
berhenti bermain, selain itu responden juga manyampaikan bahwa mereka mudah marah, sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan sosialisasi.
http:gammafunky.wordpress.com20070625asosiasi-dokter-amerika-resah- akan-dampak-playstation
Asumsi awal yang menyatakan bahwa permainan game aman bagi kesehatan anak-anak juga ternyata tidak benar. Pandangan mata yang terpusat
selama berjam-jam kepada layar televisi maupun komputer jelas merusak kesehatan mata. Selama beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa para pasien
penyakit mata ternyata adalah anak-anak yang kecanduan dengan game. Bagian
Universitas Sumatera Utara
4 badan lainnya, seperti tangan, kaki, tulang punggung, dan pinggang, juga tidak
luput dari ancaman kesehatan akibat terlalu lamanya anak-anak bermain game. Sama seperti mata, anggota badan lainnya juga cenderung malas bergerak saat
bermain game. Padahal, pertumbuhan dan kesehatan organ-organ tubuh anak-anak sangat bergantung kepada kuantitas dan kualitas gerakannya.
Dari semua dampak negatif yang ada pada game-game tersebut, yang paling menonjol adalah dampak psikologisnya. Awalnya, para perancang game
memilih jenis-jenis permainan kekerasan karena hal ini diyakini mampu menarik perhatian anak-anak sebagai konsumennya. Hanya saja, para psikolog menuturkan
bahwa justru kekerasan yang ada pada game itu yang kemudian menstimulasi sifat-sifat kekerasan yang ada pada diri manusia. Sensivitas seorang pemain game
terhadap nilai buruk kekerasan akan semakin tumpul, karena ketika bermain game, ia berkali-kali melukai bahkan membunuh lawannya. Semakin sering ia
membunuh, semakin besar nilai yang ia kumpulkan. Lama-lama akan semakin tertanam prinsip dalam dirinya bahwa kekerasan adalah cara terbaik untuk
menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Berbagai kasus serangan bersenjata yang dilakukan para pelajar di Barat menunjukkan bahwa para pelaku kekerasan
itu adalah mereka yang kecanduan bermain game di komputer. http:www.pdpersi.co.id?show=detailnewskode=963tbl=artikel .
Melihat perkembangan di atas munculnya puluhan, bahkan ratusan rental mesin fantasi atau mesin game perlu mendapat perhatian serius. Mesin fantasi
yang membuat pemainnya terpesona bahkan terkesima dengan adegan-adegan dan gambar-gambar yang berhasil ditampilkannya mampu mencipta ekses baru.
Universitas Sumatera Utara
5 Setidaknya, bakal menciptakan suasana baru yang sangat berbahaya bagi
perkembangan anak-anak. Hampir seratus persen yang antri menunggu giliran main di rental-rental PlayStation adalah anak-anak sekolah ataupun mahasiswa.
Harian Global Edisi Minggu 5 november 2006.
Apalagi kualitas gambar yang berhasil diciptakan lewat PS-2 alias PlayStation sekuel 2 lebih dramatis. Mesin fantasi keluaran Sony ini nyaris
sempurna. Tekken adalah game yang sama pada PS generasi terdahulu, hanya di PS-2 grafisnya lebih bagus. Anak-anak yang sudah terbiasa main game ini pasti
hapal betul bagaimana para jagoan hayalan mereka bertarung. Sekedar tahu saja, di PS-2 ini semua tokoh Tekken bertarung memperebutkan julukan King of Iron
Fist. Dari mulai Paul, pukulannya bisa lebih dahsyat dengan lebih banyak efek, begitu juga jagoan lainnya Ling Xiaoyu kelihatan lebih menggemaskan, pun tak
ketinggalan Phoenix yang selalu bertampang siap tempur akan kelihatan lebih menakutkan. Eddy yang memiliki tendangan maut Hwoarang yang bertubi-tubi itu
tampil dengan kualitas gambar yang nyaris sempurna. hasilnya, anak-anak SD makin kecanduan untuk betah main mesin fantasi itu. Paling tidak menurut
pengakuan Paskal, anak kelas empat SD yang sering main game ini, di salah satu rental PlayStation.
Itu baru satu judul dari ratusan game yang telah menjadi kontributor mesin fantasi PlayStation ini. Sebut saja Street Fighter EX3, Dark Could, Oni Musha,
Ridge Racer, The Bouncher, Kessen game strategi, pemainnya harus bisa mengendalikan hampir 100 Samurai berkuda dalam sebuah pertempuran. Atau
game lain seperti Munchs Oddysee dan bisa juga menghayal menjadi bintang
Universitas Sumatera Utara
6 Sepak Bola lewat FIFA Soccer atau di PS-2 ada International Superstar Soccer
juga Winning Eleven yang bakal membuat pemainnya betah berlama-lama di depan monitor TV dengan tangan asyik memainkan tombol-tombol Joystick.
Sebenarnya bukan hanya anak-anak, tapi remaja dan bahkan orang dewasa pun betah main PlayStation ini, itu menurut Dila, sang penjaga salah satu rental
PlayStation di daerah Blok I Helvetia Tengah.
Tentunya melihat para penyewa PlayStation ini kebanyakan remaja tak mustahil bila mereka tidak terkontrol dalam membelanjakan uangnya. Tidak
hanya itu, akibat lanjutnya adalah membuat malas dan tidak berpikir produktif bagi anak-anak. Kalau ini yang terjadi, maka tidak heran bila kemudian muncul
globalisasi malas. Walaupun menurut pengakuan sejumlah anak yang biasa mangkal di salah satu rental PlayStation sekitar Blok I dekat pajak Helvetia,
bahwa kerelaan mereka mengeluarkan uang Rp.3000 untuk satu jam main adalah sebagai obat penghilang stres. Tentu saja alasan seperti ini
tidak bisa dipertanggung jawabkan, mengingat meluncur dari mulut anak SD. Dan juga dari
kegiatan ini mereka juga terdorong untuk melakukan tindakan kriminal seperti perjudian.
Siapa yang tidak tergiur dengan bisnis rental PS ini. Bisnis ini cepat kembali modal. Dengan modal sekitar Rp. 5.000.000, itu bisa kembali dalam
jangka waktu empat bulan, komentar Dila salah seorang penjaga rental di daerah Blok I Helvetia Tengah.
Di rentalnya, Dila menyewakan sekitar 4 unit mesin fantasi PlayStation, setiap harinya bisa mendapat laba bersih sekitar Rp.50.000. Itu kalau hari biasa.
Universitas Sumatera Utara
7 Kalau hari libur meningkat sampai menyentuh angka minimal Rp 80.000 . Maka
tidak heran rental PS yang baru sekitar 2 minggu dikelola bersama teman- temannya ini mampu mendapatkan laba bersih Rp.700.000. Tentu bukan angka
yang sedikit.
Bila mau coba-coba dikalkulasikan, misalkan rata-rata pendapatan bersih sehari dari satu rental adalah Rp 50.000,-. Dalam sebulan berarti mampu
menghasilkan Rp 1.500.000,-. Dalam setahun bisa mendapatkan untung Rp 18.000.0000,-. benar-benar tambang uang.
Namun, tentu saja di balik prospek cerah bisnis penyewaan mesin fantasi ini, harus waspada dan jeli melihat akibat yang muncul kemudian. Teman-teman
mahasiswa atau adik-adik SMP dan SD menjadi generasi yang tidak produktif dan tidak kreatif. Bahkan tak mustahil bila kemudian menjadi generasi penghayal
kelas berat.
Menurut data dari Harian Global Edisi Minggu 5 November 2006 banyak pelanggan PlayStation yang berada di jalan Jamin Ginting yaitu warung Game
Eleven PlayStation Two kebanyakan para pelanggan merupakan mahasiswa dan anak-anak sekolah yang mana mereka tidak segan-segan meninggalkan jam
pelajaran di sekolah maupun kampus. Warung tersebut menyediakan 23 PlayStation untuk di sewakan.rata-rata dari mereka menghabiskan waktu sampai
lima jam. Mereka sampai lupa waktu makan adapun yang hobi bisa satu harian itupun kalau warung game tersebut tidak tutup. Salah satu pelanggannya yaitu
Rony , 16 tahun. Siswa kelas I SMA Negeri 12 merupakan penggemar berat jenis Game Counter Strike CS Winning Eleven dan Black Hawk Down, Ia mengaku
Universitas Sumatera Utara
8 dalam seminggu, bisa bermain lima hari. Ia biasa datang bersama teman-
temannya. Permainan ini sudah ia minati sejak dua tahun lamanya. Kalau sehari saya tidak bermain game, rasanya kurang lengkap. Mungkin karena sudah
menjadi hobi dan kebiasaan, sehingga sulit untuk ditinggalkan ujar remaja berambut hitam cepak ini. Ia bermain game biasanya sepulang dari sekolah, dari
pukul 2 siang sampai 9 malam. Sehari ia mengeluarkan uang Rp15.000. Darimana duitnya? Ya uang saku, namanya juga anak sekolah. Kalau sudah
bermain begini saya lupa untuk pulang. Pernah, akibat asyiknya bermain Ibu saya datang menjemput, ujar anak kedua dari empat bersaudara ini tertawa sendiri.
Pengalaman Sanjaya. Akibat candunya terhadap PlayStation, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan ini, mengaku betah berhari-hari di pusat
permainan itu. Saya biasanya bermain seharian penuh. Bahkan saya pernah punya pengalaman bermain sampai tiga hari berturut-turut. Kalau capek paling
tidur di kursi lalu bangun untuk makan. Setelah itu, ya, main lagi, cerita Sanjaya saat ditemui di salah satu rental di kawasan Padang Bulan, Medan.
Bagi Sanjaya bermain game telah menjadi hobi yang sangat sulit dilepaskan. Sulit bagi saya untuk lepas dari permainan ini. Bahkan kecanduan
bermain game lebih besar dari pada kecanduan rokok,. Perasaan serupa juga dialami oleh Edo, 21 tahun. Ia mengaku candu
permainan game itu sangat sulit dihilangkan. Sulit ya kalau kita sudah kecanduan, bisa berhari-hari kita bermain game, sampai lupa makan, bahkan
kuliah pun terbengkalai, ujar mahasiswa USU jurusan Agribisnis saat ditanya mengenai hobinya ini. Sebagai anak kos, baik Sanjaya maupun Edo harus
memutar otak demi kelangsungan hobi mereka itu. Dalam sebulan biasanya
Universitas Sumatera Utara
9 mereka menyiapkan anggaran khusus antara Rp 200.000 - Rp300.000 untuk
bermain game, lebih besar daripada biaya makan mereka Rp 200.000. Padahal kiriman orang tua mereka cuma Rp500.000 per bulan. Untuk menutupi
kekurangannya itu terkadang mereka tidak segan berutang kepada penjaga rental. Sayangnya, demi hobi itu, Sanjaya rela mengorbankan pendidikannya.
Belajar pun jadi malas. Tidak aneh kalau nilai akademiknya melorot drastis. Sejak kecanduan main game, saya jarang mengikuti kuliah. Baru masuk kuliah
seminggu sebelum ujian, ujarnya Berbeda dengan Edo. Demi hobi itu ia melakukan penundaan kegiatan
akademik PKA di kampusnya. Semester ini saya tidak pernah kuliah. Saya mengambil program PKA. Habis keenakkan main game sih, cerita Edo
penggemar game Gota, jenis permainan yang mengandalkan strategi berperang ini Tak beda jauh dengan Roni yang sering bolos sekolah demi bermain game.
Bahkan tak jarang ia menggunakan uang sekolahnya hanya sekadar untuk melepas candu untuk bermain game itu. Ibu sampai marah karena saya memakan uang
sekolah untuk bermain game. Tetapi saya tidak peduli dan saya tetap bermain game setiap hari kata pelajar berbadan kurus ini.
Menjamurnya bisnis penyewaan PlayStation ini perlu disikapi dengan serius. Karena kalau melihat faktanya di lapangan, mereka yang betah bermain
tidak semata karena stres akan tetapi hobi, alasan stres hanyalah alasan klise. Sikap masyarakat pun perlu diperbaiki, jangan hanya cuek saja terhadap
perkembangan yang menjurus kepada sikap malas dan tidak kreatif-produktif ini.
Universitas Sumatera Utara
10 Untuk itu pulalah penulis terdorong untuk meninjau sejauh mana persepsi
masyarakat terhadap kehadiran rental PlayStation. Penulis ingin mengangkat fenomena tersebut dengan penelitian yang di beri judul “Persepsi Masyarakat
Terhadap Kehadiran Rental PlayStation Di kelurahan Helvetia Tengah Kota Medan”.
I.2. PERUMUSAN MASALAH