Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian survey dengan pendekatan Cluster atau pengelompokan yang bersifat deskritif , artinya subjek yang diamati pada saat monitoring
biologik dan pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat dinilai dengan pengamatan pada saat bersamaan transversal atau dengan satu kali pengamatan pengukuran.
4.2. PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan daerah
dataran tinggi dengan penentuan sampel secara purposive.
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan September 2009.
4.3. POPULASI PENELITIAN
Populasi Penelitian adalah seluruh penduduk yang ada di wilayah kerja, di 6 kecamatan yang terpilih di Kabupaten Tapanuli Selatan sesuai dengan kriteria penelitian.
4.4. BESAR SAMPEL
Untuk mendapatkan data yang representative yang mewakili Kabupaten Tapanuli Selatan, maka sampel diambil dari 6 kecamatan yang terpilih.
Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Besarnya sampel adalah jumlah penduduk dari 6 kecamatan yang terpilih yang dianggap mewakili satu Kabupaten yang ada di wilayah kerja, jumlah sampel yang akan
diambil, dihitung dengan rumus Cluster sampling dengan metode Propotional Allocation Method, yaitu :
Dimana : n
= Jumlah sampel minimal yang akan diambil dalam penelitian ini.
N =
Jumlah populasi. Z
= Nilai baku normal dari tebal Z yang besarnya tergantung
Pada nilai = 0,05, nilai Zc = 1,96.
2
c =
Varians populasi ∑ ai + P mi
2
= ∑ ai
2
– 2P ∑aiMi + P
2
∑mi
2
= n - 1
n - 1
P =
Proporsi kebutaan trauma mata = ∑ ai
∑ mi G
= Galat pendugaan, diasumsikan 2 .
M =
Rerata kejadian buta = ∑ mi
n
N . Z
2
c
2
n =
NG
2
M
2
+ Z
2
c
2
Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Dengan demikian, sampel jumlah untuk masing – masing Kecamatan yaitu :
2
c =
Varians populasi =
∑ ai + P mi
2
= ∑ ai
2
– 2 P ∑ai Mi + P
2
∑ mi
2
n -1 n -1
= 2894,282833
P = Proporsi kebutaan trauma mata
= ∑ ai
∑ mi =
0,1 M
= ∑ mi
n = 291,8265
mi = jumlah kebutaan secara nasional
= 1,5 ai
= banyak kebutaan akibat trauma mata = 0,15
Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.
Dengan demikian, sampel jumlah untuk masing – masing Kecamatan yaitu : Tabel 4. 1. Distribusi Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan
Kecamatan Jlh
Penduduk Jumlah
kebutaan mi Banyak
Kebutaan ai mimi
aiai aimi
G =3
Angkola Barat 47087
706 71
498867 4989
49887 24
Sayurmatinggi 36733
551 55
303595 3036
30360 18
Batang Angkola 30771
462 46
213042 2130
21304 15
Sipirok 30494
457 46
209224 2092
20922 15
Batang Toru 25918
389 39
151142 1511
15114 13
Angkola Timur 23548
353 35
124764 1248
12476 12
194551 2918
292 1500635 15006 150063
97
Sumber : BPS prop. Sumut tahun 2008
4.5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI