KERANGKA TEORI TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. KERANGKA TEORI

Trauma mata merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat ditemukan di dunia kesehatan. Meskipun dapat dicegah, trauma mata ini dapat menyebabkan mortaliti, morbiditi dan disabiliti. Trauma mata ini merupakan penyebab kebutaan unilateral yang dapat terjadi di seluruh dunia. Akibat dari trauma yang mengenai mata ini sangat berkaitan dengan permasalahan Sosio ekonomi dan psikologi yang akan terjadi dikemudian hari. Trauma pada mata dapat digolongkan menjadi : A. TRAUMA MEKANIK Pada masa industrilisasi dan kecepatan berlalu lintas yang sangat tinggi, keadaan ini dapat meningkatkan terjadinya trauma secara umum. Seperti bagian – bagian tubuh yang lain, mata juga tidak terlepas dari trauma ini. 8,9 Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. American Ocular Trauma Society mengklasifikasikan trauma mekanik ini berdasarkan diagram dibawah ini: ,2, 9-13 1. Trauma tertutup pada bola mata adalah luka pada salah satu dinding bola mata sklera atau kornea dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.  Kontusio adalah trauma tertutup pada bola mata yang disebabkan oleh benda yang tumpul. Trauma ini dapat mempengaruhi dan menyebabkan kerusakan – kerusakan di tempat yang lain dari mata.  Lamellar laserasi adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul. Trauma Mata Mekanik Trauma tertutup Trauma terbuka Kontusio Superficial Foreign body Lamellar Laserasi Ruptur Laserasi Penetrasi IOFB Perforasi Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. 2. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata sklera dan kornea .  Ruptur : adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli.  Laserasi : luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang di sebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbukan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.  Trauma penetrasi : laserasi tunggal pada dinding bola mata yang disebabkan oleh benda tajam.  Trauma perforasi : laserasi pada seluruh ketebalan dinding bola mata, yang mempunyai jalan masuk ataupun jalan keluar yang biasanya di sebabkan oleh benda tajam atau peluru.  Intraocular foreign body IOFB : adanya benda asing pada intraocular yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi. 2,9,10,11,12 Prognosa penglihatan dari penderita trauma pada mata ini akan di pengaruhi oleh 9,13 :  Tipe dari trauma  Tingkatan trauma yang berhubungan dengan hasil dari penglihatan  Ada tidaknya afferent pupillary defect  Daerah zona dari pada trauma Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. Tabel 1. Klasifikasi trauma terbuka pada bola mata. 9,13 Tipe atau mekanisme trauma A. Ruptur B. Penetrasi C. IOFB D. Perporasi E. Campuran Tingkatan trauma berdasarkan hasil dari tajam penglihatan 1. ≥ 20 40 2. 20 50 – 20 100 3. 19 100 – 5 200 4. 4 200 – persepsi cahaya 5. Persepsi cahaya - Pupil Positif : adanya relative afferent Pupillary defect Negatif : Tidak adanya Relative Afferent Pupillary Defect Zona I. Melibatkan kornea ataupun limbus II. Sklera posretior dari limbus ke Pars plana kira – kira 5 mm Posterior limbus. III. Melibatkan seluruh ketebalan Sklera pada daerah 5mm Kearah posterior limbus Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. Tabel.2 Klasifikasi trauma tertutup pada bola mata 9,13 Tipe atau mekanisme trauma A. Kontusio B. Superficial foreign body C. Lamellar laserasi D. Campuran Tingkatan trauma berdasarkan hasil dari tajam penglihatan 1. ≥ 20 40 2. 20 50 – 20 100 3. 19 100 – 5 200 4. 4 200 – persepsi cahaya 5. Persepsi cahaya - Pupil Positif : Adanya Relative Afferent Pupillary Defect Negatif : Tidak adanya Relative Afferent Pupillary Defect Zona I. Eksternal, konjungtiva bulbi, Kornea, sklera II. Segmen anterior : kapsul lensa posterior dan pars plikata III. Segmen posterior : kapsul lensa Posterior A. 1. Trauma Tumpul Trauma Kontusio pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti, pukulan, bola tennis atau bola kriket. 11- 14 Secara epidemiologi, prevalensi terjadinya trauma tumpul ini lebih banyak ditemukan pada laki – laki di bandingkan pada wanita dan berusia muda. 14 Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menghasilkan peningkatan tekanan Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur intraokuli lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan kerusakan segmen posterior. 10,11,12 Trauma tumpul ini dapat ditemukan pada keadaan – keadaan berikut: 8 • Pukulan langsung pada bola mata dengan menggunakan kepalan tangan, bola atau benda – benda tumpul lainnya seperti : tongkat dan batu. • Trauma tumpul pada bola mata yang dapat ditemukan di jalanan, di perkebunan, dan di kawasan industri. Mekanisme Trauma Tumpul Pada Bola Mata Trauma tumpul pada bola mata dapat menghasilkan kerusakan dengan cara : 8,14 • Trauma langsung yang terjadi pada bola mata akan menghasilkan kerusakan dengan nilai yang maksimum. • Gelombang tekanan yang menyelusuri cairan – cairan intraokuli akan mencapai kamera okuli anterior sehingga cairan – cairan intraokuli ini akan terdorong ke depan bersama lensa, iris dan korpus vitreus ke polus posterior. Gelombang tekanan ini juga dapat mencapai retina dan choroid sehingga dapat menimbulkan kerusakan. • Gelombang tekanan yang dipantulkan. Setelah gelombang tekanan bagian luar tertutupi, maka gelombang ini akan di pantulkan ke arah posterior sehingga dapat merusak foveal. • Gelombang tekanan yang memantul. Setelah gelombang tekanan mencapai dinding posterior pada bola mata, gelombang tekanan ini dipantulkan kearah belakang secara anterior. Pada keadaan ini dapat merusak retina juga koroid. Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. • Kekuatan secara tidak langsung. Kerusakan okuli dapat juga disebabkan oleh tulang – tulang dinding bola mata serta isi bola mata yang terjadi secara tiba – tiba. Kelainan – kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma tumpul dapat berupa : hipema, subluksasio lentis, luksasio lentis, katarak traumatika, perdarahan pada korpus vitreus, ruptur kornea, ruptur koroid dan lain sebagainya. 10-16 A.2. Trauma Tembus Penetrasi Perforasi Prevalensi trauma tembus dapat ditemukan tiga kali lebih besar pada laki – laki dibandingkan pada wanita pada usia muda. Prevalensi terjadinya trauma tembus ini lebih sering di jumpai pada korban perkelahian, kecelakaan di dalam rumah tangga, pada olahragawan. Trauma tembus ini, prognosanya sangat ditentukan oleh : luasnya lesi, waktu, kekuatan dan kecepatan benda. 11 Trauma tembus dapat disebabkan oleh : benda tajam atau runcing seperti : pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain – lainnya. Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi seperti peluru dan serpihan besi. 10- 13,15,16 Trauma tembus merupakan penyakit mata serius dan termasuk emergensi medis yang dapat mengancam visus dan harus dilakukan tindakan segera, cepat dan tepat, oleh karena : • Terbukanya dinding bola mata berarti merupakan pintu masuk infeksi. Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. • Bahaya post traumatik iridosiklitis yang dapat terjadi dalam interval waktu yang lama dari kejadian, walaupun di saat kejadian tidak menunjukkan tanda peradangan yang aktif. • Terjadinya peradangan simpatetik ophthalmia merupakan komplikasi yang paling berbahaya. • Walaupun bukan merupakan penyebab utama kebutaan, tapi paling sering merupakan penyebab hilangnya visus unilateral .8,11-13,15,16 Sebagian besar trauma tembus menyebabkan penurunan penglihatan yang mencolok, namun cedera akibat partikel kecil berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerenda atau memalu mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. 8 A.3. Trauma Tumbuhan Hal penting yang harus diperhatikan dalam terjadinya trauma mata adalah terjadinya suatu komplikasi yang disebabkan oleh material – material vegetatif. Keadaan ini sering ditemukan di negara – negara yang berdaerah agraris atau pertanian seperti negara – negara di Asia Tenggara dan negara – negara di Afrika yang dikenal sebagai ” rice harvesting keratitis ”. Sikatriks kornea merupakan salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan yang pada awalnya kornea mengalami inflamasi setelah terjadinya trauma tumbuhan yang pada umumnya mengenai mata dan kornea khususnya. 10 Pada penelitian yang dilakukan Aravind Eye Hospital di India terdapat sekitar 56 trauma mata yang disebabkan oleh padi dan tebu. Selanjutnya pada penelitian yang berbeda ditemukannya kultur yang positif pada ulkus kornea dengan spessimen yang Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. ditemukan berupa golongan bakteri dan jamur pada 297 orang penderita yang mengalami trauma pada mata. 10 B. TRAUMA KIMIA Trauma kimia pada daerah luar dari mata adalah merupakan masalah yang sering ditimbulkan. Dua pertiga luka bakar pada mata dapat ditemukan di lingkungan kerja dan sebahagian di lingkungan rumah tangga. Bahan kimia bermacam – macam, sehingga sifatnya pun bermacam – macam. Pada garis besarnya bahan kimia ini dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu : bahan kimia yang bersifat basa dan bahan kimia yang bersifat asam. 8-15,17,18 Trauma kimia pada mata ini dua kali lebih sering pada bahan kimia yang bersifat basa dibandingkan bahan kimia yang bersifat asam. Bahan kimia yang bersifat basa ini lebih sering pada bahan – bahan seperti : amoniak, sodium hydroxide dan kapur. Sementara bahan yang bersifat asam dapat berupa : sulphuric, sulphurous, hydrofluoric, acetic, dan chromic. Beratnya keadaan dari trauma kimia ini sangat berhubungan dengan jenis bahan kimia yang terkontaminasi, lesi pada okular dan lamanya bahan kimia itu yang mengenai lesi tersebut. Bahan kimia yang bersifat basa biasanya penetrasinya lebih dalam di bandingkan bahan kimia yang bersifat asam yang mana koagulasi permukaan protein akan dihasilkan di dalam protective barrier. 11 Keadaan ini sering menimbulkan iritasi yang bersifat ringan sampai dengan berat. Selain itu, trauma kimia ini juga dapat menyebabkan destruksi yang komplit pada permukaan epithelium okuli, kekeruhan kornea, hilangnya penglihatan, dan kadang – kadang hilangnya mata dari si korban. 8-15.,17,18 Bentuk – bentuk zat kimia dapat berupa padat, cair, tepung, asap atau uap. Trauma kimia sering terjadi di rumah, yang disebabkan oleh deterjen, desinfektan, Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. kosmetik, dan lain – lain. Trauma kimia yang terjadi di industri biasanya disebabkan oleh zat – zat kimia keras dan bahan pelarut. Beratnya trauma kimia tergantung pada pH, volume dan lamanya kontak, serta sifat toksik dari bahan kimia tersebut. 8-15,17,18 Bahan kimia yang bersifat asam pada kadar yang rendah akan menurunkan kekentalan protoplasma, kemudian terjadi penggumpalan. Hal ini memberikan gambaran klinis sebagai iritasi. Bahan kimia asam dengan kadar yang tinggi atau asam kuat dapat terjadi denaturasi dan penggumpalan protein sampai terjadi pembentukan asam proteinat. Gambaran klinisnya berupa kerusakan yang korosif. Protein yang mengalami denaturasi bersifat irreversible, sehingga penetralan dengan alkali tidak akan memperbaiki kerusakan pada jaringan. Kerusakan karena asam bersifat tidak progresif. Prosesnya segera tertahan karena adanya protein yang menggumpal. Kerusakan yang segera terjadi akan terhenti, sehingga prognosanya bisa diramalkan. Oleh karena itu trauma bahan kimia basa lebih berbahaya dari bahan kimia asam. 8-13,15,17,18,19 Pada bahan kimia basa mekanisme kerusakan adalah terjadinya garam alkali proteinat yang menyerupai gel. Kecuali itu basa juga berreaksi dengan lemak dan membentuk sabun, sehingga merusak dinding sel dan menambah daya penetrasinya, sehingga bisa terjadi nekrosis yang total. Juga karena sifat hygroskopis basa, maka air jaringan akan keluar dan proses nekrosis akan bertambah cepat. Trauma karena bahan basa akan meluas dengan cepat, aksinya terus berlangsung dan efeknya sukar dihentikan. Kerusakan kornea biasanya akan terjadi pada pH 11,5. Pada konjungtiva dapat terjadi edema dan nekrosis dengan cepat, sekret yang mukopurulen kemudian proliferasi jaringan yang fibrosa dan terjadi simblepharon. Pada kornea terjadi disintegrasi dan pengelupasan epitel, oedema, oedem stroma sehingga menyebabkan infiltrasi, fibrosis, Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. vaskularisasi dan kekeruhan, selanjutnya cenderung mengalami ulserasi kemudian terjadi proliferasi endotel. Pada iris terjadi inflamasi berat dan granulasi. Adanya nekrosis pada daerah limbus dapat melanjut ke trombosis yang luas dan nekrosis iskemik. Stadium terakhir terjadi staphyloma kornea, katarak, glaukoma sekunder dan atropi bulbi. 8- 13,15,17,18 Tingkatan luka bakar yang disebabkan trauma kimia pada bola mata. 8 Grade Perubahan pada Kornea Perubahan pada Konjungtiva Prognosa Penglihatan I Kerusakan hanya pada lapisan ephitel Khemosis + Iskhemik - Baik II Kornea keruh tetapi iris masih jelas terlihat Kongesti + Khemosis + Iskhemik kurang dari 1 3 limbal konjungtiva Baik III Kehilangan lapisan ephitel secara menyeluruh, stroma keruh dan iris tidak dapat dinilai Iskhemik 13 sampai dengan 12 limbal konjungtiva Tidak dapat di nilai IV Opak, iris dan pupil tidak dapat dilihat Iskhemik dan nekrosis lebih dari 1 2 limbal konjungtiva Buruk Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. TRAUMA THERMIS Biasanya disebabkan oleh api atau air panas. Meskipun trauma thermis pada wajah dan periorbital sering terjadi, trauma thermis langsung pada mata sendiri relatif jarang. Karena cepatnya reflek kelopak mata menutup. Sebagian besar trauma thermis merusak kelopak mata, bulu mata alis dan kulit sekitarnya. Pada kasus – kasus yang berat dapat mempengaruhi konjungtiva ataupun kornea. 8,15 TRAUMA ELEKTRIK Trauma elektrik langsung pada mata jarang terjadi. Arus listrik yang kuat dapat menyebabkan kongesti pada konjungtiva, kekeruhan pada kornea, inflamasi pada iris dan korpus siliaris, perdarahan pada retina, neuritis dan katarak dapat terjadi 2 – 4 bulan setelah trauma. 8,18 TRAUMA RADIASI Jenis radiasi yang sering menyebabkan trauma pada pada mata adalah radiasi ultraviolet UV , infra red, dan ion. Epitel kornea mudah terkena radiasi UV. Gejala timbul beberapa jam setelah terpapar, sel – sel epitel kornea akan terlepas. Meskipun sangat sakit, sel – sel epitel kornea ini biasanya akan sembuh sendiri dalam 24 jam. 15 Penyebab tersering trauma UV pada mata adalah tidak adanya perlindungan terhadap penyinaran lampu yang berkekuatan tinggi, pekerjaan mengelas dan terpapar sinar matahari yang lama diluar rumah. Kelainan makula yang dapat timbul karena langsung menatap sinar matahari disebut Solar Retinopathy. Selain itu, sinar UV ini juga dapat menyebabkan photo-opthalmia, dan merupakan faktor pencetus untuk terjadinya Fithria Aldy : Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten Tapanuli Selatan, 2010. katarak senilis. 8,15 Keluhan berupa skotoma sentral, kromatopsia, metamorpopsia dan nyeri kepala. Sinar las yang terlalu lama dapat juga menyebabkan kelainan pada makula sehingga dapat menimbulkan penurunan penglihatan dengan skotoma sentral, defek lapangan pandang perifer yang kosentrik. 15 Terpapar sinar radiasi ion sangat berhubungan dengan ledakan nuklir, X –ray dan radio-isotop. Sinar X dan sinar laser dapat pula menyebabkan makulopati seperti sinar las dan sinar matahari. Radiasi ion pada mata dapat menyebabkan oedem, kemosis pada konjungtiva maupu n kornea keratokonjungtivitis radiasi , dermatitis radiasi pada kelopak mata, berkurangnya produksi air mata dan pada tahap lanjut juga dapat menyebabkan katarak radiasi. 8,15

2.2. STRUKTUR GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KABUPATEN TAPANULI SELATAN