16 Marco Kusumawijaya, seorang pengamat
perkotaan Indonesia, dalam salah satu tulisannnya di majalah nasional Tempo beberapa
waktu lalu mengungkapkan :
“... membangun kembali Aceh bukan hanya membangun kembali rumah-
rumah, melainkan kota-kota. Dan sebuah kota tidak sama dengan penjumlahan
kuantitatif rumah-rumah. Kota itu merekam, dan adalah wujud material
masyarakatnya. Meskipun apa yang di permukaannya telah hancur, denahnya
yang tersisa adalah sebuah jejak yang mengandung kenangan, struktur,
hubungan dengan alam dan sejarah, dengan geografi dan biografi. Dan
semua itu mendekam dalam kenangan masyarakat. Kini waktunya menambah
di atas jejak itu, ke dalam sistem itu, yang menyikapi bencana alam sebagai
sesuatu yang niscaya, seperti flu atau hujan, hanya dengan frekuensi yang
lebih jarang.” Marco Kusumawijaya , 2005
Dengan pengalaman bencana maha dahsyat ini, kita mestinya dapat mengembangkan ide-ide
konstruktif untuk membangun kota dan mempertahankannya sebagai wadah peradaban
kita. Makalah ini akan membahas kota-kota pesisir barat daya Aceh pasca Tsunami
berdasarkan teori-teori perancangan kota, dikaitkan dengan data-data tentang tingkat
kerusakan di lapangan. Dengan satu tujuan, bahwa pembangunan kembali kawasan dan kota-
kota pesisir Aceh ini dapat menjadi ruang di mana manusia dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan spritualnya sekaligus melindungi warga dari bencana alam yang mungkin akan berulang,
minimal mengurangi resiko kerusakan.
2. Bencana Tsunami
2.1 Prinsip-Prinsip Bencana Tsunami adalah serangkaian gelombang tinggi
yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air laut secara tiba-tiba. Tsunami
disebabkan oleh gempa bawah laut, meletusnya gunung berapi di bawah laut, tanah longsor atau
perpindahan tanah di bawah air, jatuhnya meteor atau tanah pesisir yang longsor ke dalam laut.
Tsunami yang terjadi secara lokal biasanya terjadi dalam waktu yang tidak cukup untuk
memberi peringatan dan mungkin juga diiringi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa pemicu
seperti tanah bergerak, surface faulting, liquefaction, atau tanah longsor. Tsunami jauh
bisa berjalan selama berjam-jam sebelum menerpa pesisir.
Di lautan terbuka, tinggi tsunami bisa hanya mencapai beberapa kaki, tetapi bisa bergerak
sampai 500 miljam 804,5 kmjam. Ketika tsunami memasuki perairan dekat pesisir,
kecepatannya berkurang, panjang ombaknya berkurang, dan tingginya bertambah secara
drastis. Namun, ombak pertama biasanya bukan ombak terbesar, beberapa ombak yang lebih
besar dan ganas seringkali mengkuti ombak pertama. Walau kecepatan tsunami biasanya
berkurang saat mendekati pesisir, gelombang tetap bergerak lebih cepat dari kemampuan
seorang pelari jarak jauh olympiade – lebih dari 15 miljam 24,135 kmjam
Tidak seperti gempa bumi yang dapat merusak wilayah luas, biasanya ratusan mil persegi,
tsunami merusak sepanjang pesisir linear, dan biasanya mencapai daratan. Ketika mendarat di
pesisir, gelombang akan terpantul kembali ke laut, dan dapat menyerang pesisir dalam bentuk
gelombang beruntun. Indikasi kasat mata pertama dari datangnya
tsunami adalah surutnya air drawdown yang disebabkan oleh lembah gelombang yang
mendahului gelombang besar yang sedang menuju daratan.
2.2 Prinsip-prinsip Penanganan dan Pencegahan
Berdasarkan pengalaman akibat gempa dan Tsunami, Pemerintah Amerika Serikat melalui
National Tsunami Hazard Program bersama NOAA, USGS, FEMA, NSF, dan Negara
Bagian Alaska, California, Hawaii, Oregon dan Washington telah menerbitkan buku Designing
for Tsunamis : Seven Principles for Planning and Designing pada Maret 2001. Buku ini
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada Januri 2005 dengan judul
Menghadapi Tsunami, oleh Komisi Darurat Kemanusiaan, Koalisi Masyarakat Sipil untuk
Universitas Sumatera Utara
17
Aceh dan Sumatera Utara. 7 Prinsip yang dimuat dalam buku tersebut adalah :
1. Kenali risiko Tsunami di daerah anda 2. Hindari pembangunan baru di daerah
terpaan Tsunami untuk mengurangi korban di masa mendatang
3. Atur pembangunan baru di daerah terpaan Tsunami untuk memperkecil
kerugian di masa mendatang 4. Rancang dan bangun-bangunan baru
untuk mengurangi kerusakan 5. Lindungi pembangunan yang telah ada
dari kerugian Tsunami dengan membangun kembali, perencanaan dan
pemanfaatan kembali 6. Ambil tindakan pencegahan khusus
dalam mengatur dan merancang infrastruktur dan fasilitas utama untuk
mengurangi kerusakan 7. Rencanakan evakuasi
Dalam bahasan tentang perencanaan tata guna lahan ditetapkan 5 strategi sbb. :
1. Daerah yang paling rawan bencana tsunami diperuntukkan sebagai ruang terbuka
2. Mengambil alih daerah bahaya tsunami untuk fungsi ruang terbuka
3. Pembatasan pembangunan melalui peraturan tata guna lahan
4. Mendukung perencanaan tata guna lahan melalui perencanaan peningkatan modal dan
anggaran 5. Menyesuaikan program-program lain dan
persyaratannya
3. Prinsip-Prinsip Perancangan Kota 3.1 Tujuan Perancangan Kota