KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI PANTAI BARAT KABUPATEN PANDEGLANG.

(1)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI PANTAI BARAT KABUPATEN PANDEGLANG

Abstrak

Wilayah penelitian secara geografis terletak di pantai barat Kabupaten Pandeglang, yang secara letak sudah menunjukan bahwa rawan akan terjadinya bencana tsunami, terlebih lagi permasalahnnya yaitu wilayah penelitian sangat dekat dengan gunung krakata atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan anak gunung krakatau, yang waktu tahun 1883 gunung krakatu meletus dan menimbulkan gelombang besar yang disebut tsunami yang menyebabkan ribuan korban jiwa penduduk disekitar dan kerusakan bangunan di wilayah sekitar pantai barat Kabupaten Pandeglang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan tingkat kerentanan sosial, tingkat kerentanan ekonomi, tingkat kerentanan fisik, tingkat kerentanan lingkungan, dan peta kerentanan sosial. Selain kerentanan, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi materi kerentanan tsunami diajarkan di sekolah SMA dalam mata pelajaran geogrfai berdasarkan kurikulum 2013. Metode pada penelitian ini menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan keruangan. Penelitian ini menggunakan satu variabel yang terdiri dari kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, kemiskinana, rasio orang cacat, rasio kelompok umur, lahan produktif dan PDRB, rumah, fasilitas umum dan fasilitas kritis, hutan alam, dan hutan mangrove/bakau. Populasi yang kerentanan lingkungan digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi penduduk dan populasi wilayah di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Sampel yang digunakan merupakan sampel jenuh. Hasil penelitian ini yaitu untuk kerentanan sosial memiliki kelas rendah, untuk kerentanan ekonomo memiliki kelas sedang, rendah dan kelas tinggi, untuk kerentanan fisik memiliki kelas sedang dan tinggi, untuk kerentanan lingkungan memeiliki kelas rendah, dan memiliki peta tingkat kerentanan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Untuk implementasi kerentanan tsunami disekolah materi kerentanan tsunami berdasarkan kurikulum 2013 belum ada sub materi jadi tidak diajarkan disekolah SMA. Berdasarkan hasil penelitian rekomendasi yaitu untuk meningkatkan Tingkat Resiko Bencana yang hasilnya bisa digunakan untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya agar dapat mengurangi resiko bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Kata Kunci : Kerentanan, Bencana Tsunami

Catatan Kaki


(2)

iii

THE VULNERABILITY OF THE TSUNAMI ON THE WEST COAST OF PANDEGLANG REGENCY

Abstract

The Research Area is geographically located on the West Coast, in Pandeglang where it indicates that the impending tsunami disaster-prone, moreover the problem i.e. research area very close to the mountain krakata or surrounding communities might call child of Krakatoa volcano in 1883 the krakatu erupted and caused large waves called tsunami which caused thousands of casualties and building damage around the residents in the region around the western shore of Pandeglang. The purpose of this research is to determine the level of social vulnerability, the degree of vulnerability of the economy, the level of physical vulnerability, the degree of vulnerability of the environment, and social vulnerability map, maps of economic vulnerability. In addition to vulnerability, this research also aims to find out how the implementation of a tsunami vulnerability material taught in school subjects in HIGH SCHOOL geogrfai curriculum based on 2013. Study on the method of using desktiptif method with the keruangan approach. This research uses a variable, namely population density, sex ratio, kemiskinana, the ratio of disabled people, the ratio of age groups. of productive land and consists of GDP, houses, public facilities and environmental vulnerabilities, critical facilities consist of protected forest, natural forest, and mangrove forest/mangrove. The population used in this study are the population and the population of the area on the West coast of Pandeglang. The sample used is saturated samples. The results of this research are to social vulnerability has a low grade, for vulnerability class was having ekonomo, low and high class, to a physical vulnerability has high, medium and class to class had a huge environmental vulnerability is low, and has a map of the level of vulnerability of the tsunami on the coast of the West Pandeglang. For the implementation of a tsunami vulnerability in tsunami vulnerability based on curriculum material 2013 there is no sub material so not taught in high school. Based on the results of the study recommendations, namely to increase the level of risk of disasters that result can be used to draw up a practical action in order to devise plans, such as preparedness and evacuation routes, the decision making area of residence and so on in order to reduce the risk of tsunami on the West coast of Pandeglang.


(3)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN……… i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR……….. iv

UCAPAN TERIMA KASIH……… v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Penelitian………. 1

B.Identifikasi Masalah Penelitian………. 3

C.Rumusan Masalah Penelitian………... 4

D.Tujuan Penelitian………. 4

E. Manfaat Penelitian………... 5

F. Struktur Organisasi………... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……… 7

A.Kajian Pustaka……….. 7

1. 1 Bencana ...……….… 7

a. Pengertian Bencana ...……….. 7

1.2 Tsunami...………. 7

a. Pengertian Tsunami...……….. 7

b. Sebelum Tsunami... 8

c. Saat Tsunami... 8

d. Pasca Tsunami... 9

1.3 Kerentanan ………... 10

a. Kerentanan Sosial... 11

b. Kerentanan Ekonomi... 17


(4)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Kerentanan Lingkungan... 22

1.4 Implementasi Kurikulum... 23

a. Kurikulum 2013 kompetensi dasar geografi... 24

B.Kerangka Pemikiran………. 29

BAB III METODE PENELITIAN………. 30

A.Lokasi Penelitian……….. 30

B.Populasi dan Sampel………... 33

C.Definisi Operasional………. 37

D.Variabel Penelitian... 38

E. Alat dan Bahan...……….. 39

F. Desain Penelitian.……….... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 50

A.Hasil Penelitian……… 50

1.1 Lokasi Penelitian…...……….. 50

1.2 Kondisi Fisik Wilayah Penelitian... 53

a. Curah Hujan...……… 53

b. Geomorfologi………..… 53

c. Geologi Wilayah Peneliti………... 55

d. Rawan Bencana Geologi Wilayah Penelitian…....………… 56

e. Hidrologi………. 62

f. Penggunaan Lahan……….. 62

2. Kondisi Sosial Wilayah Penelitian……… 66

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk………... 66

b. Komposisi Pendidikan……... 69

c. Komposisi Mata Pencaharian... 72

B. Hasil Validitas Data Sekunder………... 73

C. Pembahasan... 78

1.1Tingkat Kerentanan Sosial Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglag………... 78

1.2Tingkat Kerentanan Ekonomi Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang………... 89


(5)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.3Tingkat Kerentanan Fisik Bencana Tsunami

di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang………... 96

1.4Tingkat Kerentanan Lingkungan Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang………... 109

1.5Implementasi Kerentanan Tsunami dalam Pembelajaran SMA di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang.. 116

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN……….………...… 124

A.Kesimpulan………..……. 124

B.Saran………. 126

DAFTAR PUSTAKA………... 128

LAMPIRAN –LAMPIRAN……….. 131 RIWAYAT HIDUP


(6)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tsunami merupakan gelombang besar yang berasal dari laut menuju pantai. Bencana tsunami pada umumnya diakibtakan oleh letusan gunung berapai di bawah laut, gempa bumi yang pusatnya di dalam laut dan bertubrukannya anatara lempeng samudera. Tingginya potensi terjadinya bencana tsunami pada wilayah Indonesia disebabkan tatanan dan proses geologi dan pergerakan lempeng, Indonesia yang terletak di tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Untuk itu Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana tsunami.

Untuk bencana tsunami yang dihasilkan oleh meletusnya gunung api Krakatau pada tahun 1883. Berdasarkan Kendarsi (dalam Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, 2005, hlm.72) ‘jumlah korban sekitar 36.000 penduduk Lampung

dan Anyer (Banten)’.

Walaupun demikian bencana tsunami dapat diperkiarakan kedatangannya beberapa saat sebelum dengan melihat gejala alam di daerah pantai. menurut Ikawanti (dalam Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, 2005, hlm.42) “Prediksi tsunami dapat dilakukan dengan menerapkan sistem Tsunami Risk Evaluation

Through Seismic Moment From Realitme Systems dengan kata lain Tremors, dan

pengukuran pasang surut air laut lewat analisis gempa dan tsunami”.

Sebagai manusia tidak dapat mencegah bencana ini, tetapi setidaknya dapat mengantisipasi bencana ini dengan memanfaatkan teknologi tadi, karena dengan mengantisipasi dapat mengurangi angka resiko yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu menghindari kawasan yang berpotensi tsunami dan mengetahui peringatan dini/ciri-ciri tsunami akan terjadi misalnya saja jika ada gempa, air laut surut mendadak, dan terdapat banyak biota laut yang mati dan terdampar ke pantai sebaiknya hindari daerah pantai.


(7)

Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 ayat (3) dari Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bahwa ‘penetapan batas sempadan pantai yang di tentukan berdasarkan tingkat resiko bencana (indeks ancaman dan indeks kerentanan)’.

Berdasarkan UU No 27 Tahun 2007 penelitian ini membahas mengenai tingkat kerentanan tsunami yang lebih menitik beratkan terhadap bagaimana kerentanan soisal, kerentanan fisik, kerentanan ekonomi dan kerentanan lingkungan disepanjang pantai barat Kabupaten Pandeglang.

Di pantai barat Kabupaten Pandeglang mempunyai pasar Tradisional besar di Bandingkan dengan pasar dari wilayah-wilayah di daerah sekitarnya, untuk itu tidak heran banyak konsumen yang datang ke pasar Labuan yang datang dari wilayah lain pasar ini tepatnya berada di Desa Labuan. Diwilayah ini juga mempunyai teluk yang di jadikan palelangan ikan di mana banyak nelayan yang beraktifitas di sana teluk itu tepatnya berada di Desa Teluk. Di pantai barat juga banyak tempat tinggal penduduk yang berada di bibir pantai, selain Desa Labuan dan Desa Teluk ada beberapa Desa yang juga wilayahnya tepat di pinggir pantai. Selain itu Lahan yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang ini selain di manfaatkan sebagai pemukiman juga di manfaatkan untuk pesawahan.

Wilayah penelitian juga terdapat beberapa wilayah yang dijadikan salah satu objek pariwisata yang ramai di kunjungi setiap akhir pekan yang banyak di kunjungi wisatawan domestik atau mancanegara, wisatawan domestik biasanya kebanyak dari daerah Serang, Tanggerang, Jakarta, Bogor, dan Bekasi. Mereka berkunjung kebanyakan pada akhir pekan yaitu hari sabtu dan hari minggu, dengan sering banyaknya pengunjung memberikan peluang bagi masayarakat setempat untuk mencari nafkah dari pariwisata tersebut. Rumah penduduk pun banyak yang berada di daerah pantai, jika dilihat dari kontruksi bangunan rumah penduduk tidak semuanya terbuat dari beton ada banyak pula yang terbuat dari kayu dan bambu sehingga dari ketahanan kontruski bangunan tersebut sangat minim, lahan yang berada di tempat pantai tidak di manfaatkan oleh tanaman-tanaman penangkal tsunami seperti hutang mangroove, padahal hutan mangrove banyak manfaatnya seperti menjaga kestabilan garis pantai, menjaga pantai dari


(8)

3

abrasi yang di sebabakan oleh pasang air laut dan ombak laut. Tetapi pada kenyataanya jarang di temukan hutan mangrove di pantai barat.

Dari penjelasan diatas dapat menangkap gambaran secara umum lokasi penelitian yang akan di kaji, dari beberapa penjelasan tersbut perlu adanya penelitian maka dari itu pada penelitian ini mengkaji aspek-aspek yang telah dijabarkan tersebut, untuk itu penelitian ini memfokuskan pada indeks kerentanan, mulai dari kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik, kerentanan lingkungan, dari masing-masing kerentanan tersbut sudah digambarkan permasalahan apa saja yang terdapat di lokasi penelitian ini.

Penelitian ini tidak hanya untuk mengetahui kerentanan bencana tsunami di lokasi penelitian, tetapi juga untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masayarakat tentang kerentanan bencana tsunami yang khususnya pada siswa siswi SMA yang lokasi sekolahnya dekat dengan pantai.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan ada beberapa masalah yang harus di kaji di lokasi penelitian. Berikut merupakan beberapa penjelasan mengenai identifikasi masalah di lokasi penelitian diantaranya yaitu:

1. Lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan selat Sunda dimana di selat Sunda tersebut terdapat anak gunung Krakatau atau disebut juga gunung Krakata. Apabila gunung Krakata tersebut meletus maka akan menyebabkan tsunami.

2. Terdapat banyak korban jiwa meninggal akibat gunung Krakatau meletus pada tahun 1883 dengan jumlah korban sekitar 36.000 penduduk Lampung

dan Anyer (Banten) berdasarkan “Kendarsi (dalam Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, 2005, hlm. 72)

3. Terdapat banyak penduduk yang memukim di daerah pesisir. Dimana hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang tinggi apabila terkena hantaman tsunami.

4. Terdapat banyak bangunan yang lokasinya dekat dengan daerah pesisisr diantaranya fasilitas umum (sekolah, peribadatan, kantor, kesehatan).


(9)

5. Berdasarkan peta dari BAPPEDA lokasi penelitian diperkirakan akan terkena gelombang tsunami dengan luas derah sekitar 8,1094 km2.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Setelah melihat pemeparan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah diatas yang menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolahan pantai yang salah satunya adalah mengenai kerentanan bencana tsunami yang terdapat beberapa aspek yang harus dilakukan mengenai penelitian, maka rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat kerentanan sosial bencana tsunami di pantai barat

Kabupaten Pandeglang?

2. Bagaimana tingkat kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai Barat Kabupaten Pandeglang?

3. Bagaimana tingkat kerentanan fisik bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang?

4. Bagaimana tingkat kerentanan lingkungan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang?

5. Bagaimana implementasi kerentanan tsunami dalam pembelajaran SMA yang ada di pantai barat Kabupaten Pandeglang?

D. Tujuan penelitian

Dari penjelasan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat kerentanan sosial bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

2. Menganalisis tingkat kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

3. Menganalisis tingkat kerentanan fisik bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

4. Menganalisis tingkat kerentanan lingkungan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

5. Menganalisis implementasi kerentanan tsunami dalam pembelajaran SMA di pantai barat Kabupaten Pandeglang.


(10)

5

E. Manfaat penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang telah diurikan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya kepada penulis untuk menambah wawasan dan umumnya kepada khalayak umum yang membaca penelitian ini. Maka dari itu menfaat penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti.

2. Dapat mengaplikasikan ilmu geografi dalam kehidupan nyata.

3. Dapat mengaplikasikan ilmu geografi dalam dunia pendidikan terutama pada jenjang SMA.

4. Sebagai sumber referensi bagi pemerintah setempat untuk melakukan penelitian mengenai kerentanan bencana tsunami.

5. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kerentanan bencana tsunami bagi mahasiswa dan masayarakat.

F. Struktur Organisasi

Struktur organisasi ini menjelaskan mengenai bagian-bagian bab dari penelitian ini. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a. Bab 1, bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, merumuskan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan tsruktur organisasi, dengan kata lain bab ini menjelaskan secara umum tentang penelitian ini.

b. Bab 2, bab ini menjelaskan tentan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, tinjauan pustaka berisi refrensi-referensi yang menunjang dari penelitian ini dari berbagai sumber seperti buku, jurnal dan laiinya tujuannya mengarahkan penelitian yang menghasilkan penelitian yang akurat.

c. Bab 3, bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, menentukan jumlah sampel, menjelaskan indikator penelitian, menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian, menjelaskan metode penelitian, bab ini bertujuan untuk mengarahkan dalam proses penelitianseperti observasi, dan menjelaskan inti kajian dari penelitian.

d. Bab 4, bab ini merupakan isi dari penelitian karena pada bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian yang dibahas.


(11)

e. Bab 5, bab ini meruapakan bab akhir dari sebuah penelitian, bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran.

f. Daftar pustaka, daftar pustaka ini berisi informasi alamat/sumber buku yang dipakai untuk tinjauan pustaka pada bab 2.

g. Lampiran, lampiran merupakan bagian akhir dari penelitian, lampiran berisi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang tidak dapat dicantumkan dalam bab-bab sebelumnya, lampiran ini biasa berisi dokumentasi, dan surat-surat perizinan.


(12)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berada dilokasi di pantai barat Kabupaten Pandeglang berdasarkan sumber (katalog BPS Kabupaten Pandeglang dalam angka 2013) wilayah penelitian secara geografis terletak pada 060 13’ – 060 24’ LS dan 1050

49’ – 105054’ BT.

Secara administrasi, wilayah penelitian di pantai barat Kabupaten Pandeglang terdiri dari 11 desa yang terdiri dari Desa Cigondang, Sukamaju, Labuan, Teluk, caringin Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukajadi, Sukarame, Sukanegara. Luas wilayah 29,09 km2 dengan Batas adiministrasi sebagai berikut:

1. Batas adiministrasi pantai barat kabupaten Pandeglang berdasarkan sumber Peta RBI.

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang b. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kecamatan Pagelaran c. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jiput

Untuk lebih jelasnya wilayah administrasi lokasi penelitian bisa dilihat dari peta 4.1 administrasi wilayah lokasi penelitian.

Peta wilayah administrasi lokasi penelitian ini diperoleh dari peta Kabupaten Pandeglang sumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang yang di terbitkan oleh PT. Elsa Media Peraga yang bekerja sama dengan Koperasi Pemuda Banten, sumber data di peroleh dari peta rupa bumi Indonesia skala 1:25.000 tahun 1994 BAKOSURTANAL, bagian pemerintah serta Kabupaten Pandeglang dan dinas pariwisata seni dan budaya kabupaten Pandeglang. Desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut:


(13)

Lokasi penelitian dan luas dapat dilihat pada tabel 3.1 yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa No

Desa Luas (km2)

1 Cigondang 0.98

2 Sukamaju 1.84

3 Labuan 0.97

4 Teluk 0.97

5 Caringin 3.20

6 Pejamben 4.13

7 Banjarmasin 3.40

8 Carita 6.18

9 Sukajadi 1.25

10 Sukarame 1.76

11 Sukanegara 4.41

Jumlah 29,09

Sumber : (katalog BPS Kabupaten Pandeglang dalam angka 2013) Berdasarkan lokasi, penelitian ini berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Wilayah ini mempunyai peran penting dalam mata pencaharian penduduk sekitar. Di pantai barat Kabupaten Pandeglang mempunyai pasar Tradisional besar di Bandingkan dengan pasar dari wilayah-wilayah di daerah sekitarnya, untuk itu tidak heran banyak konsumen yang datang ke pasar Labuan yang datang dari wilayah lain pasar ini tepatnya berada di Desa Labuan. Diwilayah penelitian juga mempunyai sebuah teluk yang dimana pusat palelangan ikan terdapat di Desa Teluk. Wilayah penelitian juga terdapat beberapa wilayah yang dijadikan salah satu objek pariwisata yang ramai di kunjungi setiap akhir pekan yang banyak di kunjungi wisatawan domestik atau mancanegara, wisatawan domestik. Selain itu diwilayah penelitian juga banyak terdapat bangunan yang terdapat disekitar pesisir atau pantai seperti rumah penduduk, fasilitas umum dan fasilitas kritis untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian dapat dlihat pada gambar 3.1 dibawah ini.


(14)

32

Sumber : Hasil Penelitian 2014


(15)

B. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

Menurut: (Sugiono, 2011, hlm. 61)

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang di pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilki oleh subjek atau

objek yang diteliti itu”.

Sampel adalah sebagain dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika Pabundu:2005:24).

Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel pada penelitian ini maka dibawah ini akan dijelaskan bagaimana populasi dan sampel sebagai berikut:

a. Wilayah penelitian meliputi 11 Desa yang ada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

Sampel wilayah meliputi 11 desa di pantai barat Kabupaten Pandeglang dari 19 desa yang ada. Pengambilan sampel ini berdasarkan desa yang diperkirakan akan terkena gelombang tsunami, data tersebut berdasarkan peta dari BAPPEDA tentang peta kerawanan bencana. Sampel wilayah yang dipakai di pantai barat Kabupaten Pandeglang yaitu beberapa jenis penggunaan lahan yang dijadikan variabel dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1) Penggunaan lahan produktif meliputi sawah 2) Penggunaan lahan pemukiman.

3) Penggunaan lahan fasilitas kritis. 4) Penggunaan lahan fasilitas umum. 5) Penggunaan lahan hutan alam. 6) Penggunaan lahan hutan lindung. 7) Pengguaan lahan bakau/mangrove


(16)

34

b. Populasi meliputi seluruh penduduk yang berada di 11 desa di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

Pada populasi manusia meliputi seluruh penduduk di pantai barat Kabupaten Pandeglang karena pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh artinya semua penduduk yang berada di 11 desa dijadikan objek penelitian.

c. Semua guru sekolah SMA yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

Untuk penelitian pada guru SMA diharuskan untuk meneliti seluruh guru SMA geografi di pantai barat Kabupaten Pandeglang, dikarenakan jumlah sekolah yang ada di wilayah penelitian mempunyai jumlah yang sedikit yaitu 5 sekolah jadi, tujuannya agar data yang diperoleh lebih akurat dan terpercaya.

Data yang digunaan untuk penelitian ini menggunakan data sekunder dari berbagai instansi terkait. Untuk memastikan data sekunder tersebut sesuai dengan keadaan dilapangan maka diperlukan uji validitas data sekunder. Untuk menentukan jumlah sampel ditentukan dengan rumus slovin, data yang di validitas adalah:

1) Rasio Jenis Kelamin 2) Rasio Kemiskinan 3) Rasio Orang Cacat 4) Rasio Kelompok Umur

5) Hasil Produksi Luas Lahan Produktif 6) Keberadaan Hutan Lindung

7) Keberadaan Hutan Alam

8) Keberadaan Hutan Bakau atau Mangrove

Berdasarkan data yang akan di validitas sebagaimana yang telah dijelaskan ada 8 data. Untuk itu adanya data primer atau data yang dihasilkan dari lapangan untuk di uji validitas dengan data sekunder atau data dari instansi. Untuk itu perlu adanya sampel dari setiap desa, karena sampel tersebut sudah mewakili seluruh penduduk di pantai barat Kabupaten Pandeglang. sampel tersebut tidak hanya untuk uji validitas tetapi juga untuk menentukan sampel rumah untuk parameter


(17)

kerentanan fisik. untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan bagaimana perhitungan dalam pengambilan sampel dengan menggunakan rumuas slovin. Slovin (dalam Ghifar, 2011 : 75) mengemukakan bahwa rumus jumlah

pengambilan sampel adalah:

n = + N.e²N Keterangan :

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : tingkat kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolelir

Jumlah keluarga adalah 88601 dengan tingkat kesalahan sebesar 10%, perhitungan sampel sebagai berikut:

n = + . , ² = 76 keluarga jumlah sampel per tiap desa adalah:

1) Desa Cigondang = � = , dibulatkan menjadi 10 penduduk

2) Desa sukamaju = � = , dibulatkan menjadi 4

penduduk

3) Desa Labuan = � = , dibulatkan menjadi 13

penduduk

4) Desa Teluk = � = 13,07 dibulatkan menjadi 13 penduduk

5) Desa Caringin = � = , sibulatkan menjadi 8

penduduk

6) Desa Pejamben = � = , dibulatkan mejnadi 5

penduduk

7) Desa Banjarmasin = � = , dibulatkan menjadi 4 penduduk

8) Desa Carita = � = , dibulatkan menjadi 4

penduduk

9) Desa Sukajadi = � = , dibulatkan menjadi 4

penduduk

10) Desa Sukarame = � = , dibulatkan menjadi 6


(18)

36

11) Desa Sukanegara = � = , dibulatkan menjadi 5 penduduk

Untuk laha produktif bahan makanan yaitu khususnya sawah. Untuk itu adanya data primer atau data yang dihasilkan dari lapangan untuk di uji validitas dengan data sekunder atau data dari instansi. Untuk itu perlu adanya sampel dari setiap desa, karena sampel tersebut sudah mewakili seluruh penduduk petani di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan bagaimana perhitungan dalam pengambilan sampel untuk lahan produktif dengan menggunakan rumuas slovin sebagai berikut.

Jumlah 9496 penduduk petani dengan taraf kesalahan 20 % dengan perhitungan sampel sebagai berikut:

Slovin (dalam Ghifar, 2011 : 75) mengemukakan bahwa rumus jumlah pengambilan sampel adalah:

n = N

+ N.e² Keterangan :

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : tingkat kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolelir n = + . , ² = 24 petani

Jumlah sampel per tiap desa adalah:

1) Desa Cigondang = � = , dibulatkan menjadi 2 penduduk 2) Desa sukamaju = � = , dibulatkan menjadi 1 penduduk 3) Desa Teluk = � = 9,1 dibulatkan menjadi 9 penduduk 4) Desa Caringin = � = , sibulatkan menjadi 2 penduduk 5) Desa Pejamben = � = , dibulatkan mejnadi 1 penduduk 6) Desa Banjarmasin = � = , dibulatkan menjadi 1 penduduk 7) Desa Carita = � = , dibulatkan menjadi 2 penduduk


(19)

8) Desa Sukajadi = � = , dibulatkan menjadi 1 penduduk 9) Desa Sukarame = � = , dibulatkan menjadi 3 penduduk 10)Desa Sukanegara = � = , dibulatkan menjadi 4 penduduk

Lahan produktif perikanan yaitu tambak hanya berada di 5 desa yaitu Desa Cigondang, Desa Rancatereup, Desa Teluk, Desa Banyubiru, Desa Caringin, dengan jumlah populasi 5 orang, jadi tidak diperlukan sampel karena semua petani akan dijadikan sampel penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 lokasi sampel penelitian

C. Definisi Operasional

1. Kerentanan sosial merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kerentanan bencana tsunami khusus pada kependudukan, kerentanan sosial terdiri dari kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur.

2. Kerentanan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kerentanan bencana tsunami pada bidang perekonomian, kerentanan ekonomi terdiri dari lahan produktif (sawah, tambak) dan PDRB.

3. Kerentanan fisik merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kerentanan bencana tsunami pada aspek bangunan, dimana bangunan tersebut merupakan salah satu yang dapat menimbulkan kerugian secara materi dan kerusakan bangunan apabila terkena terjangan gelombang tsunami, bangunan pada kerentanan fisik ini terdiri dari rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis.

4. Kerentanan lingkungan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kerentanan bencana tsunamin pada aspek lingkungan, dimana apek lingkungan yang dimaksud untuk mengukur tingkat kerentanan bencana tsunami adalah kerusakan lingkungan yang timbul akibat terjangan gelombang tsunami yang terdiri dari hutan lindung, hutan alam, dan hutan mangrove. dimana ketiga hutan itu sangat besar manfaatnya untuk kehidupan manusia maupun hewan.


(20)

38

D. Variabel Peneletian

Variabel penelitian ini merupakan suatu ukuran untuk menentukan indikator yang akan diteliti dan memudahakan kita dalam proses penelitian. Indikator penelitian untuk kerentanan bencana tsunami bisa dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Indikator Penelitian Untuk Kerentanan Bencana Tsunami

Tabel 3.2 ini menjelaskan indikator kerentanan yang akan di pakai dalam penelitian ini kerentanan ini terdiri dari kerentanan sosial yang terdiri dari (kepadatan penduduk, jenis kelamin, kemiskinan orang cacat dan kelompok umur). Kerentanan ekonomi terdiri dari (lahan produktif dan PDRB). Kerentanan fisik terdiri dari (rumah, fasilitas umum, fasilitas kritis). Dan yang terakhir adalah kerentanan lingkungan yang terdiri dari (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove).

1. Kerentanan Sosial

a. Kepadatan penduduk b. Jenis Kelamin

c. Kemiskinan d. Orang Cacat e. kelompok Umur 2. Kerentanan Ekonomi

a. Lahan Produktif b. PDRB

3. Kerentanan Fisik a. Rumah

b. Fasilitas Umum c. Fasilitas Kritis 4. Kerentanan lingkungan

a. Hutan lindung b. Hutan Alam


(21)

E. Alat dan Bahan

Untuk penelitian ini membutuhkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam penelitian. Dalam pembahasan ini akan diulas mengenai rincian alat dan bahan yang akan di pakai dalam proses penelitian untuk lebih jelasnya berikut merupakan Alat dan bahan yang di gunaka dalam penelitian ini adalah:

3.5.1 Alat

Ada beberapa alat yang perlu digunakan dalam memudahkan penelitian diantaranya yaitu:

1. Komputer a. Perangkat Lunak

Komputer Sangat membantu dalam penelitian, karena untuk mengolah data yang telah di dapatkan, beberapa perangkat lunak yang di pakai adalah Microsoft Office Word 2007, perangkat ini berfungsi untuk menulis penyusunan skripsi, selain itu terdapat perangkat lunak untuk aplikasi Sistem Informasi Geografis seperti Software MapInfo Proffesional 10.5 perangkat ini sangat membantu dalam penelitian ini karena perangkat ini berfungsi untuk mengolah data seperti peta dari mulai digitasi sampai overlay yang akhirnya menjadi suatu informasi dan tujuan akhir dari penelitian ini. Selain itu terdapat Google Earth. b. Perangkat Keras

Perangkat keras merupakan seluruh perangkat fisik yang digunakan dalam pengolahan data dan informasi. Komputer yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai spesifikasi komputer sebagai berikut:

- LCD 14,0”

- Harddisk Internal 500 GB” - Harddisk Eksternal 500 GB”

- Memory 1 GB”

- Prosesor intel Core i3-380M” - Flasdisk Kingston 8 GB 1. Kamera Digital

Kamera ini sangat membantu dalam penelitian ini karena berfungsi sebagai dokumentasi foto-foto dalam proses penelitian, seperti dokumentasi lokasi


(22)

40

penelitian seperti kontruksi bangunan yang terdapat di lokasi, pemanfaatan lahan, fasilitas umum, fasilitas kritis, dan penutupan lahan yang berada di sekitar pantai. Selain itu juga untuk memprmudah dalam menganalisis lokasi-lokasi penelitian. 2. Perangkat Komunikasi

Perangkat komunikasi sangat perlu di butuhkan untuk kelancaran proses penelitian, perangkat ini berfungsi untuk komunikasi dengan orang lain dengan jarak jauh, misalnya untuk mengecek data kepada instansi terkait. 3. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor di penelitian ini sangat berguna karena sebagai alat transportasi peneliti untuk menuju lokasi penelitian dan instansi-instani yang di perlukan untuk mendapatkan data. Karena dalam penelitian tidak hanya satu tempat saja yang akan di tuju karena banyak data-data yang di butuhkan dari berbeda instanti, untuk itu kendaraan ini sangat diperlukan. 3.5.1 Bahan

Ada beberapa bahan yang diperlukan dalam penelitian ini diatantaranya yaitu: 1. Peta Rupa Bumi.

Peta rupa bumi merupakan peta dasar untuk menampilkan lokasi penelitian, peta rupa bumi ini menunjukan administrasi darii setiap lokasi penelitian, yang berisi perbatasan administrasi setiap Kecamatan Labuan dan Kecamatan Carita, jaringan jalan dari setiap kecamatan, sungai, dan laut.

Peta rupa bumi yang di perlukan dalam penelitian ini yaitu peta Labuan Lembar 1109-253 tahun 1989 skala 1:25.000. Peta Rupa Bumi ini di Produksi dan di Terbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) JL. RAYA JAKARTA BOGOR KM.46 82062 CIBINONG-BOGOR.

2. Data Monografi Kecamatan Labuan.

Data monografi Kecamatan Labuan merupakan data dasar yang di butuhkan dalam penelitian, data monografi berisi seperti data jumlah penduduk, luas lahan, kondisi sosial secara umum. Data monografi ini berfungsi untuk mengetahui kondisi umum pada derah penelitian khususnya yaitu Kecamatan Labuan.


(23)

3. Data Monografi Kecamatan Carita.

Data monografi Kecamatan Carita merupakan data dasar yang di butuhkan dalam penelitian, data monografi berisi seperti data jumlah penduduk, luas lahan, kondisi sosial secara umum. Data monografi ini berfungsi untuk mengetahui kondisi umum pada derah penelitian khususnya yaitu Kecamatan Carita.

4. Data Badan Pusat Statistik, yang terdiri dari data: - Laporan BPS Provinsi/Kabupaten dalam angka. - PODES

- SUSENAN - PPLS dan - PDRB

Data yang di ambil dari BPS Provinsi/Kabupaten dalam angka, PODES, SUSENAN, PPLS dan PDRB, data-data tersebut di gunakan untuk memenuhi data dari aspek-aspek kerentanan bencana tsunami seperti kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik. data-data tersebut di konvensikan ke dalam bentuk angka agar mudah untuk di hitung dan di olah datanya, karena cara penghitungan aspek-aspek kerentanan menggunakan angka.

5. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Labuan

Peta penggunaan lahan ini berfungsi untuk memberikan informasi seberapa banyak penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Labuan. Penggunaan lahan ini terdiri dari (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Data ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan aspek kerentanan lingkunga, data ini bisa di dapat dari Bakosurtanal.

6. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Carita

Peta penggunaan lahan ini berfungsi untuk memberikan informasi seberapa banyak penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Carita. Penggunaan lahan ini terdiri dari (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Data ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan aspek kerentanan lingkunga, data ini bisa di dapat dari Bakosurtanal.


(24)

42

Peta jaringan jalan ini menggunakan peta lembar Kecamatan Labuan untuk mempermudah mengenali nama tempat pada peta, dan mempermudah untuk jalur yang bisa di lewati.

8. Peta Jaringan Jalan Kecamatan Carita

Peta jaringan jalan ini menggunakan peta lembar Kecamatan Carita untuk mempermudah mengenali nama tempat pada peta, dan mempermudah untuk jalur yang bisa di lewati.

F. Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode dari BNPB dan SIG (Sistem Informasi Geografis). Untuk mendapatkan data-data baik data primer atau pun data sekunder dan untuk mendapatkan fakta-fakta yang terdapat di lapangan, selain itu untuk mengetahui perkembangan tentang aktvitas manusia baik (ruang maupaun manusia). Untuk itu di butuhkan metode yang tepat agar sesuai dengan penelitian ini dan mendapatkan hasil relefan dan keabsahan data yang akurat.

Metode BNPB ini di gunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang yang menggunakan data monografi Kabupaten Pandeglang dalam bentuk angka. Untuk menganalisis tingkat kerentanan juga di perluka untuk mengetahui seberapa besar penggunaan lahan yang terpakai oleh hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/ mangrove.

Metode pemetaan merupakan sebuah teknik pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun

hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Teknik pemetaan yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografis (SIG) meruapakan suatu sistem informasi yang mampu mengelola atau mengolah informasi yang terikat untuk memiliki rujukan ruang atau tempat (Iwan Setiawan, 2010, Hlm.5)

i. Teknik Penelitian

Teknik ini diperlukan untuk mengumpulkan data baik berupa data primer maupun data sekunder. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan uaruiannya adalah:


(25)

a. Tahap Persiapan

Tahap perispan ini dilakukan sebelum melakukan pengambilan data kelapangan atau survey kelapangan. Pada tahap ini menentukan topik yang akan diteliti setelah itu mencari literatur yang menunjang untuk topik peneliti, mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk survey kelapangan.

b. Tahap survey untuk penelitian pendahuluan

Pada tahap pendahuluan penelitian ini, peneliti menentukan lokasi penelitian dan mempersiapkan surat-surat untuk perijinan dan memberikan surat-surat perijinan ke instansi lokasi penelitian, dan ke instansi yang dibutuhkan data-datanya untuk melengkapi data penelitian.

c. Tahap survey untuk penelitian utama

Tahap ini adalah tahap utama dalam penelitian ini. Tahap ini yaitu tahap dimana peneliti untuk mengumpulkan data-data yang ada dilapangan lalu mengolah data dengan menggunakan metode yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk lebih jelas dalam tahap ini yaitu sebagai beriku:

i. Tahap pengumpulan data

Tahap pengumpulan data ini di lakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Data primer

- Observasi

Observasi merupakan teknin pengumpulan data, dimana peneliti melakukan mengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004, hlm.104) berdasarkan pengertian tersebut observasi ini di peruntukan agar peneliti mengetahui kondisi penduduk dan kondisi alamnya agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. b) Data Sekunder

- Studi kepustakaan.

Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: Buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang releven, maka segera untuk disususn secara


(26)

44

teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti : mengedintifikasi teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

- Dokumentasi

Pada peneliti ini pengambilan data yaitu dari badan-badan/instantis terkait. Di antaranya yaitu:

 BPS (provinsi/kabupaten dalam angka),

 SUSENAL (Survey Sosial Ekonomi Nasional),  PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

 Peta Rupa Bmi, Peta Penggunaan Lahan, Peta Jaringan Jalan menggunakan Map Info Professional 10.5

ii. Tahap Pengolahan dan analisis data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah analisi data. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif yaitu analisis data dan informasi dalam bentuk uraian/deskriptif. Data yang diperoleh diuraikan secara deskriptif analitik terlebih dahulu untuk mengungkapkan semua gejala, fakta, data yang dikemukakan di lapangan. Untuk lebih rinci tahap ini diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan untuk pengecekan data. Untuk lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:

- Memeriksa dan mengecek kelengkapan data hasil pengumpulan dari lapangan. - Mengecek macam-macam isi dari data-data yang diperoleh dari lapangan. 2. Tabulasi data

Tabulasi data yaitu dimana tahap pemilihan data-data yang sudah terkumpul dari lapangan untuk mengelompokan data dan memberikan kode (codding data) untuk memilah- milah data dan dilakukan analisis data.


(27)

3. Analisis Data

Setelah melakukan pengecekan data dan pengelompokan data maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data. Agar data yang telah dikumpulkan dapat diolah menjadi informasi maka perlu dilakukan analisis data. Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Analisis Chi Kuadrat (χ2 )

Menurut Sugiyono (2011, hlm.107) Chi Kuadrat (χ2) adalah

“Chi Kuadrat (χ2

) satu sampel adalah teknik statisktik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi datanya berbentuk nominal dan

sampelnya besar”.

Analisis Chi Kuadrat (χ2

) ini merupakan analisis untuk validitas data sekunder dengan data primer yang akan menentukan data mana yang akan dipakai

untuk penelitian ini dengan Rumus Chi Kuadrat (χ2

) adalah sebagai berikut :

χ² = ∑

� �=

�� – �ℎ ² �ℎ Dimana:

χ2

: Chi Kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi fi : Frekuensi yang diharapkan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dari berbagai instansi, dengan penjelasan sebagai berikut:

Ho : Data skunder dan hasil observasi sama Ha : Data skunder dan hasil observasi berbeda

Untuk dapat membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka Chi kuadrat hitung perlu dibandingkan dengan Chi kuadrat tabel dengan derajat kebebasan (dk) dan taraf kesalahan tertentu. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila Chi kuadrat hitung lebih kecil dari tabel, maka Ho diterima,

dan pabila lebih besar atau sama dengan ( ≥ ) harga tabel maka Ho ditolak.

Derajat kebebasan (dk) dalam penelitian ini adalah 1 (satu) dan taraf kesalahan yang ditetepkan adalah 5 (lima) % maka Chi kuadrat tabel adalah


(28)

46

3,841. Apabila Chi kuadrat hitung (χ2 ) lebih kecil dari Chi kuadrat tabel ( 3,841 ) maka Ho (data skunder) diterima dan bisa digunakan. Kemudian apabila Chi kuadrat hitung (χ2 ) lebih besar dari Chi kuadrat tabel ( 3,841 ) maka Ho (data skunder) ditolak dan tidak bisa digunakan.

Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Tsunami

. Setelah pengumpulan data sekunder selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tahap pengolahan data melalui metode dari BNPB, dalam penelitian mengenai kerentanan tsunami ini meneliti dari semua aspek-aspek kerentanan yang terdiri dari sosial, ekonomi, fisik dan dan kerentanan lingkugan. Setelah semua produk kerentanan di hitung berdasarkan parameter-parameternya maka Semua faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalah hasil dari proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan tsunami yaitu di bawah ini : a) Kerentanan Sosial

Indikator yang digunakan untuk kerentanan sosial adalah kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas rendah, sedang, dan kelas tinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Tabel Parameter Kerentanan Sosial

Parameter Bobot

(%)

Kelas

Rendah Sedang Tinggi

0,33 0,67 1

Kepadatan penduduk 60 < 500 jiwa/km2 500-100

jiwa/km2

>1000 jiwa/km2

Rasio jenis kelamin 10 < 20% 20 – 40% >40%

Rasio kemiskinan 10 < 20% 20 – 40% >40%

Rasio orang cacat 10 < 20% 20 – 40% >40%

Rasio kelompok umur 10 < 20% 20 – 40% >40%

Kerentanan sosial = . ∗

� � � . � .

+ (0.1 * rasio jenis kelamin) + (0.1 * rasio kemiskinan) + (0.1 * rasio orang cacat) + (0.1 * rasio kelompok umum)


(29)

b) Kerentanan Ekonomi

Indikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan produktif dalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak) dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas rendah, sedang, dan kelas tinggi Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Parameter Kerentanan Ekonomi

Parameter Bobot

(%)

Kelas

Rendah Sedang Tinggi

0,33 0,67 1

Lahan Produktif 60 <50 jt 50 – 200 jt >200 jt

PDRB 40 < 100 jt 100 – 300 jt >300 jt

Kerentanan ekonomi = (0.6 * skor lahan produktif) + (0.4 * skor PDRB)

Sumber : BNPB 2012

c) Kerentanan Fisik

Indikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan rumah (permanen, semipermanen dan non-permanen), ketersediaan bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas rendah, sedang, dan kelas tinggi ditunjukkan pada persamaan dalam tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5 Parameter Kerentanan Fisik

Parameter Bobot (%)

Kelas

Rendah Sedang Tinggi

0,33 0,67 1

Rumah 40 <400 jt 400 – 800 jt >800 jt Fasilitas Umum 30 <500 jt 500 jt – 1 M >1M Fasilitas Kritis 30 <500 jt 500 jt – 1 M >1M Kerentanan fisik = ( 0.4 * skor rumah) + (0.3 * skor fasilitas umum) + (0.3 * skor fasilitas kritis)


(30)

48

d) Kerentanan Lingkungan

Indikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove, rawa dan semak belukar). Yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas rendah, sedang, dan kelas tinggi pembobotan yang ditunjukkan pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman pada tabel 3.6 di bawah.

Tabel 3.6 Parameter Kerentanan Lingkungan

Parameter Bobot

(%)

Kelas

Rendah Sedang Tinggi

0,33 0,67 1

Hutang Lindung 30 < 20 ha 20 – 50 ha > 50 ha Hutan Alam 30 < 25 ha 25 – 75 ha > 75 ha Hutan Bakau/Mangrove 40 < 10 ha 10 – 30 ha > 30 ha Kerentanan Lingkungan = (0.3* skor hutan lindung) + (0.3 * skor hutan alam) + (0.4 * skor hutan bakar)

Sumber : BNPB 2012

Setelah mendapatkan hasil dari setiap parameter kerentanan bencana tsunami maka proses selanjutnya adalah menentukan tingkat kerentanan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang sebagaimana dijelaskan oleh

(BNPB.2012.hlm.39) “Semua faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalah hasil dari proses AHP”. Parameter konversi indeks kerentanan

tsunami yang di tunjukan pada tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Parameter konversi indeks kerentanan tsunami

Analisis Peta

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisa kualitatif yaitu analisis data dan informasi dalam bentuk uraian/deskriptif. Setelah pengumpulan data sekunder selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah tahap pengolahan Kerentanan ancaman tsunami = (0.4 * skor kerentanan sosial) + (0.25 * skor kerentanan ekonomi) + (0.25 * kerentanan fisik) + (0.1 * kerentanan lingkungan)


(31)

data melalui teknik pemetaan melalui Sistem Informasi Geografi yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memasukan peta pada komputer yang mulai dari peta RBI, jaringan jalan dan peta penggunaan lahan.

b. Meregistrasi peta RBI terlebih dahulu.

c. Melakukan proses Digitasi Peta, yaitu penyajian data dalam bentuk titik, garis, dan bentuk area (polygon). Penyajian data dalam bentuk garis menunjukan suatu objek berupa sungai dan jalan. Area (polygon) adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang seperti batas Kecamatan, batas Desa, permukiman, sawah.

d. Tahap selanjutnya adalah Overlay atau tumpang susun adalah mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda misalnya peta DAS, jaringan jalan, batas kecamatan, batas desa, pemukiman dan sawah, sehingga menghasilkan peta baru yang merupakan gabungan dari peta-peta yang ditumpangsusunkan.

e. Setelah tahapan-tahapan dasar tadi dilakukan. Langkah selanjutnya adalah tahap analisis spasial. Tahap analisis spasial meliputi Overlay.

Setelah peta diolah dengan menggunakan aplikasi SIG dan menghasilkan setiap informasi atau data yang di butuhkan, sehingga didapatkan hasil berupa

softcopy maupun hardcopypeta yang berbentuk vektor. Setelah mendapatkan hasil

dari analisis SIG data yang diperoleh diuraikan secara deskriptif analitik untuk mengungkapkan semua gejala, fakta, data yang dikemukakan di lapangan.


(32)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:

1.1 Tingkat Kerentanan Sosial Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk kerentanan sosial di pantai barat Kabupaten Pandeglang yaitu seluruh desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam kategori sedang untuk kerentanan sosialnya. Berdasarkan luas terjangan gelombang stunami sekitar 8,1049 km2. ini akan menimbulkan korban jiwa mulai dari segi kapadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio orang cacat, rasio kemiskinan, rasio kelompok umur termasuk kedalam kategori sedang.

1.2Tingkat Kerentanan Ekonomi Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa untuk kerentanan ekonomi di pantai barat Kabupaten Pandeglang. desa yang termasuk kedalam kelas rendah berjumlah 2 desa yaitu Desa Labuan dan Desa Sukajadi. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 0,613 km2. Untuk itu desa yang termasuk kedalam kategori rendah dari segi kerusakan ekonomi yang termasuk lahan produktif yaitu sawah dan PDRB mengalami kerusakan yang rendah dikarena lahan produktif yang ada di desa tersebut jumlahnya sedikit untuk itu desa tersebut mengalami kerugian/kerusakan yang termasuk kedalam kategori rendah jika terjadi bencana tsunami. Desa termasuk kedalam kelas indeks sedang untuk kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang berjumlah 5 desa yaitu Desa Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukarame, Sukanegara. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 4,2214 km2. Dari lima desa tersbut kerusakan lahan produktif jika terjadi bencana tsunami kerusakannya cukup tinggi yang terdiri dari lahan sawah dan PDRB dikarenakan jumlah sawah


(33)

dan PDRB di desa tersebut cukup banyak akibatnya jika terjadi bencana tsunami kerusakan/kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi. Desa terakhir yang termasuk kedalam kelas tinggi untuk kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang terdiri dari 4 desa yaitu Desa Cigondang, Sukamaju, Teluk, Caringin, Pejamben, desa tersebut. Dengan luas terjangan gelombang 3,6946 km2. Untuk itu lahan produktifnya mengalami kerusakan yang sangat tinggi jika terjadi bencana tsunami karena lahan sawah dan PDRB di desa tersebut sangat banyak jumlahnya terutama sawah. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akan sangat tinggi.

1.3 Tingkat Kerentanan Fisik Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan fisik di pantai barat kabupaten Pandeglang. 10 desa yang terdiri dari Desa Cigondang, Sukamaju, Labuan, Teluk, Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukajadi, Sukarame, Sukanegara termasuk kedalam kategori sedang. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 7,2823 km2. Dimana kerusakan dan kerugian yang timbul jika terjadi bencana tsunami cukup tinggi baik itu dari bangunan rumah dan fasilitas umum, untuk fasilitas kritis di 10 desa tersebut tidak memilikinya untuk itu tidak ada kerugian/kerusakan untuk fasilitas kritis. Jadi jika terjadi bencana tsunami kerusakan secara materi dan bangunan termasuk kedalam kategori sedang. Kelas indeks kerentanan fisik di pantai barat Kabupaten Pandeglang 1 desa berada di kelas tinggi yaitu desa Caringin. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 0,8445 km2. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami kerusakan yang terjadi akibat bencana tersebut tinggi kerugiannya, mulai dari bangunan rumah, fasilitas umum dan fasilitas kritisnya.

1.4 Tingkat Kerentanan Lingkungan Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan lingkungan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Seluruh desa berada di kelas rendah, dengan luas terjangan gelombang tsunami 8,1049 km2. Untuk itu kerentanan di bencana tsunami termasuk kedalam kategori rendah, maka jika


(34)

126

terjadi tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak akan mengalami kerusakan terhadap hutan lindung, hutan alam, dan hutan mangrove. Dikarenakan didaerah penelitian tidak terdapat hutan lindung, hutan alam dan hutan mangrove, tetapi ada satu desa yang memiliki hutan lindung. Untuk itu pada kerentanan lingkungan ini jika terjadi tsunami tidak terlalu tinggi kerusakan hutan disetiap desa yang diakibatkan oleh bencana tsunami dengan nilai indeks kelas kurang dari 0,33.

1.5 Implementasi Kerentanan Tsunami dalam P embelajaran SMA di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian implementasi materi kerentanan tsunami disekolah SMA yang ada di pantai barat Kabupaten Pandeglang berdasarkan kurikulum 2013 tidak diajarkan, karena untuk materi pokok tsunami pun tidak menjadi sub materi, materi tentang tsunami dikaitkan dengan materi gempa. Untuk kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana tsunami baik dari pelatihan evakuasi atau peralatan untuk menghadapi bencana tsunami di seluruh sekolah SMA di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak memiliki persiapan. B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pada bab ini penulis memiliki saran untuk diajukan kepihak-pihak terkait diantaranya yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian untuk penduduk sekitar lebih menambah wawasan mengenai bencana tsunami, baik itu mengetahui ciri-ciri awal bencana tsunami, cara evakuasi, dan mempersiapkan bekal apa saja yang perlu jika bencana tsunami itu datang mengingat untuk kerentanan sosial diwilayah penelitian termasuk kedalam kategori sedang jadi jika terjadi tsunami jumlah penduduk yang menjadi korban cukup tinggi.

2. Untuk instansi terkait harus lebih meningkatkan pendidikan/pengetahuan penduduk melalui pelatihan-pelatihan menyeuluruh diseluruh desa khususnya desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

3. Untuk bidang pendidikan penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan ajar/referensi untuk materi tsunami khususnya tentang kerentanan bencana tsunami.


(35)

4. Bencana tsunami merupakan bencana alam yang tak bisa dihindar maupun

diprediksi, bencana tsunami bisa terjadi apabila terjai gempa bumi dibawah laut, gempa diatas 6 skala richter, permukaan laut turun secara tiba-tiba. Sehingga untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk Pengkajian Tingkat Resiko Bencana yang hasilnya bisa digunakan untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.


(36)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2012). Cara Menghitung Kepadatan Penduduk. [Online]. Tersedia httpp://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/04/cara-menghitung-kepadatan-penduduk.html?m=1 [22 juli 2014]

Arikunto, suharsimi. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksar

Badan Pusat Statistik (2012). Kemsikinan. [Online]. Tersedia. http://bps.go.id/menutab.php?tabel=1&id_subyek=23. [22 juli 2014]

Badan Pusat Statistik (2012). Rasio Jenis Kelamin. [Online]. Tersedia. http://www.bps.go.id/int/index.php/site/search?cari=rasio+jenis+kelamin&s ubmit=cari . [22 juli 2014]

BAPPENAS dan ADB (2006), Kumpulan Bahan Latihan Pemantauan dan

Evaluasi Program-Program Penanggulangan Kemiskinan.

BAPPENAS:Jakarta

Chanar, P. (Penyunting), (2005). Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Departemen Komunikasi dan Informatika RI. (2008). Memahami Bencana

Informasi Tindakan Mayarakat Mengurangi Resiko Bencana. Departemen

Komunikasi dan Informatika Badan Informasi Publik: Jakarta.

Ghifar, Y.F (2011) Analisis Risiko Banjir Kecamatan Panyingkiran Kabupaten

Majalengka. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Tidak

diterbitkan.

Hamdan A.A. (2011). Ekosistem Hutan Mangrove Manfaat dan Pengelolahannya. [Online]. Tersedia: http://wanadri.or.id/ekosistem-hutan-mangrove-manfaat-dan-pengelolahannya/. [22 Juli 2014]

Jamsosindonesia. (2013). Kemiskinan dan SJSN. [Online]. Tersedia: www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/356. [16 September 2014]

Katalog BPS. (2013). Laporan Perekonomian Kabupaten Pandeglang 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang : Pandeglang.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013: Kementrian pendidikan dan kebudayaan.


(37)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum Kompetensi Dasar

Geografi Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Malik, Y dan Nanin. (2009). Gempa Bumi dan Tsunami. Buana Nusantara: Bandung.

Osborne M.P. dan Boyce.N.P. (2007). Tsunami dan Bencana Alam Lainnya. Bandung: Nuansa

Mulyasa. E. (2009). Impelemntasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi aksara: Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanagan Bencana No 04 Tahun (2008). Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanagan Bencana No 02 Tahun (2012). Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Riduwan. (2004). Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiawan Iwan. (2010). Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis. Buana Nusantara Pers: Bandung.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tika. P. M (2005) Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 (2002). Perlindungan Anak. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 (1999). Kehutanan. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 (2007). Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 4 (1997). Penyandang Cacat. Jakarta.

Universitas Pendididkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI PRESS.

Widodo, T (2014). Tingkat Kerentanan Bencana Banjir Sungai Citarum di

Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang. (Skripsi). Jurusan Pendidikan

Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. UPI. Tidak Diterbitkan Yandragautama. (2011). Makalah Analisis Rawan Bencana. [Online]. Tersedia:

http://yandragautama.wordpress.com/2011/12/28/makalah-analisis-rawan-bencana/. [2 Maret 2013].


(1)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki kesimpulan sebagai berikut:

1.1 Tingkat Kerentanan Sosial Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk kerentanan sosial di pantai barat Kabupaten Pandeglang yaitu seluruh desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam kategori sedang untuk kerentanan sosialnya. Berdasarkan luas terjangan gelombang stunami sekitar 8,1049 km2. ini akan menimbulkan korban jiwa mulai dari segi kapadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio orang cacat, rasio kemiskinan, rasio kelompok umur termasuk kedalam kategori sedang.

1.2Tingkat Kerentanan Ekonomi Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa untuk kerentanan ekonomi di pantai barat Kabupaten Pandeglang. desa yang termasuk kedalam kelas rendah berjumlah 2 desa yaitu Desa Labuan dan Desa Sukajadi. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 0,613 km2. Untuk itu desa yang termasuk kedalam kategori rendah dari segi kerusakan ekonomi yang termasuk lahan produktif yaitu sawah dan PDRB mengalami kerusakan yang rendah dikarena lahan produktif yang ada di desa tersebut jumlahnya sedikit untuk itu desa tersebut mengalami kerugian/kerusakan yang termasuk kedalam kategori rendah jika terjadi bencana tsunami. Desa termasuk kedalam kelas indeks sedang untuk kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang berjumlah 5 desa yaitu Desa Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukarame, Sukanegara. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 4,2214 km2. Dari lima desa tersbut kerusakan lahan produktif jika terjadi bencana tsunami kerusakannya cukup tinggi yang terdiri dari lahan sawah dan PDRB dikarenakan jumlah sawah


(2)

dan PDRB di desa tersebut cukup banyak akibatnya jika terjadi bencana tsunami kerusakan/kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi. Desa terakhir yang termasuk kedalam kelas tinggi untuk kerentanan ekonomi bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang terdiri dari 4 desa yaitu Desa Cigondang, Sukamaju, Teluk, Caringin, Pejamben, desa tersebut. Dengan luas terjangan gelombang 3,6946 km2. Untuk itu lahan produktifnya mengalami kerusakan yang sangat tinggi jika terjadi bencana tsunami karena lahan sawah dan PDRB di desa tersebut sangat banyak jumlahnya terutama sawah. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami kerusakan/kerugian yang ditimbulkan akan sangat tinggi.

1.3 Tingkat Kerentanan Fisik Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan fisik di pantai barat kabupaten Pandeglang. 10 desa yang terdiri dari Desa Cigondang, Sukamaju, Labuan, Teluk, Pejamben, Banjarmasin, Carita, Sukajadi, Sukarame, Sukanegara termasuk kedalam kategori sedang. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 7,2823 km2. Dimana kerusakan dan kerugian yang timbul jika terjadi bencana tsunami cukup tinggi baik itu dari bangunan rumah dan fasilitas umum, untuk fasilitas kritis di 10 desa tersebut tidak memilikinya untuk itu tidak ada kerugian/kerusakan untuk fasilitas kritis. Jadi jika terjadi bencana tsunami kerusakan secara materi dan bangunan termasuk kedalam kategori sedang. Kelas indeks kerentanan fisik di pantai barat Kabupaten Pandeglang 1 desa berada di kelas tinggi yaitu desa Caringin. Dengan luas terjangan gelombang tsunami 0,8445 km2. Untuk itu jika terjadi bencana tsunami kerusakan yang terjadi akibat bencana tersebut tinggi kerugiannya, mulai dari bangunan rumah, fasilitas umum dan fasilitas kritisnya.

1.4 Tingkat Kerentanan Lingkungan Bencana Tsunami di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat kerentanan lingkungan bencana tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang. Seluruh desa berada di kelas rendah, dengan luas terjangan gelombang tsunami 8,1049 km2. Untuk itu kerentanan di bencana tsunami termasuk kedalam kategori rendah, maka jika


(3)

terjadi tsunami di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak akan mengalami kerusakan terhadap hutan lindung, hutan alam, dan hutan mangrove. Dikarenakan didaerah penelitian tidak terdapat hutan lindung, hutan alam dan hutan mangrove, tetapi ada satu desa yang memiliki hutan lindung. Untuk itu pada kerentanan lingkungan ini jika terjadi tsunami tidak terlalu tinggi kerusakan hutan disetiap desa yang diakibatkan oleh bencana tsunami dengan nilai indeks kelas kurang dari 0,33.

1.5 Implementasi Kerentanan Tsunami dalam P embelajaran SMA di Pantai Barat Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil penelitian implementasi materi kerentanan tsunami disekolah SMA yang ada di pantai barat Kabupaten Pandeglang berdasarkan kurikulum 2013 tidak diajarkan, karena untuk materi pokok tsunami pun tidak menjadi sub materi, materi tentang tsunami dikaitkan dengan materi gempa. Untuk kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana tsunami baik dari pelatihan evakuasi atau peralatan untuk menghadapi bencana tsunami di seluruh sekolah SMA di pantai barat Kabupaten Pandeglang tidak memiliki persiapan. B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pada bab ini penulis memiliki saran untuk diajukan kepihak-pihak terkait diantaranya yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian untuk penduduk sekitar lebih menambah wawasan mengenai bencana tsunami, baik itu mengetahui ciri-ciri awal bencana tsunami, cara evakuasi, dan mempersiapkan bekal apa saja yang perlu jika bencana tsunami itu datang mengingat untuk kerentanan sosial diwilayah penelitian termasuk kedalam kategori sedang jadi jika terjadi tsunami jumlah penduduk yang menjadi korban cukup tinggi.

2. Untuk instansi terkait harus lebih meningkatkan pendidikan/pengetahuan penduduk melalui pelatihan-pelatihan menyeuluruh diseluruh desa khususnya desa yang berada di pantai barat Kabupaten Pandeglang.

3. Untuk bidang pendidikan penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan ajar/referensi untuk materi tsunami khususnya tentang kerentanan bencana tsunami.


(4)

4. Bencana tsunami merupakan bencana alam yang tak bisa dihindar maupun

diprediksi, bencana tsunami bisa terjadi apabila terjai gempa bumi dibawah laut, gempa diatas 6 skala richter, permukaan laut turun secara tiba-tiba. Sehingga untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk Pengkajian Tingkat Resiko Bencana yang hasilnya bisa digunakan untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.


(5)

Avnita M iftarokhah, 2013

KERENTANAN BENCANA TSUNAMI D I PANTAI BARAT KABUPATEN PAND EGLANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2012). Cara Menghitung Kepadatan Penduduk. [Online]. Tersedia httpp://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/04/cara-menghitung-kepadatan-penduduk.html?m=1 [22 juli 2014]

Arikunto, suharsimi. (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksar Badan Pusat Statistik (2012). Kemsikinan. [Online]. Tersedia.

http://bps.go.id/menutab.php?tabel=1&id_subyek=23. [22 juli 2014]

Badan Pusat Statistik (2012). Rasio Jenis Kelamin. [Online]. Tersedia. http://www.bps.go.id/int/index.php/site/search?cari=rasio+jenis+kelamin&s ubmit=cari . [22 juli 2014]

BAPPENAS dan ADB (2006), Kumpulan Bahan Latihan Pemantauan dan

Evaluasi Program-Program Penanggulangan Kemiskinan.

BAPPENAS:Jakarta

Chanar, P. (Penyunting), (2005). Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Departemen Komunikasi dan Informatika RI. (2008). Memahami Bencana

Informasi Tindakan Mayarakat Mengurangi Resiko Bencana. Departemen

Komunikasi dan Informatika Badan Informasi Publik: Jakarta.

Ghifar, Y.F (2011) Analisis Risiko Banjir Kecamatan Panyingkiran Kabupaten

Majalengka. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi UPI. Tidak

diterbitkan.

Hamdan A.A. (2011). Ekosistem Hutan Mangrove Manfaat dan Pengelolahannya. [Online]. Tersedia: http://wanadri.or.id/ekosistem-hutan-mangrove-manfaat-dan-pengelolahannya/. [22 Juli 2014]

Jamsosindonesia. (2013). Kemiskinan dan SJSN. [Online]. Tersedia: www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/356. [16 September 2014]

Katalog BPS. (2013). Laporan Perekonomian Kabupaten Pandeglang 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang : Pandeglang.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013: Kementrian pendidikan dan kebudayaan.


(6)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum Kompetensi Dasar

Geografi Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Malik, Y dan Nanin. (2009). Gempa Bumi dan Tsunami. Buana Nusantara: Bandung.

Osborne M.P. dan Boyce.N.P. (2007). Tsunami dan Bencana Alam Lainnya. Bandung: Nuansa

Mulyasa. E. (2009). Impelemntasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bumi aksara: Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanagan Bencana No 04 Tahun (2008). Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulanagan Bencana No 02 Tahun (2012). Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Riduwan. (2004). Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiawan Iwan. (2010). Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis. Buana Nusantara Pers: Bandung.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tika. P. M (2005) Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 (2002). Perlindungan Anak. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 (1999). Kehutanan. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 (2007). Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 4 (1997). Penyandang Cacat. Jakarta.

Universitas Pendididkan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI PRESS.

Widodo, T (2014). Tingkat Kerentanan Bencana Banjir Sungai Citarum di

Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang. (Skripsi). Jurusan Pendidikan

Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. UPI. Tidak Diterbitkan Yandragautama. (2011). Makalah Analisis Rawan Bencana. [Online]. Tersedia:

http://yandragautama.wordpress.com/2011/12/28/makalah-analisis-rawan-bencana/. [2 Maret 2013].