BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat
dikatakan masih berkisar pada sastra lisan. Hal ini seperti yang disampaikan Mitchell dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163 yakni,
“Sastra lisan atau sastra tradisional traditional literature merupakan suatu bentuk ekspresi masyarakat pada masa lalu yang
umumnya disampaikan secara lisan. Sastra lisan tetap hidup dalam segala perubahan zaman. Sastra lisan sebagian besar masih
tersimpan di dalam ingatan orang tua atau tukang cerita yang jumlahnya semakin berkurang”.
Sebagai kekayaan sastra, cerita rakyat yang merupakan bagian dari sastra
lisan yaitu salah satu unsur kebudayaan yang perlu dikembangkan karena mengandung nilai-nilai budaya, norma-norma, dan nilai-nilai etika serta nilai
moral masyarkat pendukungnya. Dengan mengetahui cerita rakyat tersebut, kita dapat mengetahui gambaran mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat
tertentu dan dapat pula membina pergaulan serta pengertian bersama sebagai suatu bangsa yang memiliki aneka ragam kebudayaan, dalam pembangunan
nasional yang terus dijalankan. Dalam hal ini Nurgiyantoro 2005 : 167 juga menegaskan,
“Pembangunan karya seni dan budaya mendapat perhatian yang cukup besar pada saat sekarang ini. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya pencanangan tahun seni dan budaya. Ini merupakan perwujutan dari perlunya penggalian dan pengembangan nilai-nilai
budaya dari semua suku bangsa di Indonesia sebagai warisan budaya yang berharga dan telah diwariskan oleh nenek moyang kita
Universitas Sumatera Utara
yang menyebabkan eksistensi kita di masa kini, dan belajar mengapresiasi warisan leluhur ”.
Salah satu dari sekian banyak warisan budaya di Indonesia adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan satu jenis cerita yang hidup dan berkembang
dengan caranya sendiri, sampai saat ini. Cerita rakyat juga memainkan peranan penting dalam usaha pembinaan dan pengembangan kebudayaan Nasional,
terutama dalam pembangunan rohani bangsa Indonesia secara umum dan masyarakat Melayu pada khususnya, serta cerita rakyat juga banyak memberikan
pesan moral maupun pengajaran yang penting untuk setiap pembaca. Trisna 1997 : 1 mengatakan bahwa,
“Cerita rakyat Melayu selain bersifat hiburan juga memiliki nilai- nilai pendidikan atau didaktis yang terkandung di dalam sebuah
cerita dan juga dapat menjadi alat untuk memelihara dan menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa pemilik sastra
itu”.
Cerita rakyat Melayu juga selalu berhubungan dengan kepercayaan dan merupakan peradaban yang erat pula hubungannya dengan kehidupan, selain itu
juga berfungsi sebagai alat untuk memelihara serta menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa penulis sastra itu. Untuk itu cerita rakyat Melayu
merupakan bahan analisis yang tepat untuk memahami tingkah laku, pikiran dan falsafah kehidupan masyarakat pemilik cerita tersebut. Cerita rakyat yang menjadi
bahan analisis dalam skripsi ini adalah cerita rakyat “Aji Kahar”
Dalam masyarakat yang sedang membangun seperti halnya Indonesia, berbagai bentuk penelitian terhadap sastra daerah terutama sastra lisan yang
berbentuk cerita rakyat masih kurang dan itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kalamaan akan hilang tanpa bekas. Selama ini kurangnya perhatian
Universitas Sumatera Utara
pada cerita rakyat disebabkan berbagai hal, yakni orang mengira bahwa karya sastra itu tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman yang serba canggih pada
saat ini. Ada yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi termasuk sastra lisan dan sastra lama kurang mendapat
perhatian masyarakat bahkan tidak mengenal dan mengetahui lagi apa itu karya sastra yang berupa cerita-cerita rakyat.
Diakui bahwa ada di antara cerita rakyat itu yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun, banyak di antara cerita
rakyat itu yang mengandung ide yang besar, buah pikiran yang luhur, penyelaman jiwa yang berharga dan sebagainya. Semuanya itu masih tetap dapat dimanfaatkan
pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Dalam hal ini Nurgiayantoro juga menegaskan dalam bukunya yang
berjudul Sastra Anak 2005 : 166 bahwa, “unsur-unsur buah pikiran yang luhur lebih ditekankan, karena cerita tradisional cerita rakyat hadir pertama-tama dan
terutama untuk memberikan pengajaran didaktis”. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa cerita rakyat
Melayu layak dikaji dan dianalisis, sebagai salah satu usaha pelestarian serta pengembangan nilai-nilai karya sastra daerah juga akan memperkaya hazanah
sastra dan budaya Indonesia, sehingga dapat menambah koleksi bahan bacaan bagi generasi yang akan datang. Apabila tidak dilestarikan atau dikembangkan
maka dikhawatirkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan hilang maka para generasi yang akan datang tidak akan mengenal lagi cerita-cerita rakyat
tersebut. Sementara itu cerita-cerita yang tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia akan lebih dikenal bahkan mendapat posisi di hati
Universitas Sumatera Utara
masyarakat kita, seperti cerita-cerita yang bercorak kriminal, kekerasan, perusakan, penindasan, pemboman di mana-mana dan lain-lain.
Harus diakui secara jujur pada saat ini bahwa minat dan perhatian masyarakat khususnya generasi muda sangat rendah terhadap cerita rakyat apabila
dibandingkan dengan generasi yang lalu. Hal ini terjadi karena para orang tua dahulu apabila berkumpul bersama anggota keluarganya mendidik mereka dengan
berbagai cerita rakyat, sedangkan para orang tua sekarang hampir melupakan tradisi seperti itu, ditambah lagi dengan masuknya cerita-cerita yang hanya
bersifat hiburan saja dan tidak mengandung nilai-nilai pengajaran dan pendidikan didaktis, melalui media informasi seperti televisi.
Hal-hal di atas lah yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, selain merupakan salah satu usaha untuk memperkenalkan dan mengangkat kembali
sebagian kecil dari cerita rakyat yang ada di Labuhan Batu. Masyarakat Labuhan Batu adalah salah satu bagian dari suku Melayu di Sumatera Utara, sebagai salah
satu suku bangsa, Labuhan Batu memiliki kebudayaan atau kesenian tersendiri, sebagai mana sastra lisan lainnya yang ada di Indonesia khusus mengenai nilai-
nilai didaktis yang terdapat dalam cerita “Aji Kahar”. Berdasarkan hal tersebut pula penulis meneliti dan menganalisis cerita
rakyat Aji Kahar, sebab dikhawatirkan akan punah ditelan arus kemajuan jaman, seperti hilangnya tukang-tukang cerita pencerita, dukun-dukun, atau orang tua
yang dapat dikatakan sebagai pewaris aktif dari cerita rakyat tersebut pada saat ini.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah