mempunyai kesalahan atau tidak. Apabila orang yang melakukan perbuatan pidana itu memang mempunyai kesalahan, maka tentu dia
akan dipidana”.
18
2.2.1 Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana
Seseorang yang melakukan tindak pidana secara melawan hukum akan dimintai pertanggungjawaban pidana atau dijatuhi pidana, namun meskipun
seseorang melakukan tindak pidana hanya dapat dipidana apabila dia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan. Roeslan
Saleh berpendapat bahwa untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa maka terdakwa haruslah :
19
a Melakukan perbuatan pidana;
b Mampu bertanggungjawab;
c Dengan kesengajaan atau kelapaan; dan
d Tidak adanya alasan pemaaf.
Simons berpendapat bahwa yang harus diperhatikan adalah 1 keadaan bathin dari orang yang melakukan perbuatan itu; 2 hubungan antara keadaan bathin itu
dengan perbuatan yang dilakukan, menurut rumusannya Simons “sedemikian rupa,
sehingga orang itu dapat dicela karena perbuatan tadi”. Sebagai ikhtisar dapat dikatakan bahwa : hal yang pertama yaitu mengenai keadaan bathin dari orang yang
melakukan perbuatan, dalam ilmu hukum pidana merupakan soal yang lazim disebut masalah kemampuan bertanggungjawab; hal yang kedua, yaitu mengenai
hubungan antara bathin itu dengan perbuatan yang dilakukan, merupakan masalah kesengajaan, kealpaan serta alasan pemaaf; sehingga mampu bertanggungjawab,
mempunyai kesengajaan atau kealpaan serta tidak adanya alasan pemaaf merupakan unsur-unsur dari kesalahan. Konkritnya : tidaklah mungkin dapat
dipikirkan tentang adanya kesengajaan ataupun kealpaan, apabila orang itu tidak mampu bertanggungjawab.
20
18
Ibid., hlm. 75.
19
Ibid., hlm. 79.
20
Ibid., hlm. 78.
Berdasarkan unsur pada pendapat-pendapat tersebut penulis lebih sependapat dengan unsur pertanggungjawaban pidana menurut Roeslan Saleh
karena sesuai dengan asas actus non facit reum nisi mens sit rea yang menegaskan bahwa setiap warga negara tidak dapat dikenai pidana tanpa adanya kesalahan, itu
berarti bahwa harus ada tindak pidana yang dilakukan. Harus mampu bertanggungjawab
dapat diartikan
bahwa orang
tidak mungkin
dipertanggungjawabkan dan dijatuhi hukuman pidana apabila tidak melakukan suatu tindak pidana. Dengan kesengajaan atau kealpaan memiliki makna bahwa
seseorang tersebut memiliki ataupun tidak memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan suatu tindak pidana yang mengakibatkan dimintai pertanggungjawaban
dan dijatuhi hukuman pidana. Tidak adanya alasan pemaaf ini apabila seseorang yang melakukan tindak pidana tidak dibebaskan dari pidana berdasar alasan
penghapus pidana akan tetapi karena dia sendiri patut dicela atau dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya keadaan yang dapat menjadi alasan penghapus pidana
tersebut.
2.2.2 Subyek Pertanggungjawaban Pidana