Latar Belakang DAMPAK INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKSISTENSI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL ( Studi di Desa Baung Kabupten Seruyan, Kalimantan Tengah )

2 27,5-28 juta ton. 2 Dalam status pengusahaannya, lahan perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara.Lahan paling besar digarap oleh perusahaan swasta, yaitu sekitar 52, perkebunan rakyat sekitar 38, dan sisanya dimiliki oleh perusahaan negara. Penyebaran areal yang berpotensi untuk dijadikan tempat pengembangan kelapa sawit umumnya terdapat di provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Irian Jaya, Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Pemerintah Indonesia mengutamakan kebijakan pengembangan industri hilir dalam mengembangkan kelapa sawit. Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengembangkan klaster industry di Zona Ekonomi Khusus ZEK yang diatur UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus KEK, yang saat ini difokuskan di KEK Sei Mangke Sumatera Utara, Maloy Kalimantan Timur, dan Dumai Riau. Kebijakan ini pada intinya mengatur pengenaan tarif yang lebih rendah pada produk hasil olahan dari kelapa sawit, CPO dan turunannya yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah serta daya saing industri hilir sawit dalam negeri. Pada tahun 2013 ada sejumlah masalah dalam negeri yang dihadapi industri kelapa sawit nasional, antara lain : 1. Kepastian hukum yang menyangkut lahan atau tata ruang masih tetap menjadi masalah bagi industri kelapa sawit. sebagian besar produsen sawit belum memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP yang tuntasd dan 2 http:www.beritasatu.comekonomi168340-prospek-industri-kelapa-sawit-2014-makin-cerah.html . Edisi 26 Februari 2014 3 dilegitimasi, sehingga para pengusaha tidak memiliki kepastian hukum dalam mendirikan usaha. 2. Infrastruktur belum mengalami kemajuan sehingga menyebabkan naiknya biaya transportasi yang berakibat pada kurangnya daya saing CPO Indonesia. Seperti belum terdapat pelabuhan ekspor yang memadai pada suatu daerah. Semakin banyak pengembangan industri dalam sektor perkebunan maka untuk mendapatkan area yang berpotensi tinggi untuk pengembangan kelapa sawit pun juga semakin terbatas ketersediannya.Hal ini mejadi faktor penyebab para investor mengembangkan perkebunan kelapa sawit di area yang tidak diizinkan oleh pemerintah, karena potensi kelapa sawit yang menggiurkan dapat mendorong para investor untuk melakukan eksploitasi besar-besaran lahan dan sumber daya yang ada. Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu sektor yang cukup mendapatkan perhatian dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.Perkembangan industri perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur yang kini sedang mengalami proses transisi dari industri kayu menjadi perkebunan berskala besar. Menurut survey yang dilakukan oleh JICA 3 , pembangunan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar sangat potensial dilakukan di wilayah Danau Sembuluh dan sekitarnya.Hal itu dikarenakan wilayah tersebut relatif datar, tanahnya sangat cocok dan kepadatan penduduknya sangat rendah.Danau sembuluh merupakan danau terbesar di 3 JICA atau Japan Internasional Cooperation Agency adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang.Lembaga ini berada di bawah kekuasaan Departemen Luar Negeri dan didirikan pada Agustus 1974. 4 Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya di Kabupaten Seruyan Kecamatan Danau Sembuluh dengan luasan danau sekitar 7.832,5 ha dan memiliki panjang sejauh 35,68 km dari arah utara hingga selatan yang bermuara di sungai Seruyan. Hingga tahun 2010 Wahana Lingkungan Hidup Walhi Kalimantan Tengahtelah mencatat sebanyak 11 buah perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi danau Sembuluh, dimana 11 perkebunan kelapa sawit tersebut memiliki permasalahan diantaranya belum memiliki izin pelepsan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan, mencemari sungai, menanam kelapa sawit hingga ke bibir danau Sembuluh hingga berkonflik dengan masyarakat sekitar. Sejak masuknya perkebunan kelapa sawit di wilayah Danau Sembuluh banyak persoalan muncul yang dihadapi oleh masyarakat disekitar Danau Sembuluh. Kasus terakhir adalah perlawanan yang dilakukan masyarakat Sembuluh yang menolak dengan tegas pembangunan perkebunan dan pabrik milik PT. Salonok Ladang Mas yaitu salah satu perusahaan yang berada di Desa Baung, Kabupaten SeruyanKalimantan Tengah. PT. Salonok Ladang Mas awalnya merupakan perusahaan holding milik Malaysia yaitu Kulim Group, namun pada tahun 2007 kemudian dijual ke perusahaan holding di bawah Union Sampoerna Triputra Group USTP. Legalitas PT. Salonok Ladang Mas mendapatkan ijin HGU Hak Guna Usaha yang diterbitkan oleh kepala kantor pertahanan Kabupaten Kotawaringin Timur, No 63HGUBPN2000. Berdasarkan pada surat keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.09 tahun 2000, PT. Salonok Ladang Mas bekerja sama dengan pihak konsultan PT. Pandu Equator Prima menyusun kerangka acuan analisi dampak lingkungan KA-AMDAL yang 5 menjadi dasar pedoman dan panduan kerja dalam pelaksanaan penyusunan dokumen analisis dampak lingkungan hidup AMDAL, rencana pengelolaan lingkungan RKL, dan rencana pemantauan lingkungan RPL. Setelah dokumen AMDAL milik PT. Salonok Ladang Mas oleh komisi Amdal Kabupaten Kotawringin Timur melalui surat keputusan nomor 31.a komisi kotimVII2005 tanggal 22 Agustus 2005perusahaan baru diizinkan melakukan aktivitas tetapi PT. Salonok Ladang Mas sudah mulai melakukan land clearing tanpa dokumen AMDAL sejak tahun 2003. Dalam dokumen tersebut pihak perusahaan mengusulkan lokasi pembangunan pabrik kelapa sawit di lokasi titik kordinat UTM : 0656538 dan 9686958 yang terletak di hulu sungai Kelua dimana dari jarak lokasi pabrik sekitar 10 km dari Danau Sembuluh, namun ternyata lambat laun pihak perusahaan memindahkan lokasi pembangunan pabrik sejauh 9 km dari lokasi awal tanpa persetujuan komisi AMDAL.Pada tanggal 19 April 2010 akhirnya pabrik kelapa sawit PT. Salonok Ladang Mas dibangun kemudian diresmikan oleh Wakil Bupati Seruyan H.Tarwidi dengan melakukan peletakan batu pertama, peresmian ini juga dihadiri oleh pihak DPRD Seruyan, Muspida dan Muspika Kecamatan Danau Sembuluh. PT. Salonok Ladang Mas menghadapi permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan permasalahan industrialisasi kelapa sawit lainnya, dalam sektor perkebunannya PT. Salonok Ladang Mas telah menanam pohon kelapa sawit hingga ke bibir danau Sembuluh. Dalam aktivitas illegal tersebut padahal telah diatur dalam UU Kehutanan Nomor 41 pasal 50 ayat 3 huruf a,b, dan c tentang wilayah yang tidak boleh diekploitasi serta melarang penebangan pohon dalam kawasan hutan di tepi danau dengan jarak 500 6 meter, tepi rawa 200 meter, tepi sungai 100 meter, dan 50 meter untuk anak sungai. Aktivitas illegal yang dilakukan PT. Salonok Ladang Mas ini juga berakibat terhadap sungai karena terganggunya kawasan penyangga sungai dan danau. Kemudian dalam sektor pembangunan pabrik untuk minyak kelapa sawit ada beberapa perusahaan yang membuang limbah domestik maupun limbah cair yang dialirkan langsung ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh. Limbah tersebut berasal dari pabrik CPO Crude Palm Oil milik PT. Agro Indomas, PT. Hamparan Mas Bangun Persada, PT. KerrySawit Indonesia, PT. Mustika Sembuluh dan PT. Salonok Ladang Mas. Beberapa pengolahan limbah hasil pabrik ditemukan pengolahan “land application” dengan tidak mengelola limbah sebagaimana mestinya. Mereka hanya memperpanjang parit pembuangan limbahnya yang akan mengakibatkan ancaman ketika kapasitas parit tidak bisa menampung limbah cair dan dipastikan akan mengalir ke sungai dan bermuara di danau Sembuluh yang merupakan tempat bermukimnya 6 desa. Selain itu penggunaan pestisida dan pupuk untuk pohon kelapa sawit juga dipastikan akan mengalir dan menyerap ke air tanah kemudian mengalir ke danau yang akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kualitas air danau dan mempengaruhi ekosistem di sekitar danau serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar danau yang masih sangat bergantung pada alam. Sebagaimana dipahami dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola lingkungan. Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan 7 pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan pemukimannya.Sejauh ini kehidupan di lingkungan masyarakat lokal kebanyakan rusak akibat adanya aktivitas berbagai macam industrialisasi.Desakan persaingan dibidang industri merupakan prinsip kapitalisme melahirkan berbagai tindakan yang lepas kontrol dalam pendayagunaan atau pengolahan sumber daya alam untuk kebutuha industri dan dalam penerapan teknologi canggih industri yang tidak mempertimbangkan kondisi alam. Kondisi tersebut secara lambat atau cepat akan menyebabkan berbagai macam keberadaan kearifan lokal bergeser bahkan hilang. Dalam hal negatif industrialisasi memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat lokal, seperti kebiasaan sehari-sehari atau budaya lokal yang mereka anut akan hilang seiring dengan berubahnya kondisi lingkungan alam yang tidak lagi sama jika mereka tidak dapat mempertahankannya. Sedangkan dalam hal positif, jika industrialisasi yang dikembangkan berbasis kearifan lokal seperti industri kreatif maka itu akan membantu dalam mengembangkan potensi kearifan lokal masyarakat lokal setempat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan pernyataan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana dampak industrialisasi perkebunan kelapa sawit terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan lokal ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang dampak industrialisasi perkebunan kelapa sawit terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan lokal di Desa Baung. 8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis 1 Mengembangkan teori sosiologi tentang sosial kapital yang digagas oleh para tokoh sosiologi guna mengkaji permasalahan yang terjadi seperti yang telah digambarkan dalam penjelasan diatas. 2 Mendeskripsikan secara obyektif mengenai dampak industrialisasi perkebunan kelapa sawit terhadap eksistensi nilai-nilai kearifan lokal di Desa Baung. Manfaat Praktis 1 Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi masyarakat serta Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten Seruyan 2 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis.

E. Definisi Konsep dan Operasional 1. Industrialisasi

Menurut Faisal Basri industrialisasi dalam arti luas dipahami sebagai suatu proses yang tak terelakan menuju masyarakat industrial untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki suatu masyarakat dalam upayanya untuk mencapai kehidupan