Penetapan Kadar Besi Pada Air Reservoir Pdam Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri

(1)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR BESI PADA AIR RESERVOIR

PDAM TIRTANADI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

YESSY ANDHASARI 082410031

Medan, Mei 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENETAPAN KADAR BESI PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat, serta dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Teramat khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayahanda Darwoto Asmita dan Ibunda Rohani Barus yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril maupun materil kepada penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan. Serta kakak penulis Yenny Andrian dan abang penulis Yofan Andhika yang memberi semangat dan perhatiannya selama ini.


(3)

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Lely, selaku Kepala Bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua.

6. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis laboratorium di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.

7. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua.


(4)

8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Syamsiah Nasution, Khotimah Siregar, dan Dessy Senja Ayu Siregar, yang selalu bersama selama ini. Susah senang kita lalui bersama sampai akhir. Sahabat selamanya.

9. Seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi keberadaan mereka. Tetap semangat teman-teman.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan menulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta Insyaallah do’a restu dan budi baik semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, Mei 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR GAMBAR ...vi

BAB I : PENDAHULUAN...1

1.1 Latarbelakang ...1

1.2 Tujuan dan Manfaat ...3

1.2.1 Tujuan ...3

1.2.2 Manfaat ...3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1 Air ...4

2.2 Sumber-sumber Air ...6

2.2.1 Air Laut ...6

2.2.2 Air Atmosfir ...6

2.2.3 Air Permukaan ...7

2.2.3.1 Air Sungai ...7

2.2.3.2 Air Danau ...8

2.2.4 Air Tanah ...8

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ...9

2.2.4.2 Air Tanah Dalam ...9

2.2.4.3 Mata Air ...9


(6)

2.3.1 Air Bersih ...10

2.3.2 Air Minum ...12

2.4 Peranan Air Dalam Tubuh ...12

2.5 Deskripsi Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan ...14

2.5.1 Unit-unit Tempat Pengolahan Air ...14

2.5.2 Bahan-bahan Kimia ...19

2.6 Logam Fe ...19

2.6.1 Efek Toksik Logam Fe ...22

2.6.2 Penetapan Kadar Logam Fe Secara Spektrofotometri ...23

2.7 Teori Umum Spektrofotometri ...24

BAB III : METODOLOGI ...25

3.1 Alat dan Bahan ...25

3.1.1 Alat-alat ...25

3.1.2 Bahan-bahan ...25

3.2 Prosedur Pengujian ...26

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...27

4.1 Hasil ...27

4.2 Pembahasan ...27

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...30

5.1 Kesimpulan ...30

5.2 Saran ...30

DAFTAR PUSTAKA ...32


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Pengolahan Air ...18 Gambar 1.2 Perjalanan Logam Fe Sampai Ketubuh Manusia...21


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial, karena merupakan materi yang sangat di butuhkan. Kebutuhan terhadap air khususnya air minum haruslah sehat artinya tidak tercemar, tidak menimbulkan penyakit dan bebas dari unsur-unsur racun. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air.

Pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Beberapa jenis logam berat dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis, bergantung pada jenis logamnya, jumlahnya, spesies hewan, kondisi hewan, dan umurnya. Disamping itu rute masunya logam juga sangat mempengaruhi, misalnya melalui saluran pernapasan (debu atau udara) dan saluran pencernaan (makanan dan minuman). (Darmono, 2001).

Dalam hubungan dengan kualitas lingkungan, logam berat biasanya hadir bersama limbah dari industri, berupa hujan asam yang mengandung logam (uap


(9)

beracun dari cerobong asap) dan limbah cair yang merupakan senyawa asam atau garam logam yang dibuang di sungai atau lautan.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dipisahkan dari benda-benda yang berasal dari logam. Logam digunakan untuk membuat alat-alat perlengkapan rumah tangga, seperti sendok, garpu, pisau, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga lainnya. Contohnya penggunaan besi dan baja sangat luas, mulai dari peralatan yang sederhana, seperti jarum, peniti, paper clip, sampai dengan alat-alat dan mesin berat seperti berbagai bidang automobil, kapal besar, dan berbagai komponen bangunan.

Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe. Beberapa wilayah perairan di Indonesia tercemar Fe karena aktivitas industri. Makanan dapat tercemar oleh besi melalu tanah. Air yang tercemar Fe saat pengolahan menggunakan peralatan (panci) yang mengandung Fe atau peralatan pengemasan (kaleng) mengandung Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan lingkungan dan bersifat toksik.(Widowati, 2008).

Air yang sudah tercemar tersebut disamping terasa tidak enak kalau diminum juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap orang yang meminumnya. Karena itu, memonitor kualitas air yang dipergunakan setiap hari sangat sangat diperlukan untuk mencegah akibat negatif yang ditimbulkannya.


(10)

Jelas bahwa pencemaran lingkungan sangat buruk akibatnya terhadap kehidupan di bumi ini. Oleh sebab itu pengawasan dan pencegahan pencemaran lingkungan harus selalu diupayakan demi kelestarian kehidupan di planet ini.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar Besi (Fe) yang terkandung pada sampel air reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan secara spektrofotometri sinar tampak.

2. Untuk mengetahui kadar maksimum Besi (Fe) yang diperbolehkan terkandung dalam air reservoir sehingga layak digunakan dan di konsumsi oleh masyarakat di Kota Medan.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar Besi (Fe) yang terkandung dalam air reservoir, maka kita dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. (Chandra, 2007).

Air sebagai salah satu pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk kedalam tubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan ataupun pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan. (Sutrisno, 2004).


(12)

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/ hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/ hari. (Sutrisno, 2004).

Selain itu pula, air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobilogik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan. (Darmono, 2001).

Slamet menyatakan air adalah H2O + “X”, dimana X adalah merupakan

zat-zat yang ditimbulkan karena buangan oleh aktivitas manusia bertahun-tahun. Umumnya zat-zat yang banyak larut di dalam H2O dapat menimbulkan efek

gangguan terhadap kesehatan manusia.


(13)

2.2. Sumber – sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi:

1. Air Laut 2. Air Atmosfir 3. Air Permukaan 4. Air Tanah

2.2.1. Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2001)

2.2.2. Air Atmosfir

Dalam keadaan murni, air atmosfir merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir. Pencemaran yang berlangsung di atmosfir itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan di mulai pada saat hujan mulai turun, karena masih


(14)

banyak mengandung kotoran. Air hujan bersifat agresif sehingga akan mempercepat terjadinya korosi (karatan).

2.2.3. Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus di perhatikan anatara lain:

1. Mutu atau kualitas baku 2. Jumlah atau kuantitasnya 3. Kontinuitasnya

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, dan telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri dengan cara udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air

permukaan yang telah mengalami pengotoran.


(15)

2.2.3.1.Air Sungai

Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan. Dalam penggunaan sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

2.2.3.1.1. Air rawa/ Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali

anaerob, maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamnnya.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya dalam pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian juga pada lumut yang ada di permukaan rawa/ telaga.


(16)

2.2.4. Air Tanah

Menurut Sutrisno (2001), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal.

2. Air tanah dalam. 3. Mata air.

2.2.4.1. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur-lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan berkualitas baik jika tanah disekitarnya tidak tercemar.

2.2.4.2. Air Tanah Dalam

Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah. Pada proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut.

2.2.4.3.Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.


(17)

2.3. Kualitas Air

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/ peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Publikc Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia, dan secara biologis.

Kualitas secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa (Suriawira, 2005).

Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya. Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja (Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah-tangga). ( Suriawira, 2005 ).

2.3.1. Air Bersih

Air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Tidak


(18)

semua air bersih layak minum, tetapi air minum biasanya berasal dari air bersih. Air bersih perlu diolah terlebih dahulu agar layak diminum dan menjadi air minum yang sehat.

Adapun persyaratan air bersih secara fisik,kimia,dan mikrobiologi yaitu: 1. Syarat fisik, antara lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh b. Tidak berwarna

c. Tidak berasa dan tidak berbau d. Suhu antara 10-25 C (sejuk)

2. Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

c. Cukup yodium d. pH air antara 6,5 – 9,2

3. Syarat mikrobiologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.


(19)

2.3.2. Air Minum

Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia akan air minum, dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian air tersebut, maka ditetapkanlah standar kualitas air minum.

Dalam standar persyaratan fisis air-minum tampak adanya lima unsur persyaratan meliputi; suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan. Berikut standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di indonesia menurut Permenkes RI No. 01/ Birhubmas/ I/ 1975:

• Standar fisik: suhu, rasa, bau, kekeruhan.

• Standar biologis: kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai patokan adanya pencemaran tinja).

• Standar kimia: pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain. • Standar radioaktif: radioaktif yang mungkin ada dalam air.

Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan.

2.4. Peranan Air Dalam Tubuh

Air mempunyai peranan penting dalam tubuh. Konsumsi air yang cukup bisa membuat fungsi organ dalam tubuh berjalan lancar. Sekitar 80% tubuh


(20)

manusia terdiri dari air. Diantara organ-organ tubuh, darah dan otak adalah yang paling tinggi kandungan airnya. Masing-masing organ vital itu mengandung hingga 90% dan 95% air. Beberapa fungsi air dalam di dalam tubuh yaitu:

1. Air sebagai pengatur suhu tubuh

Kondisi tubuh akan menurun ketika kandungan air yang ada di dalam tubuh menurun. Bila tubuh kekurangan air maka suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.

2. Air berguna untuk melancarkan darah

Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air. Apabila tubuh kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah membuat persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan memungkinkan terjadinya stroke, juga akan merusak fungsi ginjal. Bahkan, bisa memicu terjadinya kanker usus besar akibat sisa-sisa makanan pada usus besar mengeras.

3. Air dapat menyehatkan dan menghaluskan kulit tubuh

Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air di dalam tubuh perlu untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit.


(21)

4. Air sebagai pelumas sendi dan otot

Air yang cukup di dalam tubuh akan melindungi dan melumasi gerakan sendi dan otot. Mengonsumsi air selama beraktivitas berguna untuk meminimalisasi risiko kejang otot.

5. Air sebagai media untuk pemulihan kondisi tubuh

Apabila tubuh dalam keadaan sakit, cairan yang keluar dari dalam tubuh akan lebih banyak. Oleh karena itu, mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak dapat menggantikan cairan yang telah terbuang dari dalam tubuh.

2.5. Deskripsi Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan

Pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat pada sumber air baku menjadi air yang layak digunakan atau bahkan layak untuk diminum. Hal ini penting dilakukan agar dapat memenuhi standar kualitas air minum yang sesuai dengan peraturan kesehatan yang telah ditetapkan.

2.5.1. Unit-unit pengolahan air


(22)

1. Bendungan

Bendungan ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan air dari suatu sumber asal air (air baku), untuk dapat dimanfaatkan. Bangunan bendungan ini mempunyai panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. Fungsi bendungan ini untuk menjaga kontinuitas pengaliran.

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m X 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlate gate, 2 buah outlate gate, dan pintu bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan


(23)

pencegahan pembusukan lumpur endapan, maka secara periodik lumpur endapan harus dikeluarkan.

4. Raw Wtaer Pump (RWP)

WRP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan berupa alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air kemasing-masing clerator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 l/det dengan total head 15 meter memakai elektromotor. Unit ini digunakan agar bahan atau zat kimia yang ditambahkan dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit dengan kapasitas masing-masing 350 l/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.

6. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir


(24)

cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:

1. Pasir kwarsa, 0,45 – 1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm. 2. Pasir kwarsa, 1,80 – 2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. 3. Krikil halus, 4,75 – 6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. 4. Krikil sedang, 6,30 – 10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. 5. Krikil sedang, 10,00 – 20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. 6. Krikil kasar, 20,00 – 40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih atau air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian di distribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.


(25)

8. Finish Water Pump (FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 l/det total head 55 m menggunakan motor AC.

9. Sludge Lagoon

Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

Tawas Chlorinasi kapur soda ash

Intake RWT RWP Clerator Filter Reservoir FWP

Splitter box

Lagoon


(26)

2.5.2. Bahan-bahan Kimia

Proses pengolahan ini menggunakan beberapa bahan kimia yaitu:

a. Liquid Chlorine

Berfungsi untuk mengoksidasi logam Fe, Mn, dan untuk desinfektan (pembunuh bakteri). Pembubuhan dilakukan antara 3-5 gr/m3 dengan menggunakan pompa pada splitter box (pre chlorination) dan reservoir (post chlorination).

b. Tawas atau Alum

Berfungsi untuk mengikat partikel-partikel halus yang melayang agar membentuk flok. Alum ini dibubuhkan dengan pompa elektromotor di splitter box dengan kebutuhan 20-25 gr/m3 air.

c. Kapur atau Soda Ash

Berfungsi untuk menetralisasikan pH air olahan (6,8,7,3) dibubuhkan dengan elektromotor sebelum masuk ke reservoir sebanyak 5-7 gr/m3 air. (Rahayu, 1993).

2.6. Logam Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.538° C, dan titik didih 2.861° C. Besi adalah logam dalam kelompok


(27)

makromineral di dalam kerak bumi, tetapi masuk kelompok mikro dalam sistem biologi. Besi juga merupakan logam transisi yang memiliki sifat sangat kuat, tahan panas, mudah dimurnikan, tetapi mudah korosi sehingga memerlukan logam lain untuk melindungi besi dari korosi. Fe adalah logam esensial bagi tubuh yang dalam dosis tinggi bersifat toksik, sedangkan dalam dosis rendah dapat mengakibatkan defisiensi Fe.(Widowati, 2008)

Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5,63 x 104 mg/kg, sedangkan kandungan di dalam laut adalah sebesar 2 x 103 mg/l. Fe diproduksi secara industri dari dari biji besi, yaitu hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4) yang

menggunakan reaksi karbotermik (reduksi menggunakan C) pada tanur dengan temperatur 2000° C. Fe dilelehkan menggunakan arang sebagai sumber panas, kemudian berkembang menggunakan batu bara ataupun bahan bakar minyak sebagai alternatif. (Widowati, 2008)

Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe. Beberapa wilayah perairan di Indonesia tercemar Fe karena aktivitas industri. Makanan dapat tercemar oleh besi melalui tanah. Besi dalam air tanah bisa berbentuk Fe(II) dan Fe(III) terlarut. Selain itu, besi juga berada pada alat sederhana seperti jarum, peniti, paper clip, sampai dengan mesin dan alat-alat automobil, kapal besar, tank, dan berbagai komponen bangunan. Fe juga digunakan sebagai pelapis makanan kaleng siap saji. Air yang tercemar Fe saat


(28)

pengolahan menggunakan peralatan (panci) yang mengandung Fe atau peralatan pengemasan (kaleng) mengandung Fe. Oleh karena itu, pencemaran Fe berasal dari sampah rumah tangga ataupun limbah industri. (Widowati, 2008)

Gambar 1.2 Perjalanan Logam Fe Sampai ke Tubuh Manusia

Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperolehnya dari air. Kadar Fe dalam tubuh manusia kira-kira sebesar 3-5 g, sebanyak 2/3 bagian terikat oleh Hb. Hb mengandung besi (Fe) sebesar 3,4 g/kg yang berperan sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru menuju sel diseluruh tubuh. (Sutrisno, 2004).

Industri dan sampah rumah tangga

Limbah logam

Sungai

Air Minum

Perternakan, pertanian Kolam

Pangan tanaman, Hewan

Ikan


(29)

2.6.1. Efek Toksik Logam Fe

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan Fe ialah didalam usus halus. Bagian usus ini berfungsi untuk absorbsi dan sekaligus juga sebagai ekskresi Fe yang tidak diserap. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan Fe (kejenuhan) dalam ikatan tersebut. (Darmono, 2001)

Kadar Fe yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan kerusakan selular akibat radikal bebas. Sementara itu, wanita menopause lebih beresiko terserang penyakit jantung koroner karena tidak lagi terjadi proses menstruasi dalam tubuh sehingga pembuangan Fe berlebih dalam tubuh tidak terjadi. Para pekerja penambang Fe dan industri yang menggunakan bahan Fe bisa terserang kanker paru-paru, tuberkulosis, dan fibrosis, serta terserang pneumokoniosis bila kadar Fe melebihi 10 mg/m3. Orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol bisa menderita kerusakan hati karena terjadi penimbunan Fe. (Widowati, 2008)

Anak-anak seringkali mengonsumsi dalam dosis berlebih karena obat atau makanan difortifikasi besi (Fe). Konsumsi Fe dalam dosis tinggi bisa menyebabkan toksisitas, dan menyebabkan kematian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Toksisitas ditandai dengan gejala muntah disertai dengan darah. Terjadi ulkerasi alat pencernaan, diikuti gejala shock dan asidosis, kerusakan hati, gagal ginjal, dan serosis hati. (Widowati, 2008)


(30)

Atas dasar pertimbangan tersebut maka ditetapkanlah standar konsentrasi maksimum besi dalam air minum oleh Dep. Kes. R.I. sebesar 0,1 – 1,0 mg/l. Dengan dipenuhi standar tersebut oleh air minum, maka tidak lagi terjadi toksisitas dan defisiensi Fe dalam tubuh. (Sutrisno, 2004)

Salah satu cara penurunan kadar Fe dalam air adalah menggunakan saringan pasir aktif. Daya kerja saringan pasir aktif tersebut diantaranya diperngaruhi oleh jenis pasir dan ketebalan lapisan pasir. Penanggulangannya bisa juga dilakukan dengan menaikkan pH sehingga medium air berubah menjadi oksida yang mudah menguap. Larutan yang mengandung Fe sebesar 10 mg/l akan berkurang menjadi 2 mg/l dengan menambahkan NaOH guna menaikkan pH. (Widowati, 2008)

2.6.2. Penetapan Kadar Logam Fe secara Spektrofotometri

Baik besi (II) dapat ditetapkan secara spektrofotometri. Penggunaan alat spektrofotometri DR 2400 (HACH) dengan program 265 Iron, Ferrover. Besi (II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga-merah [(C12H8N2)3]2-, pada pembacaan 515 nm. Intensitas warnanya tak tergantung pada

keasaman dalam jangka pH 2-9, dan stabil untuk waktu yang lama. (Vogel,1994)


(31)

Fe+2 + 3

1,10-fenantrolina

(C12H8N2)3 ferroin (larutan jingga-merah) (www.bookchemical.com)

2.7. Teori Umum Spektrofotometri

Spektrofotometer visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. (Dachriyanus, 2004)

Prinsip dari alat ini radiasi pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan didalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap. (Watson, 2010)

Sebagai sumber cahaya biasa digunakan lampu tungsten atau lampu halogen kuartz untuk pengukuran pada cahaya tampak dengan daerah visibel dari 350 sampai 900nm. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma (wavelenghtcseparator) atau monokromator. (Dachriyanus, 2004)


(32)

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

− Spektrofotometri DR2400 − Kuvet 25 ml

− Beaker glass 500 ml − Pipet volume 10 ml − Botol semprot − Bola Karet − Stopwacht

3.1.2. Bahan-bahan

− Ferrover, yang berisikan:

− 1,10-phenantroline-p-toluenesulfonic acid salt − Sodium Metabisulfite


(33)

3.2. Prosedur Pengujian

1. Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan. 2. Tekan power pada alat spectrofotometer DR 2400

3. Tekan “STORED PROGRAM” pilih program “265 Iron, Ferrover”, “START”.

4. Persiapan sampel:

− Isi 10 ml sampel air kedalam kuvet.

− Tambahkan 1 bungkus pillow Ferrover Iron Reagent Powder pillow kedalam kuvet.

− Aduk selama 30 detik. 5. Persiapan Blanko:

− Isi kuvet selanjutnya dengan 10 ml sampel air. 6. Tekan “TIMER” > OK (tunggu 3 menit masa reaksi).

7. Setelah 3 menit, bersihkan kuvet blanko dengan tissue, masukkan kuvet blanko kedalam dudukan sel.

8. Tekan “ZERO” layar akan menunjukkan 0,000 mg/L Fe.

9. Bersihkan kuvet sampel dengan tissue, masukkan ke dalam dudukan sel. 10.Tekan “READ”, catat hasil analisis yang membaca layar sebagai mg/L Fe.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Hasil pemeriksaan kadar Fe pada sampel air reservoir Sungai Pamah di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal dilihat pada Tabel 4.1.

No

Tanggal Pemeriksaan

Kadar Besi yang diperoleh (mg/L)

Persyaratan Kadar Maksimum Besi

dalam Air Reservoir (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 01 Februari 2011 0,650 0,024 0,3

2 09 Februari 2011 0,740 0,026 0,3

3 16 Februari 2011 0,705 0,052 0,3

4 23 Februari 2011 0,720 0,050 0,3

Rata - rata 0,704 0,038 0,3

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua

4.2. Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh dari pengujian air reservoir, didapat kadar Besi (Fe) rata-rata pada bulan Februari adalah 0,038 mg/l. Menurut DepKes


(35)

RI No. 492/ MenKes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010, kadar Besi (Fe) yang ditetapkan untuk air minum adalah 0,3 mg/l.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar Besi (Fe) dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang ditetakan. Kadar Besi (Fe) pada air reservoir setiap pemeriksaan terdapat perbedaan hasil. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan waktu periksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Jika air tidak mengalami proses pengolahan maka kadar Besi (Fe) dalam air sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat dilihat kadar Besi (Fe) rata-rata yang diperoleh pada pengujian air baku, pada bulan Februari adalah 0,704 mg/l. Konsentrasi Besi (Fe) dalam air baku lebih tinggi dibandingkan dalam air reservoir. Hal ini di sebabkan karena pada air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfektan, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih sehingga kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat dan layak untuk digunakan.

Konsentrasi kadar Besi (Fe) pada air minum yang lebih besar dari 0,3 mg/ l, dapat menyebabkan efek-efek yang merugikan seperti mengotori bak yang


(36)

terbuat dari seng dan mengotori wastafel serta kloset. Disamping itu juga bersifat korosif terhadap pipa.

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah timbulnya warna, bau, dan rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi terlarutnyalebih dari 1,0 mg/l. (A. Nasution)

Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk. (A. Nasution)


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

− Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan Besi (Fe) pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi dari persyaratan Permenkes RI No. 492/ MENKES/ Per/ 2010 tentang Persyaratan kualitas Air Minum, dimana kadar maksimum yang diizinkan pada Besi (Fe) adalah 0,3 mg / l.

− Kadar Besi rata-rata dari hasil pemeriksaan adalah 0,038 mg/ l . Dengan demikian air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi karena masih memenuhi atau masih dibawah kadar maksimum dari syarat berdasarkan Permenkes.

5.2. Saran

− Diharapkan kepeda pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang di produksi.


(38)

− Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Instalansi Pengolahan Air Deli Tua untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi.

− Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air dilingkungan sekitar.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Basset. J, dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit: Buku Kedokteran EGC, jakarta, hal: 809 – 866.

Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Penerbit: Andalas University Press, Padang, hal: 1 – 13.

Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran,Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Hal 28-53, 153-161.

Denney, C. R. dan Sinclair, R., 1987, Visible and Ultraviolet Spectroscopy, Penerbit: behalf of ACOL, Thames Polytechnic, London, hal: 36 – 97.

P. Effendy, dkk, 2005, Istilah – Istilah dalam Lingkungan PDAM, Penerbit: USU Press, Medan.

Rahayu, P. W. dan Jenie, L. B., 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Penerbit: KANISIUS (Anggota IKAPI), Yogyakarta, hal: 160 – 170.

Sutrisno, T. C. dan Suciastuti, E., 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, hal: 24-62.

Watson, G. D., 2009, Analis Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran, jakarta, hal: 105-127.

Widowati, W., dkk, 2008, Efek Toksik Logam, Penerbit ANDI Yogyakarta, hal 1-12 dan 209-23.


(40)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010

TANGGAL: 19 APRIL 2010

PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

I. PARAMETER WAJIB

No. Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

Yang Diperbolehkan

Keterangan 1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1)E. Coli Jumlah per

100 ml sampel 0 2)Total Bakteri

Koliform

Jumlah per

100 ml sampel 0 b. Kimia an-organik

1) Arsen mg / liter 0,01

2) Fluorida mg / liter 1,5

3) Total Kromium mg / liter 0,05

4) Kadmium mg / liter 0,003

5) Nitrit (sebagai NO2) mg / liter 3

6) Nitrat (sebagai NO3) mg / liter 50

7) Sianida mg / liter 0,07


(41)

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU Tidak Berwarna

3) Total Zat Terlarut

(TDS) mg / liter 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu °C Suhu Udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Alumunium mg / liter 0,2

2) Besi mg / liter 0,3

3) Kesadahan mg / liter 500

4) Khlorida mg / liter 250

5) Mangan mg / liter 0,4

6) pH mg / liter 6,5-8,5

7) Seng mg / liter 3

8) Sulfat mg / liter 250

9) Tembaga mg / liter 2


(42)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No. Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan 1

a.

KIMIAWI Bahan Organik

Air Raksa mg / liter 0,001

Antimon mg / liter 0,02

Barium mg / liter 0,7

Boron mg / liter 0,5

Molybdenum mg / liter 0,07

Nikel mg / liter 0,07

Sodium mg / liter 200

Timbal mg / liter 0,01

Uranium mg / liter 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik (KmnO4) mg / liter 10

c. Desinfektan

Chlorine (Sisa Khlor) mg / liter 5

0,6-1,0 yang kemungkinan dapat

menimbulkan keluhan pelanggan


(43)

LAMPIRAN II

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ˚C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi

temperatur dari keadaan alamiah Residu

Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu

Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L KIMIA ANORGANIK

pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 – 9

Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum Total Posfat

sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai

N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan, kandungan

amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L


(44)

sebaga NH2

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Parameter Satua n

Kelas Keterangan

I II III IV

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/ L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/ L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/ L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/ L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2-N≤ 1 mg/ L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin

bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)

Bagi ABAM tidak

dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S


(45)

sebagai H2S ≤ 0,1

mg/ L MIKROBIOLOGI

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fecal coliform

Jml/100

ml 100 1000 2000 2000

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/100ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml

Total coliform

Jml/100

ml 1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVITAS

Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Groos B Bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-)

Deterjen sebagai MBAS

µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/dield

rin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

heptachlor epoxida

µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindang µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychl

or µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)


(46)

Keterangan : mg = miligram µg = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah nilai lebih kecil atau sama dengan Tanda ˂ adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd


(1)

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU Tidak Berwarna

3) Total Zat Terlarut

(TDS) mg / liter 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu °C Suhu Udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Alumunium mg / liter 0,2

2) Besi mg / liter 0,3

3) Kesadahan mg / liter 500

4) Khlorida mg / liter 250

5) Mangan mg / liter 0,4

6) pH mg / liter 6,5-8,5

7) Seng mg / liter 3

8) Sulfat mg / liter 250

9) Tembaga mg / liter 2


(2)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No. Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan 1

a.

KIMIAWI Bahan Organik

Air Raksa mg / liter 0,001

Antimon mg / liter 0,02

Barium mg / liter 0,7

Boron mg / liter 0,5

Molybdenum mg / liter 0,07

Nikel mg / liter 0,07

Sodium mg / liter 200

Timbal mg / liter 0,01

Uranium mg / liter 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik (KmnO4) mg / liter 10

c. Desinfektan

Chlorine (Sisa Khlor) mg / liter 5

0,6-1,0 yang kemungkinan dapat

menimbulkan keluhan pelanggan


(3)

LAMPIRAN II

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ˚C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi

temperatur dari keadaan alamiah Residu

Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu

Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L KIMIA ANORGANIK

pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 – 9

Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan

kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum Total Posfat

sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai

N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan, kandungan

amonia bebas untuk ikan yang


(4)

sebaga NH2

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Parameter Satua n

Kelas Keterangan

I II III IV

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/ L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/ L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/ L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/ L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,

NO2-N≤ 1 mg/ L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin

bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)

Bagi ABAM tidak

dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S


(5)

sebagai H2S ≤ 0,1 mg/ L

MIKROBIOLOGI

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fecal coliform

Jml/100

ml 100 1000 2000 2000

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,

fecal coliform ≤

2000 jml/100ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml

Total coliform

Jml/100

ml 1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVITAS

Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Groos B Bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-)

Deterjen sebagai MBAS

µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/dield

rin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

heptachlor epoxida

µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindang µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychl

or µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)


(6)

Keterangan :

mg = miligram

µg = mikrogram

ml = mililiter

L = liter

Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah nilai lebih kecil atau sama dengan

Tanda ˂ adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd