Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Secara Spektrofotometri

(1)

PENETAPAN KADAR TEMBAGA (Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

DESSY SENJA AYU SIREGAR 082410069

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR TEMBAGA(Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DESSY SENJA AYU SIREGAR 082410069

Medan, Mei 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002

Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Farmasi USU

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENETAPAN KADAR TEMBAGA

(Cu) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat, serta dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Teramat khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayahanda Eddy Sofyan Siregar dan Ibunda Yusniartaty yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril maupun materil kepada penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan. Serta abang penulis Teddy Yo Hendra Siregar yang memberi semangat dan perhatiannya selama ini.


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Lely, selaku Kepala Bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua.

6. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis laboratorium di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.

7. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Syamsiah Nasution, Khotimah Siregar, dan Yessy Andhasari, yang selalu bersama selama ini. Susah senang kita lalui bersama sampai akhir. Sahabat selamanya.

9. Semua teman-teman satu kost ku “kost 448” . terimah kasih buat motivasi, semangat, dukungan dan do’anya.


(5)

10.For special thanks to: Ganda Sitompul yang telah mengisi hidupku dan

menemaniku baik suka maupun duka, dukungan, do’a, perhatian, kasih sayang, dan cintanya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.

11.Seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi keberadaan mereka. Tetap semangat teman-teman.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan menulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta InsyaAllah do’a restu dan budi baik semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, Mei 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Sumber-sumber Air ... 5

2.2.1 Air Laut... 5

2.2.2 Air Atmosfir ... 6

2.2.3 Air Permukaan ... 6

2.2.3.1 Air Sungai ... 6

2.2.3.2 Air Danau ... 7

2.2.4 Air Tanah ... 7

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal ... 7

2.2.4.2 Air Tanah Dalam ... 8

2.2.4.3 Mata Air ... 8

2.3 Peranan Air Dalam Tubuh ... 8

2.4 Deskripsi Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan ... 9

2.5 Syarat-syarat Air Minum ... 13

2.6 Logam Tembaga ... 15


(7)

2.6.2 Kegunaan Tembaga...17

2.6.2.1 Cu (Tembaga) bagi Manusia... ... 17

2.6.2.2 Cu (Tembaga) dalam bidang industri ... 17

2.6.3 Efek Toksik Tembaga ... 18

2.7 Teori Umum Spektrofotometri ... 21

BAB III : METODOLOGI ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat-alat ... 23

3.1.2 Bahan-bahan ... 23

3.2 Prosedur Pengujian ... 23

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil ... 25

4.2 Pembahasan... 25

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 29


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada menyebabkan pembawa bibit panyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dangan air yang sangat di parlukan.(Sutrisno, 2004)

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebut bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun buatan), pengaruh iklim, dan


(9)

tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia (Darmono, 2001)

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua seteleh kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari (Sutrisno, 2004).

Air yangdigunakan untuk air minum harus tidak berwarna, jernih, tidak berbau, dan tadak berasa.air yang digunakan untuk rumah tangga harus tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan noda pada pakaian serta tidak meninggalkan endapan diseluruh jaringan distribusinya. Maka pada air reservoir yang akan didistribusikan ke rumah-rumah. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar tembaga pada sampel air reservoir dengan metode spektrofotometri di PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua (Darmono, 2001).


(10)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar tembaga yang terkandung dalam sampel air reservoir di laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Medan secara spektrofotometri sinar tampak.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar tembaga yang terkandung dalam air reservoir, apakah memenuhi persyaratan permenkes atau tidak,dan kita juga dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan turutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan (Sutrisno ,2004)

Umumnya air mengandung bermacam-macam kotoran dalam jumlah yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya,hal ani disebabkan karena air suatu zat pelarut yang baik. Secara umum kagunaan air dalam tubuh dan kehidupan manusia adalah untuk proses metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan oleh kandungan air. Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu tuntutan umum bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan factor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Effendi, 2003)


(12)

1. Pembuangan limbah industri,sisa insektisida, dan pembuangan sampah damestik, misalnya sisa detergen menccemari air. Buangan industri seprti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.

2. Sampah organic yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan O2 di air

berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organism air.

3. Fosfat hasil pembusukan bersama NO3 dan pupuk pertanian terakumulasi dan

menyebebkan eutrofikasi yaitu penimbunan mineral yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga.

Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organism air (Pratiwi, 2000)

2.2 sumber-sumber air

Menurut Sutrisno (2004), sumber-sumber air meliputi:

1. Air laut 2. Air atmosfir 3. Air permukaan 4. Air tanah

2.2.1 Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi,mempunyai sifat asin, karena mengandung garam Nacl, dan memiliki kadar garam Nacl yang tinggi dibandingkan dengan air daratan (Sutrisno, 2004).


(13)

2.2.2 Air Atmosfer

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah, dapat pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menempung air hujan dan dipergunakan saat kekurangan air (Sitepoe, 1997).

Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga akan mempercepat terjadinya korosi,. Air hujan juga mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Sutrisno, 2004)

2.2.3 Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan akan dapat pengotoran selama pengaliran, misalnya oleh limpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.Beberapa pengotoran ini, untuk masimg-masing air permukaan berbeda-beda tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteri (Sutrisno, 2004).

Air permukaan ada 2 macam yakni:


(14)

Dalam panggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali (Sutrisno, 2004).

2.2.3.2 Air Danau

Kebanyakan air danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah mambusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat (Sutrisno, 2004).

2.2.4 Air Tanah

Menurut Sutrisno (2004),air tanah terdiri atas:

1. Air tanah dangkal 2. Air tanah dalam 3. Mata air

2.2.4.1 Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal tarjadi karena daya proses paresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian baktari, sehingga air tanah akan terjadi tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) kerena melalui lapisan tanah yang


(15)

mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah (Sutrisno, 2004).

2.2.4.2 Air Tanah Dalam

Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringan lebih sempurna dan bebas dari bakteri.susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui (Sutrisno, 2004)

2.2.4.3 Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Sutrisno, 2004).

2.3 Peranan Air Dalam Tubuh

Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk:proses pencernaan, metabolism, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan (Sutrisno, 2004)


(16)

2.4 Deskripsi Unit- Unit Tempat Pengolahan Air di PDAM Tirtana di Medan

Deskripsi unit-unit tempat pengolahan air di PDAM Tirtanadi Medan meliputi:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dengan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dangan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dangan bar screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor.

Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk .


(17)

Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlet gate,2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur,pasir dan yang lain-lain yang bersifat sedimen.

4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan berupa alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 l/det dengan total head 15 meter memakai electromotor.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 l/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sediman dengan air bersih hasil olahan (effsluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang mengandung agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis.


(18)

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

- Primary Reaction Zone - Secondary Reaction Zone - Return Reaction Zone - Clarification Reaction Zone - Concentrator

6. Filter

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator milalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.

Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut:

- Pasir kwarsa, 0,45-1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm. - Pasir kwarsa, 1,80-2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. - Krikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. - Krikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. - Krikil sedang, 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm.


(19)

- Krikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan electromotor.

7. Reservoir

Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih / air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.

8. Finish Water Pump(FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375l/det total head 55 m menggunakan motor AC.

9. Sludge Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong


(20)

lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

2.5 Syarat-syarat Air Minum

Menurut Sutrisno (2004), air minum harus memenuhi:

a. Syarat fisik:

-Air tak boleh berwarna -Air tak boleh berasa -Air tak boleh berbau

-Suhu air hendaknya di bawwah sela udara (sejuk ± 25º C) -Air haru jernih.

b. Syarat kimia:

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

c. Syarat bakteriologik:

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air.


(21)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 klasifikasi mutu air dibedakan menjadi empat kelas yaitu:

1. Kelas satu

Air yang diperuntukanya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua

Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga

Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat

Air yang peruntukanya dapat dipergunakan untuk mengairi pertanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(22)

2.6 Logam Tembaga

Kaprum atau tembaga (Cu) memiliki sistem kristal kubik, yang secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Cu termasuk golongan logam, barwarna merah serta mudah berubah bentuk (Wahyu Widowati, 2006).

Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut, tembagaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawwaan ion seperti CuCO3+, CuOH+ dan lain sebagainya (Haryando Polar, 2008).

Tembaga (Cu) bisa masuk ke lingkungan melalui jalur alamiah dan non alamiah. Pada jalur alamiah, logam mengalami siklus perputaran dari kerak bumi ke lapisan tanah, ke dalam mahluk hidup, ke dalam kolom air, mengendap, dan akhirnya kembali lagi ke dalam kkerak bumi. Unsur Cu bersumber dari pristiwa pengikisan (erosi) batuan mineral, debu-debu, dan partikulat Cu dalam lapisan udara yang dibawa turun air hujan. Jalur nonalamiah dalam unsur Cu masuk kedalam tatanan lingkungan akibat aktivitas manusia, antara lain berasal dari buangan industri yang menggunakan bahan baku Cu, industi galangan kapal, industri pengolahan kayu, serta limbah rumah tangga (wahyu widowati, 2006).


(23)

2.6.1 Metabolisme Cu dalam Tubuh

Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah diolah pada lambung oleh darah, Cu yang ada turut terserap oleh darah. Dalam darah, Cu terdapat dalam bentuk ionisasi, yaitu Cu+ dan Cu++. Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu terserap terserap barada dalam jumlah normal (berada dalam titik keseimbangan dengan kebutuhan tubuh), maka sekitar 93% dari serum-Cu berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam fraksi-fraksi albumin dan asam amino. Serum Cu-albumin ditransfortasikan ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga berikatan dengan SDM (sel darah merah) sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60% SDM-Cu, sedangkan sisanya merupakan fraksi-frsksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu ke dalam hati. Hati merupakan tempat penyimpanan Cu yang paling basar yang diterima dari fraksi serum Cu-albumin dari hati. Cu dikirim kedalam kandung empedu. Cu dikeluarkan kembali ke usus, untuk selanjutnya dibuang melalui feces (Haryando Polar, 2008).


(24)

2.6.2 Kegunaan Tembaga

2.6.2.1 Cu (Tembaga) bagi manusia

Logam Cu dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan hemoglobin, kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu Cu juga terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme serta dalam aktivitas tirosin, namum demikian, maski sangat dibutuhkan, logam Cu akan berbalik menjadi bahan racun untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan (Haryando Polar, 2008).

Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah (Sutrisno, 2004).

2.6.2.2 Cu (Tembaga) dalam bidang industri

Menurut Wahyu Widowati (2006), Cu memiliki banyak manfaat dalam bidang industri, antara lain:

1. Sebagai bahan biosida untuk mengendalikan penyakit pada tanaman yang di sebabkan oleh bakteri, fungi, dan serangga. 2. Bahan pembuatan pipa atau tangki air yang dapat memberikan

manfaat besar karena Cu tidak bersifat korosi, mudah dibentuk dan mudah dipasangkan pada berbagai jenis instrumen karena tidak keras dan dapat melindungi dari bakteri pathogen seperti


(25)

Legionella, yang dapat mempertahankan kualitas air selama air

di simpan pada tangki air.

3. Bahan pembuatan peralatan dapur seperti panic; Cu sebagai peralatan dapur memberikan manfaat bisa mengurangi pertumbuhan bakteri Eschericia Coli,kemungkinan Cu dapat meracuni makanan sangat kecil.

2.6.3 Efek Toksik Tembaga

Dalam jumlah besar tembaga (Cu) dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 2004).

Menurut Haryando Polar (2008), Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis.

a. Keracunan Akut

Gejala-gejala yang dapat di deteksi sebagai akibat keracunan akut tersebut adalah adanya rasa logam pada pernafasan penderita dan adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara berulang-ulang, dan gejala tersebut berlanjut terjadinya pendarahan pada jalur


(26)

Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat di lihat dengan timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gajala dari penyakit Wilson ini adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak dan demyelinasi, serta terjadi penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rembut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita.

Menurut Darmono (2001), bentuk toksisitas kronik Cu ini ada tiga bentuk yaitu sebagai berikat.

a. Toksisitas kronik sederhana

Sumber utama kelebihan Cu pada pakan berasal dari rumput atau hijauan pakan ternak yang telah disemprot fungisida, atau pakan formula berbentuk mineral mix, atau air minum yang telah diberi obat untuk membunuh algae atau hama siput.

b. Toksisitas kronik hepatogenus

Beberapa jenis pakan hijauan mengandung racun alkaloid yang menyebabkan meningkatnya afinitas dan peningkatan penyimpanan Cu dalam hati. Kombinasi antara tanaman hepatotoksik dan Cu dapat merusak sel hati dan menimbulkan gejala keracunan.

c. Toksisitas kronik phytogenus

Keracunan kronis bentuk ini terjadi pada hewan yang merumput di padang penggembalaan, yang hijauannya mengandung Cu normal (10-20


(27)

mg Cu/kg berat kering), tetapi kandungan sulfatnya berlebihan dan atau kurang kandungan molybdenum (Mo).

Menurut Wahyu Widowati (2006), Cu dapat mengakibatkan toksisitas kronis dan toksisitas akut:

a. Toksisitas kronis

Paparan Cu dalam waktu lama bisa minimbulkan gejala seperti:

1. Iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut dan mata

2. Menyebabkan sakit kepala, sakit lambung, kehilangan keseimbangan, muntah dan diare. Paparan Cu dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, bahkan menyebabkan kematian. Cu juga dapat menimbulkan alergi pada kulit. Paparan Cu berulang bisa menyebabkan penebalan pada kulit serta menimbulkan warna kehijauan pada kulit dan rambut sehingga menyebabkan iritasi hidung. 3. Keracunan Cu bisa menimbulkan kerusakan otak, demielinasi,

penurunan fungsi ginjal, dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Keracunan kronis Cu pada manusia dapat menimbulkan penyakit

Wilson’s dan Kinsky. Gejala penyakit Wilson’s antara lain berupa

kerusakan pada otak, penurunan kerja ginjal, serta pengendapan Cu dalam kornea mata. Gejala penyakit Kinsky, antara lain berupa rambut kaku, dan berwarna kemerahan. Penyakit Wilson’s disebabkan oleh tersimpanya Cu secara berlebihan dalam tubuh karena Cu tadak dapat


(28)

b. Toksisitas akut

Gejala klinis pada keracunan akut Cu, antara lain kolik abdomen, muntah, gastroenteritis diikuti diare, feses, dan muntahan yang berwarna hijau-kebiruan. Gejala lain adalah shock barat, suhu tubuh turun secara drastis, dan denyut jantung yang meningkat. Penderita akan mengalami kolaps dan kematian setelah 24 jam semenjak munculnya gejala-gejala tersebut.gejala keracunan akut Cu antara lain muntahan berwarna hijau-kebiruan,hipotensi, melena, koma, dan penyakit kuning.

2.7 Teori Umum Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energy cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometri sinar tampak mempumyai panjang gelombang 400-750 nm dan spektrofotometri uv mempunyai panjang gelombang 200-400 nm. Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. panjang gelombang merupakan jarak linier dari satu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan (Rohman, 2007).


(29)

Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa di dapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini berguna untuk pengukuran seccara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa di tentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Pada Analisis Tembaga (Cu) dalam air reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua digunakan reagen Cu Ver 1 Powder Pillow yang berisikan Bicinchonic acid, Dipotassium, Sodium ascorbate, Sodium phosfat, Dibasic, Potassium phosfat, Monobasic. Diantara isi tersebut hanya Bicinchonic acid yang bereaksi sehingga membentuk kompleks berwarna kuning yang diukur pada panjang gelombang 592 nm menghasilkan reaksi:


(30)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

- Spektrofotometer uv-visibel - Kuvet

- Pipet volum 10 ml

3.1.2 Bahan-bahan

- Cu ver 1 powder pillow - aqudes

3.2 Prosedur Pengujian

Penentuan kadar tembaga dalam sampel air reservoir di PDAM Tirtanadi dengan alat spektrofotometri

- pastikan analis telah memakai sarung tangan dan masker

- Tekan “STORED PROGRAMS” dan “135” untuk analisa tembaga

- Persiapan sampel, isi 10 ml sampel ke dalam botol sampel

- Tambah satu bungkus Cu ver 1 powder pillow kedalam botol sampel kedua, aduk hingga larut


(31)

- Tekan “Timer” > Ok (tunggu selama 2 menit)

- Persiapan blanko, setelah waktu habis, tuangkan 10 ml sampel ke dalam botol sampel ke-2

- Tekan “Zero” layar akan menunjukkan 0,000 mg//l Cu - Masukkan sampel ke dalam tutup sel dan tutup

- Tekan “Read” catat hasil analisa tembaga yang ditunjukkan layar.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil

Hasil pemeriksaan kadar tembaga pada sampel air reservoir sungai deli tua di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 9 Februari 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Table 4.1 Hasil pemeriksaan sampel Air Reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan

Kadar Tembaga yang Diperoleh (mg/L)

Syarat maximum (mg/L) Air Baku Air

Reservoir Air Baku

Air Reservoir

1 09 Februari 2011 0,05 0,04 0,02 2

4.2 Pembahasan

Kadar tembaga yang di peroleh dari pengujian air reservoir tersebut pada tanggal 09 Februari 2011 adalah 0,04 mg/l, dan menurut PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/2010 tanggal 19 April 2010, kada maksimum yang di perbolehkan untuk air minum adalah 2 mg/l, dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar tembaga dari air reservoir memenihi syarat untuk digunakan sebagai air minum karena kadar yang di perolah tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan


(33)

Kadar tembaga yang diperoleh dari air reservoir sudah memenuhi syarat dikarenakan air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, Proses penjernihan, proses desinfeksi dan telah di saring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih, sehingga kadar yang di peroleh dapat memenuhi syarat.

Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan air. Jika air baku ini tidak mengalami proses pengolahan air pasti kadar tembaga yang diperolah akan sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam tubuh. Dapat kita lihat kadar tembaga yang diperoleh dari pengujian air baku pada tanggal 9 Februari 2011 adalah 0,05 mg/l. Jadi kita dapat melihat perbandingan kadar tembaga yang terkandung dalam air baku dan air reservoir yang sudah memenuhi syarat dikarenakan air baku yang belum mengalami pengolahan lebih basar kadarnya dibandingkan dengan air reservoir yang telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air bervariasi antara 1-5 mg/l. konsentrasi 1 mg/l merupakan batas konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan (Sutrisno, 2004).


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kandungan Tembaga pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi dari persyaratan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/2010 Tanggal 19 April 2010,dimana kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 2 mg/l , dengan demikian dapat diartikan bahwa kadar Tembaga pada air reservoir memenuhi syarat sebagai air minum.

- Air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi karena hasilnya memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/2010.

5.2 Saran

- Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua agar tetap menjaga kualitas air yang didistribusikan kepada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang diproduksi.

- Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi pengolahan Air Deli Tua untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi.


(35)

- Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. (2004). Analis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang : Penerbit Andalas University Press. Halaman 1.s

Darmono. (2001). Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 153.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 25.

Palar, Haryando. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: penerbit Rineka Cipta. Halaman 61, 62, 65, 71 dan 72.

Pratiwi,sD.A. (2000). Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 200

Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Halaman 220, 222.

Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Halaman 145.

Sutrisno, C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kelima. Jakarta: penerbit Rineka Cipta. Halaman 2, 13, 38.

Wahyu, widowati. (2006). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Halaman 184, 185,202, 203.


(37)

Dessy Senja Ayu Siregar. 2 Mei 2011. Pukul. 20.00.


(38)

LAMPIRAN I

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

di perbolehkan 1 Parameter yang berhubungan langsung

dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel 0

2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0

b. Kimia an – organik

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5

3 ) Total Kromium mg / l 0,05

4 ) Kadmium mg / l 0,003

5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3

6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07

8 ) Selenium mg / l 0,1

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut ( TDS ) mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1 ) Aluminium mg / l 0,2

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500

4 ) Khlorida mg / l 250

5 ) Mangan mg / l 0,4

6 ) Ph 6,5 – 8,5

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250


(39)

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

di perbolehkan

1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik mg / l

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004

Dichloromethane mg / l 0,02

1,2-Dichloroethane mg / l 0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05

Trichloroethene mg / l 0,02

Tetrachloroethene mg / l 0,04

Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01

Toluene mg / 0,7

Xylenes mg / l 0,5

Ethylbenzenes mg / l 0,3

Styrene mg / l 0,02

Chlorinated benzenes


(40)

Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid ( EDTA )

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001

2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009

Mecoprop mg / l 0,001

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan


(41)

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1

Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05

Trichloroacetic acid mg / l 0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(1)

Dachriyanus. (2004). Analis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Padang : Penerbit Andalas University Press. Halaman 1.s

Darmono. (2001). Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Halaman 153.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Halaman 25.

Palar, Haryando. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:

penerbit Rineka Cipta. Halaman 61, 62, 65, 71 dan 72.

Pratiwi,sD.A. (2000). Buku Penuntun Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Halaman 200

Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar. Halaman 220, 222.

Sitepoe, M. (1997). Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Widiasarana Indonesia. Halaman 145.

Sutrisno, C. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kelima. Jakarta:

penerbit Rineka Cipta. Halaman 2, 13, 38.

Wahyu, widowati. (2006). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Halaman 184, 185,202, 203.


(2)

Dessy Senja Ayu Siregar. 2 Mei 2011. Pukul. 20.00.


(3)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

di perbolehkan

1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel 0

2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0

b. Kimia an – organik

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5

3 ) Total Kromium mg / l 0,05

4 ) Kadmium mg / l 0,003

5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3

6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07

8 ) Selenium mg / l 0,1

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut ( TDS ) mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1 ) Aluminium mg / l 0,2

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500

4 ) Khlorida mg / l 250

5 ) Mangan mg / l 0,4

6 ) Ph 6,5 – 8,5

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250


(4)

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

di perbolehkan

1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik mg / l

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004

Dichloromethane mg / l 0,02

1,2-Dichloroethane mg / l 0,05

Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05

Trichloroethene mg / l 0,02

Tetrachloroethene mg / l 0,04

Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01

Toluene mg / 0,7

Xylenes mg / l 0,5

Ethylbenzenes mg / l 0,3

Styrene mg / l 0,02

Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene ( 1,2-DCB ) mg / l 1

1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg / l 0,3


(5)

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid ( EDTA )

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001

2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009

Mecoprop mg / l 0,001

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan


(6)

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1

Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05

Trichloroacetic acid mg / l 0,02

Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1