Penetapan Kadar Besi (Fe) DAN Seng (Zn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

(1)

PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Oleh:

MILVA MAHRINA NIM 072410006

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

MILVA MAHRINA NIM 072410006

Medan, Juni 2010 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,

Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP.194810031987012001

Disahkan Oleh Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP.195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Subhanallah walhamdulilah, segala puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan tak henti-hentinya pada Sang Pencipta Alam, Allahu ya Rahman ya Rahim. Hanya beserta izin dan kehendak-Nya segala sesuatu dapat terlaksana, termasuk juga penyusunan tulisan ilmiah berupa Tugas Akhir ini yang berjudul: PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DAN SENG (Zn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat guna untuk memperoleh gelar Ahli madya pada Program Diploma III Jurusan Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang terkasih yang selalu menjadi bagian dari inspirasi: Ayahanda Mahjaruddin Tanjung, Ibunda Nurhana Nasution, Kakanda Irfan dan Adinda Kiki yang penuh kesabaran memberikan dukungan, nasehat, serta do’a hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Hambatan dan rintangan dalam menyelesaikan penulisan ini banyak penulis temui. Namun, alhamdulillah penulis berupaya menghadapinya dengan penuh kesabaran dan semangat. Dengan keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki. Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan masukan berbagai pihak, baik moril maupun materil.

Oleh karena itu pada kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan nasehat, petunjuk dan saran sampai selesainya Tugas Akhir ini.

4. Ibu Lely, selaku Kepala bagian Umum dan Personalia di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua.

5. Bapak Subhandi, S.E., selaku Pelaksana Tugas Kepala Bagian Pengendalian Mutu di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua.

6. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku Analis Laboratorium di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi.

7. Dosen-dosen Farmasi beserta stafnya yang telah banyak membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Dusky, Vany, Tya, Nia, Adiez, Windy dan Maya yang telah memberi dorongan, perubahan, semangat dan warna dalam hidupku (mudah-mudahan sukses bersama, amin) serta buat kakanda Tati’ yang sudah rela hujan-hujanan dan semua teman-teman stambuk 2007 Analis Farmasi dan Makanan.

Penulis menyadari dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna sesuai dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis


(5)

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Air ... 3

2.2 Sumber-sumber Air ... 3

2.3 Pengelompokan Air ... 4

2.4 Peranan Air Dalam Tubuh ... 5

2.5 Pengolahan Air ... 6

2.6 Besi ... 8

2.7 Seng ... 9

2.8 Teori Umum Spektrofotometri ... 9

BAB III METODOLOGI ... 12

3.1 Peralatan ... 12

3.2 Bahan ... 12


(7)

3.3.1 Untuk Analisa Besi ... 13

3.3.2 Untuk Analisa Seng ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Pemeriksaan Kadar Besi ... 15

4.2 Pemeriksaan Kadar Seng ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

5.1 Kesimpulan ... 18

5.2 Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Air juga merupakan bahan pelarut paling baik karena air adalah pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut dalam air. Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi. Di dalam badan air terdapat benda-benda hidup yang sangat menentukan karakteristik air tersebut, baik secara kimia, fisika, maupun biologis. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit yang disebabkan oleh air (Slamet, 1994).

Air reservoir adalah air hasil olahan yang telah memenuhi syarat kualitas air yang ditampung di bak penampungan akhir untuk didistribusikan kepada konsumen. Kualitas mutu pada air dapat dijamin dengan dilakukannya pengendalian mutu yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002 (Sutrisno, 1987).

Salah satu mineral yang sering terdapat dalam air adalah kandungan Fe, apabila kadar Fe tersebut terdapat dalam jumlah yang besar akan menimbulkan efek toksik yaitu dapat merusak dinding usus. Menurut Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, air reservoir yang didistribusikan kepada konsumen mengandung kadar besi tidak lebih dari 0,3 mg/L (Slamet, 1994).


(9)

Adanya Zn di dalam air dimungkinkan berasal dari air baku yang sudah tercemar. Zn dalam air berada dalam keadaan terlarut. Apabila kadar Zn tersebut terdapat dalam jumlah yang besar maka dapat menimbulkan gejala muntaber. Menurut Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002, air reservoir yang didistribusikan kepada konsumen mengandung kadar seng tidak lebih dari 3,0 mg/L (Slamet, 1994).

Mengingat pentingnya penetapan kadar besi dan seng pada air reservoir maka penulis tertarik melakukan penetapan kadar besi dan seng pada air reservoir PDAM Tirtanadi Deli tua secara Spektrofotometri Sinar Tampak.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar besi (Fe) dan seng (Zn) pada air reservoir PDAM Tirtanadi Deli tua secara Spektrofotometri Sinar Tampak.

1.2.2 Manfaat

Dapat dijadikan informasi kepada masyarat sebagai pengguna air bersih bahwa air yang dikonsumsi telah memenuhi persyaratan sesuai yang ditetapkan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, untuk dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, keperluan industri, kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air dalam keadaan normal tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan bersih (Wardhana, 2001).

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, berasa, dan berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estesis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum (Slamet, 1994).

2.2 Sumber-Sumber Air

Sumber- sumber air menurut Slamet (1994), adalah sebagai berikut: 1. Air permukaan

Air permukaan adalah air sungai dan air danau. Air permukaan yang tertampung di danau-danau atau bak penampungan air buatan manusia dapat ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi


(11)

partumbuhannya. Air permukaan banyak mengandung zat organik yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut.

2. Air tanah

Air tanah dapat berkualitas baik jika tanah sekitarnya tidak tercemar. Pada proses pengalirannya air tanah mengalami penyaringan alamiah, oleh karena itu kadar kimia air tanah tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut.

3. Air angkasa

Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Kualitas air angkasa tergantung sekali pada kualitas udara yang dilaluinya sewaktu turun kembali kepermukaan bumi. Air angkasa sedemikian tercemar. Keadaan seperti ini sering ditemukan di daerah tertentu yang terdapat banyak industri.

2.3 Pengelompokan Air

Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup KEP-02/MENKLH/I/1998 Tanggal 19 Januari 1998, air dikelompokkan menjadi empat golongan menurut peruntukannya, yaitu:

Golongan A : Air yang digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat


(12)

2.4 Peranan air dalam Tubuh

Menurut Almatsier (2004), air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:

1. Sebagai pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon. Di samping itu air, sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbon dioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal.

2. Sebagai katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.

3. Sebagai pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. 4. Sebagai fasilitator pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.

5. Sebagai pengatur suhu

Air memegang peranan untuk menyalurkan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37OC. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.

2.5 Pengolahan Air

Di Instalasi PDAM Tirtanadi Deli tua proses pengolahan air dilakukan dalam 5 tahap, yaitu:


(13)

1. Proses Penyaringan

Air baku yang bersumber dari aliran Sungai Deli tertampung di bendungan yang selanjutnya masuk melalui intake yang dilengkapi dengan saluran kasar dan saluran halus untuk disaring terlebih dahulu dari sampah/kotoran kasar.

2. Proses Fisika

Selanjutnya air akan tertampung di Raw Water Tank. Disini terjadi proses fisika dan biokimia. Proses fisika yang terjadi adalah pengendapan lumpur-lumpur sehingga dihasilkan air dengan turbidity yang lebih rendah.

3. Proses Pembentukan Flok, Flokulasi, dan Pengendapan

Selanjutnya air akan dipompakan melalui RWP (pompa air baku) dari RWT ke splitter box, lalu ditambahkan koagulan beupa tawas kemudian air didistribusikan ke masing-masing clearator. Fungsi dari penambahan tawas untuk mengikat partikel-partikel halus yang melayang agar membentuk flok. Di clearator, terjadi proses koagulasi (proses bercampurnya koagulan dari air baku dengan cepat dan merata) menggunakan koagulan tawas dan proses flokulasi (proses penggumpalan flok-flok) akibat adanya pengaduk lambat. Kemudian karena adanya pengaruh gaya gravitasi

flok-flok akan mengendap pada dasar clarifier. Untuk itu, perlu dipertahankan

kandungan flok-flok dalam clarifier dengan memantau kekeruhan sehingga diharapkan turbidity pada air kumpulan dapat serendah mungkin.

4. Proses Filtrasi

Selanjutnya, air kumpulan difiltrasi di filter sehingga diperoleh air yang jernih. Filter berfungsi untuk menyaring flok-flok halus yang lolos dari clearator. 5. Proses Desinfeksi dan Penetralan pH

Sebelum air proses filtrasi masuk ke reservoir, ditambahkan terlebih dahulu klorin. Penambahan klorin bertujuan sebagai desinfektan. Selanjutnya ditambahkan


(14)

larutan kapur jenuh untuk menetralisir pH air olahan (6,8 – 7,3) karena penambahan tawas di clearator cukup membuat pH air bersifat asam, sehingga harus dinetralkan.

Setelah seluruh proses pengolahan air tersebut berlangsung, air hasil olahan ditampung di bak penampungan akhir yang disebut dengan reservoir untuk didistribusikan melalui FWP (alat untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir di cabang). Air hasil olahan tersebut dapat didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air sesuai dengan Keputusan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 yang meliputi aspek fisika, kimia, dan biologis.

2.6 Besi

Karakteristik besi adalah berwarna metal keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi diperlukan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Tubuh manusia tidak dapat mengexkresikan Fe. Karenanya mereka yang sering dapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Slamet, 1994).

Besi merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.5380C, dan titik didih 2.8610C (Widowati, dkk., 2008).

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2004).


(15)

Fe bersifat toksis bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga mengikat Fe bebas. Konsumsi Fe dosis besar akan merusak sel alat pencernaan secara langsung, lalu Fe akan mengikuti peredaran darah. Kerusakan sel juga meluas pada hati, jantung dan organ lain, bahkan bias berakhir pada kematian. Toksisitas kronis Fe pada tingkat sel akan meningkatkan gangguan fungsi hati, gangguan fungsi endokrin, dan penyakit kardiovaskuler (Widowati, dkk., 2008).

2.7 Seng

Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat di kerak bumi. Karakteristik

Zn cukup reaktif yaitu, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn memiliki nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,730C (Widowati, dkk., 2008).

Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi jika kadar Zn yang kita konsumsi lebih dari 2 g atau lebih dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng apabila dimasak akan timbul endapan seperti pasir (Slamet, 1994).

Seng memegang peranan essensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim, aspek metabolisme, berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka, pengembangan reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma (Almatsier, 2004).

Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksis. Toksisitas Zn dapat bersifat akut dan kronis. Intake Zn 150 – 450 mg/hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar kolestrol. Konsumsi Zn


(16)

sebesar 2 g atau lebih akan mengakibatkan mual, muntah, dan demam (Widowati, dkk., 2008).

2.7 Teori Umum Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm (Rohman, 2007).

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu. Instrument ini digunakan adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Bassett, dkk., 1994).

Menurut Rohman (2007), hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis adalah:

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

2. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu


(17)

operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang yang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

4. Pembuatan kurva baku

Kurva baku merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.

5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik).


(18)

BAB III METODOLOGI

3.1 Peralatan

- Spektrofotometer DR 2800 - Beaker glass 500 ml - Kuvet 25 ml

- Pipet volume 10 ml dan 20 ml - Batang pengaduk

- Botol semprot - Mikro pipet 1 ml

3.2 Bahan

- Sampel: Air Reservoir Sungai Deli

- TPTZ Iron powder pillow, yang berisikan: 1. Sodium thiosulfate

2. Monosodium salt

3. Sodium hydrosulfite

4. Sodium metabisulfate

5. Citric acid

- Zincover 5 reagen powder pillow, yang berisikan: 1. Boron oxide

2. Sodium ascorbate

3. Potassium cyanide

4. Potassium borate


(19)

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Untuk analisa besi (Fe)

- Pastikan telah memakai sarung tangan dan masker - Tekan “PRGM” dan tekan “270” untuk analisa besi - Tekan “ENTER”, layar akan menunjukkan mg/L Fe

- Isi kuvet pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel) dengan 10 ml sample air reservoir

- Tambahkan satu bungkus TPTZ Iron powder pillow ke dalam kuvet kedua, aduk hingga larut sampai terbentuk warna biru-ungu

- Tekan “Timer” dan Enter”, tunggu selama 3 menit - Masukkan blanko ke alat spektrofotometer

- Tekan “Zero” kemudian monitor akan menunjukkan 0,000 mg/L Fe - Masukkan kuvet kedua ke tempat alat spektrofotometer

- Tekan “Read”, catat hasil analisa besi yang ditunjukkan monitor

3.3.2 Untuk analisa seng (Zn)

- Pastikan telah memakai alat sarung tangan dan masker - Tekan “PRGM” dan “97” untuk analisa seng

- Tekan “Enter”, layar akan menunjukkan mg/L Zn

- Pipet 20 ml air reservoir, masukkan ke dalam kuvet pertama

- Tambahkan 1 bungkus Zinco Ver 5 powder pillow, aduk hingga larut sampai terbentuk warna orange

- Pipet 10 ml larutan dari kuvet pertama, masukkan ke dalam kuvet kedua (sebagai blanko)

- Tambahkan 0,5 Cyclohexanone ke dalam kuvet pertama, aduk hingga larut akan terbentuk warna biru


(20)

- Tekan “Timer” dan “Enter”, tunggu selama 3 menit - Masukkan blanko ke alat spektrofotometer

- Tekan “Zero”, layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Zn - Masukkan sampel ke alat spektrofotometer


(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan kadar besi

Hasil pemeriksaan kadar besi pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada tanggal 15, 20, 25 Januari dan 03, 08 Februari 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1: Hasil Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan Kadar Besi yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 15 Januari 2010 0,860 0,028

2 20 Januari 2010 0,957 0,074

3 25 Januari 2010 1,384 0,029

4 03 Februari 2010 0,861 0,091

5 08 Februari 2010 0,610 0,043

Untuk pemeriksaan kadar besi pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 590 nm. Besi dalam sampel bereaksi dengan penambahan TPTZ iron reagen powder pillow yang berisikan sodium metabisulfite, citric acid, monosodium

salt, sodium hydrosulfite, dan sodium thiosulfate, lalu didiamkan selama 3 menit.

Larutan blanko dan larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 590 nm.

Kadar besi pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Menurut peraturan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kadar maksimum besi pada air reservoir


(22)

adalah 0,3 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar besi dari air reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan. Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan. Dari data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa kadar besi yang diperoleh pada air baku lebih tinggi dibandingkan dengan kadar besi yang terdapat pada air reservoir. Kadar besi yang terkandung pada air reservoir sudah memenuhi syarat dikarenakan telah melewati proses pengolahan mulai dari proses penyaringan, fisika dan biokimia, pembentukan flok, koagulasi, flokulasi, dan pengendapan, filtrasi, desinfeksi serta penetralan pH yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

4.2 Pemeriksaan kadar seng

Hasil pemeriksaan kadar seng pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di

Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap sebulan sekali yaitu pada tanggal 20 Januari dan 08 Februari 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2: Hasil Pemeriksaan Kadar Seng (Zn) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal

Pemeriksaan

Kadar Seng yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 20 Januari 2010 0,02 0,03

2 08 Februari 2010 0,08 0,08

Untuk pemeriksaan kadar seng pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan

pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 620 nm. Seng dalam sampel bereaksi dengan penambahan zincover 5 reagen powder pillow yang berisikan boron oxide, sodium ascorbate, potassium

cyanide, dan potassium borat dan ketika berikatan dengan sianida akan membentuk


(23)

seng. Seng bereaksi dengan benzena 2-carboxy-2’-hydroxy-5’-sulfoformazyl (zincon) akan terbentuk warna biru, lalu diamkan selama 3 menit. Larutan blanko dan larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 620 nm.

Kadar seng pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Dan menurut peraturan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kadar maksimum seng pada air reservoir adalah 3,0 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar seng dari air reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Dari data pada Tabel 4.2 terlihat bahwa kadar seng yang diperoleh pada air baku hampir sama dengan kadar seng yang diperoleh pada air reservoir. Jadi tidak terdapat perbedaan kadar seng yang signifikan.

Menurut Sutrisno (1987), batas tertinggi konsentrasi seng menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 harus dibawah 3,0 mg/L, konsentrasi tersebut tidak dapat menimbulkan rasa. Karena pada kadar lebih dari 3,0 mg/L, seng dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Dari hasil pemeriksaan besi (Fe) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar besi dalam air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar maksimum yang diijinkan adalah 0,3 mg/L.

- Dari hasil pemeriksaan seng (Zn) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar seng dalam air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar maksimum yang diijinkan adalah 3,0 mg/L.

- Air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran

- Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.

- Diharapkan kepada pihak instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua untuk tetap meningkatkan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan, serta menjaga peralatan yang digunakan agar tetap bersih dan layak digunakan.

- Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua agar melengkapi alat-alat untuk uji mikrobiologi.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 221-222, 225, 259.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel

Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal.

809.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Bogor: UI-Press. Hal. 153.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 251-256.

Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM-Press. Hal. 81-82, 108, 114, 117.

Supardi, I. (1985). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 174-175.

Suratmo, F.G. (1995). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal. 219.

Sutrisno, C. T. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal. 13-19.

Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 105.

Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan

dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi. Hal. 209, 227, 303,


(1)

- Tekan “Timer” dan “Enter”, tunggu selama 3 menit - Masukkan blanko ke alat spektrofotometer

- Tekan “Zero”, layar akan menunjukkan 0,00 mg/L Zn - Masukkan sampel ke alat spektrofotometer


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan kadar besi

Hasil pemeriksaan kadar besi pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap seminggu sekali yaitu pada tanggal 15, 20, 25 Januari dan 03, 08 Februari 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1: Hasil Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan Kadar Besi yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 15 Januari 2010 0,860 0,028

2 20 Januari 2010 0,957 0,074

3 25 Januari 2010 1,384 0,029

4 03 Februari 2010 0,861 0,091

5 08 Februari 2010 0,610 0,043

Untuk pemeriksaan kadar besi pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 590 nm. Besi dalam sampel bereaksi dengan penambahan TPTZ iron reagen powder pillow yang berisikan sodium metabisulfite, citric acid, monosodium salt, sodium hydrosulfite, dan sodium thiosulfate, lalu didiamkan selama 3 menit. Larutan blanko dan larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 590 nm.

Kadar besi pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Menurut peraturan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kadar maksimum besi pada air reservoir


(3)

adalah 0,3 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar besi dari air reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan. Air baku adalah air yang tidak mengalami proses pengolahan. Dari data pada Tabel 4.1 terlihat bahwa kadar besi yang diperoleh pada air baku lebih tinggi dibandingkan dengan kadar besi yang terdapat pada air reservoir. Kadar besi yang terkandung pada air reservoir sudah memenuhi syarat dikarenakan telah melewati proses pengolahan mulai dari proses penyaringan, fisika dan biokimia, pembentukan flok, koagulasi, flokulasi, dan pengendapan, filtrasi, desinfeksi serta penetralan pH yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih.

4.2 Pemeriksaan kadar seng

Hasil pemeriksaan kadar seng pada air baku dan air reservoir Sungai Deli di

Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua yang dilakukan setiap sebulan sekali yaitu pada tanggal 20 Januari dan 08 Februari 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2: Hasil Pemeriksaan Kadar Seng (Zn) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua

No Tanggal

Pemeriksaan

Kadar Seng yang Diperoleh (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 20 Januari 2010 0,02 0,03

2 08 Februari 2010 0,08 0,08

Untuk pemeriksaan kadar seng pada air reservoir Sungai Deli telah dilakukan

pengujian dengan menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 620 nm. Seng dalam sampel bereaksi dengan penambahan zincover 5 reagen powder pillow yang berisikan boron oxide, sodium ascorbate, potassium cyanide, dan potassium borat dan ketika berikatan dengan sianida akan membentuk seng kompleks. Dan pada penambahan cyclohexanon menyebabkan pembebasan


(4)

seng. Seng bereaksi dengan benzena 2-carboxy-2’-hydroxy-5’-sulfoformazyl (zincon) akan terbentuk warna biru, lalu diamkan selama 3 menit. Larutan blanko dan larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 620 nm.

Kadar seng pada air reservoir yang diperoleh dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Dan menurut peraturan Menkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan kadar maksimum seng pada air reservoir adalah 3,0 mg/L. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar seng dari air reservoir memenuhui syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang diperbolehkan.

Dari data pada Tabel 4.2 terlihat bahwa kadar seng yang diperoleh pada air baku hampir sama dengan kadar seng yang diperoleh pada air reservoir. Jadi tidak terdapat perbedaan kadar seng yang signifikan.

Menurut Sutrisno (1987), batas tertinggi konsentrasi seng menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Menkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 harus dibawah 3,0 mg/L, konsentrasi tersebut tidak dapat menimbulkan rasa. Karena pada kadar lebih dari 3,0 mg/L, seng dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Dari hasil pemeriksaan besi (Fe) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar besi dalam air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar maksimum yang diijinkan adalah 0,3 mg/L.

- Dari hasil pemeriksaan seng (Zn) yang diperoleh, menunjukkan bahwa air reservoir Sungai Deli memenuhi persyaratan kadar seng dalam air minum (Kepmenkes No. 907/Menkes/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002), dimana kadar maksimum yang diijinkan adalah 3,0 mg/L.

- Air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran

- Diharapkan agar masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan kebersihan sumber-sumber air di lingkungan sekitar.

- Diharapkan kepada pihak instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua untuk tetap meningkatkan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan, serta menjaga peralatan yang digunakan agar tetap bersih dan layak digunakan.

- Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua agar melengkapi alat-alat untuk uji mikrobiologi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 221-222, 225, 259.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., dan Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 809.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Bogor: UI-Press. Hal. 153.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 251-256.

Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM-Press. Hal. 81-82, 108, 114, 117.

Supardi, I. (1985). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Penerbit Alumni. Hal. 174-175.

Suratmo, F.G. (1995). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal. 219.

Sutrisno, C. T. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal. 13-19.

Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Hal. 105.

Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi. Hal. 209, 227, 303, 314-315.