Ruang Lingkup Penelitian Jenis Dan Sumber Data Pengolahan Data Model Analisis Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke Amerika. Dengan variabel penelitiannya adalah volume ekspor karet Indonesia, produksi karet alam Indonesia, harga karet alam dunia, nilai kurs dan GDP Amerika.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu triwulanan mulai dari triwulan pertama tahun 2002 sampai triwulan keempat tahun 2011, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer SPSS ver. 19 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam tesis ini.

3.4 Model Analisis

Model analisis yang akan digunakan merupakan model ekonometrik dengan menggunakan teknik analisis Ordinary Least Square OLS. Adapun model persamaan penelitian ini dapat difungsikan sebagai berikut : Ekspor = f produksi karet, harga karet alam, kurs dan GDP Amerika . .... 1 Adapun model persamaannya dengan menggunakan pendekatan first different adalah sebagai berikut : ∆EK t = β + β 1 ∆Prod t + β 2 ∆Hrg t + β 3 ∆Kurs t + β 4 ∆GDP t + ε t .................. 2 Dimana : ∆EK = Perubahan Volume ekspor karet Indonesia ∆Prod = Perubahan Produksi karet alam Indonesia ∆Hrg = Perubahan Harga karet alam dunia ∆Kurs = Perubahan Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ∆GDP = Perubahan Gross Domestik Produk Amerika β = Intersep β 1 – β 4 = koefisien regresi t = Triwulan 1, 2, ..., 39 ε = Kesalahan pengganggu 3.5 Uji Asumsi Klasik 3.5.1 Uji Normalitas Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians infinitif ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar. Hasil pendugaan yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS akan menghasilkan nilai dugaan yang not meaningful tidak berarti. Hal ini mengindikasikan bahwa uji F dan t terhadap parameter pendugaan tidak mempunyai nilai. Hasil Penelitian yang memiliki ragam yang besar membuat hasil pendugaan tidak efektif, namun hasil uji F dan t terhadap parameter penduga masih memiliki nilai Verbeek et. al, 2000 dan Thomas, 1997. Di dalam program SPSS salah satu metode untuk melihat enormalan data adalah dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Dimana Kolmogorov-Smirnov test mempunyai distribusi derajat bebas dua. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov test lebih besar dari nilai α = 5 persen, maka tolak hipotesis nul yang berarti data berdistribusi normal. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov test lebih kecil dari nilai α = 5 persen, maka terima hipotesis nul yang berarti data tidak berdistribusi normal. Sedangkan pendekatan lain adalah dengan cara melihat gambar grafik, dimana semakin dekat titik-titik data kepada garis kenormalan maka dapat disimpulkan bahwa data telah berdistribusi normal.

3.5.2 Uji Multikolinieritas

Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti diantara beberapa variable atau semua variable independen dalam model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variable independen dalam model. Ada beberapa model untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas. Untuk mendeteksi multikolinearitas digunakan uji pada variable-variabel bebas dengan pengukuran terhadap Varian Inflatio Factor VIF dan Tolerance Tol apabila nilai VIF berada di bawah 10 dan nilai Tol berada di atas 1 dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung multikolinearitas Gujarati, 2003.

3.5.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Dengan kata lain, autokorelasi akan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Adapun alat penguji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah : Durbin-Watson test D-W test DW test dapat dirumuskan sebagai berikut : ∑ ∑ = = − − = n t t n t t t e e e d 1 2 2 2 1 Di dalam pengujian autokorelasi ini, maka terlebih dahulu harus ditentukan besarnya nilai kritis dari d U dan d L berdasarkan jumlah pengamatan dan variabel bebasnya. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : H : ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi H a : ρ ≠ 0, ada gejala autokorelasi Dengan kriteria sebagai berikut : H diterima jika d U d 4 – d U , Artinya data pengamatan tidak terdapat gejala autokorelasi. H ditolak jika d d L atau d 4 – d L , Artinya data pengamatan memiliki gejala autokorelasi. Tidak ada kesimpulan jika d L ≤ d ≤ d U atau 4 – d U ≤ d ≤ 4 – d L , Artinya Uji Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti terhadap ada atau tidaknya gejala autokorelasi pada data pengamatan. 3.6 Uji Kesesuaian Model 3.6.1 Koefisien Determinan R Square Koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel bebas memberikan penjelasan mengenai variabel terikat. Dimana jika R 2 = 0, artinya variabel-variabel bebas tidak dapat menerangkan hubungan terhadap variabel terikat. Sedangkan jika R 2 = 1, artinya variabel-variabel bebas mampu menerangkan hubungan terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji t uji parsial

Merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 . Nilai t hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut ini : 1 1 Sb b b t hitung − = dimana : b 1 = Koefisien variabel bebas ke 1 b = Nilai hipotesis nol Sb 1 = Simpangan baku dari variabel bebas ke 1 Berdasarkan Uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : H o : β i = 0 H a : β i ≠ 0 Dengan kriteria sebagai berikut : H o diterima jika t hitung t tabel Artinya ada variabel independen yang tidak secara nyata mempengaruhi variabel dependen. H o ditolak jika t hitung t tabel Artinya ada variabel independen yang secara nyata mempengaruhi variabel dependen.

3.6.3 Uji F uji serempak

Merupakan pengujian untuk melihat seberapa besar variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini juga dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 . Nilai F hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut ini : k n R k R F hitung − − − = 2 2 1 1 dimana : R 2 = Koefisien determinan k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : H o : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 H a : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 ≠ 0 paling sedikit satu variabel Dengan kriteria sebagai berikut : H o diterima jika F hitung ≤ F tabel Artinya seluruh variabel independen tidak secara nyata mempengaruhi variabel dependen. H o ditolak jika F hitung F tabel Artinya seluruh variabel independen secara nyata mempengaruhi variabel dependen.

3.7 Definisi Operasional

1. Ekspor karet Indonesia merupakan total volume ekspor karet Indonesia yang telah berangkat dari seluruh pelabuhan tujuan ekspor dalam satuan metrik ton. 2. Produksi karet alam Indonesia merupakan hasil keseluruhan produksi perkebunan karet di Indonesia selama satu periode dalam satuan ribu ton. 3. Harga karet alam dunia merupakan harga penjualan karet alam yang tercatat di bursa pasar karet dunia di Singapura dan Tokyo dalam satuan US Dollar100 gr. 4. Kurs merupakan nilai tukar tengah Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika dalam satuan rupiah. 5. Gross Domestik Produk Amerika merupakan pendapatan seluruh elemen perekonomian di negara Amerika Serikat dalam satuan milyar US Dollar.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan ditampilkan nilai dari seluruh variabel penelitian dalam bentuk tabel dan grafik sehingga akan terlihat perkembangan variabel penelitian tersebut selama periode penelitian.

4.1.1 Volume Ekspor Karet Indonesia

Perkembangan volume ekspor karet Indonesia selama periode penelitian secara umum menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini menunjukkan perbaikan perekonomian Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis moneter pada periode 1997-1998. Sehingga dengan adanya peningkatan ekspor karet ini diharapkan terjadinya peningkatan perbaikan taraf hidup petani karet secara umum dan akan memberikan dampak yang positif terhadap pemerataan distribusi pendapatan kepada seluruh elemen rakyat Indonesia. Adapun tabel perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun 2007- 2011 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia Metrik Ton Kuartal Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 I 2.409,00 1.855,63 2.275,50 2.381,63 4.004,29 II 2.333,00 1.945,88 2.326,50 2.497,88 3.348,76 III 2.257,00 2.036,13 2.377,50 2.614,13 2.693,24 IV 2.181,00 2.126,38 2.428,50 2.730,38 2.037,71 Jumlah 9.180,00 7964,02 9408 10224,02 12084 Sumber : BPS Indonesia Data diolah. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa volume ekspor karet Indonesia terendah terjadi pada kuartal pertama tahun 2008 yang berjumlah 1.855 metrik