Tugas Perkembangan Masa Remaja REMAJA PUTRI

dewasa. Masa remaja dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai juga dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.

2.3.6 Tugas Perkembangan Masa Remaja

Kay W, dalam Jahja 2011 mengatakan bahwa terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada masa remaja, yaitu: a Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya b Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur yang mempunyai otoritas c Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. d Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya e Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. f Memperkuat self-control kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup. Weltan-schauung g Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri sikapperilaku kekanak-kanakan. Universitas Sumatera Utara

2.3.7 REMAJA PUTRI

Menurut Kartono 1992 masa pubertas sebenarnya masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi masa pubertas lanjut. Masa pubertas mulai kurang lebih usia 14 tahun; namun bagi anak perempuan pada umumnya terjadi lebih awal daripada anak laki-laki. Dan akan berakhir pada usia kurang lebih usia 17 tahun. Sedangkan masa adolesensi diperkirakan mulai usia 17 tahun sampai sekitar 19-22 tahun. Kematangan seksual kematangan fisik yang normal pada umumnya berlangsung pada usia 11-18 tahun; ada kalanya berlangsung lebih cepat ataupun lebih lambat. Sebab dari percepatan atau pun kelambatan itu belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun ada pendapat yang mengatakan, bahwa peristiwa ini disebabkan oleh pengaruh ras, iklim setempat, cara hidup. Kematangan seksual berupa kematangan kelenjar kelamin yaitu testis pada anak laki-laki dan ovarium pada anak wanita, serta membesarnya alat-alat kelaminnya ciri kelamin primer. Sebelumnya, peristiwa ini didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder yaitu: gangguan peredaran darah, berdebar-debar, mudah capai, dan kepekaan yang meninggi dari sistem syaraf; pertumbuhan rambut pada alat kelamin dan perubahan suara Kartono, 1992. Beberapa sifat khusus kewanitaan yang banyak dituntut oleh masyarakat yaitu: keindahan, kelembutan dan kerendahan hati. Keindahan psikis wanita yang sangat dihargai antara lain: kehalusan, keramahan, keriangan tidak bermuka asam, humeur atau suasana hati yang positif, kelembutan, dan “tidak jahat”. Universitas Sumatera Utara Apabila sifat-sifat positif ini tidak dimiliki seorang wanita maka wanita yang bersangkutan disebut sebagai “tidak menarik” Kartono, 1992. Kelembutan itu mengandung unsur kehalusan; selalu menyebar iklim psikis yang menyenangkan. Di samping itu kelembutan juga diperlukan untuk “membantali” kekerasan, kesakitan dan kepedihan atau duka nestapa. Sedangkan kerendahan hati itu artinya tidak angkuh, tidak mengunggulkan diri sendiri; tetapi selalu bersedia mengalah, dan berusaha memahami kondisi pihak lain. Ciri khas kewanitaan lainnya yaitu: memelihara open, besorgend yang kemudian dikembangkan menjadi tuntutan etis, sebab bersumber dari cinta-kasih tanpa pamrih, disertai pengorbanan sering juga pengorbanan diri dan atau penyerahan diri Kartono, 1992. Sesungguhnya ada perbedaan esensial pada karakter wanita dewasa dan pria dewasa yang telah diakui sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Perbedaan-perbedaan fundamental tersebut antara lain: a Betapa pun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita, namun pada intinya wanita itu hampir tidak pernah tertarik secara menyeluruh pada soal-soal teroritis seperti pada laki-laki. b Kaum wanita lebih praktis, labih langsung, dan labih meminati segi kehidupan konkrit, serta segera. c Wanita pada umumnya sangat bergairah, vivid dan penuh vitalitas hidup karena itu wanita tampak lebih spontan dan impulsif. d Wanita pada hakekatnya lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial karena itu lebih ditonjolkan sifat kesosialannya. Universitas Sumatera Utara e Wanita lebih banyak mengarah keluar, kepada subjek lain. f Kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atu lebih self-oriented. g Menurut professor Heymans dalam Kartono 1992, perbedaan antara laki- laki dan wanita terletak pada sifat-sifat sekundaritas, emosionalitas, dan aktivitas dari fungsi-fungsi kejiwaan. Pada wanita, fungsi sekunderitasnya tidak terletak pada bidang intelek, akan tetapi pada perasaan. Oleh karena itu nilai perasaan dan pengalaman-pengalamannya jauh lebih lama mempengaruhi struktur kepribadiannya. h Kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah politik; terlebih-lebih politik yang menggunakan cara-cara licik, munafik, dan kekerasan. i Wanita juga sangat peka terhadap nilai-nilai estetis. j Dalam kehidupan sehari-hari, wanita lebih aktif dan tegas. Jika seorang wanita telah memilih sesuatu dan telah memutuskan untuk melakukannya, maka tidak banyak berbimbang hati melakukan langkah-langkah selanjutnya. k Pada kaum pria terdapat garis pemisah yang jelas antara kehidupan indriawi, dan kehidupan intersse pribadi dengan tugas kewajiban yang formal sehari-hari. l Kesatuan totalitas dari tingkah laku wanita itu bukan terletak pada kesadaran obyektif menuju pada suatu tujuan; akan tetapi lebih terletak pada kehidupan perasannya. m Wanita umumya labih akurat dan lebih mendetil. Universitas Sumatera Utara n Perbedaan lain antara kaum pria dan wanita dalam hal aktivitasnya ialah: wanita lebih suka menyibukkan diri dengan berbagai macam pekerjaan ringan Kartono, 1992. 2.4 PANTI ASUHAN 2.4.1 Defenisi Panti Asuhan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 2 19

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 3 11

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 5 5

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN.

1 10 102

Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENERIMAAN DIRI 2.1.1 Defenisi Penerimaan Diri - Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua

0 0 27

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI REMAJA PUTRI DI PANTI ASUHAN SANTA ANGELA DELI TUA

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI PURWOKERTO

0 1 14