Ciri Individu yang Memiliki Kemampuan Bersosialisasi Aspek-Aspek Kemampuan Bersosialisasi

kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama yang digunakan untuk menilai orang lain. Penerimaan bergatung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yaitu sindrom penerimaan yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari kelompok besar yang diidentifikasinya. f Nilai baru dalam memilih peminpin Karena remaja merasa bahwa kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan peminpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang-orang lain dan dengan demikian akan menguntungkan mereka. Faktor utama yang terpenting dalam kepeminpinan adalah kepribadian. Peminpin harus lebih bertanggung jawab, lebih ekstrovert, lebih bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih dapat mengambil inisiatif dengan yang bukan peminpin. Emosinya stabil, penyesuaian dirinya baik, orang yang berbahagia dan hanya mempunyai sedikit kecenderungan neurotik.

2.2.3 Ciri Individu yang Memiliki Kemampuan Bersosialisasi

Berdasarkan uraian WHO 1989 dalam Purba, 2009 tentang ketidakmampuan bersosialisasi maka dapat diasumsikan bahwa ciri individu yang mampu bersosialisasi adalah individu dapat melakukan aktivitas yang biasa antara lain: dapat makan dan minum sendiri, menjaga kebersihan diri, memakai pakaian sendiri, mengerti instruksi yang disampaikan, mudah mengekspresikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya, mengerti gerakan dan tanda-tanda untuk komunikasi, Universitas Sumatera Utara mampu menggunakan tanda-tanda dan gerakan-gerakan untuk komunikasi yang dimengerti oleh orang lain, dapat berkomunikasi dengan berbicara dan menggunakan bahasa dengan individu lain di sekelilingnya, ikut bergabung dalam aktivitas keluarga, turut melakukan aktivitas dalam masyarakat, mampu bekerja, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2.2.4 Aspek-Aspek Kemampuan Bersosialisasi

Menurut Kuntjoro 1989, dalam Purba, 2009 aktivitas individu yang memiliki kemampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu a. Tingkah laku yang berhubungan dengan kegiatan kebutuhan hidup sehari-hari activity daily living= ADL, b. Tingkah laku sosial dan c. Tingkah laku okupasional yang dapat, dijabarkan sebagai berikut: a. Activity Daily Living ADL Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari- hari yang meliputi: 1 Bangun tidur, yaitu semua tingkah lakuperbuatan individu sewaktu bangun tidur. 2 Buang air besar BAB dan buang air kecil BAK, yaitu semua bentuk tingkah lakuperbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK. 3 Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi. 4 Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian. Universitas Sumatera Utara 5 Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum. 6 Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain. 7 Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana individu mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakanmenaruh benda tajam sembarangan, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif. 8 Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang individu untuk pergi tidur. b. Tingkah laku sosial Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial individu dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi 1 Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku individu untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama individu, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya. 2 Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku individu untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya. 3 Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap individu sewaktu berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara 4 Bergaul, yaitu tingkat laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok lebih dari dua orang. 5 Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit. 6 Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain. 7 Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku individu yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang sampah sembarangan dan sebagainya. c. Tingkah laku okupasional Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kegiatan seseorang untuk melakukan pekerjaan, hobby dan rekreasi sebagai salah satu kebutuhan kehidupannya yang meliputi: 1 Tertarik pada kegiatanpekerjaan, yaitu timbulnya rasa tertarik untuk berbuat sesuatu, baik berupa pekerjaan, hobi dan rekreasi, seperti menyapu, membantu orang lain, bermain, menonton dan sebagainya. 2 Bersedia melakukan kegiatanpekerjaan, yaitu bentuk kegiatan yang dilakukan individu untuk bekerja, berekreasi, melaksanakan hobi atau melakukan kegiatan positif lainnya, seperti sembahyang dan membaca. 3 Aktifrajin melakukan kegiatan atau pekerjaan, yaitu tingkah laku individu yang bersedia melakukan kegiatan dengan menunjukkan keaktifankerajinannya. Universitas Sumatera Utara 4 Produktif dalam melakukan kegiatan, yaitu adanya hasil perbuatan yang dapat diamatiobservasi, baik kualitas maupun kuantitasnya. 5 Terampil dalam melakukan kegiatanpekerjaan, yaitu sejauhmana individu memiliki kemampuan, kecakapan dan keterampilan dalam melakukan tindakannya wajar, tidak kaku, enak dilihat orang sehingga tidak menimbulkan rasa khawatir bagi petugasorang lain. 6 Menghargai hasil pekerjaan dan milik pribadi, yaitu tingkah laku individu untuk menghargai punya tenggang rasa terhadap hasil pekerjaannya sendiri dan hasil pekerjaan orang lain. 7 Bersedia menerima perintah, larangan dan kritik, yaitu sikap dan perbuatan individu terhadap perintah, larangan maupun kritik dari orang lain. Sikap dan perbuatan tersebut berupa reaksi individu bila diperintahdisuruh, dilarangdikritik, reaksi tersebut dapat lambat, cepat, menolak, tak mengindahkan dan sebagainya.

2.2.5 Tahap-tahap Sosialisasi Menurut Mead G.H dalam Abdullah, 2006 menjelaskan bahwa proses

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 2 19

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 3 11

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 5 5

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN.

1 10 102

Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENERIMAAN DIRI 2.1.1 Defenisi Penerimaan Diri - Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua

0 0 27

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI REMAJA PUTRI DI PANTI ASUHAN SANTA ANGELA DELI TUA

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI PURWOKERTO

0 1 14