Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

26 dasar dalam pembuatan ontbijtkoek akan dapat meningkatkan nilai gizi sehingga baik dikonsumsi sebagai makanan selingan untuk menambah kebutuhan gizi dalam tubuh. 2.3.3. Aspek Ekonomi Dilihat dari aspek ekonomi sebagai peluang sumber penghasilan atau pendapatan keluarga dengan peberdayaan masyarakat disekitar areal atau wilayah tersebut, akan meningkatkan taraf hidup petani sagu. Salah satunya dengan dimanfaatkan tepung pati sagu dalam pembuatan “Onbitjkoek” diharapkan dapat mengangkat pangan lokal dan sebagai keanekaragaman pangan. 2.3.4. Aspek kesukaan Dilihat dari aspek kesukaan kemungkinan ontbijtkoek dengan campuran tepung pati sagu dan tepung terigu disukai oleh konsumen. Saat ini konsumen menyukai produk-produk baru khususnya pada produk makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi. Pembuatan ontbijtkoek dengan bahan dasar tepung pati sagu ini dapat meningkatkan nilai gizi ontbijtkoek sehingga konsumen menyukainya.

2.8. Kerangka Berfikir

Ontbijtkoek merupakan boluyang sudah memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya ontbijtkoek di toko-toko yang menjual makanan kecil. Gambaran tersebut menandakan bahwa ontbijt koek sudah 27 dikenal dimasyarakat. Ontbijtkoek disukai karena warna, aroma, rasa dan teksturnya yang berpori lembut serta ringan. Bahan utama dari pembuatanontbijtkoek yaitu tepung terigu lunak atau yang mempunyai kandungan protein 8 – 9 . Tepung terigu terbuat dari biji gandum, selama ini masyarakat masih tergantung dengan tepung terigu yang masih import pada negara lain. Oleh karena itu tepung terigu relatif mahal. Atas dasar pertimbangan tersebut peneliti berupanya untuk mengangkat produk pangan lokal yaitu sagu yang diolah menjadi tepung. Sagu merupakan salah satu hasil pangan lokal yang mudah didapat dan jumlahnya melimpah pada saat panen. Selama ini pemanfaatan tepung sagu sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contohnya, penduduk asli Papua secara turun temurun menggunakan tepung pati sagu utnuk di olah menjadi makanan pokok, seperti, papeda yang merupakan asupan karbohidrat dan mengkombinasikan dengan ikan laut atau daging protein dan, tumis kangkung di campur dengan bunga pepaya untuk mendapatkan gizi seimbang. Tepung pati sagu adalah batang sagu yang dihilangkan sebagian kadar airnya, yang dibuat secara langsung, bagian yang dimanfaatkan dari tanaman sagu adalah batangnya. Batang dipotong, diambil isinya kemudian diperas dan diambil tepungnya pati sagu. Tepung pati sagu memiliki kesamaan dengan tepung terigu yaitu mengandung karbohidrat tetapi tepung pati sagu rendah protein. Karena dalam 28 pembuatan ontbijtkoekmenggunakan tepung terigu yang berprotein rendah maka dimungkinkan tepung pati sagu dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam pembuatan ontbijtkoek. Dengan dibuatnya tepung pati sagu sebagai bahan dasar dalam pembuatan ontbijtkoek dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu dan dapat mengangkat pangan lokal. Permasalahannya adalah bagaimana kualitas ontbijtkoek dengan bahan dasar tepung pati sagu ditinjau dari rasa, warna, aroma, dan tekstur. Oleh karena itu perlu dilakukan eksperimen pembuatan ontbijtkoek dengan bahan dasar tepung pati sagu dengan persentase 100, 80 dan 60. Setelah itu dilakukan pengujian secara inderawi, yaitu untuk mengetahui kualitas ontbijtkoek dilihat dari aspek rasa, warna, aroma dan tekstur. Kemudian dilakukan pengujian terhadap produk melalui uji organoleptik dan uji laboratorium. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka berfikir sebagai berikut: 29 Skema 1.1 Kerangka berfikir ONTBIJTKOEK

2.10. HIPOTESIS