Sejarah Pers Pada zaman pemerintahan Caiyus Julius Caesar 100 – 44 SM di negara Romawi,

Sebagai media pendidikan : pers memuat berbagai tulisan yang mengandung pengetahuan, informasi ilmiah, opini sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan ilmunya Sebagai media hiburan : pers memuat berbagai artikel, cerita dan informasi tentang berbagai hiburan, seperti cerpen, cerita bersambung, cerita bergambar, ulasan tentang kesenian, kebudayaan, karikatur, teka teki silang Sebagai media kontrol sosial : pers dapat melakukan kontrol sosial berupa : 1. social participation keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan, 2. social responsibility pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat, 3. social suport dukungan rakyat terhadap pemerintah, 4. social control kontrol masyarakat terhadap tindakan – tindakan pemerintah.

4. Sejarah Pers Pada zaman pemerintahan Caiyus Julius Caesar 100 – 44 SM di negara Romawi,

pada suatu saat Dewan Senat mengeluarkan undang-undang hasil rapat Senat, mengingat jumlah rakyat demikian banyaknya dan perlu mengetahui informasi dari hasil rapat Senat maka dipancangkan beberapa papan tulis putih di depan Gedung Dewan Senat dan di lapangan terbuka di tempat keramaian rakyat berkumpul, untuk tempat pengumuman- pengumuman resmi. Papan-papan itu menurut isinya dapat dibedakan atas dua macam yaitu 1. Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang sidang-sidang Senat dan hasil-hasil keputusannya. Ada anggapan bahwa hasil sidang Dewan Senat yang berupa undang-undang atau keputusan baru dianggap resmi setelah diumumkan dalam Acta Senatus. 2. Acta Diurna Populi Romawi berisikan keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita-berita lainnya. Acta diurna merupakan alat propaganda pemerintah Romawi yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui oleh rakyat menurut penilaian pemerintah Romawi Pada zaman Romawi untuk pertama kalinya dikenal adanya para wartawan yang terdiri dari para budak belian yang oleh pemilik budak diberi tugas mengumpulkan informasi- informasi, berita-berita dan bahkan juga menghadiri sidang-sidang Senat dan melaporkan semua hasilnya dengan secara lisan maupun secara tertulis. Kalau pemilik budak ini sedang bertugas atau bepergian di daerah, budak ini selalu mengusahakan dan mengirim berita-berita yang terjadi di kota Roma, maksudnya agar Tuannya selalu dapat mengikuti berita atau kejadian-kejadian di kota Roma. Demikian pula halnya dengan pemilik budak yang sedang bertugas di kota Roma, mempunyai petugas-petugas berupa budak-budak di daerah-daerah yang bertugas mengirimkan berita-berita dan kejadian-kejadian yang terjadi di daerah. Banyak di antara budak-budak atau orang-orang yang diberi tugas sebagai pengumpul berita yang selanjutnya mereka bekerja sama saling memberi informasi tentang berita yang diperolehnya dan untuk selanjutnya melaporkannya kepada yang memberi tugas. Nafsu untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan pengetahuan agar dapat melebihi orang lain, menimbulkan keinginan untuk mengetahui semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di segala penjuru dunia. Niccolo Macchiavelli dalam masa pembuangannya di suatu desa terpencil di Italia, supaya dia dapat selalu mengikuti perkembangan-perkembangan politik, dia selalu berkirim surat kepada teman-temannya yang berada di Romawi, tetapi dia tidaklah puas dengan hanya isi surat tersebut, untuk itu Niccolo Macchiavelli kemudian menghubungi dan berbicara dengan para musafir-musafir yang menginap di losmen-losmen untuk menanyakan berita-berita dari kota-kota, dari desa-desa dan negara-negara mereka dan berita- berita selama dalam perjalanan, dari musafir inilah dia memperoleh berita-berita tentang berbagai peristiwa yang dilihat, didengar dan dialaminya sendiri oleh para musafir disepenjang perjalanannya, kecepatan tersiarnya berita dari musafir ini sangat pesat sekali, karena jalan umum yang mereka lalui sangat ramai sehingga berita-berita yang disampaikan dari mulut kemulut dan diceritakan oleh seorang musafir yang baru datang dan menginap di losmen juga sempat didengar oleh musafir lainya, sehingga penyebaran berita sangat cepat dan meluas. Orang-orang Romawi yakin bahwa penyebaran-penyebaran berita itu dilakukan dengan pertolongan salah satu dewa mereka yang mereka namakan Fama. Berita yang dibawa oleh para musafir kebanyakan merupakan berita bualannya saja, tetapi dengan bualannya ini dapat merangsang saraf sehinga rakyat merasa bangga karena mereka yakin telah memperoleh berita penting yang luar biasa. Musafir pembual merupakan asal muasal surat kabar sensasional. Secara garis besarnya perkembangan peranan pers di Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai pada masa reformasi dapat digambarkan sebagai berikut : 1. 1945-1950, peranan pers : sebagai alat mempertahankan kemerdekaan dan patriotisme nasional 2. 1950-1959, peranan pers : sebagai pranata sosial masyarakat demokrasi yang bebas sesuai dengan sistem liberal berdasarkan UUDS 1950 3. 1959-1965, peranan pers : sebagai alat propaganda politik ideologi Nasakom dan alat revolusi, alat penggerak massa, pengawal revolusi, pers sosialis Pancasila 4. 1966-1998, peranan pers : sebagai pranata sosial yang melembaga di bawah ideologi Pancasila dan UUD 1945 5. 1998-sekarang, peranan pers : 1. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, 2. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak azasi manusia, serta menghormati kebhinekaan, 3. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar, 4. melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, 5. memperjuangkan keadilan dan kebenaran I. INDIKATOR : - Mendeskripsikan pers yang bebas dan bertanggung jawab - Menyebutkan dasar hukum dari kemerdekaan pers sebagai wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum - Mendeskripsikan pengertian dari kode etik jurnalistik menurut UU. No. 40 Tahun 1999 - Menganalisis kebebasan berdasarkan kode etik jurnalistik. yang tidak boleh dilakukan oleh seorang jurnalis

B. Pers Yang Bebas Bertanggung Jawab