1
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatanm erupakan wujud upaya untuk
memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Salah satu cara untuk mewujudkan sumber daya manusia yang produktif adalah dengan memperhatikan tingkat kesehatan bayi. Gizi buruk dan angka
kematian bayi merupakan indikator yang sangat penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Laporan dari WHO 2013 mengatakan bahwa
kematian balita di seluruh dunia masih mencapai 6,3 juta anak dan 83 dari balita tersebut meninggal karena infeksi dan kekurangan gizi.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia 2012, angka kematian bayi dibawah lima tahun di Indonesia pada tahun 2012 masih mencapai 43, dan
khusus di provinsi Sumatra Utara mencapai 54. Hal ini menunjukkan keadaan yang memprihatinkan dan sangat diperlukan upaya yang serius dan segera untuk
mengatasi hal tersebut. Sebagian kecil angka kematian bayi sebenarnya dapat dicegah dengan
tindakan yang relatif murah dan mudah dilakukan baik oleh tenaga kesehatan maupun keluarga bayi sendiri. Salah satunya adalah manajemen laktasi yang baik
Universitas Sumatera Utara
melalui pemberian Air Susu Ibu ASI segera setelah lahir dan dilanjut dengan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan setelah kelahiran.ASI merupakan
makanan yang mencukupi semua unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, imunisasi, antialergi
serta antimflamasi.Purwanti, 2004 Pelaksanaan pemberian ASI sangat mendukung beberapa tujuan MDGs
Millenium Development Goals yaitu 8 butir tujuan pembangunan milenium yang sudah disepakati 189 negara PBB yang mulai dijalankan pada tahun 2000.
Dari kedelapan butir tujuan tersebut, ada 3 butir tujuan yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan saling ketergantungan bahkan sangat berkaitan
dengan pemberian ASI. Tujuan pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Tujuan ini dapat kita capai dengan pemberian ASI karena ASI
merupakan makanan dengan zat gizi terbaik untuk kelangsungan hidup anak yang murah bahkan gratis. Tujuan selanjutnya adalah mengurangi angka kematian
bayi. Edmon2006 dalam Roesli, 2008 menunjukkan bahwa 22 kematian neonatus dapat dicegah bila bayi melakukan IMD sejam setelah kelahiran.
Pemberian ASI dini dapat menurunkan terjadinya hypothermi pada bayi sehingga mengurangi resiko kematian bayi. Tujuan terakhir adalah meningkatkan angka
kesehatan ibu. Pemberian ASI segera setelah lahir akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin lebih banyak. Hormon ini bekerja
merangsang otot polos rahim untuk terus berkontraksi bahkan akan berkontraksi lebih kuat. Hal ini dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum yang dapat
mengurangi angka anemia pada ibu setelah bersalin Purwanti, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Para ahli berpendapat bahwa ASI akan semakin bermanfaat bila bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan pertama hidupnya tanpa adanya makanan
pengganti ASI. Pemberian ASI ini disebut dengan pemberian ASI Eksklusif Depkes RI 2003. Memberi ASI secara eksklusif berarti memberi keuntungan
bagi semuanya, bayi lebih sehat, cerdas dan berkepribadian baik, ibu lebih sehat dan masyarakat serta negara juga mendapat keuntungan Roesli, 2000.
Pemberian ASI Eksklusif melalui program manajemen laktasi sebenarnya sangat bermanfaat dan memberi dampak bagi ibu dan keluarga, bahkan sudah
memiliki legitimasi yang harus ditaati. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Menurut WHO 2012 dalam Kementrian
Kesehatan, 2012, persentase pencapaian ASI Eksklusif secara global pada tahun 2012 adalah 37, masih jauh dari angka target yang ingin dicapai yaitu 50.
Secara nasional persentase pencapaian ASI Eksklusif pada tahun 2013 sudah mencapai 54,3. Meskipun demikian, Kemenkes masih perlu berjuang agar
semua provinsi di Indonesia mencapai target pemberian ASI Eksklusif, karena dari 33 provinsi di Indonesia, hanya 19 provinsi sudah mencapai angka nasional.
Provinsi Sumatra Utara sendiri masih mencapai angka 41,3. Kemenkes, 2014 Ibu mempunyai peranan dan tanggung jawab penting dalam pemberian Air
susu ibu ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang dilakukan oleh wanita yang sudah menjadi ibu. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa
harus membaca dan mempelajari buku tentang cara pemberian ASI. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi ternyata membuat pengetahuan mendasar seperti menyusui terkadang
Universitas Sumatera Utara
terlupakan sehingga sulit melakukan proses alamiah tersebut Roesli, 2000. Bahkan banyak ibu menggunakan cara berbeda dari yang disarankan ahli laktasi.
Bayi tidak menempelkan mulut dengan baik, bayi disusui berdasarkan jadwal, bahkan menggendong dengan posisi yang kurang tepat, sehingga diperlukan
usaha-usaha yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya dengan benar Newman Pitman, 2008.
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan juga ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada banyak alasan yang timbul sehingga ibu memutuskan
untuk tidak memberikan ASI Ekslusif. Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek 1995 diperoleh fakta bahwa ibu yang dapat memberikan ASI
eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5, padahal 98 ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9 dari ibu-ibu
tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4 ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif Roesli,
2000.Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004, ditemukan berbagai alasanibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada
bayinya, diantaranya produksi ASI kurang 32, ibu bekerja 16, ingin dianggap modern 4,masalah pada putting susu 28, pengaruh iklan susu
formula 16 dan pengaruh orang lain terutama suami 4 Depkes RI, 2005. PTPN IV Kebun Bah Butong merupakan salah satu unit kebun dari 30 unit
kebun yang tergabung dalam Perkebunan Nusantara IV PTPN IV yang terdapat di Sumatra Utara dan merupakan perkebunan teh terbesar yang dimiliki PTPN IV.
Perkebunan ini terletak di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun, 26 km
Universitas Sumatera Utara
dari Kota Pematangsiantar dan 155 km dari kantor pusat di kota Medan.Dari 436 ibu-ibu yang terdapat di desa tersebut, 123 diantaranya bekerja di wilayah
perusahaan PTPN IV Kebun Bah Butong dan sisanya berprofesi lain seperti guru, wirausaha dan ibu rumah tangga. Itu artinya 72 dari ibu tidak terlalu disibukkan
dengan pekerjaan mereka dan seharusnya mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayi mereka.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas serta mengingat betapa pentingnya pemberian ASI untuk bayi pada umur yang tepat, maka saya tertarik
untuk mengetahui bagaimana keadekuatan para ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong dalam pemberian ASI pada bayi mereka mengingat PTPN IV Kebun Bah
Butong merupakan unit kebun besar yang ada di Perkebunan Nusantara IV yang seharusnya memperhatikan kesehatan para ibu dan bayi terkhusus dalam hal
pemberian ASI. Apalagi, penelitian belum pernah dilakukan di tempat ini, sehingga belum diketahui sedikit pun bagaimana gambaran pemberian ASI oleh
ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana gambaran pemberian ASI oleh ibu dan
Manajemen Laktasi yang terlaksana di PTPN IV Kebun Bah butong ?
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI oleh ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah
Butong. 3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Untuk mengetahui gambaran waktu pemberian ASI yang dilakukan ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong.
3.2.2. Untuk mengetahui gambaran lamanya bayi mendapatkan ASI Eksklusif dan ASI tidak eksklusif di PTPN IV Kebun Bah Butong.
3.2.3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan manajemen laktasi oleh ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong mulai dari masa kehamilan,
segera setelah lahir dan pasca melahirkan. 4. Manfaat Penelitian
4.1. Pemerintahan Sebagai bahan masukan dan informasi tentang kondisi pemberian ASI
pada ibu yang dapat digunakan sebagai dasar menyusun kebijakan dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI dan manajemen laktasi.
4.2. Pelayanan Keperawatan Sebagai sumber masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
mengingatkan para
ibu betapa
pentingnya manajemen
laktasi danpemberian ASI untuk bayi.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Masyarakat Sebagai masukan bagi ibu untuk meningkatkan pemahaman tentang
pemberian ASI serta masukan bagi keluarga mengetahui pentingnya manfaat pemberian ASI.
4.4. Penelitian Keperawatan Sebagai tambahan referensi yang menunjang dan memperluas
pengetahuan dan wawasan mahasiswa keperawatan dan menjadi data tambahan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan pemberian ASI.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA