Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan Yang Dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

(1)

STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KARYAWAN YANG

DIRUMAHKAN PTPN IV BAH-BUTONG DALAM MEMPERTAHANKAN

SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA BAH-BUTONG 1

KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh:

DEDI SITUMORANG 070902054

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Dedi Situmorang

NIM : 070902054

ABSTRAK

STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KARYAWAN YANG DIRUMAHKAN PTPN IV BAH-BUTONG DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA BAH-BUTONG I KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN

SIMALUNGUN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 97 halaman, 13 tabel, 7 lampiran serta 16 kepustakaan) Indonesia merupakan salah satu Negara yang terkena dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008 silam, banyak perusahaan dan industri di Indonesia melakukan pengurangan karyawan dengan cara mem-PHK dan merumahkan sebagian dari karyawannya, hal ini dilakukan untuk memangkas atau meminimalisir biaya pengeluaran perusahaan sehingga perusahaan tidak terlalu merugi. Begitu juga dengan PTPN IV Bah-butong yang terkena dampak krisis ekonomi dunia, dimana perusahaan terpaksa mengambil langkah dengan merumahkan sebagian dari karyawannya untuk memangkas pengeluaran perusahaan. Akibat dari dirumahkan sebagian dari karyawannya tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap sosial dan ekonomi keluarga karyawan yang dirumahkan, awalnya dalam 1 keluarga memiliki 2 penghasilan yaitu suami dan istri yang bekerja setelah dirumahkan hanya suami saja yang dapat bekerja dan selanjutnya pasti akan mengakibatkan masalah ekonomi dan sosial dalam rumahtangga karyawan yang dirumahkan, karena disaat 2 orang saja yang bekerja penghasilan yang di dapat setiap bulannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka apalagi setelah salah satu dari mereka dirumahkan kehidupan rumahtangga mereka akan sangat serba kekurangan.

Dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan “populasi dan sample” melainkan “subjek penelitinya”. Istilah subjek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki. Yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan terpenting. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah menggunakan teknik bola salju atau snowball. Teknik pengambilan sample dengan bantuan key-informan dan dari informan tersebut akan berkembang sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa kehidupan sosial ekonomi karyawan yang dirumahkan sebagian besar begitu sangat memprihatinkan, dimana uang atau gaji yang diterima suami setiap bulannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial keluarga. Dari hal tersebut maka karyawan perkebunan yang dirumahkan melakukan strategi adaptasi rumahtangga dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga serta mencari pekerjaan lain untuk menambah pendapatan keluarga dengan menjadi BHL (Buruh Harian Lepas) di ladang milik toke atau tuan tanah yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, karyawan yang dirumahkan juga mengelola lahan kosong yang ada di tepi sungai menjadi ladang dan ditanami dengan pohon kopi ateng.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan Yang Dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Ayahanda tersayang M.Situmorang dan Ibunda tersayang T.Br Manullang, yang telah membesarkan dan mendidik saya serta kedua adik saya Samsul Riadi.Situmorang dan Wirman Situmorang yang menjadi penyemangat saya dalam menjalani tantangan hidup ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, secara khusus penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Khairani Siregar, Msp., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera.

3. Ibu Mastauli Siregar, Msi., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberikan dukungan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Bu’ karena selalu berbesar hati dalam membimbing saya.

4. Kepada Ibunda tersayang R.Br Manullang, nantulang L.Br Panjaitan dan namboru T.Br Siringo yang bersedia menjadi informan penulis dan telah membantu penulis dalam


(4)

penyelesaian skripsi ini. Kepada bapak kepala desa Bah-butong I Bapak Gemar dan Ibu Ningsih selaku Sekretaris Desa yang telah membantu penulis dalam melancarkan segala urusan dan memberikan informasi untuk melengkapi penulisan skripsi ini.

5. Kepada bapak Alm B. Sidabutar selaku Pejabat Humas di PTPN IV Bah-butong yang telah memberikan informasi yang di butuhkan penulis untuk menyelesaikan tulisan ini, semoga bapak ditempatkan ditempat yang terbaik disisiNya.

6. Kepada Pak tua dan Mak tua (Op Oswan) yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu menyelesaikan skripsi serta ito oswan dan lek oswan, ito hiras dan lek hiras, ito habel dan lek habel, ito lina pra marwan dan lain sebagainya yang tidak bisa disebutkan namanya secara keseluruhan.

7. Kepada Tulang dan Nantulang Mega, mak tua, uda lisma dan nanguda , bang manto dan seluruh keluarga yang selalu mendukung saya.

8. Kepada abang Miko.Situmorang dan keluarga yang selalu memacu saya untuk selalu memikirkan dan sadar tentang bagaimana hidup ini.

9. Terkhusus Kepada Ito sekaligus kakak Sellita Situmorang, SE., Terima kasih karena selalu memacu saya untuk selalu semangat menyelesaikan skripsi ini. Selalu jadi yang terbaik untuk dirimu sendiri dan orang-orang disekitarmu.

10.Buat teman-teman Kesos 07 (Rizwan, Manu, Andre.S.Sos, Petrus, alex.S.Sos, Ombarat, Sun-Sun, Septian.S.Sos, Lukas.S.Sos, dwi.S.Sos, Castri.S.Sos, kristina.S.Sos, dan teman-teman yang lainnya) thanks bro buat segalanya.

11.Buat seluruh Kader GMKI Koms FISIP USU, (bg Afta.S.Sos, bg rudi.S.Sos, bg Rony.S.Sos, lek bagor, josua, Forman S.Sos dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.

12.Buat adik-adik junior seperti Erlince, Riama, hendrik, appara josua, octo, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, terima kasih buat kebersamaannya selama ini.

13.Buat keluarga besar IMIKS doakan saya.

14.Buat orang-orang yang belum tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam memnyelesaikan skrpsi ini, saya ucapkan terima kasih dan sukses buat kita semua.


(5)

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendoakan semoga tuhan yang maha kuasa selalu memberikan berkat yang melimpah kepada kita semua. Sekian dan terimakasih.

Medan, Desember 2013

Penulis

Dedi Situmorang


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR BAGAN………... x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Perumusan Masalah………. 9

1.3. Pembatasan Masalah………. 9

1.4. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian……… 9

1.1.1Tujuan Penelitian……… 9

1.1.2Manfaat Penelitian………. 10

1.5. Sistematika Penulisan……… 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Strategi Adaptasi……….. 12

2.2. Kemiskinan………... 13

2.2.1 Gejala-gejala Kemiskinan……….. 14

2.2.2 Ciri-ciri Kemiskinan……… 15

2.2.3 Jenis-Jenis Kemiskinan………. 16


(7)

v

2.4. Dirumahkan / Diliburkan……….. 18

2.4.1 Pengertian Dirumahkan / Diliburkan……… 18

2.4.2 Upah Karyawan / Buruh Yang Dirumahkan……… 19

2.5. Sosial Ekonomi……… 21

2.6. Keluarga……….. 23

2.7. Kesejahteraan Sosial……… 24

2.8. Kerangka Pemikiran………... 28

2.9. Bagan Alir Pikir……….. 30

2.10. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional……….. 31

2.10.1 Defenisi Konsep……… 31

2.10.2 Defenisi Operasional……….. 32

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian……….. 35

3.2. Lokasi Penelitian ………. 35

3.3. Subjek Penelitian……….. 35

3.4. Studi Lapangan……… 36

3.5. Analisa Data……… 37

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat Desa Bah Butong……….. 39

4.2. Letak Desa Bah Butong I……… 41


(8)

vi

4.3.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………. 42

4.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia……… 43

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut……… 44

4.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………. 45

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja……… 47

4.3.6. Komposisi Jumlah Pengangguran……… 48

4.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………. 48

4.4. Sarana dan Prasarana……… 50

4.4.1. Sarana Jalan……….. 50

4.4.2. Sarana Transportasi Dan Komunikasi……….. 51

4.4.3. Sarana Air Bersih Dan Listrik……….. 52

4.4.4. Sarana Kesehatan………. 53

4.4.5. Sarana Pendidikan……… 54

4.4.6. Sarana Ibadah………... 55

4.4.7. Sarana Olahraga……… 56

4.4.8. Sarana Rekreasi Dan Hiburan………... 58

4.4.9. Sistem Pemerintahan………. 59

BAB V. ANALISIS DATA 5.1 Kasus Informan I………... 61

5.1.1. Identitas Informan I………. 61


(9)

vii

5.2. Kasus Informan II……….... 75

5.2.1. Identitas Informan II……….... 75

5.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Informan II……… 75

5.3. Kasus Informan III………... 85

5.3.1. Identitas Informan III……… 85

5.3.2. kondisi sosial ekonomi infoman III……… 85

5.4. Analisa Kasus……….. 91

5.5. Kesimpulan Life Story Informan I, II, III……….. 95

BAB VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan……….. 97

6.2. Saran………. 100 Daftar Pustaka


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kepala Keluarga……… 42

Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin……… 42

Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Usia………... 43

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………. 44

Tabel 5 Komposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….. 45

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja………... 47

Tabel 7 Komposisi Jumlah Pengangguran……… 48

Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian……… 49

Tabel 9 Sarana Kesehatan……….. 54

Tabel 10 Sarana Pendidikan………... 55

Tabel 11 Sarana Ibadah……….. 56


(11)

DAFTAR BAGAN


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket).

2. Pengajuan dan Persetujuab Skripsi.

3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan

Proposal/Penelitian Skripsi.

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan

Proposal Penelitian.

5. Lembar Kegiatan Bimbingan

Penelitian/Penulisan Skripsi.

6. Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Desa Bah-butong I.


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Dedi Situmorang

NIM : 070902054

ABSTRAK

STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KARYAWAN YANG DIRUMAHKAN PTPN IV BAH-BUTONG DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA BAH-BUTONG I KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN

SIMALUNGUN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 97 halaman, 13 tabel, 7 lampiran serta 16 kepustakaan) Indonesia merupakan salah satu Negara yang terkena dampak krisis ekonomi global pada tahun 2008 silam, banyak perusahaan dan industri di Indonesia melakukan pengurangan karyawan dengan cara mem-PHK dan merumahkan sebagian dari karyawannya, hal ini dilakukan untuk memangkas atau meminimalisir biaya pengeluaran perusahaan sehingga perusahaan tidak terlalu merugi. Begitu juga dengan PTPN IV Bah-butong yang terkena dampak krisis ekonomi dunia, dimana perusahaan terpaksa mengambil langkah dengan merumahkan sebagian dari karyawannya untuk memangkas pengeluaran perusahaan. Akibat dari dirumahkan sebagian dari karyawannya tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap sosial dan ekonomi keluarga karyawan yang dirumahkan, awalnya dalam 1 keluarga memiliki 2 penghasilan yaitu suami dan istri yang bekerja setelah dirumahkan hanya suami saja yang dapat bekerja dan selanjutnya pasti akan mengakibatkan masalah ekonomi dan sosial dalam rumahtangga karyawan yang dirumahkan, karena disaat 2 orang saja yang bekerja penghasilan yang di dapat setiap bulannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka apalagi setelah salah satu dari mereka dirumahkan kehidupan rumahtangga mereka akan sangat serba kekurangan.

Dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan “populasi dan sample” melainkan “subjek penelitinya”. Istilah subjek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki. Yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan terpenting. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah menggunakan teknik bola salju atau snowball. Teknik pengambilan sample dengan bantuan key-informan dan dari informan tersebut akan berkembang sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa kehidupan sosial ekonomi karyawan yang dirumahkan sebagian besar begitu sangat memprihatinkan, dimana uang atau gaji yang diterima suami setiap bulannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial keluarga. Dari hal tersebut maka karyawan perkebunan yang dirumahkan melakukan strategi adaptasi rumahtangga dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga serta mencari pekerjaan lain untuk menambah pendapatan keluarga dengan menjadi BHL (Buruh Harian Lepas) di ladang milik toke atau tuan tanah yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, karyawan yang dirumahkan juga mengelola lahan kosong yang ada di tepi sungai menjadi ladang dan ditanami dengan pohon kopi ateng.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.2Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, PTPN IV (PT. perkebunan nusantara IV) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha Agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. PTPN IV memiliki 30 unit kebun yang mengelola budidaya kelapa sawit dan teh serta 3 unit proyek pengembangan kebun inti kelapa sawit, 1 unit proyek pengembangan kebun plasma kelapa sawit yang menyebar di 9 Kabupaten yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara, dan Mandailing Natal (http://www.ptpn4.co.id/ di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.20 WIB).

PTPN IV menempatkan areal perkebunan dan pengolahan komoditi teh di daerah Kabupaten Simalungun. Hal ini di sebabkan karena Kabupaten Simalungun terletak di daerah dataran tinggi, dimana tanaman teh tumbuh cukup subur di daerah ini. Selain itu, menurut sejarah, sejak jaman penjajahan Belanda daerah Simalungun telah di jadikan kawasan


(15)

perkebunan teh. Ada 5 kawasan di Kabupaten Simalungun yang dijadikan perkebunan dan pengolahan komoditi teh, yaitu perkebunan teh Marjandi, Birong Ulu, Sidamanik, Bah-Butong dan Tobasari.

Dalam beberapa tahun terakhir terhitung sejak tahun 2002, perkebunan PTPN IV di hadapkan pada permasalahan krisis ekonomi, yaitu permasalahan krisis keuangan pada perusahaan perkebunan teh. Krisis keuangan ini terjadi akibat turunnya harga pokok teh di pasaran Dunia, dari harga awal berada pada kisaran Rp 18.000,-/Kg menjadi Rp 10.800,-/Kg. (www.kpbptpn4.co.id. Di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.23 WIB). Selain itu, produk komoditi Teh yang berada di Kabupaten Simalungun kalah bersaing dengan produk komoditi teh dari negara lain, seperti China, India dan Vietnam. Kualitas produksi teh PTPN IV kalah bersaing dengan pasar Internasional terjadi akibat dari sebagian besar tanaman teh yang berada di Simalungun merupakan tanaman teh yang sudah cukup tua, tanaman teh yang ada di Simalungun ini sebagian besar masih merupakan tanaman lama peninggalan Belanda, oleh karena itu kwalitas komoditi teh dari Simalungun sulit untuk bersaing di pasar Internasional, (hasil wawancara dengan Bapak B.Sidabutar Staff Humas perkebunan Bah-butong).

Pada tahun 2006, beberapa pimpinan PTPN IV mengambil kebijakan untuk mengkonversikan beberapa lahan perkebunan, dimana pada awalnya perkebunan teh akan di ganti menjadi perkebunan kelapa sawit. Menurut Direktur Produksi PTPN IV Balaman Tarigan, langkah Perseroan mengkonversi tanaman teh menjadi sawit sudah melalui kajian matang dan terencana dengan baik. Selain akibat dari tanaman teh yang sudah tua, perubahan iklim saat ini mengubah ciri khas lokal dan keunggulan teh Marjandi, Bah-Birong Ulu, Bah-Butong, Sidamanik dan Tobasari yang berada di dataran tinggi Kabupaten Simalungun. Saat ini PTPN IV mengelola perkebunan teh seluas 2.500 hektare dan rencananya akan di konversikan menjadi


(16)

perkebunan kelapa sawit seluas 800 hektare dan selebihnya akan menyusul setelah pengkonversian lahan seluas 800 hekatare telah menunjukkan hasil. (http://cintaperkebunan.blogspot.com diakses pada tanggal 1 februari 2013 pada pukul 11.32 WIB).

Sejak tahun 2006 hingga saat ini, kebijakan pengkonversian tanaman teh menjadi perkebunan kelapa sawit hanya di jalankan oleh 2 perkebunan teh saja, yaitu perkebunan teh Marjandi dan Bah-Birong Ulu, sedangkan beberapa perkebunan teh lainnya belum merealisasikan kebijakan tersebut, yakni perkebunan teh Bah-Butong, Sidamanik dan Tobasari. Hal ini di sebabkan karena lokasi perkebunan yang telah di konversikan menjadi perkebunan sawit kurang cocok untuk tanaman kelapa sawit, setelah melakukan uji coba ternyata hanya menghasilkan minyak sawit yang sedikit dan penjualan minyak sawit tersebut tidak dapat mengatasi krisis keuangan yang terjadi bahkan menimbulkan masalah baru dimana biaya ongkos produksi lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan minyak sawit. Pihak perusahaan PTPN IV tetap melanjutkan memproduksi komoditi teh di perkebunan Sidamanik, Bah-Butong dan Tobasari untuk tetap menjaga eksistensi produksi teh serta menjaga warisan sejarah bahwa lokasi ini terkenal dengan tanaman teh nya. Wacana untuk mengkonversikan teh ke tanaman sawit tetap ada dalam meningkatkan keuangan perusahaan, tetapi waktu dan proses tersebut belum dapat ditentukan dengan pasti oleh pihak PTPN IV.(http://www.bumn.go.id/68288/publikasi/berita/ptpn-iv-setop-sementarakonversi-lahan-teh/ diakses pada tanggal 1 februari 2013 pukul 12.03 WIB).

Akibat kegagalan dari hasil pengkonversian perkebunan teh menjadi sawit di perkebunan Marjandi dan Bah-Birong Ulu, dimana perkebunan sawit hanya menghasilkan minyak yang sedikit, maka salah satu upaya PTPN IV untuk menjaga agar tidak mengalami kerugian yang


(17)

semakin besar, secara bertahap PTPN IV melakukan pengurangan jumlah karyawan dengan cara downsizing untuk mengurangi jumlah pengeluaran perusahaan.

Downsizing (Pemutusan Hubungan Kerja, Lay-off dan dirumahkan) adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja dengan tujuan memperbaiki efisiensi dan kinerja. Tujuan dari Downsizing adalah untuk mencapai jumlah karyawan yang ideal sesuai dengan kondisi ekonomi perusahaan. Penyebab lainnya adalah karena rekstrukturisasi, menyesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), spesialisasi pada bisnis sehingga terjadi perubahan struktur dan jumlah karyawan pada perusahaan. Ada beberapa penyebab yang menjadikan perusahaan melakukan downsizing :

1. Krisis ekonomi yang dialami oleh perusahaan.

2. Pengeluaran perusahaan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. 3. Jumlah tenaga kerja yang sangat banyak.

4. Membutuhkan tenaga kerja yang lebih profesional dan ahli dalam bidangnya. 5. Perusahaan ingin membuka cabang baru.

Dampak dari downsizing yaitu menyebabkan bertambahnya angka pengangguran yang terjadi di dalam negara yang bersangkutan dan bagi pihak yang menjadi korban downsizing hal ini mengurangi komitmen mereka dalam mengkonsumsi dan memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dahulu tempat mereka bekerja. Para pekerja mempersepsikan bahwa perusahaan tidak adil kepada mereka sehingga menurunkan keterampilan dan produktifitas mereka dalam dunia kerja downsizing yang dilakukan PTPN IV adalah dengan cara merumahkan/meliburkan salah satu karyawan apabila dalam satu keluarga (suami-istri) sama-sama menjadi karyawan, dalam hal ini istri yang menjadi korban dari


(18)

downsizing(http://thepublicadministration.blogspot.com/2012/04/downsizing.html di akses pada tanggal 2 februari 2013 pukul 09.23 WIB).

Selain downsizing, PTPN IV juga aktif melakukan mutasi atau memindahkan karyawan ke perkebunan lainnya (perpindahan yang dilakukan masih dalam satu perusahaan yang berada dalam naungan PTPN IV) perpindahan yang dilakukan yaitu dari perkebunan teh ke perkebunan kelapa sawit. Sistem mutasi dilakukan jika dalam satu keluarga (suami-istri) keduanya tetap ingin bekerja sebagai karyawan di PTPN IV.

Perkebunan teh Bah-Butong adalah salah satu dari ketiga cabang perkebunan teh PT. Perkebunan Nusantara IV yang masih aktif memproduksi teh. Perkebunan teh ini terletak di wilayah Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Perkebunan teh Bah-Butong merupakan perkebunan teh terbesar yang dimiliki oleh PTPN IV, bahkan merupakan perkebunan teh terbesar se-Asia Tenggara, lebih besar bila di bandingkan dengan perkebunan teh yang berada di negara Vietnam. Namun, walaupun demikian, perkebunan teh Bah-Butong tidak terlepas dari masalah krisis ekonomi keuangan yang di sebabkan oleh faktor-faktor yang telah di jelaskan sebelumnya. Terhitung sejak pertengahan tahun 2004, perusahaan perkebunan teh Bah-Butong telah aktif merumahkan dan memutasi secara bertahap karyawannya. Tercatat menurut data statistik perkebunan, dalam setiap Afdeling (bagian dari Wilayah Desa) terdapat sekitar 200 orang (100 Kepala Keluarga) karyawan yang di mutasi ke perkebunan kelapa sawit, sekitar 200 orang karyawan pensiun dini dari lebih 600 orang (300 kepala keluarga) karyawan yang berada dalam perkebunan (dalam 1 Afdeling), sedangkan sisa jumlah penduduk yang tinggal yaitu sekitar 214 orang (107 Kepala Keluarga) dan masing-masing keluarga hanya mendapat jatah satu orang saja yang dapat bekerja sebagai karyawan yaitu hanya untuk laki-laki (suami) saja yang dapat di pekerjakan. Sementara, bagi wanita dirumahkan atau istilah dalam perkebunan


(19)

yaitu WTP (Wanita Tanggungan Pria) sehingga jumlah karyawan per Afdeling saat ini yang tersisa hanya sekitar 107 orang yang terdiri dari 107 kepala keluarga. (hasil wawancara dengan Staff Humas perkebunan Bah-butong Bapak B.Sidabutar).

Sebelum di keluarkannya keputusan untuk merumahkan sebagian karyawan oleh pihak perusahaan, pada awalnya pihak perusahaan ingin melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sebagian karyawan, namun oleh pihak karyawan melakukan perlawanan kepada pihak perusahaan dengan cara berdemonstrasi ke kantor pusat PTPN IV di Kota Medan dengan tuntutan agar pihak perusahaan PTPN IV mencari jalan lain dan tidak mem-PHK karyawan.

Dengan adanya perlawanan dari karyawan menyebabkan adanya konflik yang terjadi antara PTPN IV dengan karyawannya. Konflik yang terjadi tidak bisa dielakkan karena pertentangan logika yang secara inheren melekat pada tiap pihak, oleh karena itu resolusi konflik ditekankan pada kebutuhan untuk menerima prosedur dan institusi dimana tercapai kolaborasi melalui kompromi dan negosiasi. Dengan cara pandang seperti itu, konflik yang terjadi antara pihak perusahaan dengan karyawan harus diselesaikan secara bipartite (Habibie, Muhtar, 2009 : 20).

Dengan adanya perlawanan dari pihak karyawan yang akan di PHK, akhirnya di ambil kesepakatan untuk merumahkan sebagian karyawan. Menurut Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di seluruh Indonesia No. SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 tentang Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja Massal (“SE 907/2004”) pada Butir f menyatakan pemutusan hubungan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya berikut:


(20)

f. Meliburkan atau merumahkan pekerja/buruh secara bergilir untuk sementara waktu” (a href = ’http://ads.hukumonline.com/www/delivery/ck.php, di akses pada tanggal 4 februari 2013 pada pukul 10.21 WIB).

dalam hal ini, karyawan yang dirumahkan oleh PTPN IV Bah-Butong sebanyak lebih kurang dari 107 karyawan memiliki status dirumahkan oleh pihak perusahaan yang telah ditetapkan hingga usia 45 tahun dan setelah mencapai usia 45 tahun, karyawan yang dirumahkan tersebut akan dipensiunkan menurut perjanjian dan kesepakatan antara karyawan dan perusahaan.

Akibat dirumahkannya salah satu karyawan dalam satu keluarga dalam hal ini adalah wanita (istri), secara otomatis akan berdampak munculnya masalah baru di dalam kehidupan rumahtangga mereka, khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi, mengingat dalam mancari nafkah untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari hanya mengandalkan penghasilan dari satu orang saja yaitu suami. Masalah ini tidak biasa mereka hadapi, karena pada awalnya suami-istri dapat bekerja dan memiliki 2 penghasilan dari gaji yang mereka terima, kini rumahtangga mereka hanya mengandalkan penghasilan dari 1 orang saja. Walaupun si istri menerima upah rata-rata berjumlah Rp. 150.000,-tiap bulannya, namun dengan jumlah uang tersebut tentu belum cukup digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan rumahtangga mereka. Pada umumnya, masyarakat yang tinggal dan bekerja pada perkebunan teh Bah-Butong telah terbiasa dengan pola hidup dimana sebagian besar di tanggung oleh pihak perusahaan seperti sandang, pangan dan papannya (rumah, beras, gula, minyak makan, sepatu boots, air bersih dan lain-lain) serta di tambah dengan gaji bulanan yang di terima 2 kali dalam sebulannya. Dengan dirumahkannya salah satu karyawan (wanita/istri) maka secara otomatis jatah sandang dan pangan yang diterima oleh karyawan pasti drastis sangat berkurang bila dibandingkan dari yang semula mereka terima di saat keduanya masih bekerja, karena jatah yang diterima oleh karyawan dihitung berdasarkan


(21)

per kepala. Kondisi ini tentu memaksa para karyawan perkebunan yang dirumahkan melakukan adaptasi rumahtangga dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas dan selain itu, penulis juga merupakan salah satu anak dimana salah satu orang tua (ibu) juga menjadi korban dirumahkan oleh PTPN IV Bah-Butong, oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melihat lebih jauh bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga karyawan yang dirumahkan dan strategi adaptasi apa yang dilakukan, untuk itu penulis mengangkat judul sebagai berikut “ Strategi Adaptasi Rumah Tangga Karyawan Yang Dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Bah-Butong I Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun”.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan mengarahkan permasalahan yang mendasari tulisan ini maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya, yaitu: “Bagaimanakah strategi adaptasi rumahtangga yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan PTPN IV Bah-Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun?”.

1.3.Pembatasan masalah

Penelitian ini terbatas pada kondisi kehidupan karyawan yang dirumahkan yaitu, kondisi pangan sehari-hari, pendidikan anak, kesehatan, jumlah pendapatan, kondisi perumahan dan pemenuhan akan alat tekhnologi.


(22)

1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karyawan yang dirumahkan PTPN IV Bah-Butong dalam upaya mempertahankan sosial ekonomi keluarga dan strategi apa yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan agar hasil yang di peroleh dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Secara teoritis, penelitian ini sebagai bahan untuk mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan ilmiah.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU.

c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata dan bahan masukan bagi PTPN IV Bah-Butong serta instansi terkait lainnya untuk memperhatikan kehidupan karyawan yang dirumahkan?

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN


(23)

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitaan dengan masalah dan objek yang di teliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Adaptasi

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu, cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan untuk tetap mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping Strategi) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan hidup dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dikelompokkan dengan 3 cara, Yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan sekitarnya.

2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya).

3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi yang baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke renteinir, atau bank dan sebagainya) (suhartono, Edi, 2007:45).


(25)

Konsep mata pencaharian (livehood) sangat penting dalam memahami coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang di anggap sama dengan strategi mata pencaharian (livehood strategis). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.

Bennet dalam Ahimsa (2003:115) membedakan antara perilaku adaptasi dengan strategi adaptasi. Perilaku adaptasi adalah, perilaku yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang di hadapi atau untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dan ini berbeda dengan strategi adaptasi. Strategi adaptasi didefenisikan sebagai pola-pola berbagai usaha yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Pola-pola di sini adalah pola-pola perilaku atau tindakan.

2.2. Kemiskinan

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Siagian, 2012:2).

Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang di anggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012:3).

Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim di lihat secara komparatif


(26)

antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak (Siagian, 2012:4).

2.2.1 Gejala-Gejala Kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti:

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi

Mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu.

2. Angka ketergantungan penduduk

Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana kerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.

3. Kekurangan gizi

Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau kelompok orang. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.

4. Pendidikan yang rendah

Rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat dalam jumlah yang masih cukup banyak terutama bukanlah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah, melainkan


(27)

disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapat pendidikan (Siagian, 2012:16)

2.2.2 Ciri-Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukkan adanya lima (5) ciri-ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh

asset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Yang artinya, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk kedalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi yang demikinan mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah, dan seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

5. Kemiskinan perdesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012:20).


(28)

1. Kemiskinan Absolut, yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara kelompok dengan kelompok lain.

3. Kemiskinan massa, yaitu kemiskinan yang di alami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah.

4. Kemiskinan non massa, yaitu kemiskinan yang di hadapi oleh segelintir orang dari penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan serta tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

5. Kemiskinan Alamiah, yaitu kemiskinan yang tejadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.

6. Kemiskinan Kultural, yaitu yang kemiskinan yang disebabkan oleh budaya masyarakat tersebut.

7. Kemiskinan Terinvolusi, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena adanya maslah mental yang sudah demikian parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut.

8. Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah.

9. Kemiskinan Situasional, yaitu kemiskinan yang disebabkan karen kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.


(29)

10.Kemiskinan Buatan, yaitu kemiskinan yang diakibatkan karena kelembagaan-kelembagaan yang ada dan mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

2.3. Karyawan

Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan fikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia, karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan dan sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah). Dapat disimpulkan bahwa, karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan dengan balas jasa berupa uang. (Hasibuan, 2007:117).

2.4. Dirumahkan/Diliburkan

2.4.1 Pengertian Dirumahkan/Diliburkan

Merumahkan atau meliburkan karyawan/buruh adalah membebastugaskan karyawan atau buruh dari ikatan dinas kerja untuk sementara waktu hingga waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, dan hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya Pemutusan hubungan Kerja (PHK) massal. Pada dasarnya, setiap perusahaan yang mengalami krisis ekonomi keuangan akan mengambil beberapa kebijakan untuk menekan pengeluaran keuangan perusahaan sesuai dengan pendapatan perusahaan, diantaranya adalah dengan melakukan PHK (pemutusan Hubungan kerja) terhadap beberapa karyawannya.

Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 150 menyatakan bahwa:


(30)

“Ketentuan tentang pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Namun, pada Pasal 151 Ayat 1 Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan kerja.

Dalam hal ini, pemerintah menekankan kepada semua pihak yang bersangkutan agar sebelum melakukan pemutusahan hubungan kerja haruslah terlebih dahulu merundingkan dan mencari jalan lain yang dapat digunakan untuk menghindari terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Melalui hal ini pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di seluruh Indonesia No. SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 tentang pencegahan pemutusan kerja massal (”SE 907/2004”) pada butir f menyatakan pemutusan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya berikut:

“f. meliburkan atau merumahkan pekerja/buruh secara bergilir untuk sementara waktu.” Dari isi SE 907/2004 di atas dapat di pahami bahwa merumahkan karyawan sama dengan meliburkan/membebaskan pekerja untuk tidak melakukan pekerjaan sampai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan, hal yang dilakukan perusahaan sebagai langkah awal untuk mengurangi pengeluaran perusahaan atau karena tidak adanya kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan sehingga tidak memerlukan tenaga kerja untuk sementara waktu.


(31)

2.4.2. Upah Karyawan/Buruh Yang Dirumahkan

Menurut Surat Edaran Menteri (SE) Tenaga Kerja No. SE 05/M/BW/1998 tentang upah karyawan/buruh yang dirumahkan bukan ke arah pemutusan hubungan kerja yang ditujukan Kepada KAKANWIL DISNAKER yang isinya antara lain:

“sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari pengusaha maupun pekerja mengenai peraturan merumahkan pekerja disebabkan kondisi ekonomi akhir-akhir ini, yang mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kesulitan, sehingga sebagai upaya untuk penyelamatan perusahaan maka perusahaan menempuh tindakan merumahkan pekerja untuk sementara waktu.”

Mengingat belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai upah pekerja selama dirumahkan maka dalam hal adanya rencana pengusaha untuk merumahkan pekerja, upah selama dirumahkan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pengusaha tetap membayar upah secara penuh, yaitu berupa upah pokok dan tunjangan tetap selama pekerja dirumahkan, kecuali telah di atur lain dalam perjanjian kerja peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.

2. Apabila pengusaha akan membayar upah pekerja tidak secara penuh agar dirundingkan dengan pihak serikat pekerja dan atau para pekerja mengenai besarnya upah selama dirumahkan dan lamanya dirumahkan.

3. Apabila perundingan melalui jasa pegawai perantara ternyata tidak mencapai kesepakatan agar segera dikeluarkan surat anjuran dan apabila anjuran tersebut di tolak oleh salah satu atau kedua belah pihak berselisih maka masalahnya agar dilimpahkan ke P4 daerah, atau ke pusat untuk PHK massal.”


(32)

Apabila pihak Pengusaha dan Karyawan/Buruh tidak mencapai kesepakatan untuk dilakukannya merumahkan/meliburkan Karyawan/Buruh maka sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003 Pasal 164 Ayat (1) dikatakan bahwa:

“pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeure), dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan pasal 156 pasal (4).”

2.5. Sosial Ekonomi

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan dari orang lain disekitarnya (Salim, 2002:454).

Sementara pengertian ekonomi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah, segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan dan perindustrian. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidup sehari-hari (Salim, 2002:379).

Menurut M. Manullang ekonomi merupakan suatu usaha masyarakat untuk mencapai kemakmuran ( kemakmuran adalah suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa) (A. Simangunsong, 2004:22).


(33)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang di atur secara sosial dan merupakan posisi tertentu seseorang dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini di sertai dengan pemberian seperangkat hak dan kewajiban yang harus di penuhi oleh pembawa status (Mubyarto, 2000:32).

Pengertian sosial ekonomi yaitu, sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya dilingkungannya, sehingga ia dapat menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya, yaitu mengenai pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan.

Para pakar (cendekiawan) ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakat seperti ilmu ekonomi guna memecahkan berbagai masalah sosial seperti kemiskinan. Sarjana-sarjana ekonomi bertugas merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional (makro) yang kalau berhasil pada gilirannya akan mengenyahkan kemiskinan dengan sendirinya. Ahli-ahli sosial sebaliknya dituntut oleh ahli-ahli ekonomi untuk menyusun “model sosial” guna memperbaiki “model ekonomi” (Mubryanto, 1980 dalam M.Munandar soelaeman, 2001:240).

Ahli-ahli ilmu sosial merasa keberatan apabila harus berfikir ekonomis dalam model-model abstrak. Ahli ilmu sosial hanya sampai pada anjuran agar para teknokrat ekonomi lebih manusiawi dalam pendekatan, sehingga menomorsatukan pemerataan ekonomi, serta lebih banyak menyusun perencanaan dari bawah ke atas, dan tidak dari atas ke bawah (M.Munandar soelaeman, 2001:241).


(34)

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti ras dan warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggungjawab di antara individu tersebut. Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas. Keluarga dalam arti sempit didefenisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang belum dewasa/belum kawin. Sedangkan defenisi keluarga dalam arti luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya (Wikipedia,2011).

Kata keluarga menurut Sosiolog yaitu kesatuan kemasyarakatan (sosial) berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian darah. Berdasarkan pengertian dapat dibedakan yaitu keluarga ini terdiri dari bapak, ibu dan anak, pasangan menikah tanpa anak, kelompok anak yang ditinggalkan orangtua, seseorang yang hidup berpoligami dengan atau tanpa anak, dan beberapa sanak saudara dengan anaknya yang berumah tangga. Tidak akan ada masyarakat jika tidak ada keluarga, artinya masyarakat merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga (Subhan, 2004:1).

Dari bentuknya yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama yang disebut keluarga inti. Walaupun suatu keluarga inti secara resminya selalu terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan yang berdasarkan atas peraturan perkawinan yang sah, tetapi tidak selamanya keluarga inti terwujud karena telah disahkan oleh suatu peraturan perkawinan.

Berbagai fungsi keluarga dari bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik sampai dengan mempersiapkan anggotanya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung


(35)

jawab. Selain itu juga sebagai pusat penerus nilai karena lingkungan keluarga yang pertama-tama untuk berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimanapun berada. Itu artinya dua fungsi penting keluarga adalah penyesuaian diri atau beradaptasim dalam lingkungan keluarga dan hubungan antar manusia pada umumnya. Seperti bagaimana perempuan dapat secara langsung mengambil inisiatif untuk menyelamatkan rumah tangga (Sadli, 2010:143).

2.7. Kesejahteraan Sosial

Dengan menggunakan pengertian dasar dari konsep sosial yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial, yaitu hubungan antar manusia, maka konsep kesejahteraan sosial dapat di pandang dari 4 (empat) sisi, yaitu:

A. Sebagai Suatu Sistem Pelayanan Sosial

Elizabeth Wickenden (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:23) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai: “a system of laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure provision for meeting social needs recognized as basic for the welfare of the population and for the functioning of the social order”. (suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan dan bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang di kenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi keberfungsiannya ketertiban sosial secara lebih baik). Dari defenisi tersebut ada 3 hal yang perlu dipahami, yaitu: 1. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerja sosial) mencakup aktivitas yang sangat luas,

mulai dari perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan langsung pemberian bantuan. 2. Konsep kesejahteraan sosial berbeda dengan kesejahteraan. Terpenuhinya kebutuhan sosial

(kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan) menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan (sebagai keadaan yanag baik dalam semua aspek kehidupan manusia).


(36)

3. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapat ketertiban sosial (social order) yang lebih baik.

Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah “sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang di tujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.” Berdasarkan pada kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut, maka tidak salah dan tidak heran jika semua manusia ingin hidupnya sejahtera, bahkan salah satu tujuan penyelenggara negara pun adalah ingin menyejaterahkan rakyat nya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:24).

B.Sebagai Suatu Disiplin Keilmuan

Sebagai suatu disiplin keilmuan, kesejahteraan sosial tidak dapat dan tidak mungkin mengkaji semua aspek kehidupan manusia, melainkan harus menentukan dan membatasi kajian pada satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep sosial dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian ilmu kesejahteraan sosial hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala perangkat sistem sosial dan dinamikanya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25).

Sebagai sebuah cabang disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian yang merupakan domain (Wilayah) keilmuannya terhadap manusia sebagai objek kajiannya dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji dan melayani manusia seperti Psikologi, Kedokteran, Ekonomi dan Hukum.


(37)

C.Sebagai Suatu Kedaan Hidup

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut: “kesejahteraan sosial adalah suatu kesejahteraan sosial yang sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari penyakit-penyakit sosial tertentu saja (duwipa, 2010:5).

Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, yang artinya kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenihi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Konsep baik dalam antar hubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial dan norma-norma yang melandasi tatanan kehidupan masyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri.

2. Konsep manusia ditujukan baik kepada individu-individu maupun unit-unit sosial (kelompok, organisasi maupun masyarakat itu sendiri).

3. Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapa kesejahteraan hidupnya.

4. Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan kepada pemberian dari manusia lain dan juga bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu (saling mendukung) upaya warga


(38)

masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat (duwipa, 2010:5).

D.Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tantang “kesejahteraan sosial” Pasal 1 yang dimaksudkan dengan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25).

Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain: 1. Kesejahteraan sosial di pandang sebagai suatu tatanan masyarakat.

2. Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya.

4. Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.


(39)

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 151 Ayat 1 mengamanatkan bahwa, Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan Hubungan kerja (PHK). Melalui hal ini pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di Seluruh Indonesia tentang pencegahan pemutusan kerja massal pada butir f menyatakan, pemutusan hubungan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya meliburkan atau merumahkan Pekerja/Buruh secara bergilir untuk sementara waktu.

Dirumahkannya/diliburkan Karyawan PTPN IV Bah-Butong, akan mengakibatkan sosial ekonomi rumahtangga keluarga karyawan mengalami berbagai macam permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain, sulitnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Bagi keluarga karyawan yang menjadi korban dirumahkan/diliburkan oleh PTPN IV Bah-Butong dalam hal ini tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini, harus ada upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan sosial dan ekonomi rumah tangga mereka. Oleh karena itu, perlu adanya strategi adaptasi yang dapat mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan rumah tangga karyawan yang dirumahkan/diliburkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk lebih memperjelas bahasan ini, penulis menggambarkan bagan alir pikir strategi adaptasi masyarakat yang dirumahkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut:


(40)

2.9. Bagan Alir Pikir

Gambar 2.1 Dirumahkan/Diliburkan

Kondisi sosial ekonomi karyawan yang dirumahkan

Pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, pangan. 

1. Pengontrolan konsumsi keluarga. 

2. Penggantian makanan yang di konsumsi dengan yang lebih  murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan menjadi telur  3. Penjualan simpanan benda‐benda berharga seperti emas, 

perabotan rumahtangga untuk memperoleh uang tambahan.  4. Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau 

koperasi simpan pinjam. 

5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warung atau  kedai sampah. 

6. Menanam tanaman yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah.  7. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara 

temporer maupun permanen. 

8. Penjualan asset produksi seperti tanah, hewan ternak untuk  memperoleh uang tambahan. 

9. Menjadi buruh harian lepas (BHL) untuk mencari uang  tambahan. 

10. Mencari pekerjaan lain. 

Pemenuhan kebutuhan pangan dan bukan pangan


(41)

2.10. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1. Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain-lain yang sejenisnya. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang memiliki ciri-ciri yang sama.

Dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena yang akan di kaji, para ahli menggunakan istilah khusus yang disebut konsep. Karena yang dikaji adalah fenomena sosial, maka konsep itu sangat luas cakupannya, akibatnya akan sangat sulit untuk merumuskan suatu kalimat yang mampu menggambarkan secara sempurna keseluruhan makna yang terkandung didalam konsep itu. Guna untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian itu disebut dengan defenisi konsep.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Strategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban yang dirumahkan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.


(42)

2. Rumahtangga adalah menunjukkan pada sekumpulan orang yang hidup satu atap rumah dan memiliki hubungan darah.

3. Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan fikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian. 4. Dirumahkan/diliburkan adalah membebastugaskan karyawan atau buruh dari ikatan dinas

kerja untuk sementara waktu hingga waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

5. Kondisi sosial ekonomi keluarga adalah sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga akan pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan pangan. 6. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan.

Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anaknya.

2.10.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanaka penelitian di lapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati. Dengan demikian peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian di lapangan (Bungin, burhan, 2001:42).

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjut dari perumusan defenisi konsep. Bila perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang akan diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upayah transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep yang diteliti dapat di


(43)

observasi. Dengan kata lain, operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya sandang merupakan biaya yang dikeluarkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

sandang keluarga seperti pakaian.

2. Biaya pangan merupakan suatu kewajiban yang harus tercukupi dalam keluarga karena pekerjaan tidak akan maksimal apabila kebutuhan pangan belum tercukupi

3. Perumahan adalah tempat keluarga untuk tidur dan melakukan kegiatannya. Dalam hal ini kebanyakan para petani perempuan mendapatkan jatah rumah dinas dari perusahaan suami mereka dan sebagian ada yang mengontrak.

4. Kesehatan merupakan suatu kehidupan yang terbebas dari segala macam penyakit. Ada beberapa keluarga petani yang memiliki jaminan kesehatan yang diperoleh dari perusahaan tempat suami mereka bekerja.

5. Biaya pendidikan merupakan biaya sekolah anak mereka baik itu dalam bentuk uang sekolah ataupun uang-uang buku si anak.

6. Transportasi merupakan kendaraan yang digunakan untuk sampai ke suatu tujuan baik itu milik pribadi maupun angkutan umum.

7. Pembelian alat-alat rumah tangga merupakan keperluan-keperluan wajib yang harus dipenuhi dalam keluarga.

8. Rekreasi adalah suatu hiburan baik itu bersama keluarga ataupun dilakukan sendiri. Rekreasi biasanya dilakukan untuk menghilangkan kepenatan setelah melakukan aktifitas yang melelahkan.


(44)

9. Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain, dalam hal ini aktifitasnya sangat beragam mulai dari bercerita,bertukar fikiran, berjabat tangan, empathi dan simpati kepada orang lain.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang di teliti (Siagian, 2011:52).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi rumahtangga karyawan yang dirumahkan di Desa Bah-Butong I dan bagaimana strategi adaptasi rumah tangga karyawan yang dirumahkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bah-Butong I, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Alasan pemilihan lokasi ini karena di desa Bah-Butong I terdapat lebih banyak jumlah karyawan yang dirumahkan bila di bandingkan dengan desa lain yang ada di sekitar kawasan PTPN IV Bah-Butong sesuai dengan hasil observasi peneliti yang telah dilakukan.

3.3. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang perlu dijelaskan bukan “populasi dan sample” melainkan “subjek penelitinya”. Istilah subjek penelitian menunjuk pada orang, individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki. Yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan sumber keterangan terpenting.


(46)

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah menggunakan teknik bola salju atau snowball. Teknik pengambilan sample dengan bantuan key-informan dan dari informan tersebut akan berkembang sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sample, yang berarti juga tidak mempersoalkan sifat representatif bahkan tidak perlu menghiraukan seberapa ukuran atau jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang di nilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 keluarga sebagai informan dengan tambahan sumber data dari Kantor Kepala Desa, Mandor Besar Lapangan PTPN IV Bah-Butong dan juga karyawan yang dirumahkan lainnya.

3.4. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara:

1. Observasi (direct observation)

Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap rumahtangga karyawan yang dirumahkan. Dalam penelitian ini metode observasi adalah metode pengumpulan data dan pengamatan langsung, mengamati perilaku, kegiatan mereka sehari-hari, interaksi dalam rumahtangga, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian terhadap kondisi sosial rumahtangga karyawan yang dirumahkan dan strategi adaptasi


(47)

apa yang dilakukan rumahtangga karyawan yang dirumahkan dalam meningkatkan sosial ekonomi keluarga.

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide), wawancara dimana pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) sama dengan metode wawancara lainnya, hanya saja peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara berbeda dengan metode wawancara lainnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang intensif lama dan mendalam, wawancara dilakukan terhadap rumahtangga karyawan yang dirumahkan di Desa Bah- Butong I, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

3.5.Analisi Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajiakan dan menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan disimpulkan dalam bentuk life story dan kemudian di analisis.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat Desa Bah Butong

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tokoh masyarakat yang telah lama tinggal dan menetap di Desa Bah Butong, asal-usul nama Desa Bah Butong berasal dari dua suku kata yaitu bah dan butong, bah artinya air dan butong yang artinya banyak, secara umum artinya adalah air yang banyak. Di Desa Bah Butong memang terdapat banyak sungai-sungai kecil yang mengalir mengelilingi desa, di antaranya adalah sungai bah biak, sungai rambung, sungai bundar dan sungai sihilon.

Penamaan desa Bah Butong sudah ada sejak jaman Penjajahan sebelum Indonesia merdeka, dimana desa ini dahulu masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Simalungun. Pada saat itu seluruh daerah di Simalungun masih berbentuk kerajaan dimana menurut sejarahnya ada empat kerajaan besar ditanah Simalungun, yaitu:

1. Kerajaan Purba yang diperintah oleh raja Purba 2. Kerajaan raya yang diperintah oleh raja raya 3. Kerajaan siantar yang diperintah oleh raja siantar

4. Kerajaan tanah jawa yang diperintah oleh raja tanah jawa.

Sedangkan wilayah Bah Butong sendiri termasuk dalam wilayah kerajaan siantar, dimana sistem pemerintahan kerajaan itu sendiri terbagi-bagi lagi yaitu kerajaan pusat dalam hal ini wilayah simalungun secara keseluruhan diperintah oleh raja (Pati), sedangkan wilayah kerajaan bagian seperti yang dikatakan dalam empat bagian kerajaan tadi diperintah oleh raja dan wilayah kerajaan di Nagori atau desa diperintah oleh tuan raja. Desa Bah Butong diperintah oleh tuan raja


(49)

silopak, dimana Raja Silopak inilah yang membuka perkampungan atau Nagori Bah Butong dan disebut dengan sipukka huta dalam bahasa simalungun yang artinya orang yang membuka perkampungan atau desa, sementara nagori artinya desa.

Awal terbentuknya perkebunan teh didaerah bah butong ditandai dengan kedatangan penjajahan belanda kedaerah simalungun dimana pada waktu itu belanda mengadakan politik adu domba untuk merebut kekuasaan dari tangan rakyat, pada saat itu tuan raja silopak memiliki kerabat yang bernama raja kariahan yang memerintah didaerah yang bersebelahan dengan nagori bah butong lalu mereka di adu domba dan dipecah belah oleh pemerintah belanda sehingga kedua nagori ini berselisih paham, oleh pihak belanda memanfaatkan keadaan ini dan mereka dapat menanam teh dilokasi desa bah butong sehingga secara perlahan-lahan wilayah kerajaan semakin terkikis dan hilang akibat politik yang dijalankan oleh belanda, pada akhirnya pihak belanda yang menguasai beberapa daerah yang dijadikan perkebunan teh di simalungun.

Hingga saat ini ada beberapa perkebunan teh bekas peninggalan belanda yang berada di wilayah kabupaten simalungun seperti perkebunan teh bah butong, perkebunan teh sidamanik dan perkebunan teh toba sari. Desa bah butong I merupakan desa yang di jadikan oleh pihak PTPN IV menjadi daerah perumahan bagi karyawan. Pada awalnya, belanda merebut bah butong dari tuan raja silopak dengan politik adu domba dan menjadikan desa bah butong sebagai pemukiman (rumah) bagi pekerja yang bekerja di perkebunan teh milik belanda. Setelah Indonesia merdeka, perumahan, pabrik serta perkebunan teh milik belanda di nasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia dan di jadikan PT. Persero di bawah naungan BUMN.


(50)

Desa bah butong terletak diwilayah kecamatan sidamanik, kabupaten simalungun. Jarak ke ibu kota provinsi ± 150 kilometer, lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi ± 4jam jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Nagori bah butong I memiliki luas 565,09 Ha yang terdiri dari dua wilayah Afdeling (desa kecil) yaitu emplasmen bah butong yang memiliki luas ±354,29 Ha dan afdeling baharen yang memiliki luas 210,80 Ha. Ada empat sungai dikawasan nagori bah butong I yaitu sungai bah biak, sungai rambung merah, sungai bundar dan sungai sihilon.

Secara geografis, batas-batas wilayah nagori bah butong I adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan sidamanik

2. Sebelah timur berbatasan dengan nagori bah butong II

3. Sebelah barat berbatasan dengan desa tiga urung (pematang sidamanik) 4. Sebelah selatan berbatasan dengan nagori Bah Biak.

4.3.Keadaan Demografis

Desa bah butong I memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.539 jiwa yang terdiri dari 521 Kepala Keluarga (KK) dan tersebar di dua afdeling, yaitu emplasmen bah butong dan bah aren, dengan perincian sebagai berikut:


(51)

TABEL 1

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN KEPALA KELUARGA No Jenis Kelamin Kepala Keluarga Jumlah Persentase

1 Kepala Keluarga laki-laki 492 94,43 2 Kepala Keluarga Perempuan (suami telah

tiada/janda)

29 5.57

Jumlah 521 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

4.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 2

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 1374 54,12

2 Perempuan 1165 45,88

Jumlah 2539 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat adanya perbedaan jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak yaitu sekitar 54,12% bila di bandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dimana hanya terdapat sekitar 45,88%.


(52)

4.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia

Penduduk Desa Nagori Bah Butong I terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

TABEL 3

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA

No Golongan Usia Jumlah Persentase

1 0-12 Bulan 96 3,78

2 1-4 Tahun 132 5,20

3 5-6 Tahun 128 5,04

4 7-12 Tahun 163 6,42

5 13-15 Tahun 213 8,39

6 16-18 Tahun 320 12,60

7 19-25 Tahun 510 20,1

8 26-35 Tahun 221 8,70

9 36-45 Tahun 432 17,01

10 46-50 Tahun 310 12,21

11 51-58 Tahun 14 0,55

12 Lebih Dari 59 Tahun - -

Jumlah 2539 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur penduduk di desa bah butong menunjukkan penduduk di daerah ini di dominasi oleh penduduk yang berusia 19-25


(53)

Tahun yaitu sekitar 20,1%. Sementara penduduk yang ber umur 51-58 tahun serta usia lebih dari 59 tahun bila dijumlahkan hanya berkisar 12,76%, hal ini disebabkan karena pihak perusahaan PTPN IV Bah Butong telah mempensiundinikan karyawannya yang berumur 51 tahun ke atas walaupun pada dasarnya usia pensiun karyawan adalah 55 Tahun. Namun karena perusahaan mengalami masalah keuangan, oleh pihak perusahaan terpaksa mempensiundinikan sebagian karyawannya serta bagi karyawan yang di pensiunkan tidak boleh lagi tinggal di perumahan dinas karyawan.

4.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut

Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini:

TABEL 4

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA

No Agama Jumlah persentase

1 Islam 1690 66,56

2 Kristen Protestan 771 30,37

3 Kristen Katholik 78 3,07

Jumlah 2539 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Menurut jenis agama yang dianut, pada umumnya penduduk nagori bah butong I mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 66,56% dan yang menganut agama kristen berjumlah 33,44%.Walaupun demikian, adanya perbedaan agama yang terdapat dalam nagori


(54)

bah butong I, tidak pernah dijadikan alasan untuk adanya pertikaian atau selisih paham antar penduduk yang berbeda agama. Hal ini disebabkan karena adanya sikap saling toleransi antara pemeluk agama yang berbeda di desa ini dalam menjalankan kewajiban dalam agamanya masing-masing. Bahkan, setiap hari raya idulfitri (hari besar umat islam) selalu diadakan perlombaan panjat pinang dimana pesertanya bisa siapa saja tidak harus islam, umat kristiani juga ikut meramaikan perlombaan tersebut.

4.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini:

TABEL 5

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 Belum Sekolah 253 12,33

2 Sedang Sekolah 322 15,70

3 Tidak Pernah Sekolah 4 0,19

4 Tidak Tamat SD - -

5 Tamat SD 187 9,11

6 Tidak Tamat SMP 35 1,69

7 Tamat SMP/Sederajat 420 20,47

8 Tidak Tamat SMA 293 14,28


(55)

10 Tidak Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 123 6,00 11 Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 95 4,63

Jumlah 2052 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Berdasarkan data statistik desa dapat dilihat jumlah penduduk menurut kualifikasi pendidikan yang paling besar terdapat dalam tingkat pendidikan tamat SMP/Sederajat yaitu sebesar 20,47% serta diikuti oleh penduduk desa yang tingkat pendidikan tamat SMA/Sederajat yaitu berjumlah sekitar 15,60%. Sementara penduduk yang tidak tamat sekolah memiliki jumlah yang terendah yaitu sekitar 0,19%, penduduk yang tidak sekolah merupakan penduduk yang memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat sekolah karena di desa ini tidak terdapat sekolah untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Sementara penduduk yang pernah belajar hingga ke perguruan tinggi namun tidak dapat menyelesaikan yaitu berjumlah sekitar 6,00% (123 orang), hal ini terjadi karena orang tua yang tidak sanggup lagi membiayai pendidikan anaknya di perguruan tinggi karena salah satu orang tua menjadi korban Dirumahkan oleh pihak perusahaan. Sedangkan penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan hingga keperguruan tinggi yaitu berjumlah sekitar 4,63% (95 orang) dan rata-rata penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan tinggi adalalah sebelum dirumahkan karyawan.

4.3.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja

Komposisi penduduk berdasarkan angkatan kerja di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini:


(56)

TABEL 6

KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN ANGKATAN KERJA

No Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%)

1 16-18 Tahun 58 3,22

2 19-25 Tahun 110 6,10

3 26-35 Tahun 221 12,24

4 36-45 Tahun 632 34,99

5 46-50 Tahun 571 31,61

6 51-58 Tahun 214 11,84

Jumlah 1807 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Berdasarkan tabel 6 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa usia angkatan kerja 36-45 Tahun adalah usia terbanyak dalam angkatan kerja yaitu berjumlah sekitar 34,99% serta diikuti usia angkatan kerja 46-50 Tahun yaitu sebesar 31,61%. Sebagian besar kedua kelompok usia tersebut adalah yang bekerja sebagai karyawan di PTPN IV Bah Butong. Sedangkan untuk usia 16-18 tahun yang berjumlah sekitar 3,22% dan kelompok usia 19-25 Tahun yang berjumlah sekitar 6,10% adalah kelompok usia yang bekerja di sektor lain di luar perusahaan PTPN IV yang bekerja di sektor seperti tukang bangunan, buruh tani, dan lain sebagainya


(57)

4.3.6. Komposisi Jumlah Pengangguran

Komposisi penduduk berdasarkan jumlah pengangguran di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini:

TABEL 7

KOMPOSISI JUMLAH PENGANGGURAN

No Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%)

1 Pengangguran usia 16-55 Tahun 210 9,70 2 16-55 yang masih sekolah 322 14,87 3 15-55 yang bekerja penuh 1211 55,94 4 15-55 yang bekerja tidak penuh 422 19,49

Jumlah 2165 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Nagori Bah Butong I

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran yang terdapat di desa bah butong I berjumlah sekitar 9,70%, sedangkan untuk yang bekerja tidak penuh yaitu sekitar 19,49% dimana jumlah ini bekerja sebagai buruh kontrak di ladang orang lain dan bekerja di ladang sendiri dan tidak memiliki jam waktu bekerja yang menetap atau bekerja jika ada panggilan saja dan jika diperlukan saja.

4.3.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan Jenis mata pencaharian di desa Bah Butong I dapat di lihat melalui tabel berikut ini:


(1)

6.2. SARAN

Untuk tetap dapat mempertahankan hidup karyawan perkebunan yang dirumahkan tentu harus melakukan strategi adaptasi, selain hal tersebut terdapat beberapa aspek pendukung lainnya yang dapat membantu karyawan yang dirumahkan menjalani kehidupannya dan membutuhi segala kebutuhan keluarganya, sehingga ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis kepada pihak-pihak terkait.

1. Kepada pihak perkebunan, meskipun beberapa karyawan

sudah dirumahkan tetapi mereka masih tetap berharap kepada perusahaan apabila suatu saat perusahaan membutuhkan kembali karyawan agar kembali memanggil mereka dan menjadikan mereka kembali sebagai karyawan. Selain itu, beberapa karyawan juga berharap kepada pemimpin perusahaan untuk membantu kebutuhan keluarga mereka seperti pendidikan dalam hal ini berbentuk beasiswa kepada anak-anak karyawan yang sedang bersekolah mulai dari SD hingga sampai ke perguruan tinggi.

2. Kepada pemerintah agar memberikan bantuan kepada

masyarakat perkebunan yang dirumahkan secara khusus, pemerintah sebelumnya telah memberikan bantuan sosial degan memberikan tabung LPG 3kg kepada masyarakat desa bahbutong I, akan tetapi bantuan tersebut dinilai belum cukup, ada baiknya pemerintah melalui pemerintah daerah memberikan bantuan dana kepada karyawan yang dirumahkan seperti bantuan dana kepada karyawan yang dirumahkan seperti bantuan permodalan agar


(2)

karyawan perkebunan yang dirumahkan dapat mengembangkan usaha ataupun pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Kepada pemerintah setempat dalam hal ini adalah kepala desa untuk mengintensifkan atau menghidupkan kembali organisasi kelompok petani yang ada di desa bahbutong, karena setelah dirumahkan banyak karyawan yang memiliki ladang dan ditanami dengan tanaman kopi, sehingga nantinya sesudah dibentuknya kelompok usaha tani dalam hal ini petani kopi seperti permasalahan pemenuhan kebutuhan pupuk terhadap petani yang kerap kal sulit didapatkan dan harga yang terlalu tinggi dan pemasaran kopi seelah dipanen sehingga diharapkan nantinya daerah ini menjadi daerah yang terkenal dari produksi kopi.

4. Sebaiknya para rumahtangga yang dirumahkan

mengoptimalkan potensi yang ada dimulai dari jam kerja, memanfaatkan potensi lingkungan sekitar dan melakukakan penghematan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa, Shri, Heddy. 2003. Ekonomi Moral, Rasional Dan Politik. Yogyakara: Kepel Press.

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dwipa, Fatra. 2010. PBB Dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Adytia Media.

Habibie, Muhtar. 2009. Gemuruh Buruh Di Tengah Pusaran Neoliberalisme. Yogyakarta: Gava Media.

Hasibuan, Melayu SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Aksara Baru.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Salim, Peter. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Modern English Press.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama.

Simangunsong, Kartika. 2004. Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: PT. Grasindo.


(4)

Suhartono, Edi. 2007. Paradigma Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunarto, Kimanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sunindhia, W. 1987. Masalah PHK Dan Pemogokan. Jakarta: Bina Aksara.

Whibawa, Raharjo, Budiarti. 2010. Dasar-Dasar Pekerja Sosial. Bandung: Widya Padjajaran.

Sumber-sumber lain:

http://www.ptpn4.co.id/. Di akses pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 11.20 WIB.

http://cintaperkebunan.blogspot.com Diakses pada tanggal 1 februari 2013 pada pukul 11.32 WIB.

http://www.bumn.go.id/68288/publikasi/berita/ptpn-iv-setop-sementara-konversi-lahan-teh/ Diakses pada tanggal 1 februari 2013 pukul 12.03 WIB.

http://thepublicadministration.blogspot.com/2012/04/downsizing.html. Di akses pada tanggal 2 februari 2013 pukul 09.23 WIB.

ahref = ’http://ads.hukumonline.com/www/delivery/ck.php. Di akses pada tanggal 4 februari 2013 pada pukul 10.21 WIB.

Media Artikel, 2007. Requestartikel.com>. Di akses pada tanggal 7 Desember 2012 pada pukul 20.15 WIB.

www.kpbptpn.co.id/profileptpn.php2.profil_id=17...0> Di akses pada tanggal 7 Desember 2012 pukul 20.15WIB.

prasetijo, 2006. prasetijo.wordpress.com> Di akses pada tanggal 7 desember 2012 pukul 19.21 WIB.


(5)

Repository.usu.ac.id/bitstream/1-9/14983/1/09E02637.pdf Di akses pada tanggal 7 Desember 2012 Pukul 18.32 WIB.

Dahlan, 2008. www.scribd.com/doc/.../laporan-down-with-downsizing> Di akses pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 18.32 WIB.

PANDUAN WAWANCARA

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Alamat Rumah :

6. Agama :

7. Suku :

8. Jabatan :

9. Jumlah Anggota Keluarga : A. Data Dasar

1. Sebelum anda dirumahkan, sudah berapa lama anda bekerja sebagai karyawan? 2. Di posisi pekerjaan apakah yang anda kerjakan sebelum anda dirumahkan? 3. Berapa jam dalam seharikah anda bekerja?

4. Sebelum anda dirumahkan, apakah anda senang menjadi karyawan dan bekerja di PTPN IV?

5. Fasilitas-fasilitas apa sajakah yang di berikan oleh pihak perusahaan ketika anda belum dirumahkan?

6. Sebelum anda dirumahkan, apakah pihak perusahaan telah menginformasikan terlebih dahulu kepada anda dan kepada karyawan lainnya bahwa perusahaan akan merumahkan sebagaian karyawan? Dan bagaimanakah perasaan anda di saat mendengar kabar tersebut?

7. Apakah anda tahu apa yang menjadi alasan pihak PTPN IV merumahkan karyawannya?

8. Sebelum anda dan karyawan lainnya telah sah dirumahkan oleh pihak perusahaan, apakah seluruh karyawan secara bersama-sama melakukan protes kepada pihak perusahaan dan dalam bentuk apa sajakah protes itu dilakukan?

9. Dan apakah hasil dari protes tersebut?

10.Bagaimanakah perasaan anda ketika anda telah menerima surat dan telah resmi memiliki status dirumahkan oleh perusahaan?


(6)

11.Sebelum anda dirumahkan, apakah keluarga anda memiliki harapan dan rencana untuk masa depan seperti membangun rumah, membeli tanah, menyekolahkan anak sampai sarjana dan sebagainya?

12.Apakah rencana tersebut sudah berhasil atau mungkin masih dalam proses berjalan? 13.Bagaimanakah perasaan anda ketika rencana keluarga anda tersebut harus berhenti? 14.Apakah anda masih akan terus berusaha dan dengan cara apakah anda untuk

mewujudkan rencana keluarga anda tersebut?

B. Kehidupan Dasar Keluarga

1. Berapakah jumlah anggota keluarga anda?

2. Berapakah jumlah anak anda yang masih bersekolah, tidak sekolah, bekerja, putus sekolah dan menganggur?

3. Apakah ada anak anda yang bekerja maupun bersekolah di luar kota?

4. Apakah anda merupakan tulangpunggung dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda? Atau apakah ada orang lain?

5. Apakah ada anak anda yang telah berkeluarga dan masih tetap tinggal dengan anda? 6. Bagaimanakah hubungan anda dengan suami anda semenjak anda dirumahkan? 7. Apakah masih anda yang membiayai anak anda yang telah berkeluarga tersebut? 8. Apakah ada saudara atau kerabat yang tinggal bersama-sama dengan anda?

9. Apakah saudara atau kerabat anda membayar biaya makan dan tempat tinggal kepada anda?

C. Kondisi Pendapatan

1. Berapakah kira-kira pendapatan yang anda peroleh setiap bulannya sebelum anda dirumahkan?

2. Apakah pendapatan sebelum anda dirumahkan telah mencukupi kebutuhan keluarga anda sehari-hari?

3. Berapakah jumlah gaji yang suami anda terima dalam setiap bulannya?

4. Apakah pendapatan gaji per bulan suami anda sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga anda sehari-hari?

5. Apakah anda memiliki tabungan berupa barang atau deposito dan menyisihkan gaji untuk di tabung?

6. Setelah anda dirumahkan dan mencari pekerjaan lain apakah pendapatan ditempat anda bekerja sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga anda sehari-hari?

7. Ditempat anda bekerja sekarang apakah anda mendapatkan bonus dari pekerjaan? D. Kondisi Perumahan