6. Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1
angka 1 “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.” 7.
Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 angka 2 “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun
dan belum pernah kawin.” 8.
UU No.39 thn 1999 tentang HAM Pasal 1 angka 5 “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan
belum menikah, terrnasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.”
9. Pasal 45 KUHP
“anak yang belum dewasa apabila seseorang tersebut belum berumur 16 tahun “ 10.
Pasal 330 ayat 1 KUHperdata “Seorang belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum
genap 21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”
D. Perlindungan Hukum Pada Anak
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 1 ayat 2 Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak.
Perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh Anak
dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menegaskan bahwa pertanggungjawaban
orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak
anak. Rangkaian kegiatan itu harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki
nasionalisme yang dijiwai oleh akhlah mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras mejaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari
janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 delapan belas tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas yaitu:
a Nondiskriminasi
b Kepentingan yang terbaik bagi anak
c Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d Penghargaan terhadap pendapat anak
Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, memerlukan peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.
Menurut Pasal 66 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: Perlindungan khusus bagi Anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau
seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 2 huruf d dilakukan melalui:
a. Penyebarluasan danatau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan Perlindungan Anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual
b. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan
c. Pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat,
dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi danatau seksual.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, hak-hak anak adalah sebagai berikut:
a Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 4.
b Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan Pasal 5.