D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis merupakan abstaksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian
hukum.
8
Berdasarkan pengertian tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Disparitas
Disparitas pidana adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang sama atau terhadap tindak pidana yang sifat bahayanya dapat
diperbandingkan tanpa dasar pembenaran yang jelas.
9
Hakim yang bebas dan tidak memihak merupakan ketentuan yang universal. Di Indonesia, sistem yang
dianut adalah pemerikasaan di sidang pengadilan dipimpin oleh hakim, hakim harus aktif bertanya dan memberikan kesempatan kepada terdakwa yang boleh
diwakili penasehat hukum untuk bertanya kepada saksi, begitu juga penuntut umum, semua itu untuk memperoleh kebenaran materiil. Seorang hakim sangat
sangat menentukan melalui putusan-putusannya karena pada hakekatnya hakimlah yang menjalankan kekuasaan hukum peradilan demi terselenggaranya
fungsi peradilan itu.
10
Putusan Hakim merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya penyelesaian
perkara pidana, disatu sisi putusan hakim berguna bagi terdakwa untuk memperoleh kepastian hukum tentang statusnya, dan sekaligus dapat
8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1986, hlm. 72.
9
Muladi, Dampak Disparitas Pidana dan Usaha Mengatasinya, Alumni, Bandung, 1986,hlm. 52
10
Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana, Aksara Persada, Jakarta, 1987, hlm. 25
mempersiapkan langkah berikutnya terhadap putusan tersebut, dalam arti menerima putusan, melakukan hukum banding, verzet, kasasi, dan sebagainya.
Sedangkan disisi lain, apabila telah dicermati, melalui visi hakim yang mengadili perkara, putusan hakim adalah mahkota dan puncak pencerminan nilai-nilai
keadilan, kebenaran, hak asasi manusia, penguasaan hukum atau fakta secara mapan, visualisasi etika, mentalitas, moralitas hakim yang bersangkutan.
b. Dasar Pertimbangan Hakim
Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidah- kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui putusan putusannya.
Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang diciptakan dalam suatu negara, dalam usaha menjamin keselamatan masyarakat menuju
kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya, apabila tidak ada kekuasaan kehakiman yang bebas yang diwujudkan dalam bentuk peradilan
yang bebas dan tidak memihak, sebagai salah satu unsur Negara hukum. Sebagai pelaksana dari kekuasaan kehakiman adalah hakim, yang mempunyai
kewenangan dalam dalam peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan hal ini dilakukan oleh hakim melalui putusannya. Fungsi utama dari
seorang hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan kepadanya, dimana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem
pembuktian negatif, yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak atau peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti, disamping adanya alat-alat bukti