Kerangka Pemikiran Strategi Kebijakan Penanggulangan Illegal, Unreported, dan Unregulated (IUU) Fishing di Laut Arafura

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

Strategi adalah istilah yang sering kita dengar untuk berbagai konteks pembicaraan, yang sering diartikan sebagai cara untuk mencapai keinginan tertentu atau menyelesaikan suatu masalah Tripomo dan Udan, 2005. Makna yang terkandung dalam strategi adalah seorang pengambil keputusan mempunyai peran yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi. Strategi adalah pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi di masa depan dan bagaimana mencapai keadaan yang diinginkan. Menurut Chanddler 1962 yang diacu dalam Rangkuti 2005 bahwa konsep strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumberdaya. Menurut Andrews 1980, dan Chaffe 1985 yang diacu dalam Rangkuti 2005 strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders seperti manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Suatu organisasi setiap waktu berusaha mencari kesesuaian antara kekuatan-kekuatan internal organisasi atau perusahaan dan kekuatan-kekuatan eksternal peluang dan ancaman. Perusahaan atau organisasi dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan perencanaan strategis agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Suatu perusahaan atau lembaga dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal. Rumusan strategi yang baik akan memberikan gambaran pola tindakan utama dan pola keputusan yang dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi Tripomo dan Udan, 2005.

2.2 Kebijakan Pengelolaan Perikanan di Laut Arafura

Usaha eksploitasi sumberdaya ikan di Laut Arafura dimulai dari kegiatan eksplorasi bersama antara Indonesia dan Jepang. Pada perkembangannya wilayah perairan Arafura menjadi salah satu wilayah potensial perikanan di Indonesia dengan memanfaatkan udang sebagai salah satu komoditi perikanan bernilai ekonomis tinggi. Kondisi ini membuat perairan Arafura perlu dikendalikan pengelolaannya dan dimanfaatkan dengan baik demi kepentingan masyarakat dan bangsa. Prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab harus dapat diwujudkan untuk mencegah terjadinya penangkapan berlebih over fishing dengan mengendalikan kegiatan usaha yang ada untuk menjamin pembangunan perikanan berkelanjutan. Sejak tahun 1975 pengelolaan sumberdaya perikanan di Laut Arafura telah dimulai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 02kptsUmI1975 tentang pembinaan kelestarian kekayaan yang terdapat di Perikanan Laut Irian Jaya Papua. Keputusan tersebut antara lain mengatur daerah perairan lajur pantai di hadapan daratan Papua, yang dibatasi oleh isobath 10 meter dinyatakan tertutup bagi semua penangkapan dengan jaring trawl dan juga penggunaan unit penangkapan pair trawl dan ukuran mata jaring 3 cm dilarang. Adanya kebijakan pengelolaan yang dikeluarkan tentunya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan di Laut Arafura. Selanjutnya pada tahun 2004 Ditjen Perikanan tangkap melakukan evaluasi terhadap usaha perikanan ikan demersal di Laut Arafura. Evaluasi yang dilakukan meliputi beberapa aspek yaitu aspek sumberdaya, teknologi penangkapan, pemasaran dan pengolahan hasil. Aspek-aspek ini perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pengelolaan sumberdaya ikan yang ada di perairan tersebut. Sampai saat ini Laut Arafura masih menjadi pilihan pengusaha perikanan untuk menjadi daerah tujuan operasi kegiatan penangkapan ikan.

2.3 Kondisi Laut Arafura dan Kegiatan IUU-Fishing

Sumberdaya udang di Laut Arafura pada tahun 2001 berdasarkan beberapa kajian telah mengalami overfishing yang ditunjukkan dengan adanya indikasi makin lamanya rata-rata hari operasi melaut, menurunnya jumlah hasil tangkapan, dan makin kecilnya ukuran udang yang ditangkap. Terjadinya overfishing diduga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain 1 kurang efektifnya manajemen pengelolaan yang tertuang dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang sepenuhnya berdasarkan pada input control; 2 lemahnya pengawasan dan penegakkan hukum di laut terhadap kegiatan penangkapan, sehingga peraturan dan regulasi kurang ditaati pelaku; 3 kurangnya kesadaran para pelaku pada prinsip-prinsip pengelolaan dan pemanfaatan yang lestari dan bertanggung jawab Monintja, 2006. Saat ini sumberdaya ikan di Laut Arafura dimanfaatkan oleh nelayan lokal maupun perusahaan perikanan lokal dan nasional. Bagi pengusaha perikanan lokal maupun nasional, Laut Arafura merupakan salah satu daerah yang cukup potensial untuk berinvestasi di bidang perikanan. Banyaknya pengusaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya ikan di Laut Arafura, sehingga diduga selain adanya kapal-kapal ikan yang berizin, terdapat juga sejumlah kapal yang tidak memiliki izin dan melakukan kegiatan penangkapan ikan secara illegal. Menurut Sadhotomo et al., 2003 kondisi kegiatan perikanan di Laut Arafura menunjukkan adanya kegiatan penangkapan ikan skala industri mengalami peningkatan secara tajam, peningkatan ukuran kapal dan terjadinya perubahan pola penangkapan, terjadinya interaksi dan kompetisi dalam perikanan antara kegiatan penangkapan ikan dan penangkapan udang dalam mengeksploitasi stok sumberdaya ikan, adanya kegiatan penangkapan yang sering dilakukan pada jalur penangkapan yang tidak sesuai izin, dan perikanan skala kecil belum berperan banyak dari sisi aktivitas maupun produksi. IUU-Fishing adalah kegiatan pengelolaan perikanan yang tidak bertanggung jawab, hal ini disebabkan karena orang atau badan hukum asing yang memanfaatkan sumberdaya perikanan di Indonesia tidak mengindahkan undang- undang maupun peraturan pengelolaan perikanan yang ada di Indonesia. Kegiatan IUU-Fishing sangat mengancam manajemen perikanan yang bertanggung jawab. Kegiatan IUU-Fishing sesuai FAO 2001 dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu : 1 Illegal fishing, mengacu pada kegiatan perikanan :