28 Kajian lain yang telah dilakukan di Indonesia adalah Wigena 2006 dan
Haryoko 2004. Wigena 2006 menggunakan peubah penjelas presipitasi untuk menduga presipitasi lokal, Haryoko 2004 menggunakan tekanan permukaan
laut, dan Sutikno dan Boer 2005 menggunakan peubah penjelas precipitable water
prw. Pemilihan peubah penjelas penelitian di atas lebih didasarkan ketersediaan data GCM, belum dilakukan melalui proses pemilihan secara
komprehensif, yaitu berdasarkan alasan fisik dan statistik. Penelitian ini bertujuan mendapatkan peubah-peubah penjelas atmosfer
yang paling dominan mempengaruhi curah hujan di Indonesia, khususnya di lokasi curah hujan tipe monsun.
5.2 Bahan dan Metode Bahan
Data GCM yang digunakan adalah model CSIRO-Mk3, resolusi grid lintang dan bujur 1,865
x 1,875 , di-download melalui website: http:www-
pcmdi.llnl.govipcc, dengan eksperimen “20th century in coupled models” 20C3M, periode data 1871-2000. Peubah penjelas GCM yang digunakan adalah:
precipitable water , tekanan permukaan laut, komponen angin meridional,
komponen zonal, ketinggian geopotensial, dan kelembaban spesifik Tabel 4.1 pada Bab 4. Ketinggian model CSIRO-Mk3 terdiri atas 17 level, yaitu mulai
1000 hPa - 10 hPa. Ketinggian yang digunakan dalam penelitian adalah 850 hPa, 500 hPa, dan 200 hPa. Pemilihan ketinggian ini dipilih pada fenomena sirkulasi
atmosfer di troposphere hingga tropopause. Beberapa penelitian SD menggunakan ketinggian tersebut seperti Cavazos dan Hewitson, 2005; Cavazos dan Hewitson,
2002; Huth, 1999. Data curah hujan terdiri atas 5 stasiun, diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika BMG, meliputi: Losarang, Indramayu, Tulangkacang, Sumur- watu, dan Yuntinyuat. Stasiun terpilih merupakan salah satu contoh dari masing-
masing daerah perkiraan musim DPM di Kabupaten Indramayu hasil penelitian Wigena 2006 Gambar 5.1.
29
Indramayu 100
200 300
400 500
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan C
H mm
Losarang
100 200
300 400
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan CH
m m
Tulangkacang
50 100
150 200
250 300
350
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan CH
m m
Sumurw atu
50 100
150 200
250 300
350
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan CH
m m
Yuntinyuat
50 100
150 200
250 300
350
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12
Bulan C
H mm
U Tulangkacang
Sumurwatu Indramayu
Losarang Yuntinyua
t
Gambar 5.1 Lokasi penelitian stasiun dan pola hujan rataan bulanan, Sumber:diolah dari Wigena 2006.
Metode Analisis
Terdapat dua tahapan analisis data, yaitu penyiapan data awal pra- pemrosesan dan pembangunan model hubungan serta pemilihan peubah penjelas.
Pada tahap pertama, pra-pemrosesan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Pengkonversian format data GCM dari netCDF ke format text. Ini dilaku-
kan untuk penguraian data yang selanjutnya memudahkan pengolahan
30 data. Program konversi data GCM dengan menggunakan bantuan Matlab
versi 6.5 selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. 2
Cropping domain grid peubah penjelas yang disesuaikan dengan lokasi stasiun curah hujan. Luasan grid yang digunakan adalah bujursangkar
12x12 dengan lokasi ditengah-tengah lokasi penelitian. 3
Reduksi dimensi spasial grid dengan menggunakan analisis komponen utama. Setiap peubah penjelas GCM dilakukan reduksi serentak terhadap
grid horisontal dan level. Dengan pendekatan ini maka akan didapatkan 6 peubah penjelas tidak dibedakan ketinggian, yaitu: precipitable water
prw, tekanan permukaan laut slp, komponen angin meridional va, komponen angin zonal ua, ketinggian geopotensial zg, dan kelembaban
spesifik hus. Pada masing-masing hasil reduksi diambil satu atau lebih komponen utama, dengan keragaman
≥ 90. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan berdasarkan musim, yaitu musin hujan dan kemarau.
Pembagian musim adalah sebagai berikut: musim hujan bulan Nopember – April, dan musim kemarau mulai bulan Mei – Oktober. Perbagian musim
ini berdasarkan publikasi BMG untuk wilayah Indramayu BMG 2003. 4
Menyusun model regresi dengan menggunakan regresi splines adaptif berganda. Secara umum model regresi yang dihasilkan adalah:
k k
BF B
BF B
BF B
B y
... ˆ
2 2
1 1
+ +
+ +
= dimana k adalah peubah penjelas ke-k, B
B
1
, B
2
, . . ., B
k
merupakan koefisien regresi basis fungsi ke-1, 2, ..., k dan BF
1
, BF
2
, . . ., BF
k
adalah fungsi basis ke-1, 2, . . . , k.
5 Penentuan urutan peubah penjelas GCM yang dominan paling ber-
pengaruh terhadap curah hujan. Untuk mengidentifikasi peubah penjelas yang berpengaruh dilakukan dengan cara menghilangkan peubah penjelas
satu per satu dari model, kemudian menghitung goodness of fit dari setiap pengurangan peubah penjelas tersebut. Kriteria goodness of fit meng-
gunakan kriteria validasi silang generalized cross validation: GCV.
[ ]
[ ]
2 2
1
1 ˆ
1 N
M C
x f
y N
M GCV
N i
i M
i
− −
=
∑
=
31 Semakin besar pengurangan nilai GCV suatu peubah penjelas semakin
berpengaruh peubah penjelas tersebut terhadap model regresi yang dibentuk.
Diagram alir metode analisis selengkapnya disajikan pada Gambar 5.2.
Data GCM: Ukuran grid 12x12
Ketinggian: permukaan, 850 hPa, 500 hPa, dan 200 hPa
Peubah: prw, hus, ua, va, zg, dan slp
Untuk setiap peubah GCM: Dilakukan reduksi dimensi secara serentak
grid terpilih dan ketinggian level dengan menggunakan komponen utama
Data curah hujan
Untuk setiap peubah GCM: Mengambil satu atau lebih komponen
utama yang representasi: PC
prw1
, PC
prw2
, …, PC
slp1
, PC
slp2
PC
prw1
: komponen utama pertama prw
Pilih peubah GCM yang mempunyai pengurangan nilai
GCV besar Hitung goodness of fit validasi
silang:GCV setiap penghilangan satu peubah penjelas
Y = f PCprw1, PCprw2, …, PCslp1, PCslp2
Metode RSAB
Gambar 5.2 Diagram alir penentuan peubah GCM yang paling berpengaruh terhadap curah hujan.
5.3 Hasil dan Pembahasan Reduksi dimensi grid domain