Selain bangunan-banguna di atas, masih ada beberapa bangunan kuno lain di Pabrik Gula Cepiring. Antara lain, miniatur menara Eiffel yang ada
di halaman kantor besar. Loko-loko uap kuno yang sekarang sudah tidak dipakai lagi dan dalam keadaan tidak jalan, juga dipajang di halaman
kantor besar. Mesin jahit karung, dan timbangan kuno. Sarana lain yang ada di Pabrik Gula Cepiring.
a. Transportasi
Di Pabrik Gula Cepiring terdapat transportasi unik berupa dokar atau andhong. Selain berupa transportasi tradisional, dokar ini memiliki
keunikan, yaitu kuda yang menjadi penarik dokar memiliki mata buta. Walaupun kudanya buta, dokar ini tetap aman dikendarai.
b. Area olahraga
Ada beberapa arena olah raga yang disediakan, antara lain, lapangan futsal, tenis lapangan, tenis meja, voli dan kolam renang. Yang paling
diminati adalah sarana kolam renang, selain bersih, juga disediakan warung makan sederhana yang menjajakan berbagai makanan, dan juga
harga tiket masuknya relative murah.
2.4.5 Sejarah Pabrik Gula Cepiring
Perkembangan dan kemajuan suatu daerah, tidak akan luput dari sejarahnya. Dengan sejarah, akan mudah untuk mengenali dan belajar menjadi
lebih baik. Begitupula dengan sejarah pabrik gula. Krisnina Mahanani Akbar Tandjung dalam bukunya, “Jejak Gula : Warisan Industri Gula di Jawa”
menyatakan bahwa adanya pembangunan pabrik gula menjadi salah satu
patokan perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Dalam hal ini, daerah yang menjadi pusat industri gula, lebih berkembang dan lebih maju bila
dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang bukan pusat industri gula. Dengan adanya pabrik gula, masyarakat sekitar menjadi lebih produktif
dan pendapatannya lebih tinggi dari masyarakat daerah lainnya. Pembangunan fasilitas-fasilitas seperti rumah sakit atau klinik, perumahan, jalan, penerangan
digalakkan untuk mendukung kelancaran produksi gula, dari segi materi maupun tenaga manusianya. Dengan adanya pembangunan besar-besaran
tersebut, tidak dipungkiri jika masyarakat sekitar pabrik gula hidup lebih makmur dari daerah lainnya.
Di pulau Jawa, terdapat banyak pabrik gula, dan didominasi oleh Jawa Timur. Sampai sekarang pun, hasil gula terbesar di pulau Jawa adalah Jawa
timur. Di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Kendal, ada empat pabrik gula, yaitu pabrik gula di desa Plantaran, Kecamatan Kaliwungu, pabrik gula di
daerah Gemuh, Pabrik Gula di Puguh dan pabrik gula di Cepiring. Pabrik Gula Cepiring di kecamatan Cepiring inilah satu-satunya pabrik gula di Kabupaten
Kendal yang masih bertahan dan tetap berproduksi sampai sekarang. Pabrik gula Cepiring didirikan pada tahun 1835. Dilihat dari tahun
pembangunan, pabrik gula dibangun pada masa tanam paksa. Salah satu jenis tanaman wajib yang diperintahkan pemerintahan Belanda pada rakyat
Indonesia terutama di Jawa adalah tebu. Untuk mengolah tanaman tebu tersebut, didirikanlah pabrik gula. Pabrik gula Cepiring dengan nama
“Kendalsche Suiker Onderneming” dalam bahasa belanda. Pada tahun yang
sama, proses produksi gula yang pertama juga dilaksanakan. Pabrik Gula Cepiring terus beroperasi memproduksi gula, hingga tahun 1904. Pada tahun
1904 sampai 1916 mengalami kemacetan. Proses produksi berhenti total akibat dari perang dunia I.
Pabrik gula Cepiring mulai bangkit dan berproduksi kembali pada tahun 1926. Pada tahun tersebut, pabrik gula melakukan rehabilitasi dengan
mengganti proses dari defekasi menjadi karbonatasi rangkap dan aktif berproduksi sampai dengan tahun 1930. Pada tahun 1930 tersebut, pabrik
berhenti berproduksi lagi sampai tahun 1934. Hal tersebut karena dampak dari krisis ekonomi dunia malaise setelah perang dunia I berakhir. Pada tahun
1935 mulai berproduksi kembali. Aktivitas tersebut tidak bertahan lama, hanya bertahan selama 6 tahun, yaitu sampai tahun 1941.
Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun yang sama, pemerintahan Jepang menguasai Pabrik Gula Cepiring dan menjadikannya
sebagai markas. Banyak bangunan-bangunan berasitektur Belanda yang dihancurkan. Alat-alat pembuatan gula juga dihancurkan.
Pada tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan pada perang dunia II, dan Indonesia merdeka. Pada tahun yang sama pula, Belanda kembali lagi ke
Indonesia dan mulai kembali melakukan penjajahan. Pabrik Gula Cepiring juga kembali dikuasai oleh Belanda tetapi tidak berproduksi kembali sampai
tahun 1953. Pada tahun 1954, Pabrik Gula Cepiring mulai diperbaiki dengan cara mengkanibali pabrik-pabrik gula yang ada di Jawa. Mesin-mesin yang
rusak atau hancur diganti dengan mesin lain yang diambil dari pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun itu pula Pabrik Gula Cepiring berproduksi kembali.
Pada bulan desember tahun 1957, Pabrik Gula Cepiring diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dikelola oleh Bank Industri Negara BIN.
Pada saat itu, perusahaan-perusahaana peninggalan Belanda dinasionalisasi, Pabrik Gula Cepiring diubah statusnya menjadi Perusahaan Perkebunan
Negara Pabrik Gula Cepiring. Nasionalisasi tersebut berdasarakan Undang- Undang No.86 tahun 1958, bahwa pabrik-pabrik gula di Jawa
kepengurusannya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara, dan setiap provinsi diberi perwakilan. Perwakilan Jawa Tengah berada di Semarang.
Mulai tahun-tahun seterusnya, Pabrik Gula Cepiring beberapa kali berganti status karena beberapa kali pula mengalami pergantian pengelolaan
dari perusahaan-perusahaan negara. Tahun 1973, Pabrik Gula Cepiring yang berada di bawah pengelolaan PNP Perusahaan Negara Perkebunan XV.
Status PNP XV diubah menjadi PTP XV Persero. Tahun 1981, PTP XV digabung dengan PNP XVI menjadi PTP XV-XVI, dan tahun 1996, Persero
tersebut bergabung lagi dengan PTP XVIII menjadi PTP Nusantara IX. Pada tahun 1998, Pabrik Gula Cepiring tidak berproduksi karena
kekurangan bahan baku tebu. Kemudian, tahun 2004, Pabrik Gula Cepiring mengadakan kerjasama dengan PT Multi Manis Mandiri membangun
perusahaan patungan dengan nama PT Industri Gula Nusantara untuk kembali mengoperasikan Pabrik Gula Cepiring. Tahun 2006, memulai memperbaiki
kerusakan pada bangunan dan memesan mesin-mesin baru. Tahun 2007 mulai
kembali beroperasi, dan pada bulan Maret tahun 2008, mulai melakukan trial run dengan mengolah raw sugar. Bulan Oktober mulai giling tebu. Untuk
selanjutnya bahan baku mixed antara tebu dan raw sugar dan menghasilkan gula kristal putih 500 ton per hari.
2.4.6 Proses Pembuatan Gula