Kerangka Pikir KERANGKA TEORITIS

65 dengan rasio antara penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur L M dan total angkatan kerja desa L US , maka nilai peluang itu dapat dihitung dengan rumus: M US M A W L L W = ......................................................................................... 3.15 Nilai peluang perolehan pekerjaan inilah yang akan menyamakan tingkat upah di perdesaan yaitu W A . Adanya selisih tingkat upah desa-kota tersebut, mendorong terjadinya arus migrasi dari desa ke kota, hal ini terlihat pada garis qq’ pada Gambar 3. Titik keseimbangan yang baru ini terlihat berada pada titik Z dimana selisih pendapatan antara kota desa sebesar W M -W A , jumlah tenaga kerja yang masih ada disektor pertanian adalah O A L A . Sedang tenaga sebesar O M L M ada disektor industri dengan tingkat upah sebesar W M , dan sisanya adalah O M L A - O M L M akan menganggur atau memasuki sektor informal yang pendapatannya rendah, Jhingan, 2004.

3.8. Kerangka Pikir

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan Todaro, 2009. Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut melalui pertumbuhan produktivitas. Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi. Kebijakan fiskal dalam pandangan Keynesian memiliki peran yang cukup signifikan terhadap perekonomian. Desentralisasi fiskal di Indonesia memberi kewenangan pada pemerintah daerah berupa keleluasaan untuk mengatur penerimaan dan pengeluarannya sesuai dengan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan. Hal tersebut didasari pada asumsi bahwa, pemerintah daerah lebih tahu dan lebih mengenali potensi-potensi daerah untuk meningkatkan penerimaannya. Selain itu pemerintah daerah juga diasumsikan lebih bisa secara efisien dan efektif dalam membiayai pengeluarannya sesuai dengan prioritas pembangunan daerah yang telah ditetapkan, untuk tercapainya kesejahteraan masyarakatnya, karena mereka lebih dekat dengan rakyat. Kebijakan fiskal pemerintah daerah kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi Selatan diharapkan dapat memberi stimulus terhadap perekonomian daerah secara berkesinambungan dan berkualitas. Variabel fiskal daerah meliputi; penerimaan pemerintah daerah yaitu 1 pendapatan asli daerah PAD yang meliputi; pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, dan 2 transfer dari pemerintah pusat berupa dana alokasi umum DAU, dana bagi hasil pajak dan bukan pajak DBH, dan dana alokasi khusus DAK, dan 3 lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sementara pengeluaran pemerintah daerah kabupaten kota meliputi dikelompokkan ke dalam; 1 belanja pegawai, 2 belanja barang dan jasa, 3 belanja modal, dan 4 belanja lain-lain. Dalam pandangan Keynes kebijakan fiskal tersebut akan mempengaruhi pendapatan nasional dari sisi permintaan, bersama-sama dengan variabel konsumsi, investasi, ekspor, dan impor. Sementara dari sisi produksi mempengaruhi output masing-masing-sektor dalam perekonomian daerah atau produk domestik regional bruto PDRB, dan penyerapan tenaga kerja kabupaten kota di provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini kinerja fiskal daerah diukur dengan melihat peran kebijakan fiskal dan memberikan stimulus terhadap investasi swasta, pertumbuhan PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan kemiskinan. Oleh karena penelitian terlebih dahulu digambarkan pola hubungan antara kebijakan fiskal terutama belanja modal terhadap pertumbuhan PDRB, kemiskinan dan pengangguran. Sementara kinerja fiskal sektor pertanian dapat dilihat pada peran kebijakan fiskal dalam memberikan stimulus terhadap sektor pertanian pada produk domestik regional bruto PDRB, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan kesejahteraan petani. 67 Secara skematis, kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

3.9. Hipotesis