Potensi Korelasi Potensi Susu Kambing Fermentasi Dengan Penambahan Daun Kari Sebagai Pemutih Kulit

Alur Berpikir Penelitian Potensi Susu Kambing sebagai Pemutih Kulit a. Susu Kambing b. Starter Bakteri Asam Laktat c. Daun Kari Membandingkan Dua Potensi Starter yang Digunakan Lactobacillus plantarum TW 14 dan Lactobacillus rhamnosus TW 2 Gamba 1. Mendapatkan persentase kons fermentasi susu kambing seba 2. Mengidentifikasi secara kual 3. Mengukur kandungan fenolik 4. Mengidentifikasi nilai pengha 5. Mendapatkan waktu inkubas starter serta penambahan daun 6. Membandingkan persentase a kambing dan fermentasi penambahan daun kari. 7. Membandingkan spesies bakt Lactobacillus rhamnosus TW agai a. Inhibitor Tirosinase b. Antioksidan c. Inhibitor Melanin pa B16F0

a. Potensi

t

b. Korelasi

14 amnosus mbar 1. Alur kerangka berpikir penelitian Tujuan Penelitian konsentrasi penambahan bakteri asam laktat ebagai inhibitor enzim tirosinase dan antioksidan. kualitatif komponen fitokimia dari daun kari. nolik sebagai antioksidan pada daun kari. nghambatan enzim tirosinase dan antioksidan dari d basi terbaik dari susu kambing tanpa dan dengan m daun kari sebagai inhibitor enzim tirosinase dan ant se aktivitas inhibitor melanin pada kultur sel B16F si susu kambing menggunakan starter dengan bakteri asam laktat terbaik Lactobacillus plantarum TW 2 sebagai inhibitor melanin pada kultur sel B16F ase pada Sel t terbaik pada n. ri daun kari. n menggunakan antioksidan. 16F0 antara susu ngan dan tanpa arum TW 14 dan B16F0. Manfaat Penelitian 1. Menginformasikan potensi susu kambing sebagai sediaan kosmetika terutama sebagai pemutih kulit. 2. Menginformasikan potensi susu kambing fermentasi dengan penambahan bakteri asam laktat sebagai pemutih kulit. 3. Menginformasikan potensi daun kari yang selama ini digunakan sebagai bahan makanan juga punya potensi lain sebagai sediaan kosmetika. 4. Menginformasikan potensi susu kambing fermentasi dengan penambahan bakteri asam laktat dan daun kari sebagai pemutih kulit. 2 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Agustus 2013 hingga Bulan Desember 2014. Persiapan bakteri dan fermentasi susu dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi susu fermentasi dilakukan pada Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Persiapan daun kari dan ekstraksi daun kari dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pengujian antioksidan dan enzim tirosinase dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor. Pengujian Inhibitor melanin pada kultur sel B16F0 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Ilmu Biologi, Universitas Gifu, Jepang. Materi Penelitian Susu kambing yang digunakan berasal dari kambing Peranakan Etawah. Susu kambing diperoleh dari Koperasi Daya Mitra Primata, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor. Fermentasi susu menggunakan dua isolat bakteri asam laktat BAL yaitu L. plantarum TW 14 dan L. rhamnosus TW 2. Kedua BAL ini telah diisolasi Setyawardani 2012, dari susu kambing Peranakan Etawah yang berasal dari Koperasi Daya Mitra Primata, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor. Dalam penelitian ini kedua isolat yang digunakan tersebut, dikonfirmasi kembali secara morfologi, fisiologi dan biokimianya. Daun kari Murraya koenigii yang digunakan diperoleh dari desa Cot Keung, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Kultur sel B16F0 melanosit diperoleh dari biomedical pharma, Osaka, Jepang. Bahan-bahan yang digunakan untuk persiapan bakteri asam laktat diantaranya deMan Rogosa Sharpe Agar MRSA Oxoid dan deMan Rogosa Sharpe Broth MRSB Oxoid, Buffer Peptone Water BPW Oxoid, pereaksi H 2 O 2 , NaCl. Pada persiapan daun kari n- heksana, etanol, Reagen Follin ciocalteu’s, amil, alkohol, NH 4 OH. Bahan-bahan yang dipersiapkan pada uji penghambatan tirosinase dan uji antioksidan antaranya, dimetil sulfoksida DMSO, asam kojat, Na 2 HPO 4 , NaH 2 PO 4 buffer fosfat pada pH 6.5, enzim Tirosinase dan Substrat L-Tirosin dan L-DOPA, metanol 0.01 M, 2.2 dipheniyl-1- pycryhidrazyl DPPH, asam askorbat, Dulbecco Modified Eagle Medium DMEM, Fetal Bovine Serum FBS, penicilin, streptomycin, reagen Microculture Tetrazolium Technique MTT, Isoprophyl alcohol, phosphate buffered saline PBS, NaOH dan Trypsin. Alat-alat yang digunakan diantaranya inkubator, waterbath, laminar, mikroskop elektron, bunsen, mikro pipet, gelas objek, neraca analitik, autoclave, high speed centrifuge RCF 55.200 grav, rotary evaporator, Eyela vacuum freeze dryer FD-5N Tokyo, cawan petri, tabung reaksi, ependorf, spektrometer reader immurement NJ-2300, multi plate reader Elisa Biotek, labu takar dan lainnya. Prosedur Penelitian Persiapan Susu Susu kambing yang digunakan pada penelitian ini merupakan susu segar yang diperoleh dari pemerahan di pagi hari. Susu dikemas dalam plastik HDPE selama pengangkutan dari tempat pemerahan, susu dianalisis kandungan awal berupa berat jenis, pengukuran kadar protein dan pengukuran kadar lemak Sudarwanto 2012. Susu dipasteurisasi pada suhu 85 o C selama 30 menit sebelum dilakukan fermentasi. Uji Berat Jenis Sebanyak 500 ml susu dimasukan ke dalam gelas ukur, selanjutnya laktodensimeter dicelupkan ke dalam gelas ukur dan dibaca skala beserta suhunya. Pengukuran Kadar Protein Kadar protein diukur dengan metode titrasi formol. Pertama standar disiapkan dengan menambahkan 1 ml kalium oksalat 28 ke dalalm 25.0 ml contoh susu. Selanjutnya ditambahkan 0.5 ml larutan kobalt sulfat 5 dan dicampurkan. Warna standar ini harus diganti paling lama setiap 3 jam. Sebanyak 25.0 ml contoh ditambahkan 0.25 ml phenolphthalein 20 dan 1 ml larutan kalium oksalat 28, kemudian dicampurkan. Ditunggu minimum 1 menit, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan 17 NaOH sampai terjadi perubahan warna seperti standar. Campuran ditambahkan 5.0 ml larutan formalin, ditunggu selama 1 menit, kemudian dititrasi kembali dengan 17 N NaOH sampai terbentuk warna merah jambu yang tidak menghilang walaupun dikocok warna standar. Jumlah NaOH yang terpakai pada titrasi kedua adalah persentase protein dari contoh susu yang diperiksa. Pengujian ini dilakukan secara paralel,selisih perhitungan antara pengujian ke-1 dan ke-2 tidak boleh melebihi 0.1. Pengukuran Kadar Lemak Kadar lemak diukur menggunakan metode Gerber, protein susu akan larut dengan penambahan asam sulfat pekat. Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat dimasukkan ke dalam butirometer. Selanjutnya ditambahkan 10.75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Butirometer disumbat dengan rapat, kemudian dikocok agar bagian-bagian di dalamnya tercampur rata. Oleh karena ada reaksi panas yang ditimbulkannya, dianjurkan sebelum mengocok, sebaiknya butirometer dibungkus dengan kain lap. Setelah terbentuk warna ungu sampai kecoklatan terbentuk karamel, masukkan butirometer ke dalam sentrifus dan disentrifus pada 1200 rpm selama 5 menit. Selanjutnya butirometer dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 65 o C selama 5 menit. Cara meletakkan butirometer di dalam penangas air bagian yang ada sumbatnya diletakkan di bawah dan bagian yang ada skalanya di atas. Seteah itu, skala pada butirometer dibaca. Skala tersebut menunjukkan persentase kadar lemak. Perhatikan pada waktu pembacaan skala, batas antara lemak cairan jernih dengan campuran ungu-cokelat harus tepat pada angka 0. Hal ini dapat diatur dengan mendorong atau menarik sumbat butirometer dengan sangat hati- hati. Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan penelitian, tahap pertama untuk memperoleh konsentrasi starter terbaik dalam penghambatan tirosinase dan antioksidan. Pada tahap kedua melihat pengaruh waktu inkubasi terhadap penghambatan tirosinase dan antioksidan. Tahapan ketiga melihat penghambatan melanin pada kultur sel B16F0 melanosit. Tahapan Pertama Penelitian tahap pertama bertujuan untuk menentukan efektivitas terbaik dari fermentasi susu kambing dengan konsentrasi penggunaan starter BAL yang berbeda 3, 4 dan 5. Parameter yang diamati berupa aktivitas penghambatan tirosinase dan antioksidan. Hasil konsentrasi penambahan starter terbaik pada tahap 1, menjadi rujukan pada tahap kedua. Matrik pengujian pada tahapan pertama tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Matrik kerja penentuan konsentrasi starter Parameter Uji Hasil Reidentifikasi Karakteristik morfologi morfologi Bakteri Asam Laktat a. Pewarnaan Gram Karakteristik Fisiologis Fisiologis a. Uji ketahanan terhadap suhu b. Uji ketahanan terhadap garam c. Uji ketahanan terhadap pH Karakteristik kimiawi Kimiawi a. Uji katalase Persiapan starter Kultur induk Kultur antara Kultur kerja Fermentasi susu Inhibitor tirosinase Fermentasi susu dengan penambahan Antioksidan terbaik sebagai starter 3, 4 dan 5 Inhibitor tirosinase dan antioksidan Bakteri asam laktat yang digunakan merupakan bakteri yang diisolasi dari kambing Peranakan Etawah oleh Setyawardani 2012. Dua jenis bakteri yang berhasil diisolasi adalah L. plantarum TW 14 dan L. rhamnosus TW 2. Persiapan starter dan efektivitas fermentasi dapat dilihat pada Gambar 2. Persiapan Bakteri Asam Laktat Kultur bakteri asam laktat BAL L. plantarum TW 14 dan L. rhamnosus TW 2, disegarkan dan diperiksa populasinya. Populasi bakteri asam laktat terlebih dahulu dihitung jumlah koloninya dan diukur waktu inkubasijam sampai 48 jam untuk menentukan starter kerja yang akan digunakan pada proses fermentasi. Kultur BAL yang digunakan diidentifikasi ulang secara morfologi, fisiologi dan kimiawi. Penyegaran Bakteri Asam Laktat Persiapan kultur BAL dengan cara mengaktifkan kembali kultur BAL dalam media MRSB steril. Penyegaran pertama dengan menumbuhkan masing-masing 1 mL kultur BAL ke dalam tabung berisi 9 mL media MRSB steril dan inkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Penyegaran ke-2 dengan menumbuhkan masing-masing 1 mL kultur penyegaran ke-1 ke dalam tabung berisi 9 mL media MRSB steril dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Penyegaran ke-3 dengan menambahkan masing-masing 5 mL kultur penyegaran ke-2 ke dalam botol berisi 45 mL media MRSB steril dan inkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan perhitungan populasi awal BAL pada MRSA, pemeriksaan karakteristik kultur starter dan penentuan waktu starter kerja. Gambar 2 Persiapan starter dan fermentasi Susu kambing Pemanasan pada suhu 85 o C selama 30 menit Pendinginan pada suhu kamar Penuangan dalam gelas piala Inkubasi 24 jam pada suhu 30 o C Pengukuran inhibitor tirosinase dan antioksidan Kultur stok dalam MRS agar penghitungan jumlah koloni Penyegaran dalam MRS Broth 24 jam pada suhu 37 o C Penyegaran dalam MRS Broth 24 jam pada suhu 37 o C Kultur L. plantarum TW 14 dan L. rhamnosus TW 2 Persiapan starter kerja Inokulasi starter 3, 4, 5 Identifikasi Karakteristik Morfologi BAL Prescott 2002. Pengujian morfologi sel bertujuan melihat bentuk isolat dengan pewarnaan Gram. Bentuk morfologi sel yang diharapkan adalah Gram positif berbentuk batang atau bulat. Identifikasi Karakteristik Fisiologis BAL Harrigan 1998 a. Penentuan ketahanan terhadap suhu. Kemampuan BAL tumbuh pada suhu yang berbeda diuji secara kualitatif. Satu ose isolat BAL dimasukkan dalam 9 ml MRSB. Isolat diinkubasi pada suhu 10, 37, dan 45 o C selama 2-5 hari. Hasil positif pertumbuhan ditandai adanya kekeruhan pada media tersebut.

b. Penentuan ketahanan terhadap garam.