HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI TAHUNAN KABUPATEN JEPARA

(1)

commit to user

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA

DI TAHUNAN KABUPATEN JEPARA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Disusun Oleh: RISKA SEPTIANA DEWI

R1110024

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Tahunan Kabupaten Jepara “. Peneliti menyadari bahwa terselesainya penulisan karya tulis ilmiah ini adalah berkat bimbingan, arahan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K), Ketua Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi C., S.Kep.Ns., M.Kes., Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah DIV

Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Widardo, M.Sc. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing hingga terselesainya karya tulis ilmiah ini.

4. Sri Mulyani, S.Kp.Ns., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah sabar

membimbing penulis hingga terselesainya karya tulis ilmiah ini.

5. Suhanantyo, drg., M.Si.Med.PGK. selaku ketua penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Suyatmi, dr., M.Biotech.bselaku sekretaris penguji yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(5)

commit to user

7. Segenap Dosen beserta Staf Program Studi DIV Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Keluarga tercinta (Bpk Ahmad Asyhar (Alm), Ibu Istianah, serta Adikku

Ahmad Idham Sudrajat) atas segala kasih sayang, doa, semangat, suntikan dana, motivasi dan kepercayaan yang diberikan kepada peneliti.

9. Orang terkasih yang selalu menemani dan memotivasiku.

10. Teman-teman seperjuangan DIV kebidanan Transfer tahun 2010 yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

11. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya karya tulis ilmiah ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tugas peneliti selanjutnya. Peneliti berharap semoga tersusunnya karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Akhir kata, semoga Tuhan senantiasa memberikan ridho, rahmat dan berkah-Nya serta membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Surakarta, Agustus 2011

Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5


(7)

commit to user

2. Perkembangan ... 13

3. Pengaruh Status Gizi terhadap Perkembangan ... 27

B. Kerangka Konsep ... 29

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Desain Penelitia ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitan ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi Target ... 30

2. Populasi Aktual ... 30

3. Sampel ... 31

4. Teknik Sampling ... 31

5. Estimasi Besar Sampel ... 31

6. Kriteria Restriksi ... 32

D. Definisi Operasional ... 33

E. Cara Kerja ... 35

1. Instrumen Penelitian ... 35

2. Metode Pengumpulan Data ... 36

3. Metode Pengolahan Data ... 37

F. Rencana Analisis ... 38

1. Analisis Univariat ... 38

2. Analisis Bivariat ... 38


(8)

BAB V PEMBAHASAN ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA


(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kebaikan dan Kelemahan Masing-Masing Indeks

Antropometri………. 13 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Tahunan

Kabupaten Jepara……… 43

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita di Tahunan

Kabupaten Jepara……… 44

Tabel 4.3. Tabel Kontingensi 3x3 Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan pada Balita di Tahunan Kabupaten Jepara………

.

45

Tabel 4.4. Tabel Kontingensi 2x2 Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan pada Balita di Tahunan Kabupaten Jepara………...

.


(10)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 31


(11)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Secara umum ada dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Di sini lingkungan merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Gizi anak merupakan faktor biologis dalam faktor lingkungan yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan (Tohaga, 2008).

Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak di dalam dan di luar kandungan merupakan masa di mana mulai saat itu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dengan mudah diamati (Seotjiningsih, 2003).

Pada balita yang mengalami malnutrisi akan mempengaruhi gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan otak 80 % terjadi sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Oleh karena itu, asupan nutrisi dengan komposisi gizi yang seimbang sangat dibutuhkan balita hingga usia 2 tahun (Nuryati, 2008).


(12)

Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu 10 persen dari seluruh populasi maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan. Selain hal-hal tersebut, berbagai faktor lingkungan yang dapat menggangu tumbuh kembang anak juga perlu juga perlu dieliminasi (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada bulan Desember 2010, jumlah balita adalah 72.828 jiwa dengan jumlah balita yang mempunyai status gizi buruk sebanyak 229 jiwa, gizi kurang sebanyak 3610 jiwa, gizi baik sebanyak 67744 jiwa dan gizi lebih 1245 jiwa. Sedangkan data dari Puskesmas Tahunan Kabupaten Jepara menunjukkan jumlah balita sebanyak 7098 jiwa, dengan jumlah balita yang mempunyai status gizi buruk sebanyak 14 jiwa, gizi kurang sebanyak 528 jiwa, gizi baik sebanyak 6258 jiwa dan gizi lebih 298 jiwa.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Maret 2011 diperoleh hasil bahwa dari 10 balita, terdapat 1 balita yang mengalami penyimpangan perkembangan kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh gizi yang kurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara.


(13)

commit to user

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian ” Adakah hubungan status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara?”

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Kabupaten Jepara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status gizi balita di Tahunan Kabupaten Jepara. b. Mengetahui perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara.

c. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai penerapan teori hubungan status gizi dengan perkembangan pada balita.

2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan kepada peneliti terutama mengenai hubungan status gizi dengan perkembangan balita serta mengaplikasikan materi tentang metodologi penelitian yang didapatkan selama pendidikan


(14)

b. Bagi Instansi

1) Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian dijadikan salah satu masukan bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan dalam bidang tumbuh kembang yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan sehingga dapat menurunkan angka kejadian kurang gizi dan perkembangan yang menyimpang.

2) Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan literatur tentang hubungan status gizi dengan perkembangan balita.

c. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita

 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi ibu yang mempunyai balita tentang hubungan status gizi dengan perkembangan balita sehingga apabila ibu mempunyai balita yang mengalami masalah tumbuh kembang dapat segera diperiksakan ke layanan kesehatan. d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber bacaan atau literatur sehingga dapat dikembangkan penelitian selanjutnya mengenai hubungan status gizi dengan perkembangan balita.


(15)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Status Gizi

a. Definisi

Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).

Status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000). Selain itu, status gizi merupakan suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Gumala (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor dalam tubuh manusia sendiri yang berpengaruh terhadap status gizi, seperti kemampuan tubuh untuk


(16)

menyerap makanan yang masuk, keturunan atau kelainan-kelainan tubuh.

2) Faktor eksternal

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :

a) Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang gizi

b) Latar belakang sosial budaya

c) Daya beli keluarga

d) Jumlah anggota keluarga

e) Asupan makanan

f) Penyakit infeksi

g) Produsi pangan

h) Kondisi hygiene (Azwar, 2004).

c. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia (Arisman, 2004).

Menurut Supariasa (2002), membagi penilaian status gizi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.

1) Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian

yaitu :

a) Antropometri


(17)

commit to user

asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi (Supariasa, 2002).

Menurut Arisman (2004), ada 3 macam cara pemaparan indikator antropometris yaitu :

(1) Persentase

Dengan cara berat badan pada usia tertentu dibagi dengan berat baku acuan.

(2) Persentil

Cara ini mengacu pada posisi nilai suatu ukuran secara keseluruhan dari pengukuran populasi acuan yang disusun berdasarkan peringkat. Persentil tidak dianjurkan dalam menilai indikator antropometris di suatu negara sedang berkembang jika data acuan yang akan digunakan berasal dari hasil pengukuran populasi di negara maju.

(3) Standar deviasi ( Z-score)

WHO menyarankan menggunakan z-score untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

Rumus perhitungan z-score adalah :

re nilai individu subyek nilai median nilai simpang baku rujukan


(18)

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini umumnya

digunakan untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys), untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang.

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan dalam pemeriksaan klinis adalah rambut, kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata dan (khusus lelaki) alat kelamin. Beberapa tanda fisik bersifat patognomomis untuk defisiensi zat gizi tertentu. Dalam penafsiran tanda-tanda klinis tidak dapat dibaca sendiri-diri, harus dikaji secara menyeluruh agar tidak terjadi salah penafsiran (Arisman, 2004).

c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, misal : darah, urin, hati dan otot. Metode ini digunakan untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

Arisman (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan biokimia membutuhkan tenaga ahli dan tahap pemeriksaan yang cukup rumit. Pemeriksaan ini meliputi :

(1) Protein viseral


(19)

commit to user

(3) Transferrin serum

(4) Thyroxine-binding peralbumin (TBPA)

(5) Fungsi kekebalan

(6) Sensitivitas kulit (DCH)

(7) Pengukuran protein somatik

(8) Penilaian hematologik

(9) Keadaan hidrasi

d) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

2) Penilaian status gizi tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan


(20)

dengan gizi. Hal ini digunakan untuk indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c) Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

d. Jenis parameter antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Adapun jenis parameter antropometri antara lain :

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) dalam Supariasa

(2002), batasan umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur

0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).

2) Berat Badan

Menurut Arisman (2004), berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini


(21)

commit to user

Berat badan bayi, anak dan remaja harus ditimbang secara berkala agar diperoleh gambar pertumbuhan mereka. Jika berat hanya ditimbang sekali, maka berat tersebut harus dibandingkan

dengan berat badan anak normal yang berusia sama

(Arisman, 2004).

3) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain seperti usia dan berat badan (Arisman, 2004).

4) Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa (Supariasa, 2002).

5) Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala, misalnya

pada kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).

Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.


(22)

Dari masing-masing indeks antoprometri, mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahan yang dikutip dari Sri Hartini (1983) (Supariasa, 2002).

Tabel. 2.1. Kebaikan dan kelemahan masing-masing indeks antropometri

Indeks Kebaikan Kelemahan

BB/U - Baik untuk mengukur

status gizi akut/kronis

- Berat badan dapat

berfluktuasi

- Sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan kecil

- Umur sering sulit

ditaksir secara tepat

TB/U - Baik untuk menilai gizi

masa lampau

- Ukuran panjang dapat

dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa

- Tinggi badan tidak

cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

- Pengukuran relatif

sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya

- Ketepatan umur sulit

BB/TB - Tidak memerlukan data

umur

- Dapat membedakan

proposi badan (gemuk, normal, kurus)

- Membutuhkan dua

macam alat ukur

- Pengukuran relatif

lebih lama

- Membutuhkan dua

orang untuk melakukannya

LLA/U - Indikator yang baik

untuk menilai KEP berat

- Alat ukur murah, sangat

ringan, dapat dibuat sendiri

- Alat dapat diberi kode

warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh

- Hanya dapat

mengidentifikasi anak dengan KEP berat

- Sulit menentukan


(23)

commit to user

KKeterangan :

BB = berat badan

U = umur

TB = tinggi badan

LLA = lingkar lengan atas

2. Perkembangan

a. Definisi

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2005). Sedangkan menurut Supartini (2004), perkembangan sebagai suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang menghasilkan proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya.

Selain itu, perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi melalui proses pematangan dan belajar (Mar’at, 2006).

1) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

orang yang tidak dapat baca tulis


(24)

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Hal ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Narendra, 2002).

Menurut Soetjiningsih (2003) dan Depkes RI (2006), secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

a) Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai bawaan yang normal dan patologi, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan

kromosom sepeti down sindrom, sindrom tuner, dll.

b) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu:

(1) Faktor lingkungan pre natal

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi adalah :

(a) Gizi ibu pada waktu hamil


(25)

commit to user

lebih sering melahirkan bayi dengan BBLR atau lahir mati, hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.

(b)Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

(c) Toksin/zat kimia

Obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methasion,

obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan.

(d)Endokrin

Cacat bawaan sering terjadi pada pada ibu diabetes yang hamil dan tidak mendapat pengobatan timester I kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35 tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil, dll.

(e) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata serta kelainan jantung.


(26)

(f) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan TOCRH. Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influenza dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.

(g)Stres

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.

(h)Imunitas

Rhues atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kenr ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

(i) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.

(2) Faktor intra natal

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala bayi dan berisiko terjadi


(27)

commit to user

kerusakan jaringan otak sehingga dapat menimbulkan gangguan perkembangan anak (Nursalam, 2005). Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen. Risiko palsi serebalis lebih besar pada BBLR yang disertai asfiksia berat, hiperbilirubinemi yang disertai ken ikterus, IDAS (Idiophatic Respiratory Distress Syndrome), asidosis metabolitik dan meningitis/ensefalitis.

(3) Faktor lingkungan post natal

Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :

(a) Lingkungan biologis, antara lain :

(i) Ras/suku bangsa

Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa.

(ii) Jenis kelamin

Pertumbuhan anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

(iii) Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita. Oleh karena itu, pada masa itu anak mudah sakit dan


(28)

mudah terjadi kurang gizi. Dalam masa ini merupakan dasar pembentukan kepribadian anak sehingga diperlukan perhatian khusus.

(iv) Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Satu aspek yang penting yang perlu

diperhatikan adalah keamanan pangan (food safety)

yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai “racun” fisika, kimia dan biologis yang kian mengancam kesehatan manusia.

(v) Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan secara teratur. Pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang pada tumbuh kembang anak.

(vi) Kepekaan terhadap penyakit

Memberikan imunisasi kepada anak.

(vii) Penyakit kronis

Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya.

(viii) Fungsi metabolisme

Adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur maka kebutuhan akan nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang


(29)

commit to user

tepat atau setidak-tidaknya memadai.

(ix) Hormon

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang antara lain adalah growth hormon, tiroid,

hormon seks, insulin IGFs ( Insulin-like growth

factors) dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.

(b) Faktor fisik, antara lain :

(i) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

(ii) Sanitasi

Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembang.

(iii)Keadaan rumah : struktur bangunan, ventilasi,

cahaya dan kepadatan hunian

Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya dan tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.

(iv) Radiasi

Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi yang tinggi.


(30)

(c) Faktor psikososial, antara lain :

(i) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

(ii) Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.

(iii)Ganjaran ataupun hukuman yang wajar

Ganjaran ataupun hukuman yang wajar diberikan kepada anak sehingga anak mengetahui mana yang baik dan yang tidak baik. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak.

(iv) Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak memerlukan teman sebaya.

(v) Stres

Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.

(vi) Sekolah


(31)

commit to user

setiap anak mempunyai kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun.

(vii)Cinta dan kasih sayang

Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tua.

(viii) Kualitas interaksi anak dan orang tua

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga.

(d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain :

(i) Pekerjaan/pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak.

(ii) Pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak.

(iii)Jumlah saudara

Jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.

(iv) Jenis kelamin dalam keluarga

Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi tinggi


(32)

pada wanita.

(v) Stabilitas rumah tangga

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak.

(vi) Kepribadian orang tua

Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak bila dibandingkan dengan mereka yang kepribadiannya tertutup.

(vii)Adat istiadat,norma-norma

Adat istiadat dan norma-norma yang berlaku di masyarakat akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

(viii) Agama

Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin.

(ix) Urbanisasi

Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasalahannya.

(x) Kehidupan politik dalam masyarakat yang

mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran, dan lain-lain.


(33)

commit to user

b. Kebutuhan Dasar Anak

Nursalam (2005), mengemukakan bahwa anak yang tumbuh dan berkembang secara optimal dipengaruhi oleh interaksi faktor internal dan faktor eksternal. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh positif bagi tumbuh kembang anak maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tersebut. Oleh karena itu, Soetjiningsih (2003) mengelompokkan tiga kebutuhan dasar anak, yaitu :

1) Asuh, menunjukkan kebutuhan fisik biomedis dalam hal ini yang

terpenting adalah pangan/gizi.

2) Asih, menunjukkan kebutuhan emosi, kasih sayang.

3) Asah, menunjukkan kebutuhan stimulasi mental yang menentukan

perkembangan psikososial anak.

c. Pemantauan Perkembangan

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 2003).

Menurut Depkes RI (2006), ada empat aspek perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak, antara lain :

1) Gross motor (gerakan motorik kasar) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri


(34)

dan sebagainya.

2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjepit, menulis dan sebagainya.

3) Language (bahasa) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4) Personal social (perilaku sosial) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membersihkan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

d. Skrining Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP)

Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk deteksi dini kelainan perkembangan anak, agar diagnosis dan pemulihannya dapat dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin (Soetjiningsih, 2003).


(35)

commit to user

Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda-beda namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Penilaian perkembangan

anak dengan screening (skrining/penapisan/penjaringan) dan

surveillance ukuran standar atau non standar yang juga digabungkan dengan informasi tentang perkembangan sosial, riwayat keluarga, riwayat medik dan hasil pemeriksaan mediknya (Narendra, 2002).

1) Aspek perkembangan yang dinilai

a) Personal social (perilaku sosial)

b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) c) Language (bahasa)

d) Gross motor (gerakan motorik kasar)

2) Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9,

12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta orang tua datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.

3) Alat yang digunakan

a) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10


(36)

anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar

bola tenis, kerincingan, kubus warna kuning-merah-biru-hijau, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1cm.

4) Cara menggunakan KPSP

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b) Tentukan umur anak. Bila umur anak lebih dari 16 hari

dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh : 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan

c) Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

d) KPSP terdiri dari dua macam pertanyaan, yaitu :

(1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.

(2) Perintah kepada ibu/pengasuh atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.

(3) Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu dalam

menjawab.

(4) Tanyakan pertanyaan secara berurutan.

(5) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

e) Interpretasi hasil KPSP

(1) Menghitung semua jawaban ya.


(37)

commit to user

anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

(3) Apabila jumlah jawaban ‘ya’ = 7 atau 8, perkembangan

anak meragukan (M).

(4) Apabila jumlah jawaban ‘ya’ ≤ 6, kemungkinan ada

penyimpangan (P).

(5) Untuk jawaban ‘tidak’, perlu dirinci jumlah jawaban

‘tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

3. Pengaruh Status Gizi Terhadap Perkembangan Anak

Berbagai faktor baik genetik maupun lingkungan yang begitu mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak sejak masa pre natal, intra natal sampai post natal. Di luar faktor-faktor lain yang berpengaruh untuk peningkatan kualitas tumbuh kembang anak sangat bergantung pada gizi (As’ad, 2002).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding dengan anak yang tidak mendapatkan ASI (Arsad, 2009).

Selama masa bayi dan kanak-kanak kebutuhan terhadap kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan berat badan dan tinggi badan. Anak-anak menggunakan energi yang besar untuk melakukan aktivitas motoriknya. Untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas tersebut maka anak memerlukan asupan makanan/gizi yang lebih


(38)

(Wong, 2009). Anak yang mengalami kurang gizi akan mengakibatkan anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan. Sebaliknya anak yang mengalami kelebihan gizi akan menyebabkan obesitas sehingga anak cenderung tidak aktif dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak tersebut (As’ad, 2002).

Berdasarkan peryataan di atas dapat disimpulkan bahwa status gizi anak yang baik akan mempengaruhi syaraf-syaraf agar dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugas perkembangannya.


(39)

commit to user

B.Kerangka Konsep

: diteliti

: tidak diteliti

Bagan 2.1 kerangka konsep penelitian

C.Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita.

 

Perkembangan : 

‐ Gerakan motorik kasar 

‐ Gerakan motorik halus 

‐ Bahasa 

Perilaku sosial

Faktor lingkungan

Faktor genetik Pertumbuhan

organ tubuh  

Status gizi 


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya,

tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakteristik atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Penelitian ini digunakan karena tidak memakan banyak waktu dan pengukuran varibel bebas serta variabel terikat dapat dilakukan secara bersamaan (Notoatmodjo, 2005).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di RW VII Desa Tahunan Kec. Tahunan Kab. Jepara pada bulan Februari-Agustus 2011.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah balita di Desa Tahunan Kec. Tahunan Kab. Jepara

2. Populasi Aktual

Populasi aktual merupakan bagian dari populasi target tempat anggota sampel diambil. Populasi aktual dalam penelitian ini adalah balita di RW


(41)

commit to user

VII Desa Tahunan Kec. Tahunan Kab. Jepara sehingga jumlah populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 122 balita.

3. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti. Hasil penelitian pada sampel kemudian digeneralisasikan pada populasi, artinya bahwa kesimpulan penelitian yang dilakukan pada sampel juga berlaku untuk populasi (Arikunto, 2006).

4. Teknik Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2005).

Penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu

pengambilan sampel secara random atau acak disebut random sampling, dan

sample yang diperoleh disebut sample random. Teknik random sampling ini hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini, teknik simple random sampling dengan menggunakan

teknik undian.

5. Estimasi Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sederhana untuk populasi kecil yaitu lebih kecil dari 10.000

N N d  


(42)

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditentukan sebesar 5% (Notoatmodjo, 2005).

Sampel balita

, 5 , 5

n = 93,49 (dibulatkan menjadi 93)

Berdasarkan rumus tersebut, maka dari 122 balita akan diambil sebanyak 93 sampel.

6. Kriteria Restriksi

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Sugiyono, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden

2) Tidak mempunyai cacat fisik maupun mental

3) Tidak sedang menderita penyakit sistemik

4) Tidak mempunyai riwayat BBLR

5) Tidak mempunyai riwayat lahir prematur


(43)

commit to user

Kriteria eksklusi adalah kriteria di mana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Sugiyono, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Balita yang sedang sakit.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, menspesifikan kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut (Arikunto, 2006).

1. Variabel independent

Variabel independent (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independent adalah status

gizi.

a. Definisi operasional

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut. Penilaian status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) menggunakan z-score (standar deviasi) menurut baku rujukan WHO 2005.


(44)

b. Alat ukur : timbangan, meteran dan akta kelahiran

c. Skala : nominal

d. Kategori

1) Lebih = > +2 SD

2) Baik = +2 SD sampai -2SD

3) Kurang = < -2SD

2. Variabel dependent

Variabel dependent (terikat) adalah merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependent yaitu

perkembangan.

a. Definisi Operasional

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan anak diukur menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi 4 sektor yaitu motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian. Penilaian perkembangan menggunakan KPSP dilakukan dengan pengamatan oleh peneliti.

b. Alat ukur : KPSP

c. Skala : nominal

d. Kategori

1) Normal (N) : apabila jumlah jawaban “ya” 9 atau 10 dari 10


(45)

commit to user

2) Meragukan (M) : apabila jumlah jawaban “ya” 7 atau 8 dari 10

pertanyaan yang terdapat di dalam KPSP.

3) Penyimpangan (P): apabila jumlah jawaban “ya” ≤ 6 dari 10

pertanyaan yang terdapat di dalam KPSP.

E. Cara Kerja

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur variabel. Alat ukur dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner, dimana peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2005). Pengambilan kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi jawaban dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain :

a. Kuesioner

b. Timbangan yang digunakan adalah dacin dengan ketelitian 0,1 kg

c. Meteran yang digunakan merk butterfly dengan ketelitian 0,1 cm

d. Akta kelahiran

e. Formulir KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditunjukkan

pada orang tua balita yang dipergunakan sebagai alat untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan


(46)

f. Alat peraga : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus warna kuning-merah-biru-hijau, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat pengantar penelitian kepada Ketua Prodi DIV

Kebidanan UNS.

b. Peneliti mengajukan ijin pengambilan data pada Dinas Kesehatan

Kabupaten Jepara dan Puskesmas Tahunan.

c. Setelah mendapat ijin, peneliti mengadakan penelitian ke posyandu yang

terdapat di Rw tersebut. Apabila responden tidak datang ke posyandu,

peneliti melakukan door to door pada responden tersebut.

d. Peneliti memberi kejelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan

penelitian ini.

e. Peneliti mengadakan pendekatan terhadap responden untuk membuat

kesepakatan yang menyatakan bahwa calon responden bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini dan menandatangani surat kesediaan menjadi resonden.

f. Peneliti akan melakukan wawancara kepada orang tua responden serta

melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan penilaian perkembangan menggunakan KPSP dibantu oleh kader dan asisten kemudian mencatat hasil tersebut.


(47)

commit to user

g. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan kuesioner setelah selesai

melakukan pengambilan data.

3. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik yaitu pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat komputer (Notoatmodjo, 2005). Pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (memeriksa)

Data yang terkumpul selanjutnya diedit yaitu disesuaikan kebenaran dan kevalidannya. Ini perlu untuk mengetahui penyimpangan data-data yang didapat selama wawancara dan pengukuran. Apabila ada data yang meragukan perlu diulang kembali.

b. Codding (memberi tanda kode)

Merupakan suatu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil yang ada menurut jenisnya. Klasifikasi dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan kode angka untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam lembaran tabel kerja untuk memudahkan pembacaan.

c. Tabulating (tabulasi data)

Tabulasi data merupakan lanjutan dari codding data. Dalam hal ini

setelah data diberi kode kemudian data dimasukkan dalam tabel dalam bentuk distribusi frekuensi.


(48)

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam :

1. Analisa univariat

Sering disebut dengan statistik deskriptif, yang berfungsi meringkas, mengklasifikasikan, mendeskripsikan suatu data agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. Selain itu analisa univariat juga berfungsi menyajikan data yang merupakan langkah awal dari analisis yang lebih lanjut (Hidayat, 2007).

Dengan perhitungan, rumus penentuan besarnya persentase sebagai berikut:

% 100

× =

n f x

Keterangan : x : hasil presentasi

f : frekuensi hasil pencapaian n : total seluruh observasi

2. Analisa bivariat

Adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan dua variabel. Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk

mengetahui ada hubungan antara variabel independent yaitu status gizi

dengan variabel dependent yaitu perkembangan balita. Analisa yang

digunakan adalah chi square untuk menguji hubungan antara dua variabel.

Adapun rumusnya sebagai berikut :


(49)

commit to user

Keterangan : X2 :chi kuadrat

O : frekuensi observasi

E : frekuensi harapan

Sedangkan analisa yang dilakukan adalah :

a. Apabila nilai p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada

hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita

b. Apabila nilai p value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti

tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita (Riwikdikdo,2007).


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Analisa Univariat 1. Status Gizi Responden

Dalam penelitian ini status gizi responden dibedakan menjadi 3 kategori yaitu lebih, baik dan kurang. Penilaian status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Jumlah responden secara keseluruhan adalah 93 balita.

Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Tahunan Kabupaten Jepara

Status Gizi Frekuensi Prosentase

Lebih 4 4,3 %

Baik 76 81,7 %

Kurang 13 14,0 %

Jumlah 93 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1., mayoritas responden penelitian mempunyai status gizi baik. Banyaknya responden yang mempunyai status gizi baik adalah 76 responden (81,7%), status gizi kurang adalah 13 responden (14,0%) dan status gizi lebih adalah 4 responden (4,3%).

2. Perkembangan Responden

Dalam penelitian ini perkembangan responden dibedakan menjadi 3 kategori yaitu normal, meragukan dan penyimpangan dengan jumlah responden secara keseluruhan adalah 93 balita. Penilaian perkembangan dinilai menggunakan KPSP.


(51)

commit to user

Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita di Tahunan Kabupaten Jepara

Perkembangan Frekuensi Prosentase

Nomal 66 71,0 %

Meragukan 18 19,3 %

Penyimpangan 9 9,7 %

Jumlah 93 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2., diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai perkembangan yang normal yaitu sebesar 66 responden (71,0%), 18 responden (19,3%) mempunyai perkembangan yang meragukan dan sisanya sebesar 9 responden (9,7%) mempunyai perkembangan yang menyimpang.

B.Analisa bivariat

Analisa bivariat ini merupakan analisa hubungan antara dua variabel yaitu hubungan status gizi dan perkembangan balita.

Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.3.Tabel Kontingensi Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Tahunan Kabupaten Jepara

Status Gizi

Perkembangan

Jumlah

Normal Meragukan Penyimpangan

N % N % N % N % Lebih 0 0 1 1,1 3 3,2 4 4,3

Baik 66 71 10 1,7 0 0 76 81,7

Kurang 0 0 7 7,5 6 6,5 13 14,0

Jumlah 66 71 18 19,3 9 9,7 93 100

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara dibuat tabel kontingensi 3x3, tetapi ternyata ada 5 sel yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5 sehingga


(52)

tidak memenuhi syarat dilakukan uji chi square. Menurut Histono (2008) jika tabel kontingensi ada nilai ekspetasi yang kurang dari 5 lebih dari 20% dari seluruh isi sel maka boleh dilakukan penggabungan baris atau kolom sehingga tidak ada nilai ekspektasi yang kurang dari 5. Setelah kontingensi 3x3 digabungkan menjadi 2x2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4.Tabel Kontingensi Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Tahunan Kabupaten Jepara

p value = 0,001 ( Fisher’s Exact Test )

Setalah dilakukan penggabungan tabel menjadi 2x2 ternyata masih ada 1 sel yang mempunyai nilai ekspektasi kurang dari 5 sehingga tidak memenuhi syarat dilakukan uji chi square. Maka uji statistik yang digunakan adalah fisher’s exact test.

Berdasarkan tabel 4.4., peneliti memperoleh gambaran bahwa responden yang mempunyai status gizi lebih dan baik dengan perkembangan normal adalah 66 balita (71%), status gizi lebih dan baik dengan perkembangan meragukan dan penyimpangan adalah 14 balita (15,0%), status gizi kurang dengan perkembangan normal adalah 0 dan status gizi kurang dengan perkembangan meragukan dan penyimpangan adalah 13 balita (14,0%).

Status Gizi

Perkembangan

Jumlah

Normal Meragukan +

Penyimpangan

N % N % N %

Lebih +Baik 66 71 14 15,0 80 86,0

Kurang 0 0 13 14,0 13 14,0


(53)

commit to user

Berdasarakan taraf signifikan 5% didapatkan nilai p value =0,001. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara.


(54)

BAB V PEMBAHASAN

A.Status Gizi Balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi baik. Penilaian status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi merupakan gambaran dari pertumbuhan seseorang. Pertumbuhan ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (Nursalam, 2005). Faktor faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain faktor internal dan faktor eksternal.

Responden dengan status gizi baik, hal ini dikarenakan balita tersebut asupan makanan yang masuk dalam tubuh sama dengan energi yang dikeluarkan. Sedangkan pada balita yang status gizinya kurang kemungkinan asupan makanan yang kurang dan ketidaktahuan orang tua tentang gizi balita Untuk balita yang mempunyai status gizi lebih disebabkan oleh asupan energi yang berlebih atau pemakaian energi yang kurang.

Menurut Nursalam (2005), pertumbuhan adalah berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ atau individu. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh AD Sediaoetomo (2000), menyatakan bahwa pertumbuhan adalah bertambahnya materi tubuh. Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita.


(55)

commit to user

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2009). Jadi, untuk mencapai pertumbuhan yang optimal diperlukan komposisi gizi yang seimbang.

B.Perkembangan Balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai perkembangan yang normal. Hal ini dikarenakan orang tua responden selalu memberikan stimulasi. Sedangkan pada responden yang mengalami keterlambatan perkembangan seperti perkembangan yang meragukan maupun penyimpangan, ini lebih disebabkan kurangnya stimulasi yang diberikan kepada responden dan ketidaktahuan orang tua tentang pentingnya stimulasi.

Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi melalui proses pematangan dan belajar (Mar’at, 2006). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 2003). Oleh karena itu, orang tua memiliki peranan yang penting dalam hal perkembangan anak.


(56)

C.Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 93 responden antara variabel status gizi dengan perkembangan dan setelah dilakukan pengolahan data, peneliti menggunakan uji statistik data dengan fisher’s exact test didapatkan hasil nilai p value = 0,001 hal ini berarti ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah gizi. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2003). Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Sayogo (2006) bahwa zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari–hari penting untuk berlangsungnya proses tumbuh kembang anak yang optimal. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak akan menyebabkan zata-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tercukupi sehingga tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik dengan perkembangan yang normal. Hal ini dikarenakan asupan makanan yang baik dan didukung oleh stimulasi dari orang tua. Stimulasi mental yang baik akan menentukan perkembangan anak, baik perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa maupun perilaku sosial (Depkes RI, 2006). Selain itu, terdapat responden yang mempunyai status gizi baik dengan perkembangan meragukan. Ini disebabkan ketidaktahuan orang tua tentang pentingya menstimulasi perkembangan anak.


(57)

commit to user

Pada responden yang memiliki status gizi kurang atau lebih, mereka cenderung mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan umurnya yaitu mengalami perkembangan meragukan ataupun menyimpang. Hal ini disebabkan bahwa pada responden yang mempunyai status gizi kurang akan mengakibatkan anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan. Sebaliknya pada responden yang mengalami kelebihan gizi akan menyebabkan obesitas sehingga anak cenderung tidak aktif dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak tersebut.

Hurlock (2007) menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil dari proses kematangan dan belajar. Apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimanan orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian dan cinta kasih. Salah satu cara untuk melihat kesiapan belajar adalah dari segi kesiapan tubuh. Fungsi tubuh yang berhubungan dengan masalah belajar adalah otak. Proses belajar akan mudah ditangkap jika diberikan pada saat otak sedang mengalami masa pertumbuhannya (Doman, 2006). Dobbing (2005) menyatakan bahwa kurang gizi menyebabkan beberapa perubahan pertumbuhan dan pematangan susunan saraf pusat. Hurley (2003) juga mengemukakan bahwa semakin muda terjadinya gangguan gizi atau pertumbuhan semakin dimungkinkan terjadinya gangguan anatomi dan faal otak yang bersifat permanen yang akan menurunkan kemampuan intelektual. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kekurangan gizi yang berat akan mengakibatkan kemampuan kognitif lebih rendah sehingga mempengaruhi kepribadian yang menyebabkan mereka apatis (Hurlock, 2007).


(58)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa disamping perkembangan dipengaruhi oleh status gizi, juga ada beberapa faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh positif bagi tumbuh kembang anak maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar anak yang meliputi asuh, asih dan asah.

D.Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan status gizi dengan perkembangan balita. Akan tetapi pada pelaksanaan penelitian ditemukan kendala yaitu responden pada penelitian ini adalah balita. Umumnya anak balita sulit untuk beradaptasi dengan orang yang baru dikenal sehingga pada saat peneliti melakukan pengamatan menggunakan KPSP, responden kurang kooperatif ditunjukkan dengan sikap yang menolak untuk dilakukan penilaian perkembangan seperti rewel,menangis. Hal tersebut dapat peneliti atasi dengan cara bekerja sama dengan keluarga untuk mengajak balita supaya mau dinilai perkembangannya. Apabila dengan cara tersebut balita tetap menolak untuk dilakukan penilaian perkembangan maka peneliti akan datang kembali untuk melakukan penilaian.


(59)

commit to user

1

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan balita. Hal tersebut dibuktikan dari hasil uji statistik dengan fisher’s exact test didapatkan nilai p value = 0,001.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara, beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan adalah:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan untuk mengkaji faktor–faktor lain yang mempengaruhi perkembangan seperti faktor genetik dan faktor lingkungan dengan jumlah responden yang lebih banyak dan ruang lingkup yang lebih luas serta membangun kerja sama dengan keluarga dan meningkatkan ketrampilan pendekatan responden usia balita.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya lebih meningkatkan pemaparan tentang kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita pada ibu – ibu di posyandu dengan cara melakukan penyuluhan yang dapat dibantu


(60)

commit to user

2

oleh kader sehingga dapat menurunkan angka kejadian kurang gizi dan perkembangan yang menyimpang.

3. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita

Diharapkan untuk rutin memantaukan tumbuh kembang balita dan memberikan stimulasi untuk mencapai tumbang kembang yang optimal.


(61)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto S., 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Maha Satya. Arisman., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Arsad, R.A., 2006. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006. FKM UNHAS Makasar. Skirpsi.

As’ad, S., 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan.

Azwar, A., 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang.http://www.gizi.net/makalah/Makalah%20DirjenSahid%202.pdf . (22 Februari 2011)

Depkes RI dan IDAI., 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI., 2006. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Depkes RI.

Gumala, N.M.Y., 2002. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Ststus Gizi Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten Gianyar. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Thesis.

Hidayat, A. A., 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika.

_____________., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Mar’at, Samsunuwiyati., 2006. Psikologi Perkembangan . Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Narendra., 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.


(62)

Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Nuryati,  S.,  2008.  Gizi  Pada  Balita.  http://www.blogcatalog.com

/search.frame.php?term=gizi+balita&id=cd392c28bd80adb9f3f64b414 454dfb. ( 22 Februari 2011)

Riwikdikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Yogakarta: Mitra Cendekia Press. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan

Masyarakat. Jakarta : Dikti Depdiknas.

Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC  Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Tohaga, 2008 .Gizi dan Tumbuh Kembang Anak.

http://www.mail-archive.com/tumbang‐gizi@itb.ac.id/msg14838.html. (22 Februari 2011) Wong, D.L., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta : EGC.


(1)

commit to user

Pada responden yang memiliki status gizi kurang atau lebih, mereka cenderung mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan umurnya yaitu mengalami perkembangan meragukan ataupun menyimpang. Hal ini disebabkan bahwa pada responden yang mempunyai status gizi kurang akan mengakibatkan anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan. Sebaliknya pada responden yang mengalami kelebihan gizi akan menyebabkan obesitas sehingga anak cenderung tidak aktif dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak tersebut.

Hurlock (2007) menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil dari proses kematangan dan belajar. Apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung pada bagaimanan orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian dan cinta kasih. Salah satu cara untuk melihat kesiapan belajar adalah dari segi kesiapan tubuh. Fungsi tubuh yang berhubungan dengan masalah belajar adalah otak. Proses belajar akan mudah ditangkap jika diberikan pada saat otak sedang mengalami masa pertumbuhannya (Doman, 2006). Dobbing (2005) menyatakan bahwa kurang gizi menyebabkan beberapa perubahan pertumbuhan dan pematangan susunan saraf pusat. Hurley (2003) juga mengemukakan bahwa semakin muda terjadinya gangguan gizi atau pertumbuhan semakin dimungkinkan terjadinya gangguan anatomi dan faal otak yang bersifat permanen yang akan menurunkan kemampuan intelektual. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kekurangan gizi yang berat akan mengakibatkan kemampuan kognitif lebih rendah sehingga mempengaruhi kepribadian yang menyebabkan mereka apatis (Hurlock, 2007).


(2)

commit to user

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa disamping perkembangan dipengaruhi oleh status gizi, juga ada beberapa faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh positif bagi tumbuh kembang anak maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar anak yang meliputi asuh, asih dan asah.

D.Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan status gizi dengan perkembangan balita. Akan tetapi pada pelaksanaan penelitian ditemukan kendala yaitu responden pada penelitian ini adalah balita. Umumnya anak balita sulit untuk beradaptasi dengan orang yang baru dikenal sehingga pada saat peneliti melakukan pengamatan menggunakan KPSP, responden kurang kooperatif ditunjukkan dengan sikap yang menolak untuk dilakukan penilaian perkembangan seperti rewel,menangis. Hal tersebut dapat peneliti atasi dengan cara bekerja sama dengan keluarga untuk mengajak balita supaya mau dinilai perkembangannya. Apabila dengan cara tersebut balita tetap menolak untuk dilakukan penilaian perkembangan maka peneliti akan datang kembali untuk melakukan penilaian.


(3)

commit to user

 

1  

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan balita. Hal tersebut dibuktikan dari hasil uji statistik dengan fisher’s exact test didapatkan nilai p value = 0,001.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita di Tahunan Kabupaten Jepara, beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan adalah:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan untuk mengkaji faktor–faktor lain yang mempengaruhi perkembangan seperti faktor genetik dan faktor lingkungan dengan jumlah responden yang lebih banyak dan ruang lingkup yang lebih luas serta

membangun kerja sama dengan keluarga dan meningkatkan ketrampilan

pendekatan responden usia balita.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya lebih meningkatkan pemaparan tentang kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita pada ibu – ibu di posyandu dengan cara melakukan penyuluhan yang dapat dibantu


(4)

commit to user

2  

oleh kader sehingga dapat menurunkan angka kejadian kurang gizi dan perkembangan yang menyimpang.

3. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita

Diharapkan untuk rutin memantaukan tumbuh kembang balita dan memberikan stimulasi untuk mencapai tumbang kembang yang optimal.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto S., 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Maha Satya. Arisman., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

Arsad, R.A., 2006. Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006. FKM UNHAS Makasar. Skirpsi.

As’ad, S., 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan.

Azwar, A., 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang.http://www.gizi.net/makalah/Makalah%20DirjenSahid%202.pdf . (22 Februari 2011)

Depkes RI dan IDAI., 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI., 2006. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Depkes RI.

Gumala, N.M.Y., 2002. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Ststus Gizi Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten Gianyar. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Thesis.

Hidayat, A. A., 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika.

_____________., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Mar’at, Samsunuwiyati., 2006. Psikologi Perkembangan . Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Narendra., 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.


(6)

commit to user

Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Nuryati,  S.,  2008.  Gizi  Pada  Balita.  http://www.blogcatalog.com

/search.frame.php?term=gizi+balita&id=cd392c28bd80adb9f3f64b414

454dfb. ( 22 Februari 2011)

Riwikdikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Yogakarta: Mitra Cendekia Press. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan

Masyarakat. Jakarta : Dikti Depdiknas.

Soetjiningsih, 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC  Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Tohaga, 2008 .Gizi dan Tumbuh Kembang Anak.

http://www.mail-archive.com/tumbang‐gizi@itb.ac.id/msg14838.html. (22 Februari 2011)

Wong, D.L., 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta : EGC.


Dokumen yang terkait

Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

1 55 52

Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009

0 57 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Jabung kabupaten Malang

0 8 15

Hubungan Pola Konsumsi, Lingkungan Pengasuhan, dan Status Kesehatan dengan Status Gizi dan Perkembangan Balita

0 2 63

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolal

0 2 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DAN STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DAERAH Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Dan Status Imunisasi Dasar Balita Dengan Status Gizi Balita Di Daerah Polokarto Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo.

0 2 15

Status Gizi Balita | Karya Tulis Ilmiah Status Gizi Balita

0 0 7

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BATITA

0 0 7

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI DESA KAMPUNG NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI DESA KAMPUNG NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 6