17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun
dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 KH. Tetapi angka ini masih tetap tertinggi di antara negara-negara ASEAN, padahal dalam Millenium
Development Goals MDGs di targetkan tahun 2015 AKI tidak lebih dari 104 per 100.000 kelahiran SDKI, 2007, dalam Yulifah Yuswanto, 2009, hlm. 15.
Pada tahun 2000 didapatkan angka tertinggi kematian ibu terdapat di Propinsi Kalimantan Barat 1223.3 per 100.000 kelahiran hidup, terendah terdapat di Propinsi
Riau 173.2 per 100.000 kelahiran hidup dan di Sumut terdapat 567,1 per 100.000 kelahiran hidup Depkes RI, 2007, dalam Yulifah Yuswanto, 2009, hlm. 14.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila
dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Sumatera Utara tahun 2008 adalah 290100.000 kelahiran
hidup Profil Sumut, 2008, hlm. 35. Sri Hermiyanti mengatakan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia terkait
dengan kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28. Sebab lain yaitu eklampsi
24, infeksi
11, partus
lama 5
dan abortus
5 Hermiyanti, 2010, ΒΆ 4.
18 Menurut penelitian Sari dalam penelitiannya Dukungan Suami Terhadap Lama
Persalinan Kala I dan Kala II Pada Primigravida Di RSUD Kota Surakarta 2009, 3 orang ibu yang mendapat dukungan kurang dari suami semuanya mengalami
persalinan yang lama. Kehadiran suami untuk memberikan dukungan kepada istri pada saat persalinan sangatlah penting.
Jauh sebelum hari persalinan, tentukan siapa pendamping persalinan. Biasanya suami adalah calon terkuat Danuatmaja, 2004, hlm. 22. WHO mengemukakan bahwa suami
mungkin sangat dibutuhkan kehadirannya di rumah sakit sebanyak 12 dari 23 negara WHO 1985, dalam Yanti, 2010, hlm. 47.
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan takut, khawatir, ataupun cemas. Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi
tegang, dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan Asrinah, Putri, Sulistyorini, Muflihah, Sari, 2010, hlm. 25. Ternyata
kehadiran suami akan menambah pengalaman emosi positif pada istri. Kaum ibu lebih sering mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya jika saja
suami hadir pada peristiwa itu Dagun, 2002, hlm. 32. Dengan demikian kehadiran seorang suami selama proses persalinan, tujuannya tidak
lain adalah menghadirkan suasana rumah, menghadirkan situasi keluarga ke rumah sakit dan memberikan makna kekeluargaan bagi peristiwa kelahiran itu. Kebanyakan suami
yang mau melakukan ini masih bersifat sukarela dan mungkin hanya sebagian kecil suami yang bersedia untuk itu Yanti, 2010, hlm. 85.
Menurut penelitian Sri yuni dalam penelitiannya Pengaruh Peran Serta Suami Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Proses Persalinan di Desa
Jepat Lor Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 2007, masih kurangnya peran serta suami
19 dalam menghadapi proses persalinan seperti dalam mempersiapkan dana yang ekstra dan
memberi waktu luang untuk selalu bersama ibu, sehingga berdampak pada proses persalinan.
Hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Klinik Nirmala Medan, dari 6 orang ibu bersalin, 2 orang ditemani oleh suami selama proses bersalin. Sebanyak 4
orang ibu yang tidak ditemani suami selama proses bersalin mengatakan bahwa ia sangat ingin ditemani oleh suami selama proses bersalin sehingga ia merasa mendapat
perhatian, rasa percaya diri yang lebih dalam menjalani proses bersalin dan ia dapat berbagi rasa yang dialaminya selama proses persalinan berlangsung dan merasa dapat
dukungan dari orang yang dikasihinya. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang peran serta suami selama proses persalinan istrinya di Klinik Nirmala Medan Tahun 2011.
B. Rumusan Masalah