Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Mematuhi Diet Di RSU.Dr.Prigadi Kota Medan

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HEMODIALISA

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DALAM MEMATUHI DIET

DI RSUD.Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Asmaul Husna

121121036

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah Nya Saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Mematuhi Diet Di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”. skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang memberikan pemikiran berharga baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati,S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

4. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, SP.KMB selaku dosen penguji I dan Bapak Asrizal, S.Kep, Ns, WOC(ET)N selaku penguji II.

5. Seluruh dosen pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik dan memberikan ilmu yang berharga kepada penulis selama proses akademik dan seluruh staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.

6. Direktur RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan izin penelitian.


(5)

8. Teristimewa kepada keluarga tercinta ayahanda Drs. Yusran dan Ibunda Ernalisa, S.Pd yang senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Adik-adikku tersayang Khaira Kawa Dita dan Ilham Ramadhan terima kasih atas doa yang telah diberikan.

9. Terkhusus untuk Edi Saputra, ST terima kasih untuk dukungan dan doa yang diberikan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, khususnya stambuk 2012 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam menyusun skripsi ini, terutama kepada mukti Ali, Rahmat Maruli, Restu, Wan Asta, dan halima.

11. Terkhusus untuk kakak-kakakku Melani Fitria, Devi, Via, dan Indah terima kasih atas doa dan semangat serta arahannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam menyelesaikan proposal maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan karunianya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khusunya ilmu keperawatan.

Medan, Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Prakata... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Lampiran ... xi

Abstrak ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Hipotesis Penelitian ... 6

5. Tujuan ... 6

6. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Konsep Kepatuhan ... 8

2. Konsep Hemodialisa ... 15

3. Konsep jenis Kelamin ... 19

4. Konsep Diet... 21

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL... 31

1. Kerangkan Penelitian 2. Kerangka konsep ... 31

3. Defenisi Operasional ... 33

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

1. Desain Penelitian... 33

2. Populasi dan Sampel ... 33

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

4. Etika Penelitian ... 35

5. Alat Pengumpulan Data ... 36

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 38

8. Pengolahan dan Analisa Data ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 40

1. Hasil Penelitian ... 40

2. Pembahasan... 42

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN... 51

1. Kesimpulan ... 51


(7)

Bagian Akhir

1. Daftar Pustaka 2. Inform Consent 3. Instrumen penelitian 4. Hasil Uji Reliabel 5. Hasil Uji Normalitas

6. Hasil Uji t- test Independent 7. Surat Permohonan Valid 8. Surat Pernyataan Selesai Valid 9. Surat keterangan survei awal

10.Surat keterangan Selesai survei awal

11.Surat Keterangan Pengambilan Data Penelitian 12.Surat Keterangan Selesai Penelitian

13.Surat Etika Clearence 14.Surat pernyataan terjemahan 15.Jadwal Tentatif


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Pada Pasien GGK ... 27

... Tabel 2.2. Makanan Sumber Protein ... 27

Tabel 2.3. Makanan Sumber Natrium ... 28

Tabel 2.4. Makanan Sumber Kalium ... 28

Tabel 2.5. Tabel Definisi Operasional ... 33

Tabel.5.1 Distribusi Frekeuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden Pasien Hemodialisa Pria dan Wanita di RSU Dr. Pirngadi Medan ... 41

Tabel 5..2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Pria dan Wanita dalam Mematuhi Diet ... 42

Tabel 5.3 Hasil Uji t -test Independent Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Mematuhi Diet... 42


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Hemodialisa ... 10 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 32


(10)

LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka 2. Inform Consent 3. Instrumen penelitian 4. Hasil Uji Reliabel 5. Hasil Uji Normalitas

6. Hasil Uji t- test Independent 7. Surat Permohonan Valid 8. Surat Pernyataan Selesai Valid 9. Surat keterangan survei awal

10.Surat keterangan Selesai survei awal

11.Surat Keterangan Pengambilan Data Penelitian 12.Surat Keterangan Selesai Penelitian

13.Surat Etika Clearence

14.Surat Pernyataan Terjemahan 15.Jadwal Tentatif


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel. Tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, yang akhirnya menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah), sehingga terapi pengganti ginjal diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien (Brunner & Sudarth, 2002).

Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisa, peritoneal dialisa dan transplantasi ginjal. Saat ini hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Data dari USRDS (United States Renal Data System) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat lebih dari 65% klien dengan ESRD mendapatkan terapi hemodialisis (Smelzer, et al, 2008). Di Indonesia data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, dikatakan bahwa terjadi peningkatan klien HD sebesar 5,2%, dari 2.148 orang pada tahun 2007 menjadi 2.260 pada tahun 2008 (Soelaiman, 2009 dalam Farida 2010).

Hemodialisa akan mencegah kematian, namun hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit. Pasien dengan hemodialisa tidak mampu lagi mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal sehingga akan berdampak pada kualitas hidup pasien. Pasien harus menjalani terapi hemodialisa sepanjang hidupnya, biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi (Smeltzer, 2002 dalam Handayani, 2011).

Pasien yang menjalani terapi hemodialisa, harus mengikuti intervensi diet. Diet yang berimbang diperlukan untuk tetap menjaga kondisi yang baik ketika ginjal sudah tidak lagi berfungsi seperti dalam keadaan normal. Untuk mempertahankan kondisi yang lebih


(12)

baik tersebut, pasien harus mengkonsumsi jenis dan jumlah makanan yang tepat setiap hari. Pasien diharapkan mendapatkan asupan protein, kalori, cairan, vitamin dan mineral yang cukup sesuai kebutuhan tubuh. Diet yang baik untuk pasien dialisis adalah kecukupan dalam asupan protein, kecukupan kalori, rendah kalium, rendah natrium, rendah fosfor dan cairan yang terkontrol (Cahyaningsih, 2010, dalam Handayani, 2011).

Pengaturan diet harus diberikan dalam jangka panjang, sehingga ada kemungkinan penderita tidak mematuhinya yang akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dari pengaturan diet tersebut. Saat ini ketidakpatuhan pasien terhadap suatu program terapi yang salah satunya adalah pengaturan diet telah menjadi masalah serius yang di hadapi tenaga kesehatan professional (Niven, 2002). Penelitian Salmah pada tahun 2004 di RS dr. M. Djamil Padang terhadap 42 orang pasien gagal ginjal terdapat 38,1% patuh terhadap diet dan 61,9% tidak patuh terhadap diet.

Ketidakpatuhan terhadap diet akan menyebabkan penumpukan kadar ureum didalam tubuh sehingga akan menjadi toksin. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. ketidakpatuhan terhadap asupan cairan yang berlebih juga dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta udema paru (Brunner & Sudarth, 2002).

Riset yang dilakukan oleh Bame, petersen & Wray, 1993; Bleyer, et al 1999; dalam Kim, (2010), mengenai kepatuhan klien ERSD (End Stage Renal Disease) yang mendapat terapi hemodialisis didapatkan hasil yang sangat bervariasi. Hasil yang paling tinggi adalah ketidakpatuhan mengikuti program diet (1,2 – 82,4 %). Pasien yang tidak patuh terhadap diet tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, meningkatnya morbiditas, dan mortilitas pasien.


(13)

Penelitan Yuliaw (2009) dalam Aguswina (2012) yang meneliti karakteristik pasien gagal ginjal kronik berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibandingkan perempuan.

Hasil penelitian Syamsiah (2011) di Rumah Sakit RSUPAU Dr. Esnawan Halim Perdana Kususma Jakarta, Terdapat perbedaan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berdasarkan jenis kelamin, dimana pria lebih patuh dari pada wanita. Riset yang dilakukan oleh Saran et al, (2003) dalam Kamerrer, (2007) didapatkan bahwa perempuan memiliki prediktor yang kuat untuk ketidakpatuhan terutama untuk IDGW (Interdialytic Weight Gain) berlebihan.

Pria dan wanita memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Diantaranya adalah dalam cara berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang mempengaruhi setiap segi kehidupan. Perempuan umumnya dipengaruhi banyak faktor dalam mempertahankan suatu perilaku disamping biasanya perempuan lebih labil dibandingkan laki-laki lebih stabil dalam mempertahankan keyakinan maupun perilakunya (Syamsiah, 2011).

Penelitian Situmorang tahun (2010) di RSUD Dr. Pirngadi Medan didapatkan hasil karakteristik berdasarkan umur 54-62 tahun menunjukkan jumlah yang tertinggi. Pola makan, jenis, jumlah dan frekuensi belum baik sehingga asupan energi, proteinnya secara umum berada pada kategori tidak baik, sedangkan asupan kalium dan natrium umumnya berada pada kategori tidak baik. Asupan air pada umumnya berada pada kategori lebih.

Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan dibeberapa rumah sakit di kota Medan pada tahun 2013, diantaranya adalah Rumah sakit Haji, didapatkan 31 pasien, angka kejadian tidak patuh terhadap diet sedikit, dan berat badan berlebih paling tinggi adalah 3 kg. Rumah Sakit malahayati hanya memiliki 4 pasien dan kejadian ketidakpatuhan diet sangat jarang. Sedangkan rumah sakit Dr. Pirngadi didapatkan pasien sebanyak 132 orang


(14)

dan kejadian ketidakpatuhan diet dalam bulan April ada sebanyak 5 orang dan berat badan berlebih hingga 5 kg.

Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan Handayani (2011), terdapat sekitar 15 % pasien dengan jadwal hemodialisa lebih cepat dari jadwal yang seharusnya, 20 % datang dengan keadaan sesak, 30% yang mengalami kekurangan gizi, 40 % mengalami komplikasi penumpukan cairan yang berlebihan, 50% mengalami

peningkatan berat badan dari yang seharusnya.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, terdapat 132 orang pasien gagal ginjal kronik pada tahun 2012 yang terdiri dari 73 pasien pria dan 59 pasien wanita.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan fenomena diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSUD Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2013.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1. Bagaimana tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada pria?

3.2. Bagaimana tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada wanita?

3.3. Apakah ada perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet?


(15)

4. Hipotesis

Ha: Ada perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013

5. Tujuan

5.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2013.

5.2. Tujuan Khusus

5.2.1. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada pria.

5.2.2. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada wanita.

5.2.3. Menganalisa perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet.

6. Manfaat

6.1. Bagi Praktek Keperawatan Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan pasien secara terstruktur dan terjadwal tentang pentingnya mematuhi diet dalam meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.


(16)

6.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil yang didapat dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan rumah sakit untuk memberikan kebijakan bagi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan terkait diet pada pasien hemodialisa.

6.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan dan dikembangkan bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kepatuhan

2.1.1. Kepatuhan pasien GGK dengan Hemodialisis

Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (WHO, 2003 dalam Syamsiyah, 2011).

Kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan suatu intervensi. akan tetapi, ketidakpatuhan menjadi masalah yang besar terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis, sehingga berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, termasuk konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan dan cairan (Syamsiah, 2011).

2.2.2. Perilaku kepatuhan menurut Teori Green

Kepatuhan merupakan suatu perilaku dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme. Dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain. Green (1980, dalam Notoatmojo, 2010) menjabarkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Ketika faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku. Faktor predisposisi dalam arti umum juga dapat dimaksud sebagai prefelensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Prefelensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat.


(18)

Faktor predisposisi melingkupi sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk melakukan suatu tindakan. Selain itu status sosial-ekonomi, umur, dan jenis kelamin juga merupakan faktor predisposisi. Demikian juga tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan, termasuk kedalam faktor ini.

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor ini merupakan faktor antedesenden terhadap perilaku yang memungkinkan aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya adalah kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu perilaku. Faktor-faktor pemungkin ini melingkupi pelayanan kesehatan (termasuk didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan dan keterampilan petugas).

c. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat merupakan faktor yang datang sesudah perilaku dalam memberikan ganjaran atau hukuman atas perilaku dan berperan dalam menetapkan dan atau lenyapnya perilaku tersebut. Termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial dan manfaat fisik serta ganjaran nyata atau tidak nyata yang pernah diterima oleh pihak lain. Sumber dari faktor penguat dapat berasal dari tenaga kesehatan, kawan, keluarga, atau pimpinan. Faktor penguat bisa positif dan negatif tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan

2.2.3. Kepatuhan Hemodialisis dalam Model Kamerrer

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisis digambarkan dalam sebuah interaksi kompleks (Kamerrer, 2007 dalam Syamsiah, 2011), dengan model interaksi pada gambar berikut.


(19)

Fa ad a. pe de Pe ke m da se b. pe de di pa an Gamba aktor-faktor dalah: . Faktor Pas

Faktor-engetahuan engan Fakto engetahuan epercayaan manajemen p

ari ketidakp epenuhnya d . Sistem Pel

Komun emberi pel engan pasie iri. Perilaku asien yang nalog denga

ar 2.1 . Fak r yang mem

sien

-faktor ya , sikap, key or Predispos n pasien da

(self effi penyakit, d patuhan be dipahami (S layanan Kes nikasi deng

ayanan kes en dalam d u pada pen menerima p an faktor-fa Healt care syste ktor-faktor mpengaruhi ang berhub yakinan, pe

sisi (Predisp n keyakina icacy) tent dan harapan erinteraksi u Sabate, 200

sehatan. gan pasien a

sehatan har diskusi tenta nelitian pen perhatian in ktor pemun Patient pro th  e  m yang mem i kepatuhan bungan de ersepsi, dan posing fakto an tentang tang kemam n mengenai untuk mem 1 dalam Sya

adalah kom rus mempu ang perilaku ndidikan me ndividu. Pad ngkin (enabl

ovider

mpengaruhi n pasien he

engan pasi harapan pa ors) dari Gr penyakit, m mpuan un i hasil peng mpengaruhi

amsiah, 201

mponen pen unyai waktu

u mereka d enunjukkan da model pe ling faktors) kepatuhan emodialisis ien melipu asien. Fakto reen. motivasi un tuk terliba gobatan ser kepatuhan 11).

ting dari pe u yang cuk dan motivas n kepatuhan erilaku Gree

).

n hemodial menurut K

uti sumber or-faktor in ntuk menge at dalam rta konseku dengan ca

erawatan, s kup untuk si untuk pe n terbaik m en, faktor-fa lisa Kamerrer r daya, i analog elolanya, perilaku uensinya ara yang sehingga berbagi erawatan mengenai faktor ini


(20)

c. Petugas Hemodialisis

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan adalah hubungan yang dijalin oleh anggota staf hemodialisis dengan pasien (Krueger dkk, 2005 dalam syamsiah, 2011). Waktu yang didedikasikan perawat untuk konseling pasien meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu, kehadiran ahli diet terlatih (terintegrasi) tampaknya juga menurunkan kemungkinan kelebihan IDGW. Pada model perilaku Green, faktor-faktor tersebut analog dengan faktor-faktor penguat (reinforcing factors).

2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan pasien hemodialis

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien CKD dengan hemodialisis menggunakan Model Perilaku Green (1980 dalam Notoatmojo, 2007) dan Model Kepatuhan Kamerrer, 2007 adalah: a. Faktor Pasien (Predisposing faktors)

Faktor pasien meliputi karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pendidikan), lamanya sakit, tingkat pengetahuan, status bekerja, sikap, keyakinan, nilai-nilai, persepsi, motivasi, harapan pasien, kebiasaan merokok.

b. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan (Enabling factors)

Faktor pelayanan kesehatan meliputi: fasilitas unit hemodialisa, kemudahan mencapai pelayanan kesehatan termasuk didalamnya biaya, jarak, ketersediaan transportasi, waktu pelayanan, dan keterampilan petugas.

c. Faktor Petugas/provider (Reinforcing factors)

Faktor provider meliputi: keberadaan tenaga perawat terlatih, ahli diet, kualitas komunikasi, dukungan keluarga.


(21)

Beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik dengan hemodialisis seperti dikemukakan diatas akan diuraikan sebagiannya sebagai berikut:

a. Usia

Siagian (2001, dalam Syamsiah, 2011) menyatakan bahwa umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasan atau maturitas, yang berarti bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula kedewasaannya atau kematangannya baik secara teknis, psikologis, maupun spiritual, serta akan semakin meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak pada kesehatannya.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas pribadi seseorang, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya (Siagian, 20011, Rohman, 2007 dalam Syamsiah, 2011).

c. Lamanya Hemodialisis

Periode sakit dapat mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penyakit yang tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan. Pengaruh sakit yang lama, belum lagi perubahan pola hidup yang kompleks serta komplikasi-komplikasi yang sering muncul sebagai dampak sakit yang lama mempengaruhi bukan hanya pada fisik pasien, namun juga emosional, psikologis, dan sosial. Pada pasien hemodialisis didapatkan hasil riset yang memperlihatkan perbedaan kepatuhan pada pasien yang sakit kurang dari 1 tahun dengan yang lebih dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang diderita, maka resiko penurunan tingkat kepatuhan semakin tinggi (Kamerrer, 2007 dalam Syamsiah, 2011).


(22)

d. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan masalah kesehatan yang utama di banyak negara yang berkembang (termasuk Indonesia). Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia yang diantaranya bersifat karsinogenik atau mempengaruhi sistem vaskular.

e. Pengetahuan tentang Hemodialisa

Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari pengetahuan dan penelitian ternyata perilakunya yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak berarti meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang diresepkan, yang paling penting, sesorang harus memiliki sumber daya dan motivasi untuk mematuhi protokol pengobatan ( Morgan, 2000, Kamerrer, 2007, dalam Syamsiah, 2011).

f. Motivasi

Motivasi adalah merupakan sejumlah proses -proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ketujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.

Penelitian membuktikan bahwa motivasi yang kuat memiliki hubungan yang kuat dengan kepatuhan (Kamerrer, 2007, dalam Syamsiah, 2011).

h. Status Ekonomi

Individu yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,


(23)

individu yang status sosial ekonominya rendah akan mengalami kesulitan didalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sunaryo, 2004 dalam Butar, 2011).

2.2. Konsep Hemodialisa 2.2.1. Definisi Hemodialisa

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializer (tempat pertukaran cairan, elektrolit, dan zat tubuh), serta dializer (Mary, dkk, 2009).

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompatemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen (artifisial) dengan kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisat dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan kosentrasi yang tinggi kearah kosentrasi yang rendah sampai kosentrasi zat terlarut sama dikedua kompartemen (difusi). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen dialisat. Perpindahan ini disebut ultrafiltasi (Sudoyo, 2009).

2.2.2. Prinsip Yang Mendasari Kerja Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksin dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh


(24)

dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser ketempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ketubuh pasien.

Sebagian besar dialiser merupakan lempengan rata atau ginjal serat artifisial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi disekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membran semipermeabel tubulus.

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Pada difusi toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan, dengan cara bergerak dari darah yang memiliki kosentrasi tinggi ke cairan dialisat yang memiliki kosentrasi rendah. Pada osmosis air yang berlebihan pada tubuh akan dikeluarkan dari tubuh dengan menciptakan gradien tekanan dimana air bergerak dari tubuh pasien ke cairan dialisat. Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultafiltasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengeksresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner n Sudarth, 2002)

2.2.3. Penatalaksanaan Pasien Yang Menjalani Hemodialisa a. Diet dan masalah cairan

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin. Gejala uremik tersebut akan mengganggu setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dengan demikian meminimalkan gejala.


(25)

Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makan pasien akan diperbaiki meskipun biasanya memerlukan penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium, dan cairan. Berkaitan dengan pembatasan asupan protein, maka protein dari makanan harus memiliki nilai biologis tinggi dan tersusun dari asam-asam amino esensial untuk mencegah penggunaan protein yang buruk serta mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif. Contoh protein dengan nilai biologis yang tinggi adalah telur, daging, ikan, dan susu.

Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak disukai lagi oleh penderita gagal ginjal kronis. Karena makanan dan minuman merupakan aspek penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika berada bersama-sama orang lain karena hanya ada beberapa pilihan makanan saja yang tersedia baginya. Jika pembatasan ini diabaikan, dapat menyebabkan hiperkalemia dan udema paru. Jika seorang perawat mempunyai pasien dengan keluhan atau komplikasi akibat pelanggaran diet, tindakan untuk tidak memarahi dan menyalahkan pasien merupakan hal yang sangat penting.

b. Pertimbangan Medikasi

Apabila seorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus di evaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi, yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan harus minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, jika obat antihipertensi diminum pada hari yang sama saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama proses hemodialisis dan dapat menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.


(26)

2.2.4. Komplikasi Hemodialisa

a. Hipotensi dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan

b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis selama produk akhir metabolisme meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dan cepat meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah merupakan hal yang sering terjadi. 2.3. Jenis Kelamin

2.3.1. Pengaruh Biologis

Sigmund Freud dan Erik Erikson berpendapat bahwa genital individu mempengaruhi perilaku gendernya dan oleh karenanya, anatomi adalah takdir. Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh freud adalah perilaku manusia berkaitan secara langsung dengan proses-proses reproduktif. Erikson (1968) memperluas argumen Freud dengan menyatakan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan bersumber dari perbedaan anatomi antara keduanya. Erikson berpendapat bahwa, karena struktur genitalnya, laki-laki memiliki sifat lebih suka mencampuri dan lebih agresif, sementara perempuan memiliki sifat lebih inklusif dan pasif (Santrock, 2007).


(27)

2.3.2. Stereotip Gender

Stereotip Gender adalah kategori luas yang mencerminkan berbagai kesan dan keyakinan kita mengenai perbedaan perempuan dan laki-laki. Semua sreteotip, baik yang didasarkan pada gender,etnis, atau kelompok-kelompok lain, mengandung gambaran mengenai anggota tipikal dan suatu kategori sosial tertentu. Sikap yang terlalu menyederhanakan ini dapat membantu kita dalam menangani dunia yang sangat kompleks.

Antara laki-laki dan perempuan terdapat sejumlah perbedaan fisik. Perbedaan gender yang menyangkut keterampilan verbal seringkali tidak besar bahkan tidak ada. Meskipun demikian, dibandingkan laki-laki, perempuan cenderung menonjol dibidang keterampilan membaca dan prestasi di sekolah. Perbedaan sosio-emosional dapat meliputi; laki-laki secara fisik lebih agresif dan aktif; perempuan memperlihatkan minat yang lebih kuat dalam relasi, memiliki regulasi diri yang lebih baik dalam berperilaku dan emosi, serta lebih banyak terlibat dalam perilaku prososial (Santrock, 2007).

2.3.3. Perbedaan Jenis Kelamin

Beberapa studi yang memperlihatkan adanya perbedaan yang berkaitan dengan

gender dalam hal cara berfungsinya intelek cenderung terlalu melebih-lebihkan hasil

temuan mereka. Hasil dari studi yang tidak memperlihatkan perbedaan gender biasanya tidak diterbitkan atau hasil temuannya kurang diperhatikan (Gage & Berliener, 1992, Rohman, 2007, dalam Syamsiah, 2011). Oleh karena itu mengenai sejauh mana hasil pembelajaran itu dipengaruhi oleh perbedaan gender hingga kini masih terus dipertanyakan dan dikaji.

Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda. Berbeda dalam cara berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang mempengaruhi setiap segi kehidupan.


(28)

Misalnya dalam hubungan antar manusia, intuisi perempuan cenderung ditampakkan dengan nada suara dan air muka yang lembut, sedangkan laki-laki cenderung tidak peka terhadap tanda-tanda komunikasi tersebut. Dalam hal navigasi perempuan cenderung mengalami kesulitan untuk menemukan jalan, sedangkan laki-laki lebih kuat pengenalan arahnya. Sementara itu, dalam bidang kognitif, perempuan lebih unggul di bidang bahasa dan verbalisasi, sedangkan laki-laki menunjukkan kelebihannya dalam kemampuan mengenali ruang dan matematika.

Laki-laki dan perempuan memperlihatkan budaya sosial yang berbeda satu sama lain. Mereka menggunakan simbol , sistem kepercayaan, dan cara-cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya. (Jhonson,2000, Rohman, 2007, dalam syamsiah, 2011) mencontohkan bahwa perempuan cenderung mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan dapat langsung menangkap fokus permasalahan dalam diskusi dan tidak terfokus pada diri sendiri. Mereka cenderung lebih banyak menjawab, dan lebih peka terhadap orang lain. Sementara laki-laki disisi lain lebih pandai memimpin diskusi. Sikap inipun baik untuk digunakan dalam mengambil keputusan terhadap dirinya termasuk permasalahan-permasalahan kesehatan untuk dirinya.

2.4. Diet Gagal Ginjal Kronis 2. 4.1. Tujuan Diet

adapun tujuan diet menurut Kresnawan (2008) adalah sebagai berikut:

a. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal.

b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan d. Membantu mengontrol tekanan darah dan berat badan secara normal.


(29)

2.4.2. Syarat Diet

Dalam Atmatsier (2006) syarat pemberian diet pada CKD adalah sebagai berikut: a. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

b. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi. c. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi. Diutamakan lemak tidak

jenuh ganda.

d. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein dan lemak.

e. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria, natrium yang diberikan antara 1-3 gram.

f. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

g. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringan dan pernafasan (kurang lebih 500ml).

h. Vitamin cukup, bila perlu berikan vitamin piridoksin, asam folat, vitamin C dan D. Pasien hemodialisis harus mendapatkan asupan makanan yang cukup agar tetap sehat dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yang penting untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisa. Adapun asupan diet yang dianjurkan adalah: a. Asupan protein diharapkan 1-1,2 g/kgBB/hari dengan 50% terdiri atas protein dengan

nilai biologis tinggi.

b. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari. Pembatasan kalium sangat diperlukan. Karena itu makanan tinggi kalium seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan konsumsi.

c. Asupan natrium dibatasi 40-120 meq/hari guna mengendalikan tekanan dan edema. Asupan tinggi natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya akan mendorong


(30)

pasien untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode diantara dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar.

2.4.3. Diet yang efektif

Bagi penderita gagal ginjal kronik, meningkatkan kualitas hidup adalah cara yang terbaik agar fungsi tubuh dapat bekerja lebih optimal. Adapun hal-hal yang menjadikan diet dapat berjalan efektif menurut Kresnawan (2008) adalah sebagai berikut:

a. Memahami kondisi ginjal dan terapi yang dilakukan karena menentukan pola diet yang akan dijalani. Pola diet bagi setiap orang akan berbeda-beda.

b. Menyesuaikan aturan diet bagi penderita gagal ginjal dengan sisa fungsi ginjal dan ukuran tubuh (tinggi maupun berat badan).

c. Menjaga agar selera makan pasien tidak hilang. Hal ini penting karena penderita gagal ginjal mudah kehilangan selera makan.

2.4.4. Pengaturan makan dan minum (Diet)

Penyandang hemodialisis diharuskan melaksanakan pengaturan makan/minum. Berikut beberapa makanan dan porsi yang dianjurkan untuk pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa dalam Suwitra (2010):

a. Nasi

Walaupun secara teori ada jumlah kalori tertentu yang harus dimakan oleh para penyandang hemodialisis, tetapi dalam kehidupan sehari-hari penyandang diperbolehkan makan nasi secara bebas, kecuali yang menderita diabetes (kencing manis). Hal ini dikarenakan, penyandang hemodialisis memerlukan kalori yang cukup tinggi untuk mengimbangi penyakit ginjalnya. Bagi yang sering mengalami gangguan pada pencernaan disarankan untuk makan dalam porsi kecil beberapa kali (4-5 kali) dalam sehari. Tidak dianjurkan makan terlalu kenyang atau menunda sampai terlalu lapar


(31)

b. Protein/daging

Protein untuk penyandang hemodialisis diperbolehkan 1,2 gr/kg berat badan /hari. Jumlah ini tidak terlalu jauh beda dengan konsumsi protein untuk penduduk Indonesia pada umumnya , yaitu: 1,2-1,5 gr/kg berat badan/hari.

Di samping daging, sumber protein lain yang boleh dikonsumsi adalah ikan, telur, dan susu. Jenis daging yang tidak dianjurkan adalah jeroan (hati, usus, otak. dan lainnya). Hal tersebut dapat meningkatkan asam urat dimana sebagian besar penyandang hemodialisis mengalami kenaikan kadar asam urat dalam darahnya.

c. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dan mengakibatkan sembab/bengkak. Sehingga pada penyandang hemodialisis garam hanya diperbolehkan paling banyak setengah sendok teh dalam sehari. demikian pula makanan asin lainnya seperti kecap asin, bumbu penyedap dan lain sebagainya.

d. Buah

Buah-buahan dibatasi untuk penyandang hemodialisis karena banyak mengandung kalium. Kalium ini banyak terdapat dalam buah sehingga dapat mengakibatkan kelainan jantung. Artinya, penyandang hemodialisis boleh makan buah dalam jumlah yang terbatas. Buah yang tidak boleh dimakan adalah durian, blimbing, air kelapa.

Buah yang boleh dimakan adalah pisang, pepaya, tomat, apel, mangga, melon. Untuk mengurangi kadar kalium dalam buah, dapat diupayakan dengan merebus buah tersebut atau dipotong-potong kemudian dicuci dan direndam dengan air hangat sehingga kalium yang terkandung didalamnya terlarut dalam air.


(32)

e. Sayur

Sayur juga mengandung banyak kalium, oleh karenanya harus dibatasi untuk penyandang hemodialisis. Beberapa jenis sayur yang dibatasi adalah bayam, buncis, kembangkol. Hal tersebut dikarenakan dapat meningkatkan asam urat. Kalium dalam sayur dapat dikurangi dengan cara memotong-motong terlebih dahulu kemudian dicuci dan dimasak.

f. Tahu/tempe

Penyandang hemodialisis diperbolehkan makan tahu/tempe karena tetap diperlukan oleh tubuh namun dengan jumlah yang terbatas. Jumlahnya paling banyak adalah 50 gram perhari.

g. Air/minum

Air, baik berupa air minum ataupun sajian lain (kuah, sop, juice, kopi, susu, dan lain sebagainya) sangat dibatasi untuk penyandang hemodialisis karena dapat mengakibatkan bengkak, meningkatkan tekanan darah dan sesak nafas akibat sembab paru. Bagi penyandang hemodialisis yang masih keluar kencing, boleh minum lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak keluar kencing sama sekali. Dasarnya adalah, membuat keseimbangan antara air yang


(33)

2.4.5. Bahan makanan yang Dianjurkan dan tidak dianjurkan

Berikut ini daftar makanan yang dinajurkan dan yang tidak dianjurkan bagi pasien gagal ginjal kronis dalam Almatsir (2005

No Bahan Makanan Dianjurkan Tidak

dianjurkan/dibatasi Sumber

Karbohidrat

Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mie, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai, madu, permen.

-

2 Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam, susu

Kacang-kacangan

dan hasil olahannya, seperti

tempe dan tahu.

3 Sumber Lemak Minyak jagung,

minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, margarim, dan mentega rendah garam

Kelapa, santan, minyak kelapa, mentega biasa dan lemak hewan

4 Sumber vitamin dan mineral

Semua sayuran dan buah, kecuali pasien dengan hiperkalemia dianjurkan yang mengandung kalium rendah/sedang.

Sayuran dan buah tinggi kalium pada pasien dengan hiperkalemia.

Tabel 2.2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Pada Pasien GGK

Berikut Daftar Makanan Untuk Pasien Gagal ginjal kronis dalam Nainggolan (2008) : Daftar Makanan Sumber Protein

Jenis Makanan Mg/100 gr

Sumber Protein Hewani Ayam Daging domba Daging kambing Daging sapi Ikan segar Keju Putih telur Susu bubuk Susu sapi segar Telur ayam 18 17 16 19 20 23 11 25 3 13 Sumber protein nabati


(34)

Kacang tanah Kacang hijau Kedelai Oncom Tahu

Tempe kedelai murni

25 22 35 13 8 18 Tabel 2.3. Makanan Sumber Protein Daftar Makanan Sumber Natrium

Jenis Makanan Mg/100gr

Sumber Hidrat arang Biskuit Kraker Roti coklat Roti kismis Roti putih Roti susu Roti bakar

Sumber protein hewani Daging kornet Keju Sosis 500 710 500 300 530 500 700 1250 1250 1000 Tabel 2.4. Makanan Sumber Natrium Daftar Makanan Sumber Kalium

Jenis Makanan Mg/100 gr

Sumber Hidrat arang Singkong

Ubi Kuning Kentang Terigu Tapioka

Sumber Protein Hewani Daging ayam Daging bebek Daging sapi Daging domba Ikan mas Ikan sardine Ikan tongkol Udang

Sumber protein nabati Kacang hijau Kedelai Kacang tanah Kacang merah 394 304 396 400 400 350 300 489 350 335 510 470 333 1132 1504 421 1151


(35)

Kecap Buah-buahan Advokat Apel Pepaya Pisang Sayuran Bayam Bawang putih Bit

Daun pepaya muda Kapri Kembang kol Paterseli Prei Seledri batang Seledri daun Susu Susu coklat Susu bubuk asam

500 278 203 221 435 221 435 330 652 370 349 900 316 350 326 500 1800 Tabel 2.5. Makanan Sumber Kalium


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kepatuhan Pasien

Hemodialisa terhadap Diet

Wanita Pria

Patuh Tidak-Patuh

‐ Usia

- Tingkat Pendidikan -Kebiasaan Merokok - Status Ekonomi -Lamanya HD -Pendapatan


(37)

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur 1 Kepatuha

n diet

Merupakan perilaku yang dilakukan oleh pasien baik pria maupun wanita dalam mematuhi

penatalaksanaan diet terutama dalam kecukupan kalori, pembatasan pada protein, natrium dan kalium

Menggun akan kuesioner

Angket Ordinal Patuh : x ≥ x Tidak Patuh x ≥ x

2 Jenis Kelamin

Sifat yang membedakan responden kedalam dua jenis, yaitu pria dan wanita

Menggun akan Kuesioner

Angket Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan


(38)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan selama tahun 2012 yang berjumlah 132 orang.

4.2.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel ialah sebahagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dari penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi di ruang Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Teknik pengambilan besar sampel ini berdasarkan rumus dalam Notoatmojo (2005) sebagai berikut:

Keterangan :

N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, diambil 0,1

(Notoatmodjo, 2005)

 

2 1 N d

N n

 


(39)

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 56,8 dibulatkan menjadi 57 orang

Lalu peneliti membulatkan jumlah sampel menjadi 58 agar seimbang proporsi responden pria dan wanita yaitu sebanyak masing-masing 29 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling (Notoatmojo, 2005). Setelah sampel di dapatkan secara random maka peneliti akan melihat apakah responden yang menjadi sampel memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Bersedia menjadi responden

b. Klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin 2 kali dalam seminggu.

c. Kesadaran komposmentis dan bisa berkomunikasi d. Mampu membaca dan menulis

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr Pirngadi Kota Medan, dengan pertimbangan bahwa: (1) lokasi penelitian memberikan kemudahan bagi peneliti baik kemudahan administatif maupun teknis; (2) dilokasi ini juga belum pernah ada penelitian terkait dengan perbedaan tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronis dalam mematuhi diet yang menjalani hemodialisa berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013.

4.4. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas keperawatan universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan

 

2 1 N d

N n   2 ) 1 . 0 ( 132 1 132   n


(40)

pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2009), ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada penelitian ini yaitu: 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitiaan maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)

Confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuisioner yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka (kuntjoro, 2002 dalam Nainggolan, 2008). Instrumen terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner data demografi dan kuisioner kepatuhan diet pasien hemodialisa. Pada bagian awal instrumen penelitian berisi data demografi yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama menjalani hemodialisa, serta pendapatan perbulan.

Bagian instrumen yang kedua berisi pernyataan untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien hemodialisa dalam mematuhi diet. Bagian ini terdiri dari 29 pernyataan dengan menggunakan skala Likert dengan pilihan Tidak Pernah, Jarang, Kadang-Kadang, Sering, dan Selalu. Untuk pernyataan positif tidak pernah diberikan nilai 1, jarang dengan nilai 2, kadang-kadang dengan nilai 3, sering dengan nilai 4, dan selalu dengan

nilai 5. Pernyataan positif terdapat pada nomor (1,2,3,4,5,6,7,8,13,16,18,23,24,25,26,27,28 dan 28) Untuk pernyataan negatif, jawaban


(41)

tidak pernah diberi nilai 5, Jarang dengan nilai 4, kadang-kadang diberi nilai 3, sering diberi nilai 2 dan selalu diberi nilai 1. Pernyataan negatif terdapat pada nomor (9,10,11,12,14, 15, 17, 19, 20, 21,22 dan 29). Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 29 dan nilai tertinggi 145.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas suatu ukuran yang menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya di ukur, berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya, berhubungan dengan kenyataan dan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata dan benar sehingga alat ukur yang tidak valid akan memberikan hasil ukuran yang menyimpang dari tujuannya (Erlina, 2011).Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh orang yang ahli dibidangnya.

Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan sebuah instrumen (Hasan, 2002).Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas angket penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu instrumen yang dibuat berdasarkan dari konsep teoritis. Dikatakan reliabel bila nilai reabilitasnya > 0.70-0.95 (Tavakol & Dennick, 2011). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan sehingga didapatkan hasilnya untuk kepatuhan diet pasien hemodialisa pria adalah 0,705 dan wanita adalah 0, 712 dengan demikian instrumen kepatuhan diet dapat digunakan.


(42)

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data telah dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan memperoleh izin dari lokasi penelitian yaitu RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Setelah memperoleh izin tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan terlebih dahulu meminta kesediaan responden yang memenuhi kriteria untuk mengikuti penelitian. Jumlah responden telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti berdasarkan kriteria sampel yang akan diambil. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian angket pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi angket dengan didampingi oleh peneliti.

4.8. Pengolahan dan Analisa Data

Data demografi responden dianalisa dengan metode statistik deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan persentase dari masing-masing variabel. Pengkategorian masing-masing variabel dan sub variabel dilakukan dengan menentukan mean/rata-rata (x) dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Wahyuni (2011), yaitu:

n

x

x

Keterangan :

x = Nilai rata - rata

x = Jumlah nilai dari data responden n = Sampel


(43)

Analisa data yang dikumpulkan dari hasil angket untuk tingkat kepatuhan antara pria dan wanita dalam menjalani diet GGK.

Pengkatagorian tingkat kepatuhan dibagi dua, yaitu: a. Patuh, apabila diperoleh nilai: x ≥ x

b. Tidak patuh, apabila diperoleh nilai: x < x

Selanjutnya setiap variabel yang telah dikelompokkan kedalam kategori masing-masing, disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, dengan menggunakan rumus berikut (Arikunto, 2006), yaitu:

pn fi

x 100%

keterangan : p = persentasi

fi = frekuensi teramati n = jumlah sampel.

Selanjutnya perbedaan tingkat kepatuhan antara pria dan wanita dalam menjalani diet GGK menggunakan analisis statistik dalam mencari perbedaan kepatuhan klien GGK pria dan wanita dengan menggunakan Uji t- Independent dengan tingkat kemaknaan 5% (α=0,05). Bila p < 0.05 maka ada perbedaan yang signifikan antara perilaku pria dan wanita klien GGK dalam mematuhi pelaksanaan terapi diet, yang dapat dilakukan dengan bantuan perangkat komputerisasi.

Menurut Patton dalam Hasan (2002), analisis data adalah proses pengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan perbedaan yang terdapat pada tingkat kepatuhan diet laki-laki dan perempuan. Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap Editing, Coding, Processing, Cleaning dan Analise dengan menggunakan independent samples test.


(44)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan September 2013 di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Jumlah sampel yang digunakan peneliti adalah sebanyak 29 pasien hemodialisa pria dan 29 pasien hemodialisa wanita.

5.2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, lama menjalani hemodialisa, dan pendapatan. Havighurst (1992) menggolongkan rentang usia remaja 11-24 tahun, dewasa dini 25-40 tahun, dewasa madya 41-60 tahun, dan usia dewasa lanjut diatas 60 tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan mayoritas responden pria berada pada usia dewasa madya (41-60 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (n=29 atau 65,5%), dengan tingkat pendidikan terbanyak SMA 10 orang (n=29 atau 34,5%), lama menjalani hemodialis terbanyak antara 1 bulan-12 bulan sebanyak 13 orang (n=29 atau 44,9%), serta pendapatan terbanyak 1juta-2Juta sebanyak 12 orang (n=29 atau 41,4%). Responden wanita didapatkan mayoritas berada pada usia dewasa madya (41-60

tahun) sebanyak 17 orang (n=29 atau 58,7%), Pendidikan terbanyak SMA sebanyak 16 orang (n=29 atau 55,2%), lama menjalani hemodialisa terbanyak antara 1-12 bulan sebanyak 15 orang (n=29 atau 51,8), serta pendapatan terbanyak antara 1 juta-2Juta sebanyak 14 orang (n=29 atau 48,3%).


(45)

Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden Pasien Hemodialisa Pria dan Wanita di RSU. Dr. Pirngadi Medan (n =58) Karakteristik Pasien Hemodialisa Pria Pasien Hemodialisa

Wanita

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Umur 11-24 Tahun 25-40 Tahun 41-60 Tahun > 60 Tahun

3 5 19 2 10,3 17,3 65,5 6,9 1 10 17 1 3,4 34,5 58,7 3,4 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 9 10 7 10,3 31,1 34,5 24,1 4 6 16 3 13,8 20,7 55,2 10,3 Lama Hemodialisa

1 bulan - 12 bulan 12 bulan- 24 bulan > 24 bulan

13 6 10 44,9 20,7 34,4 15 5 9 51,8 17,2 31 Pendapatan

< 500 Ribu 500 Ribu- 1 Juta 1 Juta- 2 Juta > 2 Juta

5 4 12 8 17,2 13,8 41,4 27,6 2 5 14 8 6,9 17,2 48,3 27,6

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Pria dan Wanita dalam Mematuhi Diet

Hasil analisa data menunjukkan bahwa distribusi dan persentase perbedaan tingkat kepatuhan diet pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada pria terbanyak pada kategori patuh 15 orang (n=29 atau 51,7%), sedangkan pada wanita terbanyak berada pada kategori tidak patuh 16 orang (n=29 atau 55,2%).


(46)

Tabel 5..2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Pria dan Wanita dalam Mematuhi Diet

Tingkat Kepatuhan

Pasien Hemodialisa Pria Frekuensi Persentase

Pasien Hemodialisa Wanita Frekuensi Persentase

Patuh 15 51,7 13 44,8

Tidak Patuh 14 48,3 16 55,2

Total 29 100 29 100

5.5. Hasil Uji t -test Independent Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Mematuhi Diet

Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Independet t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSU dr Pirngadi Kota Medan dengan nilai t=1,190, p=0,239 (p>0,05), maka Ha dalam penelitian ini ditolak.

Tabel 5.3 Hasil Uji t -test Independent Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Mematuhi Diet

Karakteristik Mean Std. Deviasi T

Tingkat Kepatuhan Diet 1,190

Pasien Hemodialisa Pria 100,83 8,371 Pasien Hemodialisa Wanita 98,14 8,831 Sig (2-tailed) = 0,239

5.6. Pembahasan

Pada pembahasan peneliti ingin mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana tingkat kepatuhan pasien hemodialisa pria dan bagaimana tingkat kepatuhan diet pasien hemodialisa wanita, serta bagaimana perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet.


(47)

5.6.1. Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet.

Dari hasil penelitian didapatkan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa pria terbanyak berada pada kategori patuh yaitu sebanyak 15 orang (51,7%) yang tidak patuh sebanyak 14 orang (48,3%). Tingkat kepatuhan pasien hemodialisa wanita terbanyak berada pada kategori tidak patuh yaitu sebanyak 16 orang (55,2%) dan yang patuh sebanyak 13 orang (44,8%).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsyiah (2011) dimana melihat hubungan jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan didapatkan pria yang patuh sebanyak (62,4%) dan wanita yang patuh sebanyak (54,2 %).

Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah penting untuk kesuksesan suatu intervensi. Akan tetapi ketidakpatuhan menjadi masalah yang besar terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis, sehingga berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, termasuk konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan dan cairan (Syamsiah, 2011).

Hasil penelitian tersebut sesuai juga dengan yang dilakukan oleh Sitomorang (2010) mengenai gambaran pola makan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rawat Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan didapatkan bahwa pola makan, jenis, jumlah dan frekuensi belum baik, sehingga asupan energi, proteinnya secara umum berada pada kategori tidak baik, sedangkan asupan kalium dan natrium umumnya berada pada kategori tidak baik. Asupan air pada umumnya berada pada kategori lebih.


(48)

Kepatuhan pasien hemodialis dalam model Kamerrer (2007) ada beberapa faktor yaitu faktor pasien, faktor sistem pelayanan kesehatan, dan faktor petugas. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien yang didalamnya melingkupi pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi dan harapan pasien merupakan hal yang paling mempengaruhi. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Sari (2009) dimana didapatkan adanya hubungan yang signifikan (Odd Ratio) antara sikap klien yang menjalani hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan dimana sikap positif klien 4,421 kali untuk patuh dibandingkan dengan sikap negatif.

Faktor dari pasien terdapat pada pernyataan nomor 1 mengenai kepatuhan pasien dalam mengukur jumlah konsumsi minuman yang diharuskan responden pria terbanyak menjawab selalu sebanyak 11 orang (37,9%), begitu juga dengan responden wanita sebanyak 8 orang (27,6%). meskipun angka tersebut tidak terlalu jauh berbeda namun menunjukkan bahwa pasien hemodialisa pria dan wanita pada umumnya mengukur jumlah cairan yang harus di konsumsi setiap harinya.

Pada pernyataan nomor 2 mengenai konsumsi makanan sehari-hari sesuai dengan petunjuk petugas didapatkan jawaban terbanyak pada pasien pria adalah sering sebanyak 11 orang (37,9%). Pada wanita yang terbanyak menjawab kadang-kadang sebanyak 8 orang (27,6%). Hal ini menunjukkan bahwa pria lebih patuh dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari sesuai petunjuk petugas kesehatan dari pada wanita.

Pada pernyataan nomor 3 mengenai keinginan pasien dalam menjaga pola makan karena ingin sehat didapatkan jawaban terbanyak pada pasien pria adalah selalu sebanyak 24 orang (82,8%), pada wanita jawaban terbanyak adalah selalu sebanyak 19 orang (65,5%). Hal ini menunjukkan bahwa baik pasien pria maupun wanita pada dasarnya memiliki keinginan untuk selalu menjaga pola makan agar ingin sehat meskipun pada pelaksanaannya berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan nomor 13 mengenai kebiasaan mengatur menu makanan yang boleh dikonsumsi didapatkan jawaban terbanyak


(49)

pada pasien pria adalah jarang sebanyak 10 0rang (34,5%). Pada wanita jawaban terbanyak 11 orang (37,9%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa meskipun setiap pasien memiliki keinginan yang tinggi dalam menjaga pola makan agar selalu sehat tidak dibarengi dalam pelaksanaanya.

Asumsi peneliti ketiga pertanyaan tersebut mewakili 29 instrumen yang

peneliti ajukan kepada responden pria dan wanita menunjukkan mayoritas jawaban terbanyak yang sama. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh data demografi terutama tingkat pendidikan dimana responden pria terbanyak dengan pendidikan SMA yaitu 10 orang (34,5%) dan wanita juga dengan pendidikan SMA terbanyak sebanyak 16 orang (55,2%). Pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas pribadi seseorang, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar kemampuannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya (Siagian, 2011, Rohman, 2007 dalam Syamsiah, 2011).

Pendidikan yang tinggi juga akan mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisa terhadap diet. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan asupan cairan pasien hemodialisa, dimana didapatkan hasil bahwa klien yang berpendidikan SMA mempunyai peluang 3 kali lebih patuh dari pada klien dengan pendidikan SD.

Dari segi Usia responden pria terbanyak berada pada usia dewasa madya yaitu sebanyak 19 orang (65,5%) dan responden wanita terbanyak juga berada pada usia dewasa madya yaitu sebanyak 16 orang (55,2%). Siagian (2001, dalam Syamsiah, 2011) menyatakan bahwa umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasan atau maturitas, yang berarti bahwa semakin meningkat umur seseorang, akan semakin meningkat pula kedewasaannya atau kematangannya baik secara teknis, psikologis, maupun spiritual, serta akan semakin meningkatkan pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan,


(50)

berfikir rasional, mengendalikan emosi, toleran dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain termasuk pula keputusannya untuk mengikuti program-program terapi yang berdampak pada kesehatannya.

5.6.2. Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Mematuhi Diet.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji t- test Independent didapatkan bahwa perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet didapatkan hasil yaitu t=1,190, p=0,239 (p>0,05). Ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dengan wanita dalam mematuhi diet,

Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Syamsiah (2011) di Rumah Sakit RSUPAU Dr. Esnawan Halim Perdana Kususma Jakarta, yang meneliti hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialis di peroleh p value 0,382 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialis. Dari analisis didapatkan oods ratio (OR) 1,401, yang berarti bahwa laki-laki memiliki peluang untuk patuh sebesar 1,401 kali dibandingkan perempuan.

Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina (2008) mengenai hubungan antara parameter status nutrisi yang diukur dengan bioelectrikal impedance analysis dan kualitas hidup yang dinilai dengan sf-36 pada pasien hemodialisa reguler tidak terdapat perbedaan nilai karakteristik yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Begitu juga bila dibandingkan parameter status nutrisi antara laki-laki dan perempuan, dijumpai perbedaan bermakna parameter BCM, FFM(kg), TBW(Lt), ECW(Lt), RMR, TP, mineral dan glikogen, dimana laki-laki nilainya lebih tinggi dari wanita sedangkan parameter FM tidak ada perbedaan yang bermakna.


(51)

Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jones,(2002) dalam Syamsiah, (2011), mengenai efek edukasi terhadap kepatuhan suplemen Oral Iron pada pasien hemodialisis yang dilakukan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit di Ontario, kanada terhadap 39 sampel dengan jumlah laki-laki 27 (69,2%) dan perempuan 12 (30,2%). Menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan.

Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kim & Evangelista (2010) dalam Syamsiah (2011) tentang hubungan dan persepsi sakit, kepatuhan dan Clinical Outcomes pada pasien hemodialisis di Dialisis Center, Los Angeles California. Hasil penelitian dengan jumlah sampel 151 mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku kepatuhan.

Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitan Yuliaw (2009) dalam Butar & Cholina (2011) menyatakan, bahwa responden memiliki karakteristik individu yang baik hal ini bisa dilihat dari jenis kelamin, bahwa perempuan lebih banyak menderita penyakit gagal ginjal kronik, sedangkan laki-laki lebih rendah dan responden laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibandingkan perempuan, semakin lama menjalani terapi hemodialisa akan semakin rendah kualitas hidup penderita.

Beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan perbedaan antara pria dengan wanita yaitu Sigmund Freud dan Erik Erikson berpendapat bahwa genital individu mempengaruhi perilaku gendernya dan oleh karenanya, anatomi adalah takdir. Salah satu asumsi dasar yang dikemukakan oleh freud adalah perilaku manusia berkaitan secara langsung dengan proses-proses reproduktif. Erikson(1968) memperluas argumen Freud dengan menyatakan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan bersumber dari perbedaan anatomi antara keduanya. Erikson berpendapat bahwa, karena struktur genitalnya, laki-laki memiliki sifat lebih suka mencampuri dan lebih agresif, sementara perempuan memiliki sifat lebih inklusif dan pasif (Santrock, 2007). Laki-laki dan perempuan


(52)

memperlihatkan budaya sosial yang berbeda satu sama lain. Mereka menggunakan simbol, sistem kepercayaan, dan cara-cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya. (Jhonson,2000, Rohman, 2007, dalam syamsiah, 2011) mencontohkan bahwa perempuan cenderung mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan dapat langsung menangkap fokus permasalahan dalam diskusi dan tidak terfokus pada diri sendiri. Mereka cenderung lebih banyak menjawab, dan lebih peka terhadap orang lain. Sementara laki-laki disisi lain lebih pandai memimpin diskusi. Sikap inipun baik untuk digunakan dalam mengambil keputusan terhadap dirinya termasuk permasalahan-permasalahan kesehatan untuk dirinya. Menurut peneliti dengan melihat perbedaan- perbedaan yang ada pada pria maupun wanita baik dari segi fisik, sosial, budaya, maupun dari segi kesehatan pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan yang sama untuk mau menjaga kesehatan terutama dalam hal ini kepatuhan pasien hemodialisa dalam mematuhi diet. Meskipun perbedaannya tidak signifikan tetapi tetap saja pada pelaksaan diet pria lebih banyak yang patuh dari pada wanita. Sebagaimana hasil penelitian mengenai studi DOPPs (the Dialysis Outcomes and

Practice Patterns Study) yang menemukan bahwa prediktor peluang ketidakpatuhan lebih

tinggi mengenai perempuan (Saran, et al, 2003). Hal tersebut mungkin terjadi karena wanita lebih sensitif dan suka memilih- milih terhadap makanan sedangkan pria lebih sering menerima apa saja yang disedikan makanan untuknya terutama oleh keluarganya. Selain itu jika dikaitkan dengan mekanisme koping terhadap masalah yang dihadapi dalam hal ini terkait dengan kepatuhan dalam diet.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutoharoh (2010) klien hemodialisa yang paling banyak menggunakan mekanisme koping maladaptif adalah perempuan dibandingkan dengan klien laki-laki. Diperkuat lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Endler parker (1990) dalam penelitian yang sama dikatakan bahwa perempuan cenderung menggunakan strategi koping yang bertujuan mengubah respon


(53)

emosi mereka terhadap keadaan yang stresfull, sedangkan laki-laki lebih banyak menggunakan koping yang berfokus pada masalah dalam mengatasi keadaan yang stresfull.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi mengenai perbedaan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

A. Kesimpulan

Pada distribusi frekuensi karakteristik responden didapatkan mayoritas responden pria berada pada usia dewasa madya(41-60 tahun) yaitu sebanyak 19 orang (n=29 atau 65,5%), dengan tingkat pendidikan terbanyak SMA 10 orang (n=29 atau34,5%), lama menjalani hemodialis terbanyak antara 1 bulan-12 bulan sebanyak 13 orang (n=29 atau 44,9%), serta pendapatan terbanyak 1juta-2Juta sebanyak 12 orang (n=29 atau 41,4%).

Pada responden wanita didapatkan mayoritas berada pada usia dewasa madya (41-60 tahun) sebanyak 17 orang (n=29 atau 58,7%), Pendidikan terbanyak SMA sebanyak 16 orang (n=29 atau 55,2%), lama menjalani hemodialisa terbanyak antara 1-12 bulan sebanyak 15 orang (n=29 atau 51,8), serta pendapatan terbanyak antara 1 juta-2Juta sebanyak 14 orang (n=29 atau 48,3%).

Hasil analisa data menunjukkan distribusi dan persentase perbedaan tingkat kepatuhan diet pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet pada pria terbanyak pada kategori patuh 15 orang (n=29 atau 51,7%), sedangkan pada wanita terbanyak berada pada kategori tidak patuh 16 orang (n=29 atau 55,2%). Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Independet t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan diet pasien hemodialisa di RSU dr Pirngadi Kota Medan dengan nilai t=1,190, p=0,239 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian in ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang


(55)

signifikan tingkat kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

B. Rekomendasi

a. Untuk praktek keperawatan Rumah Sakit

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien hemodialisa, hendaknya perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan terkait diet pasien hemodialisa secara berkala, kemudian melakukam evaluasi sejauh mana pengetahuan pasien dalam mentaati dietnya. Perawat juga selalu berusaha secara berkala untuk memotivasi pasien hemodialisa untuk menjalani kehidupannya dengan semangat dan terus produktif meskipun sudah mengalami gagal ginjal. Cara tersebut salah satunya dengan terus menjaga kepatuhan diet agar mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dengan kondisi kesehatan yang baik akan mempengaruhi kinerja pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

b. Untuk Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hemodialisa. Pasien hemodialisa tidak hanya berfokus pada proses hemodialisa saja namun diet merupakan faktor yang sangat penting yang juga setiap waktunya diperhatikan dan dievaluasi sejauh mana kepatuhan pasien hemodialisa terhadap diet.

c. Untuk penelitian selanjutnya

1. Kuisioner dalam penelitin ini menggunakan konsep Kepatuhan kammarer (2007) yang mencakup faktor pasien, faktor pelayanan kesehatan dan faktor petugas kesehatan, namun kuisioner dalam penelitian ini belum memuat ketiga aspek tersebut secara merata. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti


(56)

membuat kuisioner yang lebih lengkap dengan menggunakan konsep kepatuhan kammarer (2007).

2. Responden dalam penelitian ini adalah pasien HD yang rutin menjalani Hemodialisis 2-3 kali dalam 1 minggu, Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggambil responden yang rutin menjalani HD yaitu 2 kali dalam satu minggu. 3. Pada penelitian ini peneliti menggunakan responden dengan jumlah 29 pria dan 29

wanita. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih besar agar dapat terlihat perbedaan kepatuhan pasien hemodialisa berdasarkan jenis kelamin dalam mematuhi diet.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2005). Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Butar, A. (2012). Karakteristik Pasien dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Terapi Hemodialisa. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Erlina. (2011). Metode penelitian. Medan: Usu Press

Farida, A. (2010). Pengalaman Klien Hemodialisis Terhadap Kualitas Hidup Dalam Konteks

Asuhan Keperawatan Di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. www. Lontar.ui.ac.id.

Di unduh pada tanggal 2 April 2013.

Haflah, Nurul. (2005). Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Pria dan Wanita Dalam

Mematuhi Pelaksanaan Diet di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Hasan, i. (2004) Analisa data penelitian dengan statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Handayani. (2011). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan

dalam Menjalankan Terapi Diet Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat

Kim, Y., Evangelista l.S., Phillips, L.R., Pavlish, C., & Kopple, J.D. (2010). The End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire (ESRD-AQ): Testing the psychometric

properties in patients receiving in-center hemodialysis. Nephrology Nursing

Journal, 37 (4), 377-393.

Lase, W. N. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lina, (2008). Hubungan Antara Parameter Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bioelectrikal Impedance Analysis dan Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan SF-36 Pada

Pasien Hemodialisis Reguler. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra

Utara.

Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakubus Siswadi, editor, Monika Ester, Esty Wahyuningsi (2009). Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin,Arif, Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta Salemba Medika.


(58)

Mutoharoh, Itoh (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Mekanisme Koping Klien Gagal Ginjal kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2009.

Nainggolan, Ls. (2008). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Niven. (2000). Psikologi kesehatan edisi 2. Jakarta; EGC

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmojo. (2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam, (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:Salemba Medika

Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmiah keperawatan.Edisi 2 Jakarta: EGC

Rahimi, A. (2007). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Di

Rumah Sakit Umum Rantau Prapat. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Sari, Lita Kartika. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan Dengan kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialis Di Ruang Hemodialisa RSUP Fatmawati Jakarta.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (Edisi kedua). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siallagan, Herdiani. (2012) .Karakteristik Penderita Gagal ginjal Kronik yang di Rawat Inap

di RS Martha Friska Medan Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Silaban, Masdiana. (2008). Perbedaan Stres lanjut usia pria dan wanita di panti werdha dharma Asih binjai. Skripsi Fakultas Keperawatan Usu.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing. 12 ed Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika (Ed Revisi Cetakan 6). Bandung: Tarsito

Sudoyo, A.W., et al., (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Suharyanto, Toto , Madjid, Abdul. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Jakarta:Tim

Suwitra, ketut. (2010). Hidup Berkualitas dengan Hemodialisis (cuci darah) Reguler. Denpasar; Udayana University press


(59)

Syamsiah, nita.(2011).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD yang

menjalani hemodialisa di RSUPAU Dr. Esnawan Antariksa HAlim Pernada Kusuma

Jakarta.Tesis. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281994-T%20Nita%20Syamsiah.pd.

Di unduh pada tanggal 12 Mei 2013 Pukul 11.00 WIB.

Situmorang, Eva Yanti. (2010). Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang

Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD. Dr. Pingadi Medan 2009. Skripsi

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making sense of Cronbach’s alpha. International

Journal of Medical Education, 2, 53-55. Diambil tanggal 22 Februari 2013 dari

http:www.ijme.net/archive/2/cronbachs-alpha/

Wahyuni, A. S. (2011). Statistika Kedokteran. Jakarta: BamboedoeaComunication Santrock, John.W. (2007). Remaja. Edisi sebelas. Jakarta: Erlangga.

White, Kevin. (2012). Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit. Jakarta: Rajawali Press


(60)

Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Mematuhi Diet

Oleh Asmaul Husna

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin dalam Mematuhi Diet di RSUD dr. Pirngadi Medan

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, 2013

Peneliti Responden


(61)

Lampiran 2 KUESIONER

PERBEDAAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HEMODIALISA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DALAM MEMATUHI DIET

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner ini. 2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda contreng (√) pada

kotak pilihan/kolom yang tersedia. Nomor Responden

(diisi oleh peneliti) A. DATA DEMOGRAFI

1. Umur anda saat ini : ...Tahun 2. Jenis Kelamin Anda : Pria wanita

3. Pendidikan : SD SMP

SMA Perguruan Tinggi 4. Kapan anda memulai

terapi hemodialisa : Bulan :... Tahun :... 5. Pendapatan perbulan : < Rp. 500.000,-

Rp. 500.000-1.000.000,-

Rp.1.000.000-2.000.000


(62)

B. Kepatuhan

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

pernah 1

Saya mengukur jumlah konsumsi minuman sesuai dengan takaran yang diharuskan.

2 Saya mengkonsumsi makanan sehari-hari sesuai dengan

petunjuk dari petugas kesehatan. 3 Saya menjaga pola makan

karena ingin sehat.

4 Saya mengkonsumsi buah-buahan seperti (belimbing, jeruk, pir) sesuai dengan yang

diperbolehkan.

5 Saya mempelajari asupan nutrisi yang dianjurkan untuk pasien gagal ginjal kronik.

6 Saya merendam buah-buahan di air hangat sebelum dikonsumsi. 7 Saya rajin mengkonsumsi

vitamin yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.

8 Saya makan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

9 Saya mencuci dahulu sayuran baru memotong-motong dan memasaknya.

10 Sayuran yang berkuah tidak termasuk kedalam asupan cairan. 11 Saya minum jika terasa haus

tanpa memperdulikan jumlahnya.

12 Saya makan nasi dengan menu yang diinginkan setiap hari. 13 Saya mengatur menu makanan

yang boleh dikonsumsi.

14 Saya makan buah-buahan sesuka hati.


(63)

selera makan seharian.

16 Saya membatasi makanan yang tinggi kandungan garamnya seperti ikan asin, telur asin 17 Saya mengkonsumsi

kacang-kacangan seperti kacang kedelai. 18 Saya mengkonsumsi vitamin

seperi asam folat, vit C dan D 19 Saya mengkonsumsi jeroan

seperti hati, ampal.

20 Saya mengkonsumsi minuman ringan dalam kemasan.

21 Saya minum air kelapa. 22 Saya mengkonsumsi sayuran

seperti (bayam, buncis).

23 Keluarga membantu saya dalam mengatur makanan yang harus dikonsumsi.

24 Petugas kesehatan(dokter, perawat) mengajari saya dalam memilih menu makanan.

25 Saya mengkonsumsi makanan yang mengantung protein seperti (ikan, telur,daging).

26 Saya mengkonsumsi susu. 27 Petugas kesehatan (dokter,

perawat) menegur saya jika berat badan saya naik lebih dari 3kg. 28 Keluarga menegur saya jika

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein

seperti(daging,ikan, telur)secara berlebihan.

29 Keluarga menegur saya jika mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti) secara berlebihan.


(64)

Lampiran 3

Reliabel Wanita

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.712 29

Reliabel Pria

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(65)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.


(66)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kepatuhan Diet Responden .106 58 .100 .967 58 .117


(67)

Lampiran 5 T-Test Independent

Group Statistics

Jenis Kelamin

Responden N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Kepatuhan Diet

Responden

Pria 29 100.83 8.371 1.554

Wanita 29 98.14 8.831 1.640

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed ) Mean Differ ence Std. Error Differ

ence Lower Uppe r Kepatuhan Diet Responden Equal varian ces assum ed

.316 .577 1.19 0

56 .239 2.690 2.260 -1.837 7.216

Equal varian ces not assum ed 1.19 0 55.8 41


(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 15

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Asmaul Husna

Tempat Tanggal Lahir : Meulaboh, 16 April 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Nusa Indah. perumahan GIM. Asam Kumbang Medan

No Telepon/Hp : 085261342199

Orangtua (Ayah) : Drs. Yusran

Orangtua (Ibu) : Ernalisa, S.Pd

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996 – 200 : MIN Drien Rampak Meulaboh Aceh Barat

2. Tahun 2002 – 2005 : MTsN I Model Meulaboh Aceh Barat

3. Tahun 2005 – 2008 : SMAN 2 Meulaboh Aceh Barat

4. Tahun 2008 – 2011 : POLTEKKES KEMENKES ACEH. Jurusan Keperawatan Banda Aceh.

5. Tahun 2012- Sekarang: Mahasiswa S1 Keperawatan ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Hemodialisa dalam Menjalankan Terapi Diet di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

11 102 116

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES Kepatuhan Menjalani Diet Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

0 3 18

PENDAHULUAN Kepatuhan Menjalani Diet Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

0 3 10

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES Kepatuhan Menjalani Diet Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Tingkat Pendidikan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

2 7 15

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN BERKOMPUTER BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN DAN JENIS KELAMIN PADA Perbedaan Tingkat Kecemasan Berkomputer Berdasarkan Tipe Kepribadian dan Jenis Kelamin Pada Mahasiswa Akuntansi (Survei di Universitas Muhammadiyah Surakarta).

0 0 12

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan Terapi Diet Di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 17

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan Terapi Diet Di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan Terapi Diet Di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

0 3 10

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan Terapi Diet Di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kepatuhan 2.1.1. Kepatuhan pasien GGK dengan Hemodialisis - Perbedaan Tingkat Kepatuhan Pasien Hemodialisa Berdasarkan Jenis Kelamin Dalam Mematuhi Diet Di RSU.Dr.Prigadi Kota Medan

0 0 19