Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif S Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa
Tunarungu Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan
sampai jika bahasa tersebut digunakan dengan baik dan benar. Bahasa dapat timbul dari kesatuan huruf hidup vokal dan huruf mati konsonan yang
terangkai menjadi kata kemudian membentuk kalimat bermakna. Kalimat sebagai bahasa itulah yang menjadi alat perantara hubungan satu dengan
lainnya. Seper ti yang dinyatakan Bloom Sadja‟ah, 2008:7 bahwa „Bahasa
merupakan suatu kode dimana gagasanide tentang dunialingkungan sekitar diwakili oleh seperangkat simbol yang telah disepakati bersama guna
mengadakan komunikasi.‟ Namun berbeda halnya yang terjadi pada anak tunarungu, tidak berfungsinya indera pendengaran sebagian atau seluruhnya
mengakibatkan hambatan berkomunikasi secara verbal. Anak tunarungu akan mengalami perkembangan bahasa yang lambat dikarenakan dampak utama
dari kehilangan pendengaran yakni kemiskinan bahasa sehingga tidak akan mampu menyerap, mendengarkan maupun menangkap bunyi bahasa yang ada
di lingkungannya, khususnya pembicaraan atau bahasa orang lain. Seperti yang diungkapkan Meadows Bunawan, 2000:33 menyatakan bahwa
„Kemiskinan deprivation hakiki yang dialami seseorang yang tuli sejak lahir adalah bukan kemiskinan atau kehilangan akan rangsangan bunyi, melainkan
kemiskinan dalam berbahasa. ‟
Kemiskinan dalam berbahasa diantaranya yaitu kelainan artikulasi atau kelainan ucapan. Artikulasi atau ucapan merupakan kecakapan yang sangat
penting bagi anak dalam berkomunikasi, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Saat berkomunikasi dibutuhkan bahasa yang diucapkan
dengan artikulasi secara tepat dan jelas. Melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, siswa tunarungu
kelas VII SMPLB seharusnya sudah mampu mengungkapkan pengalaman dan
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif S Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu
Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
informasi melalui kegiatan berbicara dan menyampaikan pengumuman, memahami ragam teks sastra dan non sastra dengan berbagai cara membaca.
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil studi pendahuluan di SLB Negeri
Cicendo Bandung, penulis menemukan seorang siswa tunarungu kelas VII SMPLB mengalami kesulitan dalam pengucapan konsonan s seperti contoh,
penggunaan konsonan s di awal pada kata “saya” diucapkan “caya”, pengucapan konsonan s di tengah untuk kata “bisa” diucapkan “bica”, dan pengucapan di
akhir untuk kata “sebelas” diucapkan cebelac. Kesulitan pengucapan yang
dialami subjek diduga karena anak belum mengerti cara pengucapan s dengan tepat, dan penggunaan metode guru dalam pembelajaran artikulasi yang hanya
sebatas membaca kata dengan teknik artikulasi yang sudah digunakan pada umumnya juga merupakan faktor lain yang membuat anak menjadi tidak tertarik
dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran artikulasi. Seiring pengucapan konsonan yang masih kurang tepat, pesan yang ingin
disampaikan anak tunarungu ketika berkomunikasi menjadi sulit ditangkap oleh lawan bicaranya. Permasalahan ini apabila diabaikan tanpa penanganan secara
khusus akan sangat berpengaruh besar pada aspek komunikasi anak tunarungu di lingkungan sosialnya, yang mana komunikasi anak tunarungu akan terhambat
bahkan terputus dan pada akhirnya terisolasi. Tak dapat dipungkiri keadaan ini sangat berpengaruh pada masa depan anak tunarungu itu sendiri.
Memprediksikan masalah yang akan muncul akibat tidakkurang berfungsinya indera pendengaran bila tidak ditangani sejak dini, yaitu
terjadinya hambatan dalam persepsi sensori, kognisi, bahasa, dan komunikasi, keterampilan bicara, sosial emosi, dan intelektual sehingga akan
mempersempit pula kesempatan pendidikan dan lapangan pekerjaan di kemudian hari. Sudiharti, 2011:11
Untuk itu perlu adanya upaya dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak tunarungu dengan melakukan latihan artikulasi yang dikemas secara menarik
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif S Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu
Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan bervariatif agar dapat memicu siswa untuk lebih giat dalam proses pembelajaran artikulasi.
Banyak pilihan desain games yang memberikan kesempatan berbicara tanpa mengesampingkan ejaan, membaca, dan menulis. “Games juga dapat dimainkan
secara khusus untuk meningkatkan kosakata” Medikawati, 2012:56. Salah satu
jenis permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran artikulasi yaitu permainan Tongue Twister.
Permainan Tongue Twister secara harfiah, diartikan sebagai pembelit lidah. Permainan ini merupakan jenis permainan yang sangat cocok dan bagus dalam
melatih kemampuan pengucapanartikulasi. Dengan meningkatnya kemampuan anak tunarungu dalam pengucapan konsonan s akan semakin memperlancar
proses komunikasi antara anak tunarungu dengan lawan bicaranya. Atas dasar inilah yang melatarbelakangi penulis tertarik ingin melakukan
penelitian dengan judul, “Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif s Melalui Permainan Tongue Twister
Pada Siswa Tunarungu” yang bermaksud untuk membuktikan bahwa melalui permainan Tongue Twister dapat meningkatkan
kemampuan wicara, khususnya pengucapan konsonan frikatif s pada siswa tunarungu kelas VII SMPLB Negeri Cicendo Bandung.
B. Identifikasi Masalah