Konsepsi Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

23 Sebagaimana diketahui bahwa perjanjian perkawinan pada dasarnya adalah suatu bentuk kesepakatan sehingga ia termasuk dalam hukum perjanjian dalam buku III KUHPerdata. Perjanjian Perkawinan ini diatur dalam pasal 147 juncto pasal 149 KUHPerdata yang intinya bahwa perjanjian perkawinan itu harus dibuat dengan akta Notaris sebelum dilangsungkan perkawinan, perjanjian mana mulai berlaku semenjak saat perkawinan dilangsungkan. Hal ini juga diatur dalam pasal 29 UU Perkawinan, dimana perjanjian perkawinan harus dibuat dengan akta Notaris, maupun dengan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Petugas Pencatat Perkawinan sebelum perkawinan itu berlangsung atau pada saat perkawinan berlangsung dan mulai berlaku sejak perkawinan itu dilangsungkan. Namun dalam praktek di masyarakat ditemukan adanya pasangan suami istri yang membuat perjanjian perkawinan setelah perkawinan dilangsungkan berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri. Hal ini tentunya tidak diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini, sehingga perlu diketahui secara jelas bagaimana pengaturan mengenai pembuatan perjanjian perkawinan setelah perkawinan ditinjau dari perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terutama KUHPerdata dan apa tujuan dibuatnya perjanjian perkawinan setelah perkawinan tersebut serta akibat hukum yang ditimbulkannya.

2. Konsepsi

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui Universitas Sumatera Utara 24 pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompak fakta atau gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang lain menentukan adanya hubungan empiris. 36 Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis. 37 “Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum”. 38 Guna menghindari terjadinya perbedaan pengertian atau makna ganda dari konsep-konsep tersebut dan untuk menghindari kesalahpahaman maka selanjutnya akan diuraikan pengertian konsep-konsep dasar yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk melunasi prestasinya. 39 36 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 21. 37 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 397. 38 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 7. 39 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, 1986, hal. 6. Universitas Sumatera Utara 25 2. Kesepakatan adalah suatu bentuk persetujuan karena adanya kesamaan kehendak. 40 3. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 41 4. Perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang dibuat oleh calon suami dengan calon isteri pada waktu sebelum perkawinan dilangsungkan, perjanjian mana dilakukan secara tertulis dan disahkan oleh pegawai pencatat nikah dan isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang diperjanjikan. 42 5. Pengadilan Negeri adalah Badan peradilan tingkat pertama dalam lingkungan peradilan umum yang berwenang memeriksa dan memutuskan perkara-perkara pidana dan perdata serta membuat ketetapan-ketetapan hukum sesuai wewenangnya. 43 6. Kebebasan berkontrak adalah bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat perjanjian berisi apa saja dan dalam bentuk apa saja, sepanjang tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. 44

G. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa : 40 M. Marwan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Surabaya: Reality Publisher, 2009, hal. 355. 41 Pasal 1 ayat 1 UU Perkawinan. 42 Gatot Supramono, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, Jakarta: Djambatan, 1998, hal. 39. 43 M. Marwan Jimmy P., Op. Cit., hal. 500-501. 44 R. Subekti, Op. Cit., hal. 13. Universitas Sumatera Utara 26 Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. 45 Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, “penelitian atau research adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah”. 46 Dalam usaha mencari kebenaran, salah satunya adalah melalui kegiatan ilmiah, seperti penelitian, di mana dalam penelitian tersebut akan mencari data atau bahan-bahan yang dapat digunakan untuk penulisan ilmiah. Data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh peneliti. 47

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dokumen yang terkait

Kedudukan Perjanjian Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 35 116

Keabsahan kawin kontrak ditinjau dari kitab undang undang Hukum Perdata dan undang undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

0 24 49

TINJAUAN YURIDIS PEROLEHAN TANAH WARIS OLEH ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 1

PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT TERPISAH DI INDONESIA DARI PERKAWINAN YANG DILAKSANAKAN DI LUAR NEGERI DITINJAU DARI UNDANG - UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 0 1

PERJANJIAN PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 136

BAB II PENGATURAN PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Perkawinan 1. Pengertian dan Hukum Perjanjian a. Pengertian Perjanjian - Perjanjian Perkawinan Yang

0 0 67

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 30

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 17

PERJANJIAN PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ISLAM

0 1 99

KEDUDUKAN HUKUM SEORANG ANAK YANG DILAHIRKAN DARI PERKAWINAN ORANG TUA YANG SEDARAH {INCEST) DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

0 1 70