digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Kerangka berfikir deduktif digunakan untuk menganalisis pertimbangan apa yang dipakai oleh para hakim Majelis atas penetapan
Pengadilan Agama Kraksaan Nomor 0023Pdt.P2015PA.Krs. yang didasarkan pada teori-teori yuridis-normatif yang bersumber dari
Undang-Undang nomor 3 tahun 2006.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk penulisan dan pemahaman. Disusun dalam beberapa bab yang terdiri dari sub bab.
Adapun sistematika pembahasan ini adalah sebagai berikut: Bab kesatu: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, dan metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua: Memuat tentang landasan teori yang digunakan sebagai analisis terhadap hasil penelitian. Bab ini membahas mengenai kewenangan
Peradilan Agama dalam hal kewarisan di Indonesia: pengertian Pengadilan Agama, kewenangan Pengadilan Agama, kewenangan Pengadilan Agama
dalam hal waris, ketentuan tentang kewarisan. Bab ketiga: Pada bab ini memaparkan hasil penelitian atau data
penelitian mengenai penetapan hakim tentang perkara waris non muslim di Pengadilan Agama Kraksaan Penetapan nomor 0023Pdt.P2015PA. Krs,
yaitu: profil Pengadilan Agama Kraksaan meliputi: Peradilan Agama, sejarah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Pengadilan Agama Kraksaan, deskripsi tentang penetapan meliputi: duduk perkara, dasar pertimbangan hakim dan penetapan hakim.
Bab keempat: Merupakan inti, dalam bab ini memuat mengenai Analisis kewenangan Pengadilan Agama dan dasar penetapan hakim dalam
perkara waris non muslim di Pengadilan Agama Kraksaan Penetapan nomor 0023Pdt.P2015PA. Krs.
Bab kelima: Yang berisi kesimpulan dan saran-saran, kesimpulan yang ada akan menjawab dalam rumusan masalah, sedangkan saran-saran
dapat menjadi agenda pembahasan lebih lanjut di masa mendatang agar menjadi lebih baik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
BAB II KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM HAL KEWARISAN
DI INDONESIA
A.
Pengertian Peradilan Agama
Dalam kamus Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara peradilan.
1
Peradilan juga dapat diartikan suatu proses pemberian keadilan disuatu lembaga.
2
Dalam kamus Bahasa Arab disebut dengan istilah qad{a yang berarti menetapkan, memutuskan, menyelesaikan,
dan mendamaikan. Qad{a menurut istilah adalah penyelesaian sengketa antara dua orang yang bersengketa, yang mana penyelesaiannya diselesaikan
menurut ketetapan-ketetapan hukum dari Allah dan Rasul. Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi yang diadakan oleh negara untuk
mengurus atau mengadili perselisihan-perselisihan hukum.
3
Pengadilan Agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum agama Islam kepada orang-orang Islam yang dilakukan di Pengadilan
Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Sebagai lembaga peradilan, Pengadilan Agama dalam bentuknya yang sederhana berupa tahkim, yaitu
lembaga penyelesaian sengketa antara orang-orang Islam yang dilakukan oleh
1
Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, 2.
2
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2005, 278.
3
Cik Hasan Basri, Peradilan Agama..., 3.
17