Pada hakikatnya, seorang teolog bahkan orang Kristen pada umumnya, tidak patut memisahkan pribadi dan karya Kristus ontologis dan fungsional
dalam berkristologi. Tidaklah mungkin membicarakan apa yang Kristus kerjakan dalam kehidupan manusia, tanpa menghubungkan karya Kristus dengan pribadi
Kristus sebagai presuposisinya, dan sebaliknya. Di sisi lain, berkenan dengan pribadi Kristus masih banyak orang tidak begitu tertarik untuk membahasnya
karena bagi mereka, pembahasan mengenai isu yang berkenan dengan pribadi Kristus adalah tidak relevan, menurut mereka bahwa hal itu adalah tidak ada
manfaatnya bagi manusia. Hal ini tentu adalah suatu kekeliruan yang fatal.
4.4. Relasi Yesus Kepercayaan dan Yesus Sejarah
Istilah Yesus sejarah dimunculkan untuk membedakannya dengan istilah lain, yaitu Kristus yang diimani atau Yesus kepercayaan. Istilah pertama
dimengerti sebagai Yesus yang sesungguhnya, atau the real Jesus, sedangkan istilah kedua, mengacu kepada pribadi Yesus yang telah dipoles oleh para rasul.
Maksudnya, rasul- rasul dan penulis-penulis Alkitab tidak lagi menulis Yesus yang sesungguhnya, apa adanya, tetapi menuliskan Yesus dari kaca mata mereka.
Menurut kaum pluralis, apa yang ditemukan di dalam Alkitab, baik itu ucapan, karya serta istilah-istilah yang diberikan kepada Yesus yang mengacu kepada ke-
Tuhanan-Nya, sebenarnya hanya merupakan ciptaan atau kreasi para rasul, bukan menggambarkan Yesus yang sesungguhnya. Menurut mereka bahwa mustahil
untuk dapat mengetahui ucapan-ucapan Yesus dan merekonstruksi kehidupan-Nya selama Dia hidup di Galilea dan Yerusalem pada tahun 30-33 Masehi.
60
Kaum Pluralis mengetengahkan bahwa Alkitab bukanlah firman Allah, tulisan-tulisan
60
Bandingkan. Erickson,
Teologi Kristen Vol. 2
, hlm. 311
Injil bukanlah laporan tentang Yesus sebenarnya, melainkan Yesus yang imani, mitos dari para penulis Injil. Dalam semangat seperti inilah muncul usaha-usaha
dari para ahli untuk menemukan kembali Yesus sejarah. Selama berabad-abad, Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, menjadi
sumber penting untuk mempelajari Kristologi ilmu yang mempelajari tentang siapa Yesus Kristus. Bahkan pada abad ke-16 tokoh-tokoh reformasi seperti M.
Luther menyerukan otoritas Alkitab sebagai satu- satunya otoritas tertinggi bagi iman, keselamatan dan menjadi dasar dari seluruh doktrin Kristen. Itulah yang
dikenal dengan istilah
Sola Scriptura
. Istilah lain yang penting berkenaan dengan otoritas Alkitab adalah kanon Alkitab. Ini berarti bahwa Alkitab adalah pengukur,
di mana segala etika dan doktrin diukur dari pengajaran Alkitab. Bagaimana pun juga kebenaran yang dikemukakan oleh para penulis
Alkitab adalah kebenaran yang paling utama yang dapat diterima daripada kebenaran yang dikemukakan oleh kaum pluralis. Sebab adalah sesuatu yang
konyol bila lebih mempercayai kesaksian orang yang hidupnya sangat berbeda jauh dengan zaman dimana Yesus hidup daripada orang yang hidup
sekontemporer dengan Yesus dan menjadi saksi hidup itu sendiri. Oleh karena itu yang merupakan mit
os itu sendiri adalah “Yesus historisnya” kaum pluralis dari pada Yesus yang ditulis oleh para penulis Injil. Kaum pluralis mengemukakan
bahwa sangat sulit untuk mempercayai kebenaran berita tentang kehidupan Yesus yang peristiwanya dengan waktu penulisan ada jarak sekitar 15-20 tahun, akan
tetapi akan lebih sulit lagi untuk mempercayai peristiwa atau kebenaran tentang
Yesus dimana penelitiannya dilakukan setelah ribuan tahun itu pun bukan secara faktual, seperti yang dilakukan kaum pluralis.
61
Berkaitan dengan hal itu, maka perlu ditekankan sekali lagi, bahwa kisah- kisah yang ditulis oleh para rasul bukanlah semata-mata bersifat kerygma
pewartaan tetapi juga bersifat sejarah.
62
Dalam 2 Petrus 1:16 mencatat, “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami
memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranσya.” Penulis Alkitab
pastilah mengetahui perbedaan di antara mitos, legenda, dan kenyataan. I Yohanes 1:1-
3 mengungkapkan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan
yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup itulah yang kami tuliskan kepadamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan
sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup yang kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada
kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan
persekutuan dengan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan anak-Nya, Yesus Kristus.” Bahkan dalam Lukas 1:1-3, menyatakan bahwa, “Teofilus yang
mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa- peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita
oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu,
61
Lihat bab III
62
Untuk penjelasan lebih lanjut lihat. Nico Syukur Diester,
Kristologi sebuah sketsa
, Yogyakarta: Kanasius, 2993 hlm 26
setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu”
63
Sisi lain jika dilihat ke dalam teks Alkitab, maka akan terlihat bahwa ada bagian dari teks-teks itu sendiri yang menandakan keempat Injil tersebut sebagai
sejarah yang masuk akal, bukan legenda ataupun propaganda yang dibuat-buat. Perhatikan bahwa para murid memasukkan kata-kata keras dari Yesus, yang
sebenarnya malah menyurutkan minat orang-orang yang mendengarnya. Mat 21:28, Luk 9:23, Yoh 8:39. Satu hal yang nyata dari keempat Injil tersebut adalah
bahwa kekayaan tak ternilai yang mereka miliki tentang kabar baik tidak terungkap dipermukaan, namun tersembunyi dibalik tantangan Mrk 8:34, Yoh
12:25 dan ancaman Mat 25:31. Kesemuanya itu malahan akan mengakibatkan hal yang tak diharapkan untuk suatu propaganda. Penulisannya di dalam Injil
memperlihatkan kesungguhan para evangelis untuk berkata sejujurnya, walau memalukan atau tak menyenangkan sekalipun. Fakta kebenaran Injil adalah nyata,
karena penulis PB menulis berdasarkan apa yang dilihatnya sendiri atau mencatat kesaksian yang akurat dari orang-orang yang melihatnya sendiri dan di bawah
inspirasi Roh Kudus. Salah satu pembelaan penting lainnya yang dapat digaungkan kembali
adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Irenaus dalam perdebatannya melawan gnostik yang mempertanyakan tentang keabsahan PB. Ireneus menegaskan bahwa
gereja mula-mula secara penuh mendasarkan ajaran mereka terhadap PB, dimana ajaran itu diwariskan kepada gereja rasuli secara turun temurun dan tanpa terputus
63
Bandingkan dengan penjelasan, Josh McDowell,
Apolegetika Vol 1: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab
, terjemahan. Malang: Gandum Mas, 2002 hlm.115
diturunkan kepada umum. Satu ajaran yang sepenuhnya berdasar kepada tulisan- tulisan Alkitab. Ireneus mengatakan:
Gereja, walaupun tersebar ke mana-mana hingga ujung dunia, telah menerima dari para rasul serta murid-murid-Nya kepercayaan ini, yaitu percaya kepada
satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi dan lautan dan segala yang di dalamnya; atau kepada satu Kristus Yesus, Anak Allah, yang
telah menjadi manusia untuk keselamatan kita; dan kepada Roh Kudus, yang melalui para nabi telah menyatakan pekerjaan penyelamatan Allah bagi umat
manusia, serta pada kedatangan, kelahiran dari anak dara, penderitaan, kebangkitan dari antara orang mati dan kenaikan secara badani dari Tuhan kita
Yesus Kristus yang terkasih dan kedatangan-Nya yang kedua kali dari sorga dengan kemuliaan Sang Bapa untuk memenuhi segala sesuatu dan untuk
membangkitkan semua daging manusia supaya...Ia menghakimi semua orang dengan adil Melawan Ajaran-ajaran Sesat 1:10:1.
64
Kebenaran yang disampaikan Ireneus
65
sebagai penerus generasi rasuli adalah kebenaran yang tertulis dalam Alkitab sekarang ini dan terus berlanjut
sampai generasi yang sekarang. Oleh sebab itu, adalah suatu keanehan bila para Kritikus Alkitab tidak mempercayai kesejarahan Yesus dari Alkitab, yang menjadi
masalah bukan terletak kepada Alkitabnya tetapi lebih kepada pemikiran para tokoh kritik itu sendiri. Jika Yesus adalah sebuah mitos dan Alkitab adalah sebuah
tulisan yang penuh dengan salah, orang seperti apakah yang rela mati untuk mempertahankannya bahkan mengalami penganiayaan selama berabad-abad.
66
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dilihat juga pengakuan- pengakuan dari para arkeolog yang mensahihkan kisah-kisah tentang Yesus yang
ditulis oleh para rasul antara lain: Nelson Glueck, arkeolog Yahudi yang tersohor menulis “dapat dipastikan secara mutlak bahwa tidak pernah ada penemuan
arkeolog yang bertentangan dengan pernyataan di dalam Alkitab”. Dia
64
Tony Lane,
Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani
, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 hlm. 11
65
Ireneus merupakan uskup Lyons tahun 180 M, adalah murid Polikarpus, uskup Smirna yang telah menjadi orang Kristen selama 68 tahun dan merupakan murid Yohanes.
Ibid
66
Para murid Yesus mati sebagai martir. Tradisi menunjukkan bahwa para murid disiksa dan dicambuk, dan akhirnya mereka menghadapi kematian oleh cara-cara yang paling kecam yang
dikenal pada waktu.
melanjutkan pernyataannya tentang catatan sejarah Alkitab yang nyaris tidak dapat dipercaya ketepatannya, terutama bila dikuatkan oleh fakta arkeologi.
67
William F.Albright, yang terkenal karena reputasinya sebagai seorang arkeolog besar, menyatakan: “Tidak dapat diragukan bahwa arkeologi telah
menegaskan kebenaran historis tradisi Perjanjian Lama”. Albright menambahkan:
“Skeptisme berlebihan yang ditujukan pada Alkitab oleh lembaga-lembaga sejarah penting pada abad ke-18 dan 19, yang gaungnya masih terasa sampai
sekarang, telah ditangkis habis-habisan. Penemuan demi penemuan telah menegaskan kebenaran yang tidak terhitung karena banyaknya data, dan
memperkuat pengakuan terhadap nilai Alkitab sebagai sumber sejarah”.
68
Profesor H.H Roley mengaku bahwa “Ilmuwan sekarang lebih menaruh hormat pada
tulisan para bapa gereja dari pada para pendahulunya bukan karena mereka mengawali penelitiannya dengan praduga yang lebih konservatif dari
pendahulunya, tetapi karena bukti- bukti yang membenarkannya”.
69
Miller Burrows dari Yale pun berpendapat bahwa: “Dalam banyak kasus arkeologi telah mematahkan pandangan para peneliti modern. Pada beberapa
kesempatan arkeologi menunjukkan bahwa pandangan ini bertumpu pada dugaan yang keliru dan skema perkembangan historis yang tidak benar atau palsu. Ini
adalah suatu sumbangan yang nyata dan ti dak boleh dianggap enteng”. Burrows
mengungkapkan tentang penyebab dari ketidak-percayaan yang berlebihan : “Skeptisme berlebihan dari kebanyakan ahli teologi liberal bukan disebabkan oleh
penelitian yang seksama terhadap data-data yang ada, tetapi kecenderungan yang
67
Dikutip oleh: Josh McDowell,
Apologetika Vol 1: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab
, terjemahan. Malang: Gandum Mas, 2002 hlm.115
68
Ibid,
hlm. 116
69
Ibid
besar untuk menolak hal adikodrati”. Arkeolog dari Universitas Yale itu menambahkan: “Bagaimanapun juga, secara keseluruhan, tidak dapat dipungkiri
bahwa pekerjaan arkeolog telah memperkuat keyakinan pada kredibilitas catatan Kitab Suci. Lebih dari satu arkeolog yang mendapatkan bahwa pengalamannya
dalam penggalian di Palestina telah menambah rasa hormatnya pada Alkitab”.
70
Secara keseluruhan bukti-bukti yang telah dihasilkan oleh arkeolog sampai sejauh ini, terutama dalam menghadirkan lebih banyak naskah yang lebih tua dari
kitab-kitab Alkitab, telah memperkuat keyakinan pada ketepatan penyalinan teks itu selama berabad-
abad”.
4.5. Tanggapan Terhadap Kristologi Kosmik