54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kao
Kecamatan Kao adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Luas
daerah Kecamatan Kao adalah 111. 20 Km
2
. Kecamatan Kao terdiri dari 14 Desa, dan memiliki jumlah penduduk pada tahun
2012 sebanyak 9.203 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.742 dan perempuan sebanyak 4.461 jiwa. Masyarakat yang
tinggal di wilayah Kecamatan Kao kebanyakan mempunyai pekerjaan sebagai nelayan, petani, dan Pegawai Negeri Sipil
PNS. Kecamatan Kao mempunyai dua tempat layanan
kesehatan yaitu 1 Puskesmas rawat inap dan 1 rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada penderita TB paru
berupa pemeriksaan dahak yang dilakukan tenaga kesehatan Puskesmas Kao ke Desa
– Desa yang ada di Kecamatan Kao. Obat yang diberikan sesuai dengan lama penderita itu
menderita TB paru. Tenaga kesehatan juga sering mengontrol penderita dalam mengkonsumsi obat anti-tuberkulosis secara
berkesinambungan.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Umum Riset Partisipan
Partisipan 1 adalah istri dari penderita TB paru dan tinggal satu rumah bersama penderita dan 1 orang anak
mereka. Partisipan 2 adalah anak dari penderita TB paru dan tinggal serumah bersama penderita dan 4 orang
anggota keluarga lainnya partisipan, penderita TB paru, anak laki-laki dari penderita TB dan menantu. Partisipan
3 adalah istri dari penderita TB paru, tinggal dalam satu rumah dengan penderita, bersama 2 orang anak.
Partisipan 4 adalah istri dari penderita TB paru yang tinggal satu rumah dengan penderita, bersama dengan 1
orang anak. Partisipan 5 adalah istri dari penderita TB paru yang tinggal serumah dengan penderita bersama 3
orang anak. Tabel 4.1 Data Riset Partisipan
Data Umum
Partisipan 1
Partisipan 2
Partisipan 3
Partisipan 4
Partisipan 5
Inisial partisipan
Ibu.T Nn. N
Ibu.S Ibu.A
Ibu.A Umur
48 Thn 24 Thn
34 Thn 45 Thn
48 thn Agama
Kristen Kristen
Kristen Kristen
Islam Status
pernikahan Sudah
Menikah Belum
Menikah Sudah
Menikah Sudah
Menikah Sudah
Menikah Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
- Ibu Rumah
Tangga Ibu
Rumah Tangga
Ibu Rumah Tangga
4.2.2 Observasi Riset Partisipan Rumah Partisipan
Dari hasil observasi pada saat wawancara dilakukan, rumah partisipan 1 terlihat cukup bersih di
ruang tamu, tidak terlihat sampah berserakan di lantai. Rumah partisipan adalah rumah papan,
lantainya dari tanah dan sedikit lembab, tidak mempunyai plafon maupun ventilasi, mempunyai
ruang tamu dan terdapat 3 kamar, serta dihuni oleh 4 orang dan terdapat sinar matahari. Di dapur
partisipan, lantai terlihat kotor. Terlihat banyak ayam yang berkeliaran.
Dari hasil observasi partisipan ke 2, rumah partisipan terbuat dari tembok dan seng, tapi masih
dalam perbaikan. Rumah terlihat berantakan. Terlihat banyak pakaian di ruang tengah dan diatas
tempat tidur. Rumah masih berlantai tanah dan sedikit lembab. Terdapat 2 kamar tidur. Ada sinar
matahari yang masuk di ruang tamu dan ruangan lain. Tetapi untuk sementara partisipan dan
penderita tinggal di rumah anaknya penderita TB yang lain sudah menikah dan rumah mereka terbuat
dari papan, mempunyai 3 kamar dan dihuni oleh 4
orang dan rumah terlihat gelap tidak mempunyai plafon serta berlantai tanah tapi terlihat lembab.
Hasil observasi partisipan ke-3 pada saat dilakukan wawancara, rumah partisipan terbuat dari
papan dan seng, mempunyai lantai semen, dan terdapat ventilasi. Di dalam rumah terdapat 2 kamar
dan dihuni oleh 4 orang. Rumah terlihat sangat kotor, terlihat pasir dan bungkusan cemilan di lantai.
Ruangan kamar terlihat gelap dan jendela tidak terbuka, hampir semua ruangan tidak terpapar sinar
matahari. Rumah pertisipan 4 terbuat dari papan dan
belum selesai
dikerjakan. Rumah
tersebut mempunyai 2 kamar dan dihuni oleh 3 orang. Rumah
diterangi sinar matahari dan terlihat terang di semua ruangan. Rumah terlihat kotor dan ada genangan air
di dapur, dan lantai rumah partisipan 4 hanya dari tanah namun kondisinya kering. Terlihat beberapa
pakaian yang digantung di jendela ruang tamu. Dari hasil observasi pada saat wawancara di
rumah partisipan 5, terlihat rumah yang terbuat dari tembok dan keramik. Rumah tersebut mempunyai 3
kamar dan dihuni oleh 5 orang. Saat dilakukan
wawancara rumah terlihat bersih, tidak terlihat pasir atau sampah berserakan di lantai, mempunyai
plafon dan ventilasi di ruang tamu dan setiap ruangan, terlihat adanya sinar matahari di ruang
tamu dan ruang tengah. Di kamar penderita jendela tidak terbuka dan terlihat gelap.
Interaksi Penderita TB Paru dengan Masyarakat dan Keluarga
Dari hasil observasi pada saat dilakukan wawancara, dari 5 partsipan, terlihat sering berinterkasi dengan
masyarakat desa, dan perilaku penderita dan masyarakat setempat seperti biasa, tidak adanya
perbedaan atau isolasi untuk penderita TB itu sendiri. Pada waktu peneliti melakukan wawancara
penderita sempat batuk dan tidak menutup mulut. penderita juga kalau keluar rumah tidak pernah
menggunakan masker, dan kalau batuk tidak menutup mulut.
4.2.3 Penemuan Sub Thema Dari Verbatim
Dari Analisa Verbatim Pada Riset Partisipan Ditemukan 3 Sub Tema Yang Akan Diuraikan Terperinci Dibawah Ini.
1. Pengetahuan Keluarga Terhadap Penyakit TB
Sebelum partisipan melakukan berbagai usaha untuk pemutusan rantai penularan TB paru,
peneliti mengkaji tingkat kognitif partisipan terhadap penyakit TB. Partisipan 1 mengatakan tahu tentang
penyakit TB dan cara
penularannya. Lebih
lengkapnya dapat
dilihat dalam
pernyataan partisipan dibawah ini.
RP1 “..penyakit Tb itu penyakit tidak baik dan
menular. Penyakit itu datang dari jantung
..”14 RP1
“..Tb itu menular jika batuk tidak menutup
mulut. Terus saya sering mengatakan ke bapak dahaknya itu jangan dibuang di sembarang
tempat
…”16
Partisipan 2 waktu dikaji tentang pengetahuan TB paru partisipan mengatakan tahu tentang
penyakit TB tetapi tidak tahu bagaimana cara penularannya. Pernyataan partisipan dapat dilihat
dibawah ini.
RP2 “.. yang saya tahu penyakit Tb itu
berbahaya dia menular itu saja yang kami tahu
..”56 RP2
“..kami tidak tahu dia menular melalui apa,
yang kami tahu hanya penyakit Tb ini menular tapi tidak tahu cara penularannya
..”58
Partisipan 3 mengatakan tahu tentang penyakit TB dan pernah mendengar bagaimana cara
penularan penyakit TB paru. Pernyataan partisipan 3 seperti dibawah ini.
RP3 “…saya tahu penyakit Tb itu penyakit
mematikan dan menular
..”98 RP3
“..caranya yang kami tahu itu, dari
banyak macam
cara tenaga
kesehatan mengatakan piring, gelas, sendok harus
dipisah tetapi saya tidak pisah, saya jadikan satu. Soalnya bapak suami saya, kan tidak baik
kalau dipisah
….”100
Partisipan 4 mengatakan tahu tentang penyakit TB dan cara penularannya. Partisipan juga
mengatakan kalau warga desa Gol-Gol jijik dengan mereka karena penyakit TB ini. Pernyataan
partisipan 4 seperti dibawah ini.
RP4 “..ibu tahu penyakit bapak itu tidak baik,
dia menular, jadi orang-orang kampung sini pada jijik dengan kami karena sakit Tb
ini
…”138 RP4
“…ia tahu caranya menular itu melalui
dahak yang kami buang dan tidak ditutup
..” 140
Partisipan 5 mengatakan tahu tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya. Pernyataan
partisipan 5 terlihat dibawah ini.
RP5 “..kami semua disini tahu kalau penyakit
Tb itu
tidak baik,
penyakit ini
dapat menular
…”180 RP5
“..yang kami tahu itu Tb ini bisa menular
melalui dahak dan waktu bapak sakit kami tidak berani masuk ke kamarnya bapak
..”182
2. Keluarga sebagai Inisiator-Kontributor
Berhasilnya pemutusan rantai penularan TB paru, didukung juga dengan upaya-upaya keluarga
terhadap penderita dalam mencegah penularan TB paru sehingga penyakit TB paru tidak tertular ke
orang lain maupun keluarga. Usaha-usaha yang dilakukan partisipan 1 dan
keluarga yaitu
dengan selalu
mengingatkan penderita tentang bagaimana penderita harus
mencegah penularan penyakit TB, dan partisipan berusaha agar rumah selalu bersih dan ada sinar
matahari yang menerangi ke dalam rumah.
RP1 “… caranya saya menjaga kebersihan
dan membuka jendela agar sinar matahari masuk di dalam rumah. Kalau bapak batuk saya
sering mengingatkan bapak kalau batuk harus menutup mulut dan jangan membuang dahak di
sembarang tempat karena dapat menularkan ke orang lain
…”22
Partisipan 2 mengatakan tidak melakukan apa- apa dalam mencegah penularan TB penderita. Dan
tidak ada usaha-usaha yang dilakukan partisipan dan keluarga dalam mendukung pemutusan rantai
penularan TB paru karena kurangnya pengetahuan terhadap bagaimana cara penularan TB paru.
RP2 “… kami tidak melakukan apa-apa, kami
saja tidak tahu bagaimana cara penularannya melalui
apa saja,
apalagi untuk
mencegahnya
…”64
Partisipan 3 tidak terlalu banyak melakukan usaha-usaha
dalam pencegahan
penularan partisipan 3 ini hanya mengingatkan penderita TB
paru untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.
RP3 “…saya ingatkan bapak tidak boleh
buang dahak di sembarang tempat
..”106
Usaha yang dilakukan partisipan 4 dalam pencegahan penularan TB penderita, dengan cara
memisahkan alat makan penderita, mengingatkan penderita
tidak boleh
membuang dahak
di sembarang
tempat. Pernyataan
selengkapnya sebagai berikut.
RP4 “….ibu sering mengingatkan bapak kalau
buang dahak itu jangan di sembarang tempat. Terus piring, gelas dan alat makannya bapak
semuanya saya pisah, soalnya saya takut kami dapat tertular. Kalau bapak selesai makan atau
minum tempat makannya saya beri abu tungku panas dan biarkan selama 1 jam baru
dicuci
…”146
Partisipan 5 melakukan usaha pencegahan pada keluarga dengan memisahkan alat makan. Dan
tidak mau masuk ke dalam kamarnya penderita karena takut penyakit TB akan menular ke keluarga.
RP5 “…dirumah kami pisahkan alat makan
piring, gelas, sendok sendiri. Soalnya kami takut sakitnya bapak menular pada kami. Kalau
bapak belum mendapat obat, kami tidak pernah masuk ke kamar bapak. Setelah diberikan obat
sudah minum, sekarang kami sudah bisa masuk kamarnya bapak
…”188
3. Keluarga Memberikan Perawatan pada Penderita TB
Upaya-upaya yang dilakukan partisipan terkait merawat anggota keluarga yang sakit dalam
pemutusan rantai penularan TB paru dengan cara pencegahan penularan TB paru dan usaha dalam
pengobatan penderita serta membantu penderita untuk meningkatkan kesembuhan dari penyakit TB
paru. Usaha yang dilakukan partisipan 1 dalam
membantu kesembuhan penderita adalah dengan
cara mengingatkan penderita untuk selalu minum obat selain itu partisipan sering membawa penderita
untuk kontrol lagi ke Puskesmas Desa untuk pengobatan penyakit Tb paru penderita.
RP1
“… saya sering mengingatkan bapak untuk teratur minum obat dan kalau obat sudah
habis saya membawa bapak kontrol lagi ke puskesmas desa supaya dikasih obat lagi untuk
bapak
..” 34
Pada partisipan 2 tidak ada usaha yang dilakukan
partisipan atau
keluarga terhadap
kesembuhan penderita
TB paru.
Partisipan mengatakan yang tahu hanya ibu bidan desa dan
penderita saja. Semua keluarga tidak tahu tentang pengobatan penderita.
RP2 “…kami tidak lakukan apa-apa tapi bidan
desa datang dan berikan obat kepada mama, kami sekeluarga tidak tahu apa yang harus
kami lakukan karena yang tahu hanya ibu bidan dan mama
..”78
Partisipan 3 mengatakan tidak ada yang mereka lakukan dalam kesembuhan penderita,
karena penderita sudah mendapat obat dan nanti akan sembuh sendiri.
RP3 “…saya tidak lakukan apa-apa, saya
tahu bapak pasti sembuh karena sudah
diberikan obat dari Puskesmas dan diminum oleh bapak
…”120
Partisipan 4
melakukan usaha
dalam kesembuhan penderita dengan selalu mengingatkan
penderita untuk minum obat dan membawa penderita kontrol ke Puskesmas Kao agar penderita
cepat sembuh. Penderita sudah 3 bulan mendapat pengobatan.
RP4 “….saya ingatkan bapak untuk selalu
minum obat dan kalau sudah jadwal kontrol saya membawa bapak untuk kontrol, saya mau
bapak cepat sembuh. Sudah 3 bulan ini bapak minum obat
….”146
Usaha yang dilakukan partisipan adalah dengan selalu mengawasi penderita untuk minum
obat dan selalu ingatkan penderita agar tidak lupa minum obat. Dan penderita pun tidak pernah lupa
untuk minum obat. Sudah selama 5 bulan ini, partisipan selalu mendukung dalam kesembuhan
penderita.
RP5 “…pertama kami membawa bapak
untuk pengobatan tradisional, karena tidak sembuh maka kami membawa ke puskesmas
Kao untuk diperiksa dan diberikan obat saya selalu ingatkan bapak minum obat sampai
bapak
sudah minum
obat baru saya
tinggalkan. Dan sudah 5 bulan berjalan bapak tidak pernah lupa untuk minum obat
..”202
4.3 Uji Keabsahan Data 4.3.1 Triangulasi Sumber
1. Pengetahuan Keluarga Terhadap Penyakit Tb
Dari ke-4 keluarga riset partisipan dan 1 tenaga kesehatan. Partisipan 1, 3, 4 dan 5 adalah
penderita TB paru, mengatakan tahu tentang penyakit
TB paru
dan bagaimana
cara penularannnya. Sedangkan untuk partisipan ke-2,
yang menjadi triangulasi adalah bidan desa itu sendiri, dan mengatakan tahu tentang penyakit TB
dan cara penularannya, bahkan bidan desa selalu meberitahukan informasi tentang penyakit TB pada
keluarga dan penderita.
2. Keluarga sebagai Insiator-Kontributor
Dari ke-4 keluarga partisipan dan 1 tenaga kesehatan. Penderita TB paru, partisipan 1, 3
mengatakan untuk partisipan 1 berperan dengan mengingatkan selalu membuka jendela-jendela
ruangan rumah. Untuk partisipan 3 partisipan tidak melakukan apa-apa dalam pencegahan penularan
TB ini. Untuk keluarga partisipan 2, 4 dan 5 keluarga menyiapkan tempat dahak didalam kamar. Partisipan
2 yang dikatakan bidan desa bahwa penderita menaruh baskom berisi abu tungku panas untuk
tempat pembuangan
dahak, partisipan
4 memasukan baskom berisi pasir di dalam kamar dan
partisipan 5 memasukan kaleng cat untuk tempat dahak penderita.
3. Keluarga Memberikan Perawatan pada Penderita TB.
Penderita partisipan 1, 3, 4 dan 5 mengatakan partisipan dan keluarga membantu
penderita dalam kesembuhan, dengan membawa kontrol dan selalu mengingatkan penderita untuk
minum obat secara teratur dan penderita juga tidak lupa untuk meminum obat. Sedangkan untuk
partisipan 2 keluarga memang tidak tahu tentang pengobatan, karena yang selalu mengantarkan obat
ke penderita adalah bidan desa setempat. Jadi keluarga atau partisipan 2 tidak terlalu tahu dengan
pengobatan penderita.
4.4 Pembahasan