lainnya seperti kontrak investasi kolektif, persekutuan, firma, dan perseroan komanditer.
4. Ketua atau yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab
atas yayasan, untuk yayasan. 5.
Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3, angka 3, dan angka 4 Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada
Kurator, Hakim Pengawas, atau Balai Harta Peninggalan. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa
diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator.
Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat diberitahukan
kepada penerima kuasa.
F. Penagihan Seketika Sekaligus
Yang dimaksud dengan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 24PMK.032008 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan sekaligus yaitu tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
kepada Penaggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
Universitas Sumatera Utara
Jurusita pajak melaksanakan penagihan Seketika dan sekaligus tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan
Sekaligus yan diterbitkan oleh Pejabat apabila : 1.
Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu.
2. Penanggung Pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yan dilakukannya di Indonesia.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penangung Pajak akan membubarkan badan
usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang di miliki atau yang dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya. 4.
Badan Usaha yang dibubarkan oleh Negara;atau 5.
Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh jurusita pajak kepada kepada Penanggung Pajak. Surat Perintah Penagihan seketika dan sekaligus
sekurang-kurangnya memuat : 1.
Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak 2.
Besarnya Utang Pajak
Universitas Sumatera Utara
3. Perintah untuk membayar; dan
4. Saat pelunasan pajak
G. Penyitaan
Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 angka 14, penyitaan
adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-
undangan. Penyitaan dilaksankan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak. Tujuan penyitaan itu sendiri adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak
dari Penangung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksankan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasaannya berada di tangan pihak lain.
1. Objek Sita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000, berdasarkan Pasal 14, penyitaan meliputi : 1.
Penyitaan dilaksankan terhadap barang milik Peanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat
Universitas Sumatera Utara
lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya,
piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dengan rincian sebagai berikut :
1 Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung Pajak seperti :
- Perkakas rumah tangga lemari, meja, dan kursi, dan sebagainya
- Barang-barang mewah televisi, lemari es, tape recorder, kompor
gas dan sebagaimana -
Barang-barang perhiasan kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu permata lainnya
- Uang tunai termasuk surat-surat berharga
- Kenderaan mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainya
- Lain-lainnya lukisan, jam dinding, radio dan sebagainya
2 Semua barang bergerak yang ada ditoko Penanggung Pajak, seperti :
- Barang dagangan baik yang berada di toko tersebut maupun yang
berada di gudang -
Barang-barang investasi toko lemari, meja, kursi, mesin tik, kendaraan dan sebagainya
3 Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak,
seperti :
Universitas Sumatera Utara
- Persediaan barang jadi maupun bahan baku, barang-barang
inventaris perusahaan lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik dan sebagainya
4 Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak, seperti:
- Investasi kantor mesin tik, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor
lainnya -
Kenderaan bermotor mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya b.
Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan,dengan rincian sebagai berikut:
1 rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan
sebagainya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakandikontrakkan kepada orang lain.
2 Kebun, sawah, dan sebagainya baik yang ditempatidikerjakan sendiri
maupun yang disewakandikerjakan orang lain. 2.
Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun ditempat lain.
3. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sampai
dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
4. Hak lainnya yang dapat disita selesai sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengecualian Objek Sita
Berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah
terakhir menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang Penanggung Pajak yang tidak boleh disita yaitu :
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya. b.
Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah.
c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas.
d. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksankan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp.20.000.000 dua puluh juta
e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
3. Surat Perintah Melaksankan Penyitaan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Apabila utang pajak tidak
dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 dua kali 24 dua puluh empat jam setelah Surat Paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan.
Universitas Sumatera Utara
Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh
Pejabat. Pejabat yang dimaksud di sini dalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika
dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Penentuan Harga limit, Pembatalan Lelang,
Surat Perintah Penyanderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau utang pajak
menurut Undang-Undang Peraturan Daerah.
4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang Pajak dan biaya penagihan pajak.
Untuk tahap-tahap pelaksanaan penyitaan tersebut terbagi menjadi 6 bagian yaitu : a.
Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan sebagai berikut :
1 Membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita
dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
b. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing, dilaksanakan
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat
rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.
3 Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan
yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada Penanggung Pajak atau menitipkannya pada bank.
c. Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank
berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan,dilaksanakan sebagai berikut :
1 Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai
dengan penyampaiannya Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
2 Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan
pemblokiran dari Pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak.
3 Jurusita Pajak setalah menerima berita acara pemblokiran dari bank
memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank
tersebut kepada Jurusita Pajak. 4
Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk
Universitas Sumatera Utara
memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud.
5 Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita
Pajak melaksanakan Penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada
Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan. 6
Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan
Pajak. 7
Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang
disita apabila Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran
d. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya
yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksankan sebagai berikut : 1
Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang
disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksaan Sita.
2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan
3 Membuat berita Acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari
Penanggung Pajak
Universitas Sumatera Utara
e. Penyitaan terhadap piutang, dilaksanakan sebagai berikut :
1 Melakukan inventaris dan membuat tentang jenis dan jumlah piutang
2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
3 Membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang
dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar
utang. f.
Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat sahamnya, dilaksanakan sebagai berikut :
1 Melakukan investasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan
modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2 Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
3 Membuat Akta Persetujuan Penagihan Hak Penyertaan Modal pada
perusahaan lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal.
H. Jurusita Pajak
Jurusita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan
Penyenderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur atau
BupatiWalikota untuk penagihan pajak daerah.
Universitas Sumatera Utara
1. Syarat Jurusita Pajak
Pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang PPSP Pasal 1 ayat 1 KMK.No.562kmk.012000 Jurusita dalam melaksanakan tugasnya merupakan
pelaksanaan eksekusi dan putusan yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk
dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut : a.
Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu;
b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur MudaGolongan IIa
c. Berbadan sehat;
d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak
e. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian
1. Pemberhentian Surat Pajak
Jurusita Pajak diberhentikan apabila : a.
Meninggal dunia
b.
Pensiun
c.
Karena alih tugas atau kepentingan lainnya
d.
Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas
e.
Melakukan perbuatan tercela
f.
Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak
g.
Sakit jasmani atau rohani terus menerus
Universitas Sumatera Utara
2. Tugas Jurusita Pajak
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang menjadi tugas dari Jurusita Pajak adalah :
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
b. Memberitahukan Surat Paksa, maksudnya menyampaikan Surat Paksa secara
resmi kepada Penanggung Pajak dengan penyertaan dan penyerahan salinan Surat Paksa.
c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan. d.
Melaksanakan Penyenderaan berdasarkan Surat Perintah Penyenderaan, yaitu sesuai dengan izin yang diberikan oleh Menteri atau Gubernur.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada pembahasan mengenai Analisa dan Evaluasi ini, penulis akan menganalisa suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan
Penagihan Pajak serta pencairannya dengan menggunakan Surat Paksa guna meningkatkan penerimaan pajak yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakannya.
A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri
berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif
masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan peraturan perundangundangan perpajakan. Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan.
Dengan menganut Self Assesment System, yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak Direktorat
Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan negara dari sektor pajak tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem perpajakan. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ini sendiri, masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas
diterbitkannya surat ketetapan pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib
Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya. Dalam pelaksanaan tindakan penagihan ada tahap-tahap yang harus dilakukan
jurusita pajak adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jadwal Waktu Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
NO JENIS TINDAKAN
ALASAN PENERBITAN
WAKTU PELAKSANAAN
1 Penerbitan Surat Teguran,
Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis Pasal 5
Keputusan Menteri Keuangan No.561MK.042000
Wajib pajakpenanggung
Pajak tidak melunasi utang pajaknya
sampai dengan jatuh tempo pembayaran
Setelah 7 hari sejak jatuh tempo
pembayaran
2 Penerbitan Surat Paksa Pasal 7
UU No. 192000 dan Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan
No.561MK.042000 Penanggung Pajak
tidak melunasi utang pajakanya dan
kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat
lain sejenisnya Setelah lewat 21
hari sejak diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan
atau surat lain sejenisnya
3 Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan SPMP Pasal 12 UU No.192000
Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajakanya dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Paksa
Setelah lewat 2x24 jam setelah
Surat Paksa diberitahukan
Kepada Penanggung
Pajak
Universitas Sumatera Utara
4 Pengumuman Lelang Pasal 26
UU No.192000 Setelah Pelaksanaan
penyitaan ternyata penanggung pajak
tidak melunasi utang pajaknya
Paling singkat 14 hari sejak
penyitaan
5 Penjualan Pelelangan Barang
Sitaan Pasal 26 UU PPSP Setelah pengumuman
lelang ternyata Penanggung Pajak
tidak melunasi utang pajaknya
Paling singkat 14 hari setelah
pengumuman lelang
Sumber :KPP Pratama Medan Barat 2013
Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama
Medan Barat Tahun 2011 dan 2012
Tahun Wajib Pajak
Orang Pribadi OP
Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak Bendaharawan
Jumlah Wajib Pajak
Keseluruhan 2011
90.673 749
11 91.433
2012 92.644
1.022 22
93.688 Sumber :KPP Pratama Medan Bara 2013
Dari tabel 4.2 diatas, dapat kita lihat jumlah wajib pajak keseluruhan bahwa kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dibidang perpajakan setiap tahun
meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah wajib pajak antara tahun 20011 sampai tahun 2012 yang peningkatannya dimana
wajib pajak orang pribadi mengalami penambahan sebanyak 1.971 wajib pajak, wajib pajak badan sebanyak 273 wajib pajak dan wajib pajak bendaharawan sebanyak 11
wajib pajak. Dengan demikian peningkatan jumlah wajib pajak keseluruhan dari
Universitas Sumatera Utara
tahun 2011 sampai tahun 2012 sebanyak 2.255 wajib pajak, di lain sisi kesadaran wajib pajak akan kewajibannya diharapkan akan terus meningkat.
Jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat ini meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 , jumlah utang pajaknya pun bertambah juga. Hal
ini terlihat dari masih banyaknya jumlah surat teguran dan surat paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Teguran untuk Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat Tahun 2011 dan 2012
Tahun Jumlah SKP
Rupiah Jumlah Surat
Teguran Rupiah
2011 370
6.992704.304 2420
7.271.984.694 2012
420 3.342.984.409
2814 2.815.780.085
Sumber :KPP Pratama Medan Barat 2013
Rasio Surat Teguran dengan Penerbitan SKP :
Tahun 2011 : 2420 x 100 = 42.25 Tahun 2012 : 2.814 x 100 = 67
370 420
Rasio surat teguran dengan penerbitan SKP : Jumlah Surat Teguran x 100 Jumlah Penerbitan skp
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas diketahui tidak semua skp yang diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat teguran. Pada tahun 20011 sebesar 42.25, tahun
2012 sebesar 67, dari 2dua tahun tersebut setiap tahun mengalami kenaikan. Kondisi ini disebabkan peran aktif dari jurusita pajak KPP Pratama Medan Barat
dalam memberitahukan tunggakan pajak lewat surat teguran belum di ikuti dengan kesadaran penanggung pajak dalam pembayaran tunggakan pajak lewat surat teguran.
Berikut ini adalah tabel penyampaian Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Baraat pada tahun 2011 dan 2012 :
Tabel 4.4 Jumlah Penerbitan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat Tahun 2011 dan 2012
Tahun Jumlah SKP
Rupiah Jumlah Surat
Paksa Rupiah
2011 378
5.281.253.018 800
2.846.379.607 2012
1.090 3.342.984.409
1.521 2.304.806.460
Sumber: KPP Pratama Medan Barat 2013 1.
Rasio Surat Paksa dengan Penerbitan SKP
Tahun 2011 : 800 x 100 =21 Tahun 2012 : 1.521 x 100 = 14
378 1.090
Rasio surat paksa dengan penerbitan skp : jumlah surat paksa x 100 JumlahPenerbitan skp
Universitas Sumatera Utara
Dari data penerbitan skp yang ditindaklanjuti dengan surat paksa masih terdapat jumlah surat paksa yang belum dilunasi wajib pajak. Hal ini dilihat dari
tingginya jumlah skp setelah diterbitkannya surat paksa sebesar tahun 2011 sebesar 21 dan tahun 2012 sebesar 14. Dari 2dua tahun tersebut tahun 2012 mengalami
penurunan yang tidak begitu signifikan. 2.
Rasio Surat Teguran dan Surat Paksa Rasio ini menunjukan seberapa besar surat teguran yang ditidaklanjuti dengan
penerbitan surat paksa. pada tahun 2011 jumlah surat teguran 2420 lembar sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 800 lembar,dan pada tahun 2012 jumlah surat
teguran 2814 lembar , surat paksa yang diterbitkan hanya 1521 lembar. maka rasio penerbitan surat teguran terhadap surat paksa dapat dihitung sebagai berikut :
Tahun 2011 : 800 x 100 = 33
Tahun 2012 : 1.521 x 100 = 54
2420 2.814
Dari data di atas diketahui bahwa tidak semua surat teguran yang diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat paksa. Pada tahun 2011 surat teguran
yang berlanjut ke surat paksa sebesar sebesar 33 dan untuk tahun 2012 surat paksa terbit hanya sebesar 54 dari surat teguran. Dibandingkan dengan tahun 2011 surat
paksa yang terbit mencapai 33 dari surat teguran berbeda dengan tahun 2012 yang mengalami peningkatan. Kondisi ini disebabkan oleh peranan aktif dari juru sita
kantor pajak dalam mengomptimalkan surat paksa yg ditetapkan kepada wajib pajak. Rasio surat paksa terhadap surat teguran : Jumlah surat paksa yang terbit x 100
Jumlah surat teguran yang terbit
Universitas Sumatera Utara
3. Analisis efektivitas penagihan pajak derngan surat paksa
Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan
surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan dengan surat paksa dengan asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua
tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas penyampaian surat paksa dihitung dengan rumus :
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan surat paksa, pembayaran surat paksa, dan tingakat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa.
Data tersebut diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Medan Barat untuk tahun 2011 dan 2012 :
Tabel 4.5 Pembayaran Surat Paksa di Kantor Pelayanan
Pajak KPP Pratama Medan Barat tahun 2011 dan 2012
Tahun SP terbit
SP bayar Tingakat
Efektivitas 2011
2.846.379.607 886.779.267
31,15 2012
2.304.806.460 531.022.973
23,03
Sumber :KPP Pratama Medan Barat 2013
Efektivitas : Jumlah surat paksa yang dibayarkan x 100 Jumlah surat paksa yang diterbitakan
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas surat paksa yang diterbitkan pada tahun 2011 penerbitan surat paksa di KPP Pratama Medan Barat tercatat sebesar 31,15 berdasarkan pengukuran
efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif, dan pada tahun 2012 sebesar 23,03 kurang efektif, terjadi penurunan tingkat efektivitas disebabkan
karena dalam setahun terjadi 2dua kali penggantian jurusita sehingga berdasarkan pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif.
Berikut ini tabel klasifikasi pengukuran efektivitas:
Tabel 4.6 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas
Presentase Kriteria
100 Sangat Efektif
90 – 100 Efektif
80 -90 Cukup Efektif
60 -80 Kurang Efektif
60 Tidak Efektif
Sumber :KPP Pratama Medan Barat 2013
Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan dilunasi oleh penanggung pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif antara lain :
a. Penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak
b. Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya
Universitas Sumatera Utara
c. Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena
kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus d.
Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya e.
Penanggung pajak lalai Setelah dikeluarkan surat paksa KPP Pratama Medan Barat mengeluarkan
SPMP Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Berikut ini tabel jumlah pelaksanaan melakukan penyitaan untuk wajib pajak
pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat :
Tabel 4.7 Jumlah Pelaksanaan Penyitaan untuk Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat Tahun 2011 dan 2012
Tahun Pelaksanaan Sita
2011 -
2012 -
Sumber :KPP Pratama Medan Barat 2013
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tidak pernah sekalipun
melakukan penyitaan. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa aspek yaitu : 1
Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan 2
Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan Pbk
Universitas Sumatera Utara
3 Tunggakan Pajak telah dilunasi sebelum dilakukan melalui penyitaan melalui
keputusan pengurangan 4
Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan melalui keputusan keberatan
5 Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan melalui
keputusan banding 6
Kesulitan menemukan wajib pajak atau penanggung pajak 7
Kesulitan menemukan objek sita Dari tabel 4.6 dan 4.7 di atas,dapat kita lihat kinerja penagihan pajak pada KPP
Pratama Medan Baarat dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2011-2012. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada
Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, karena banyaknya jumlah penerbitan surat paksa dan surat teguran setiap tahunnya. Cara penagihan yang terakhir yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ini adalah penagihan aktif, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak Negara menyampaikanmemberitahukan
surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai
penagihan yang keras dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam upaya terakhir agar Wajib Pajak segara memenuhi kewajibannya.
Dari uaraian diatas diambil kesimpulan penagihan pajak dengan surat paksa dapat mengoptimalkan penagihan pajak, hal ini terlihat dari jumlah tagihan yang
dilakukan dari hasil realisasi pencairan piutang dari surat paksa yang dikeluarkan mampu meningkatkan penerimaan pajak lebih besar pada KPP Pratama Medan Baat,
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan diterbitkan surat teguran maupun SPMP Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Barat terhadap Wajib Pajak yang tidak
melunasi utang pajaknya adalah : 1.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan mengirimkan Kantor
Pos. 2.
Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya dilunasi setelah lewat waktu 21 dua puluh satu hari sejak
diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkaan Surat Paksa, dan dalam hal ini :
a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib
Pajak penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita kemudian menjelaskan maksud kedatangannya yaitu
memberitahukan Surat Paksa dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.
b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak Penanggung Pajak
dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti, diantaranya :
1 Apakah tunggakan pajak menurut STPSKP cocok dengan jumlah
tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa?
Universitas Sumatera Utara
2 Apakah ada Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan
penghapusan yang berkaitan dengan ketetapan yang ditagih? 3
Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun jenis pajak lainnya yang diperhitungkan?
4 Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan
Keberatan? c.
Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :
1 Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama
Wajib Pajak Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental. 2
Pejabat Pemerintahan setempat Bupati Walikota Camat Lurah dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak
dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak Penanggung Pajak bersangkutan.
3 Jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa harus
membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. d.
Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan
Surat Paksa kepada : 1
Seseorang yang ada di kantornya salah seorang pegawai 2
Seseorang yang ada di tempat tinggalnya misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
e. Biaya Penyampaian Surat Paksa
1 Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya
Harian dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak
kepada Penanggung Pajak. 2
Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak
sepenuhnya menerima biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak Penanggung Pajak.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya
terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan
potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.
f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa
Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal
yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu : 1
Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan
secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
2 Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan
tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 3
Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari Wajib Pajak Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar,
itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan penagihan pajak dan sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan
usul untuk tindakan penagihan selanjutnya.
g. Apabila Jurusita Pajak Jurusita tidak dapat dilaksanakan surat paksa
secara langsung, maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat
paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, polisi dan sebagainya.
Disamping Pejabat Jurusita dapat memperlihatkan melihat aset-aset atau barang-barang yang dimilki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan
suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.
3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh
Penanggung Pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya.
Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai
jaminan pelunasan utang tertentu. Di dalam pelaksanaan, Jurusita dapat menempelkan kertas penyitaan
kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan :
a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sita.
b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan.
Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka
akan dilakukan penyitaan lagi. 4.
Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 empat
belas hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segara melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang
Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas
Pertahanan setempat. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk membayar pajak. Dalam hal
hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan
Universitas Sumatera Utara
dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.
B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa