BAB II KAJIAN PUSTAKA

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual 1. Remaja

Menggagas pendidikan remaja idealnya tetap mengacu pada kondisi remaja kontemporer, sehingga solusi yang ditawarkan tidak terpengaruh dari realitas yang ada. Selain itu, kita juga mencari jawaban atas beberapa pertanyaan mendasar seperti berikut: Siapa sesungguhnya kelompok usia yang disebut remaja itu? Apa karakteristiknya? dan bagaimana situasi yang mereka hadapi pada hari ini, baik secara psikologis maupun sosial? Tidak ada definisi serta batasan usia yang baku untuk kelompok usia yang biasa disebut remaja. Namun secara umum, remaja biasanya dianggap sebagai kelompok usia peralihan antara anak-anak dan dewasa, kurang lebih antara usia 12 dan 22 tahun.

Menurut Konopka dalam buku Yusuf Syamsu, pada usia ini masa remaja di bagi menjadi tiga yaitu masa remaja awal (sekitar usia 12-15 tahun), masa remaja madya (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-22 tahun).1

Mohammad mengemukakan dalam buku Notoatmodjo bahwa remaja adalah anak berusia 12-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu secara biologis sudah memahami

1 Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2009) hh.184


(2)

kematangan seksual.2 Hall berpendapat dalam buku Yusuf Syamsu bahwa remaja merupakan masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi, antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Selanjutnya, dia mengemukakan bahwa pengalaman sosial selama remaja dapat mengarahkannya untuk menginternalisasi sifat-sifat yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.3

Fase usia remaja sering dianggap sebagai fase yang sangat tidak stabil dalam tahap perkembangan manusia. G.S. Hall menyebutnya sebagai strum und drang (masa topan badai), sementara James E. Gardner dalam Yusuf Syamsu menyebutnya sebagai masa turbulence (masa penuh gejolak). Karakteristik penyesuaian sosial remaja di lingkungan sekolah:

a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah. b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah

c) Menjalin persahabatan dengan teman-teman disekolah

d) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staf lainnya. e) Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya. 4

Berdasarkan teori–teori di atas fase remaja adalah anak berusia 12-25 tahun, masa remaja awal (sekitar usia 12-15 tahun), masa remaja madya (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-22 tahun) dimana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya, yaitu secara biologis sudah memahami kematangan seksual.

2.Pendidikan RemajaSebaya

2 Notoatmodjo Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta :Rineka Cipta, 2007), hh.263

3Yusuf Syamsu, Op. Cit., hh.185


(3)

Pendidikan Remaja Sebaya adalah penjabaran dari kesetiakawanan dan perasaan senasip sepenanggulangan. Ini merupakan bukti bahwa seseorang teman adalah sahabat sejati. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh dalam melakukan PRS misalnya dalam bentuk komunikasi dua arah dengan teman sebaya. Kadang-kadang menasehati teman kita pada waktu lain, teman kita menasehati kita tentang sesuatu.

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada individu.5 Pendidikan Remaja Sebaya dalam pelaksanaanya sudah biasa dilakukan tetapi kali ini menyangkut pada kesehatan dan kesejahteraan remaja. Demi kesuksesan masa depan bersama.

Pendidikan Sebaya adalah strategi yang paling banyak digunakan dalam program pencegahan HIV dan AIDS. Pendidikan sebaya sering dipraktekan untuk pencegahan HIV pada kaum muda, baik didalam maupun diluar sekolah. Kegiatan ini tidak selalu diarahkan pada resiko kelompok terhadap penularan HIV, namun juga pada kelompok yang dianggap tidak berisiko, yang pada akhirnya nanti dapat menunjang program pencegahan HIV pada seluruh populasi.

Dalam perkembangannya pendidikan sebaya mulai dikembangkan oleh berbagai lembaga atau institusi masuk Palang Merah Indonesia sebagai upaya pendekatan kepada populasi tertentu seperti Penjaja seks

5 Notoatmodjo Soekidjo,Op. Cit., hh.108


(4)

komersil (PSK) dan pelanggannya, pengguna Narkoba suntik (Penasun), laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), termasuk kaum gay, waria narapidana, remaja rawan dan pekerja migran. Selain itu Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) juga tercakup dalam program pendidikan remaja sebaya.

Beberapa pengalaman telah membuktikan bahwa program pendidikan remaja sebaya yang dirancang dan dilaksanakan dengan memenuhi standar komponen strategi pencegahan HIV secara menyeluruh, maka hasilnya dapat meningkatan pengetahuan dan pemahaman, sikap dan keterampilan yang terkait HIV. Selain itu pendidikan remaja sebaya dapat pula memotivasi orang-orang untuk menjaga perilaku seks atau meminimalisir hubungan seks berisiko dan penggunaan narkoba berisiko. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau diimitasinya itu menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral atau agama dapat dipertanggung jawabkan, seperti kelompok remaja yang taat beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik.

Dari hasil penelitian di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang sudah maju. Menurut Bloom dalam buku Notoatmodjo menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan.6 Jadi pendidikan remaja sebaya akan menghasilkan perubahan atau


(5)

peningkatan pengetahuan remaja agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang.

Berdasarkan teori-teori di atas pendidikan remaja sebaya adalah suatu proses belajar remaja dalam perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada individu.

3.Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.7

Surajiwo Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.8

Menurut Aristoteles, pengetahuan harus merupakan kenyataan yang dapat diindrai dan kenyataan adalah sesuatu yang merangsang budi kita kemudian mengolahnya.9

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

7 Ibid., hh.143

8 Surajiwo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ) hh. 62 9 Ibid., hh. 61


(6)

seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan adalah pengakuan sesuatu terhadap sesuatu. Pengetahuan ada dua macam yaitu: pengetahuan khusus yang mengenai yang satu saja, dan pengetahuan umum, yang berlaku bagi seluruh macam dan masing-masing dalam macamnya.10

Sedangkan menurut Abbas Hammani dalam buku Surajiwo, Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman,baik pengalaman indra maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karana adanya pengalaman.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

b. Memahami (comprehension) c. Aplikasi (application)

d. Analisis (analyst) e. Sintesis (syntesa) f. Evaluasi (evaluation) 11

10 Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat (Jakarta. Rineka Cipta, 2004 ) hh.14-15


(7)

Menurut John Hospers dalam buku An Introdiction to philosophical Analysis mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Pengalaman indra (sense experience) 2) Nalar (reason)

3) Otoritas (authority) 4) Intiuisi (intuition) 5) Wahyu (revelation) 6) Keyakinan (faith).12 a) Jenis-Jenis Pengetahuan Pengetahuan dapat dibagi atas:

(1) Pengetahuan nonilmiah

Pengetahuan nonilmiah ialah pengetahuan diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam katagori metode ilmiah.

(2) Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan nonilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia atas sesuatu atau objek tertentu dalam kehidupan sehari–hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan lidah dan perabaan kulit.13

J.A Niels Munder menuturkan, epistemology adalah cabang filsafat yang mempelajari soal tentang watak, batas-batas dan berlakunya ilmu pengetahuan.14

12 Ibid., hh. 55 13 Ibid., hh. 59-60 14 Ibid., hh. 25


(8)

Menurut pendapat Plato dan Aristoteles, Plato membagi pengetahuan menurut tingkat pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya.15 Pembagiannya adalah sebagai berikut:

(a) Pengetahuan Eikasia (khayalan)

Tingkatan pengetahuan paling rendah ini yaitu pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan.

(b) Pengetahuan Pistis (Substansial)

Satu tingkat diatas eikasia yaitu pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau dapat diindrai secara langsung. Pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran apabila mempunyai syarat-syarat cukup bagi suatu tindakan mengetahui. Misalnya pendengaran yang baik, mpenglihatan yang normal serta indra yang normal.

(c) Pengetahuan Dianoya (matematik)

Pengetahuan dalam tingkat ketiga ialah tingkat yang ada di dalam sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi terletak pada bagaimana cara berfikirnya. Bentuk pengetahuan ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah metematik atau kuantitas luas, isi, jumlah, dan berat.


(9)

(d) Pengetahuan Noesis (Filsafat)

Pengetahuan tingkat tertinggi, yang objeknya arche yaitu prinsip-prinsip utama yang mencangkup epistemologis dan metafisik. Plato menerangkan pengetahuan ini hampir sama dengan pengetahuan pikiran, tetapi tidak lagi menggunakan pertolongan gambar, diagram melainkan pikiran yang sungguh-sungguh abstrak.

Berdasarkan teori-teori di atas pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami atau pengakuan terhadap suatu objek tertentu.

4. Motivasi Hidup Sehat

5. Sikap Hidup Sehat a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.16 Sikap manusia merupakan perbuatan berdasarkan pendirian individu yang dipersiapkan untuk bertindak. Gerungan


(10)

mendefinisikan bahwa sikap manusia adalah ”kesediaan bereaksi terhadap suatu hal”.17

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan sikap manusia adalah perbuatan yang bereaksi terhadap objek individu untuk bertidak. Sikap dapat mengalami perubahan melalaui salah satu manipulasinya dalam bentuk interfensi psikologis dengan cara menerapkan suatu program pembelajaran.

Sarwono mendefinisikan bahwa sikap manusia adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.18

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam buku Alex Sobur sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.19

Sikap manusia karena adanya stimulus, terbentuknya suatu sikap manusia karena banyak di pengaruhi dari lingkungan yang saling beriteraksi satu sama lain.

Menurut LaPierre dalam buku Alex Sobur mendefinisikan sikap sebagai “Suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan.20

17 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : Rineka Cipta, 2007 ), hh. 150

18 Indri Pujiati, Efektifitas Pelatihan Persiapan Menghadapi Bencana Banjir Berbasis Sekolah untuk Meningkatakan Sikap Terhadap Penanggulangan Banjir pada Siswa Sekolah Dasar, Skripsi tidak di terbitkan (Jakarta : PP FIP UNJ, 2009), hh.32

19 Alex Sobur, Op. Cit., hh. 358 20 Ibid ., hh. 358


(11)

Secord dan backman mendefinisikan sikap sebagai “keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognasi), dan predioposisi tindakan (konasi) seseorang terhadapsuatu aspek dilingkungan sekitarnya.21

Sikap merupakan kesiapan atau keadaan siap untuk timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia, sebagaireaksi sikap selalu berhubungan dengan dua hal yaitu like atau dislike ( senang atau tidak senang, suka atau tidak suka.

b. Perubahan Sikap Manusia

Sikap manusia muncul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap manusia karena banyak dipengaruhi perangsang dari linkungan yang saling berinteraksi satu sama lainnya.

Sikap manusia dapat mengalami suatu perubahan. Hal ini sesuai dengan proses perubahan sikap yang dijelaskan oleh Azwar.

Menurut Azwar, proses perubahan sikap hampir selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi (pemberian perlakuan) dan pengendalian situasi pada lingkungan berdasarkan faktor-faktor lain yang dianggap sangat berpengaruh dalam mengarahkan sikap kepada bentuk yang dikehendaki. Sikap dapat mengalami perubahan melalui salah satu manipulasinya dalam bentuk intervensi psikologis dengan cara menerapkan program pelatihan.


(12)

c. Faktor-Faktor yang Menghubungkan Sikap dengan Perilaku

Menurut Krech dan Crutchfield, perilaku tiap individu akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan.

Menurut Edgley, sikap akan mempengaruhi perilaku manusia melalui faktor-faktor yang menghubungkan antara sikap dengan perilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Social constraint and social distance 2) Situational and personality factors 3) Multiple belief versus single belief 4) Social factors.

Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa sikap dengan perilaku saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pada dasarnya dengan mengetahui sikap individu, maka individu tersebut akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang ditimbulkan dari individu yang bersangkutan, sehingga keadaan ini menggambarkan pola hubungan sikap dengan perilaku berdasarkan faktor-faktor penghubungnya.

Ada beberapa pandangan-pandangan sikap yang di susun oleh pengamat Eiser.

a) Sikap merupakan pengalaman subyektif.

b) Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan c) Sikap adalah pengalaman tentang suatu masalah atau objek dari

sisi dimensi penilaian.

d) Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai. e) Sikap bisa di ungkapkan melalui bahasa.

f) Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami. g) Sikap dikomunikasikan kepada orang lain


(13)

i) Sejumlah orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan berbeda pula dalam pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar atau salah mengenai objek itu.

j) Sikap jelas berhubungan dengan perilaku sosial. 22

Berdasarkan pandangan di atas, tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan, semua sependapat bahwa cirri-ciri dari sikap antara lain:

a) Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku,konsep, situasi, benda dan sebagainya)

b) Mengandung penilaian (suka-tidak suka, setuju-tidak setuju).

Sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu, sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah.23 Suatu sikap merupakan konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai ”ketraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan presdiposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.24

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Alex Sobur dalam buku Alex Sobur antara lain:

22 Ibid., hh. 356

23 Sarlito W.S, Psikologi Sosial Individu dan teori-teori psikologi social (Jakarta. Balai Pustaka, 2002), hh.232


(14)

1) Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang sama. Seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai sikap yang mempunyai sikap yang sama terhadap suatu hal.

2) Pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda. Seseorang dapat mementukan sikap pro atau anti terhadap gejala tertentu.

3) Pengalaman (baik atau buruk) yang pernah dialami.

4) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain (secara sadar atau tidak sadar).25

Selain dari faktor-faktor diatas yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan. Pada dadarnya pembentukan sikap tidak terjadi dengan sembarangan tetapi senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan didalam kelompok maupun diluar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru.

Berdasarkan teori-teori diatas sikap adalah suatu bentuk atau kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku,tetapi lebih merupakan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap.

d. Sikap Hidup Sehat


(15)

Sikap hidup sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatanpimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaanmasyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan teori-teori sikap hidup sehat adalah suatu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatanpimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

A. Kerangka Berpikir

Menyelenggarakan suatu pendidikan remaja sebaya, hal yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasai kebutuhan-kebutuhan siswa sekolah yang menjadi sasaran. Sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan diadakannya pendidikan tersebut.


(16)

Salah satu bentuk penyelenggaraan program pendidikan remaja sebaya dapat menunjang terciptanya suatu tujuan pemberdayaan dalam bidang pendidikan yang bersifat non formal adalah kegiatan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS).

Kegiatan tersebut merupakan suatu proses pembentukan sikap, mental, kepribadian, pengetahuan, kemampuan, pemahaman dalam rangka penguasaan bidang pendidikan kesehatan remaja, sehingga akan menghasilkan suatu perubahan perilaku dan harus dilakukan terus menerus dalam pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik dan paham akan kesehatan.

Kegiatan PRS berperan dalam upaya pencegahan penyakit melalui pendekatan keterampilan hidup sehat. Pendidikan ini juga berupaya memberikan informasi tentang kesehatan remaja sehingga remaja mampu mengenal, menelaah, dan mampu melakukan sikap hidup sehat dilingkungan masyarakat secara mandiri.

Pendidikan Remaja Sebaya adalah program dari Palang Merah Indonesia. Namun untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan ini bila dilaksanakan oleh pihak sekolah atau masuk dalam sebuah kurikulum pelajaran penjaskes akan meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan.program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan mmasyarakat sasaran yaitu melihat sikap dan perilaku para remaja yang berada di jakarta timur sudah tidak sesuai dengan apa dari tujuan penjaskes tersebut dan juga bertujuan menyadarkan remaja tentang penting kesehatan dam


(17)

mengembangkan sumber daya yang mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan pada remaja itu sendiri.

Tujuan secara umum dibentuk program pendidikan remaja sebaya adalah demi terwujudnya remaja yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan teman sebayanya. Secara khusus dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya program pendidikan remaja sebaya di sekolah SMA negeri adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja SMA Negeri di jakarta timur tentang pentingnya kesehatan remaja.

2. Meningkatkan pemahaman dan berperilaku terhadap resiko dan bahaya yang dapat terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap kesehatan diri sendiri.

3. Meningkatkan remaja yang sehat dan cerdas bagaimana cara bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku hudup sehat sehingga menjadi budaya dalam diri sendiri.

Melihat dari tujuan dan latar belakang diselenggaranya Pendidikan Remaja Sebaya, diperlukan sebuah pemahaman yang tepat untuk pelaksanaan program. Untuk itu peneliti ingin mengetahui seberapa paham remaja dalam pendidikan remaja sebaya dengan sikap hidup sehat.

B. Hipotesis Penelitilan

Hipotesis penelitian ini diduga terdapat pengaruh pengetahuan pendidikan remaja sebaya terhadap sikap hidup sehat siswa SMAN Se-Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.


(1)

c. Faktor-Faktor yang Menghubungkan Sikap dengan Perilaku

Menurut Krech dan Crutchfield, perilaku tiap individu akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan.

Menurut Edgley, sikap akan mempengaruhi perilaku manusia melalui faktor-faktor yang menghubungkan antara sikap dengan perilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Social constraint and social distance 2) Situational and personality factors 3) Multiple belief versus single belief 4) Social factors.

Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa sikap dengan perilaku saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pada dasarnya dengan mengetahui sikap individu, maka individu tersebut akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang ditimbulkan dari individu yang bersangkutan, sehingga keadaan ini menggambarkan pola hubungan sikap dengan perilaku berdasarkan faktor-faktor penghubungnya.

Ada beberapa pandangan-pandangan sikap yang di susun oleh pengamat Eiser.

a) Sikap merupakan pengalaman subyektif.

b) Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan c) Sikap adalah pengalaman tentang suatu masalah atau objek dari

sisi dimensi penilaian.

d) Sikap melibatkan pertimbangan yang bersifat menilai. e) Sikap bisa di ungkapkan melalui bahasa.

f) Ungkapan sikap pada dasarnya bisa dipahami. g) Sikap dikomunikasikan kepada orang lain


(2)

i) Sejumlah orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan berbeda pula dalam pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar atau salah mengenai objek itu.

j) Sikap jelas berhubungan dengan perilaku sosial. 22

Berdasarkan pandangan di atas, tampak bahwa meskipun terdapat perbedaan, semua sependapat bahwa cirri-ciri dari sikap antara lain:

a) Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku,konsep, situasi, benda dan sebagainya)

b) Mengandung penilaian (suka-tidak suka, setuju-tidak setuju).

Sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karena itu, sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah.23 Suatu sikap merupakan

konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai ”ketraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan presdiposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.24

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Alex Sobur dalam buku Alex Sobur antara lain:

22 Ibid., hh. 356

23 Sarlito W.S, Psikologi Sosial Individu dan teori-teori psikologi social (Jakarta. Balai

Pustaka, 2002), hh.232


(3)

1) Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang sama. Seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai sikap yang mempunyai sikap yang sama terhadap suatu hal.

2) Pengamatan terhadap sikap lain yang berbeda. Seseorang dapat mementukan sikap pro atau anti terhadap gejala tertentu.

3) Pengalaman (baik atau buruk) yang pernah dialami.

4) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain (secara sadar atau tidak sadar).25

Selain dari faktor-faktor diatas yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan tersebut mengenai objek yang bersangkutan. Pada dadarnya pembentukan sikap tidak terjadi dengan sembarangan tetapi senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan didalam kelompok maupun diluar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru.

Berdasarkan teori-teori diatas sikap adalah suatu bentuk atau kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku,tetapi lebih merupakan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap.

d. Sikap Hidup Sehat


(4)

Sikap hidup sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatanpimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaanmasyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan teori-teori sikap hidup sehat adalah suatu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatanpimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

A. Kerangka Berpikir

Menyelenggarakan suatu pendidikan remaja sebaya, hal yang pertama dilakukan adalah mengindentifikasai kebutuhan-kebutuhan siswa sekolah yang menjadi sasaran. Sehingga dapat disesuaikan dengan tujuan diadakannya pendidikan tersebut.


(5)

Salah satu bentuk penyelenggaraan program pendidikan remaja sebaya dapat menunjang terciptanya suatu tujuan pemberdayaan dalam bidang pendidikan yang bersifat non formal adalah kegiatan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS).

Kegiatan tersebut merupakan suatu proses pembentukan sikap, mental, kepribadian, pengetahuan, kemampuan, pemahaman dalam rangka penguasaan bidang pendidikan kesehatan remaja, sehingga akan menghasilkan suatu perubahan perilaku dan harus dilakukan terus menerus dalam pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik dan paham akan kesehatan.

Kegiatan PRS berperan dalam upaya pencegahan penyakit melalui pendekatan keterampilan hidup sehat. Pendidikan ini juga berupaya memberikan informasi tentang kesehatan remaja sehingga remaja mampu mengenal, menelaah, dan mampu melakukan sikap hidup sehat dilingkungan masyarakat secara mandiri.

Pendidikan Remaja Sebaya adalah program dari Palang Merah Indonesia. Namun untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan ini bila dilaksanakan oleh pihak sekolah atau masuk dalam sebuah kurikulum pelajaran penjaskes akan meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan.program ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan mmasyarakat sasaran yaitu melihat sikap dan perilaku para remaja yang berada di jakarta timur sudah tidak sesuai dengan apa dari tujuan penjaskes tersebut dan juga bertujuan menyadarkan remaja tentang penting kesehatan dam


(6)

mengembangkan sumber daya yang mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan pada remaja itu sendiri.

Tujuan secara umum dibentuk program pendidikan remaja sebaya adalah demi terwujudnya remaja yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan teman sebayanya. Secara khusus dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya program pendidikan remaja sebaya di sekolah SMA negeri adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja SMA Negeri di jakarta timur tentang pentingnya kesehatan remaja.

2. Meningkatkan pemahaman dan berperilaku terhadap resiko dan bahaya yang dapat terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap kesehatan diri sendiri.

3. Meningkatkan remaja yang sehat dan cerdas bagaimana cara bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku hudup sehat sehingga menjadi budaya dalam diri sendiri.

Melihat dari tujuan dan latar belakang diselenggaranya Pendidikan Remaja Sebaya, diperlukan sebuah pemahaman yang tepat untuk pelaksanaan program. Untuk itu peneliti ingin mengetahui seberapa paham remaja dalam pendidikan remaja sebaya dengan sikap hidup sehat.

B. Hipotesis Penelitilan

Hipotesis penelitian ini diduga terdapat pengaruh pengetahuan pendidikan remaja sebaya terhadap sikap hidup sehat siswa SMAN Se-Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.