Metode penelitian PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar, tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam aplikasi jigsaw Learning. Tes yang dimaksud meliputi tes awal tes pengetahuan pra syarat, yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan dijadikan sebagai acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, disamping menggunakan nilai raport selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu siswa. Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pendidikan agama Islam melalui penerapn jigsaw Learning. b. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada bahan tertulis, gambar-gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: 1. Latar belakang MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo. 2. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo. 3. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam pembelajaran 4. Nilai prestasi belajar siswa 5. Analisis Data Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada di lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa terhadap materi pendidikan agama Islam. Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana diantaranya yaitu : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Melakukan evaluasi atau jika mungkin membuat komparasi. 8 Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. 2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan jigsaw Learning. 3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan prestasi data. 4. Menyimpulkan data yang telah tersedia. Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan Hubberman, tekhnik analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu: 1 Reduksi Data 8 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Tehnik Bandung: Tarsito, 1989, h. 132 Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga Kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2 Paparan Data Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. 3 Penarikan Kesimpulan Verifikasi Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan- kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan strauss kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar dengan kokoh. 9 Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis menggunakan rumus: 9 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi Rohidi “Terj” Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, h. 16-19 P = Postrate – Base Rate x100 Base Rate Keterangan: P : Presentase peningkatan Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan. Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian Kelas BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan- kawannya. Melalui jigsaw Learning kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapat pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar expert group. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula home teams untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah 12 diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. 1 Model pembelajaran kooperatif model jigsaw ini menitik-beratkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Siswa bekerja sama saling saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 2

1. Pengertian Jigsaw Learning

Dalam hal ini peneliti menggunakan jigsaw Learning. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani Metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu Metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 3 Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis pertukaran dari kelompok ke kolompok lain. group to group exchange dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. 4 Sedangkan menurut Arends model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran 1 Nurhadi, dkk. Pembelajaran kontekstual CTL dan penerapan dalam KBK Malang: UM PRESS, 2004, hlm. 65 2 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 20014, cet. Ke-1, hlm. 90 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta: Bumi Aksara, 1993, hlm. 61 4 Hidayat Komaruddin, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: YAPENDIS, 1996 . hlm. 195 kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Jigsaw Learning

1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen bagian. 2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing kelopmok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut. 3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda. 4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok. 5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi. 5 Adapun langkah-langkah yang lain adalah: 1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5-6 anak. 2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi sub bab. 3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. 4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan. 5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. 6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan. Gambar 1.1 5 Hisyam Zaini DKK, Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: CTSD, 2004, hlm.58

Dokumen yang terkait

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Penerapan strategi Lightening the Learning Climate untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas III MI Hasyim Asy'ari Jambangan Candi Sidoarjo.

2 7 110

Terapi senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 0 110

TERAPI SHALAT DHUHA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH SEORANG SISWA DI MADRASAH ALIYAH HASYIM ASYARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 108

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 10 114

IMPLEMENTASI STRATEGI RELATIONSHIP MARKETING DALAM MEMBANGUN LOYALITAS PELANGGAN DI MA HASYIM ASY‘ARI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 76

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN PADA SISWA KELAS V MI HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO.

0 1 81

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DI MI WACHID HASYIM WONOMLATI KREMBUNG SIDOARJO.

0 0 126

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA NU HASYIM ASY’ARI 02 KUDUS TAHUN AJARAN 2011/2012 - STAIN Kudus Repository

0 0 150

PENERAPAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN RESPON BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI KELAS XI DI MA NU HASYIM ASY’ARI 3 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 1 35