PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

(1)

PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA

HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(2)

HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

viii

Oleh: Nur Khalimatus Sa’diyah

Penelitian ini di latar belakangi oleh kurangnya motivasi belajar, semangat belajar dan kurang aktifnya siswa dalam proses belajar di kelas, begitu pula dengan minimnya komunikasi atau tukar pikiran antar siswa tentang materi pelajaran sehingga menjadikan siswa kurang keahlian dalam bicara atau menyampaikan suatu pikiran kepada siswa yang lain.

Rumusan penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo? (2) Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo. (3) Bagaimana penerapan metode jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran fiqih, (2) Mendeskripsikan penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi pembelajaran fiqih, (3) Mengidentifikasi kendala-kendala penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan motivasi belajar pada siswa agar lebih bersemangat dalam menjalankan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan beberapa poin motivasi dari para ahli. (2) Memberikan motivasi belajar pada peserta didik adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan, dikarenakan tanpa adanya suatu motivasi terutama pada proses pembelajaran akan mengakibatkan suatu penurunan dalam menuntut ilmu. (3) Dalam proses pembelajaran ternyata dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw learning dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran materi fiqih.


(7)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I :PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 2

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 4

G.Metode Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning. ... 12

B.Motivasi ... 17

C.Pembelajaran Fiqih ... 29

BABIII : METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 31

B.Populasi dan Sampel ... 32

C.Variabel Penelitian ... 33

D.Hipotesis Penelitian ... 34

E. Jenis Penelitian ... 35


(8)

xiii

A.Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 42 B.Penyajian Data ... 58

BAB V : PENUTUP

A.Kesimpulan ...67 B. Saran ...69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu metode mengajar memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar.1

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah peneliti alami ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MA Hasyim Asy’ari, ternyata sebagian besar peserta didik membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar, begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan, ada juga yang berkali-kali izin keluar kelas secara bergantian dan yang lebih penting lagi, motivasi peserta didik terhadap pembelajaran materi pendidikan Agama Islam khususnya fiqih sangat kurang, sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara tepat.

Melihat kondisi tersebut peneliti sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas, agar mereka memiliki dorongan (motivasi) dalam belajar materi fiqih.

Salah satu kegiatan atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu penyebabnya adalah faktor

1

Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 43


(10)

Sebagaimana pendapat dari Roestiyah yaitu guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah seorang guru harus menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa metode yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.3

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan kaberagaman karakteristik yang dimiliki peserta didik, sehingga diharapkan penerapan metode ini mampu menjawab permasalahan yang terjadi di kelas dalam pembalajaran Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi problem yang sedang terjadi dikelas serta mampu memberikan metode baru tentang penggunaan metode jigsaw dalam pengajaran materi pendidikan Islam. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan bagaimana pelajaran itu hendak disampaikan atau metode apakah yang paling tepat untuk suatu pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini berjudul; “Penerapan Jigsaw Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MA Hasyim

Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.87

3

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 90


(11)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

3. Bagaimana penerapan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran fiqih.

2. Mendeskripsikan aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi pembelajaran fiqih.

3. Mengidentifikasi kendala-kendala aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi pembelajaran fiqih.

D. Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan di atas penelitian ini juga memiliki manfaat atau kegunaan, antara lain: 1. Menambah wawasan bagi penulis tentang beberapa metode pembelajaran yang

berkembang dalam dunia pendidikan

2. Sebagai wawasan pendidikan tentang pentingnya kreatifitas dalam penyampaian pengajaran


(12)

tujuan penelitian, sehingga penyajian analisa data dapat ditulis dengan tepat. Adanya batasan ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti hanya meneliti bagamana penerapan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Memberikan gambaran tentang aplikasi dan pemberian motivasi pembelajaran pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan Jigsaw Learning pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

3. Seberapa besar antusias para siswa dalam mempelajari fiqih dengan menggunakan Jigsaw Learning.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah kunci. Adapun istilah yang memerlukan penjelasan dalam judul di atas adalah:

1.Penerapan adalah proses, cara, perbuatan penerapan.

2. Jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan suatu masalah dalam materi.

3. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan.


(13)

4. Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bernasyarakat, maupun kehidupan manusia kepada Tuhannya.

G. Metode penelitian

Metode penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.4 Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian dalam menentukan metode yang digunakan.

1. Jenis Data Penelitian

Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti: senang, tidak senang, baik, buruk, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi informasi.5.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki.

Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat diambil sebuah pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada kaitannya dan mendukung suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil yang dapat dipertahankan.

Data utama penelitian ini mencakup:

4

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proporsional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.24 5


(14)

kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada setiap akhir tindakan. 2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat pembelajaran materi fiqih berlangsung.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MA Hasyim Asy’ari kelas X yang berjumlah 30 anak. Alasan pengambilan kelas ini sebagai subyek penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan guru materi pelajaran fiqih, didapatkan:

1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih.

2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru selalu menerapkan metode ceramah.

3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan kebutuhannya. 4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar dikarenakan

keadaan kelas yang panas saat siang hari. 3. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap kenyataan-kenyataan yang akan diselidiki. Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra


(15)

(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba).6 Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi non partisipan.

a. Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.

b. Observasi Nonpartisipan

Observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti.7

Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan kegiatan observasi dengan cara partisipatif. Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan. 3. Melalui tehnik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo sebagai obyek penelitian, yang meliputi: PBM di kelas, keadaan guru dan keadaan peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarananya.

Selain itu metode observasi ini juga dilakukan pada saat proses belajar mengajar pendidikan agama Islam yang berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui perilaku siswa yang berkaitan dengan motivasi siswa belajar agama Islam.

b) Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.

a. Tes

6

Ibid., h.146 7

Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan wawancara (Malang: Banyumedia, 2004), h. 15


(16)

jigsaw Learning. Tes yang dimaksud meliputi tes awal/ tes pengetahuan pra syarat, yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga akan dijadikan sebagai acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, disamping menggunakan nilai raport selanjutnya skor tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu siswa.

Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pendidikan agama Islam melalui penerapn jigsaw Learning.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis, gambar-gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1. Latar belakang MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

2. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

3. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam pembelajaran 4. Nilai prestasi belajar siswa


(17)

Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada di lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa terhadap materi pendidikan agama Islam.

Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana diantaranya yaitu : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang

ada.

2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8 Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan jigsaw Learning.

3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan prestasi data.

4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.

Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan Hubberman, tekhnik analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:

1) Reduksi Data

8

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Tehnik (Bandung: Tarsito, 1989), h. 132


(18)

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2) Paparan Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka tetapi kesimpulan-kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan strauss kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar dengan kokoh.9

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis menggunakan rumus:

9

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi Rohidi


(19)

P = Postrate – Base Rate x100 % Base Rate

Keterangan:

P : Presentase peningkatan

Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan. (Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian Kelas)


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui jigsaw Learning kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

Tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapat pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah


(21)

diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.1

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw ini menitik-beratkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Siswa bekerja sama saling saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi.2

1. Pengertian Jigsaw Learning

Dalam hal ini peneliti menggunakan jigsaw Learning. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.3

Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.4Sedangkan menurut Arends model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

1

Nurhadi, dkk. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan penerapan dalam KBK (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 65

2

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 20014), cet. Ke-1, hlm. 90

3

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 61

4

Hidayat Komaruddin, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: YAPENDIS, 1996 ). hlm. 195


(22)

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Jigsaw Learning

1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).

2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing kelopmok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.

3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda.

4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.

5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.


(23)

Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.5

Adapun langkah-langkah yang lain adalah:

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 anak).

2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. 4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Gambar 1.1

5


(24)

Atau langkah-langkah lain seperti ini:

 Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 anak.

 Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.

 Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru, untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.

 Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.

 Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.6

3. Variasi

1. Berikan tugas baru misalnya menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok belajar jigsaw.

2. Berikan siswa motivasi untuk mendorong semangat memahami materi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga siswa tidak gaduh saat diberikan waktu luang untuk membaca, memahami dan lain sebagainya.

6

http://model-pembelajaranku.blogspot.co.id/2014/12/langkah-langkah-model-pembelajaran.html. diakses pada 10 desember 2015


(25)

3. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari keterampilan, sebagai alternatif dari pemberian informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk saling mengajarkan keterampilan yang telah mereka pelajari.7

4. Faktor Penghambat Metode Jigsaw

Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motif yang dalam bahasa Inggrisnya Motife berasal dari kata motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif adalah keadaan didalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Motivasi juga bisa diartikan perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata

7

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Raisul Muttaqien


(26)

berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.8

Menurut Mc Donald:”Motivation is an energy change within the person caraterized by affective arousal and anticipatory goal reaction". (Motivasi adalah perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).9

Pendapat S Nasution, M. A. mengemukakan: "To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing". Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.10

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu: menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.11

8

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.148 9

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 173

10

S. Nasution, Asas-asasMengajar (Bandung: Jemmars tt), hlm. 103 11

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 72


(27)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa masalah-masalah yang dihadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Seorang dalam melaksanakan kegiatan mengajar, agar dapat memotivasi peserta didik hendaknya melihat beberapa faktor berikut:

1. Pendidik sebagai sumber pengalaman tingkah laku sekaligus sebagai objek perhatian peserta didik harus:

a. Memiliki kewibawaan dan kepribadian yang kuat dan menarik. b. Menunjukkan minat yang besar terhadap isi pelajaran yang

disampaikannya.

c. Mampu memilih perangkat belajar atau menciptakan situasi belajar yang mampu membangkitkan motif belajar.

2. Peserta didik adalah individu yang akan mengalami tingkah laku tertentu dan sekaligus subyek yang memperhatikan. Maka pendidik perlu mengenal jenis dan tingkat kebutuhan peserta didik bagi usaha memotivasinya seperti:

a. Motif belajar dan minat belajar peserta didik

b. Insentif yang perlu diberikan kepada peserta didik, serta

c. Motif-motif lain yang ada pada diri peserta didik seperti motif ingin rasa aman, ingin kasih saying, ingin perlakuansama, dan seterusnya.

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa oleh karena itu seorang


(28)

pengajar hendaknya mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Maka guru dapat melakukan cara-cara berikut:

1. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui, karena akan menyebabkan kejenuhan.

2. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan

3. Hindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas yang tak masuk akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia

4. Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.

5. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama latihan

6. Berilah siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa.

7. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha yang dilakukan oleh siswa.

2. Tujuan Motivasi

a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.


(29)

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.12

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi yaitu untuk menggerakkan/ menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil/mencapai tujuan tertentu.13

3. Fungsi Motivasi

Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada penglaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti perbuatan belajar.

b. Sebagai pengarah artinya, mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.14

12Ibid

., hlm.163-164 13

Ibid., hlm. 73 14

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 175


(30)

Sedangkan fungsi motivasi menurut Ramayulis yang dikutip dari proyek pembinaan prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Jakarta adalah:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar.

Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka panjang.15

4. Macam-Macam Motivasi

Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenagi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya.16

15

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 1998), hlm. 171 16

Muhibbin Syah, Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 137


(31)

5. Prinsip Motivasi dalam Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.17Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar peserta didik di sekolah. Dalam hal ini Keneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara lain:

a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar peserta didik.

b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam dirinya.

c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta didik yang antusiasn akan mendorong motivasi peserta didik lainnya. d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi

17


(32)

kesempatan untuk menemuklan masalah secara mandiri dan memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.

Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih efektif dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari kebebasan dari orang dewasa; ia menempatkan hubungan kawan sebayanya yang lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, kalau guru hendak membimbing peserta didik belajar, arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru peserta didik tersebut akan belajar dengan baik.18

6. Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, DeCecco & Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi pengajar:

1. Menggairahkan siswa

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan pada siswa cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah

18

Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Karya, 1989), hlm. 124


(33)

dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 'Discovery lerarning' dan metode sumbang saran ('brain storming') memberikan kebebasan semacam ini. Untuk dapat meningkatkan kegairahan siswa guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal siswa-siswanya.

2. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis, dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk ini pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan pada siswa.

3. Memberikan insentif

Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan memberikan hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.


(34)

Pengajar harus mengarahkan tingkah lau siswa, dengan cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta pada mereka melakukan sebaik-baiknya.19

7. Cara Mengukur Motivasi

Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu: 1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan

dorongan dalam diri seseorang.

2) Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu.

Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat menimbulkan dorongan/ kebutuhan tertentu. Dapat juga dengan cara pemberian hadiah/ insentif, insentif verbal berupa pengarahan-pengarahan yan dapat memperkuat motif seseorang.

Salah satu cara yang lebih tepat mengetahui motif seseorang yang sebenarnya adalah mengamati obyek-obyek yang menjadi pusat perhatiannya. Obyek yang selalu dikejar itulah yang menjadi cermin atas motif yang sedang menguasainya, selain iu bisa juga dikenal melalui hadiah yang paling mengena baginya. Ada tidaknya motif yang sedang menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran, misalnya: kekuatan

19

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 177


(35)

tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekwensinya, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya.20

8. Indikator Siswa Termotivasi

Diantara indikator yang bisa dijadikan patokan siswa termotivasi adalah:

a) Keinginan,keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketik belajar.

b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

c) Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.

d) Siswa bergairah belajar. Kemandirian belajar.21

Adapun ciri-ciri siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar termotivasi:

a) Mencari dan memberikan informasi. b) Bertanya pada guru atau siswa lain.

c) Mengajukan pendapat atau komentarkepada guru atau siswa lain. d) Diskusi atau memecahkan masalah.

e) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

20

Martin H, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta, hlm. 61-62 21


(36)

f) Memanfaatkan sumber belajar yang ada. g) Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaannya.

h) Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya. i) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanguru dengan tepat saat

pelajaran berlangsung.

j) Memberikan contoh dengan benar. k) Dapat memecahkan masalah secara tepat.

l) Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan. m) Senang bila diberi tugas

n) Bekerasama dengan berhubungan dengan siswa lain. o) Dapat menjawab pertanyaan diakhir pelajaran.

Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi diantaranya:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d) Lebih senang belajar mandiri.

e) Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif). f) Sering mencari dan memecahkan soal-soal.

g) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini. h) Dapat mempertahankan pendapatnya.


(37)

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri tersebut akan menjadi penting karena dengan motivasi yang kuat siswa akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis.22

C. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian fiqih

Kata fikih adalah bentukan dari kata fiqhun yang secara bahasa berarti pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi akal. ilmu fikih merupakan salah satu bidang keiluan dalam syari’at islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut individu, masyarakat, maupun hubungan manusia dengan penciptanya.

Definisi fikih secara istilah mengalami perkembangan dari masa ke masa, sehingga tidak pernah bisa kita temukan satu definisi yang tunggal. Ulama fikih sendiri mendefinisikan fikih sebagai sekumpulan hukum amaliyah (yang akan dikerjakan) yang disyariatkan dalam Islam. Dalam hal ini kalangan fuqaha membaginya menjadi dua pengertian, yakni: pertama, memelihara hukum furu’ (hukum keagamaan yang tidak pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya. Kedua, meteri hukum itu sendiri, baik yang bersifat qat’i maupun yang bersifat zanni.

22


(38)

2. Ruang lingkup fiqih

Ruang lingkup yang terdapat dalam fiqih adalah semua hukum yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mungkin mukallaf yang sudah diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syari’ah islam dengan tanda tanda seperti baligh, berakal, sadar dan sudah masuk Islam.

3. Sumber dan objek fiqih

Sumber fikh berasal dari kitab suci al qur’an, hadits, ijma„ dan qiyas. objek fikih mencakup lima macam hukum yaitu wajib,sunnah,mubah, haram,makruh.23

4. Tujuan pembelajaran fiqih

Pembelajaran fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

23


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Ada dua macam jenis penelitian yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif bermaksud menghimpun data, mengolah, menganalisis dan menafsirkan angka-angka hasil perhitungan statistik. Pemecahan masalah dengan mempergunakan metode kuantitatif sangat menarik, karena hasil pemecahannya dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Karenanya, metode kuantitatif dapat dipandang sebagai metode keputusan.1

Di sini peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode ilmiah yang banyak dilakukan, dan memiliki sejarah yang telah lama berkembang dalam bidang pengetahuan. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi terhadap perlakuan individu yang diamati. Manipulasi yang dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat perubahannya. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan inilah menjadi kekhasan suatu eksperimen dibandingkan dengan penelitian yang lain. Sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui efek suatu perlakuan. Maka

1

M. Muslieh, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), hlm.4


(40)

penelitian eksperimen ini merupakan penelitian yang bersifat prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Dengan pemberian suatu perlakuan, kita dapat meramalkan akibat apa yang akan terjadi pada variabel terikatnya.2

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh elemen yang sejenis, akan tetapi dibedakan menurut karakteristiknya.3

Tulus menyatakan bahwa populasi adalah “Seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan juga populasi merupakan kumpulan dari individu-individu yang hidup secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri namun secara perilaku ada kemiripan”.4

Jadi dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu siswa-siswi Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas X 2 kelas, kelas XI 2 kelas IPA dan IPS, kelas XII 2 kelas IPA dan IPS dengan jumlah keseluruhannya adalah 136 siswa.

2. Sampel

2

Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm.6

3

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.23

4

Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi, (Malang: UMM Press, 2002), hlm.120


(41)

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).5

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel siswa-siswi kelas X-A MA Hasyim Asy’ari yang berjumlah 30 anak sebagai objek penelitian. Untuk mengetahui besar kecilnya sampel Suharsimi Arikunto lebih rinci menjelaskan beberapa persen atau sampel yang dianggap mewakili populasi yang ada. Pendapatnya mengatakan, “Bahwa untuk ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100% lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.6

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel Bebas (independent Variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode jigsaw.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

5

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.56

6


(42)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan dengan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul, hal ini terbukti dia akan ditolak dan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja dan hipotesis nol senagai kesimpulan sementara, yaitu sebagai berikut:

1. Ha: Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Jadi hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah: “Ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan metode jigsaw terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.

2. Ho: Hipotesis nol atau Hipotesis Nihil

Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Jadi hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini adalah: “Tidak ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan metode jigsaw terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.


(43)

E. Jenis Data Penelitian

Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti senang, tidak senang, baik, buruk, gagal, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi informasi.7 Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif yang didapat dari pelaksanaan metode jigsaw.

F. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki.

Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat diambil sebuah pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada kaitannya dan mendukung suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil yang dapat dipertahankan.

Data utama penelitian ini mencakup:

1. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, meliputi skor hasil tes awal/ tes pengetahuan pra-syarat, hasil diskusi kelompok siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada setiap akhir tindakan.

7


(44)

2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada saat pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam berlangsung.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang berjumlah 136 anak. Alasan pengambilan sekolah ini sebagai subyek penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan guru materi pelajaran fiqih, didapatkan:

1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih.

2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru selalu menerapkan metode ceramah.

3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan kebutuhannya.

4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar dikarenakan keadaan kelas yang panas saat siang hari.

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(45)

Observasi langsung dilakukan terhadap objek tempat berlangsungnya suatu peristiwa, sehingga yang melakukan observasi berada bersama objek yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini, observasi langsung digunakan untuk mengamati secara langsung keadaan kelas, keberlangsungan pelaksanaan belajar mengajar mata pelajaran fiqih dengan mengunakan metode jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun penelitian ini bertempat di MA Hasyim Asyi’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

H. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada di lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa terhadap materi pendidikan agama Islam.

Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana dikemukakan oleh Surahmad diantaranya yaitu :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang ada.


(46)

2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8 Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan.

2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan Metode jigsaw.

3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan prestasi data.

4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.

Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan Hubberman, tekhnik analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

8

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Tehnik (Bandung: Tarsito, 1989), hlm. 132


(47)

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2) Paparan Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar dengan kokoh.9

9

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi


(48)

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis menggunakan rumus:

P = Postrate – Base Rate x100 % Base Rate

Keterangan:

P : Presentase peningkatan

Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan. (Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian kelas)

Dengan menggunakan rumus presentase di atas kita dapat mengetahui peningkatan yang dicapai para peserta didik setelah melakukan berbagai tahap dari metode jigsaw yang telah diterapkan dalam proses belajar mengajar. Kita dapat mengetahui perubahan hasil dari peserta didik dengan presentase peningkatan.


(49)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah, yakni MA Hasyim Asy’ari Bangsri merupakan salah satu MA di tepi jalan raya yang sangat strategis. Untuk lebih jelasnya tentang deskripsi sekolah bisa dilihat dalam profil MA Hasyim Asy’ari.

1. Sejarah

Diilhami dari banyaknya masyarakat yang buta aksara maka para tokoh masyarakat, yang dimonitori oleh pejabat desa dan muballigh membuat perkumpulan yang namanya PBH (Pemberantasan Buta Huruf) sekitar tahun 1955-1960 yang dimonitori oleh H. Abdul Syakur, H. Isma’il, H. Sholeh, H. Hamid, dkk. Setelah berhasil mendirikan PBH agar masyarakat tidak pandai umum saja maka tahun 1961-1966 mendirikan madrasah diniyah dengan tingkatan ula dan wusto yang dimonitori oleh H. Abdul Mu’in Mustaqim, H. Abdul Syukur (H. Abdul Rahman Fauzi), Kyai Hasyim Kholil, Madzkur, H. Khotib, H. M. Hajar. Setelah berhasil mendirikan madrasah diniyah maka mendirikan madrasah ibtida’iyah Hasyim Asy’ari dengan murid pertama sejumlah 75 siswa/i.

Mengingat siswa/i MI Hasyim Asy’ari tidak punya bibit/anak usia pra-sekolah maka didirikanlah lembaga Taman Kanak-Kanak Hasyim Asy’ari dengan siswa pertama 25, didirikan pada tahun 1975. Para tokoh masyarakat


(50)

desa Bangsri melihat perkembangan dan pertumbuhan pendidikan di Desa Bangsri dengan total siswa mencapai 450 siswa baik TK maupun MI yang berasal dari desa Bangsri, Sambibulu, Panjunan, dan Plumbungan, maka pengurus madrasah dan tokoh masyarakat sepakat untuk mendirikan lembaga di atasnya yaitu MTs Hayim Ash’ari tepatnya tahun 1983 dengan siswa pertama 40 siswa.

Melihat semakin berkembangnya MTs dengan jumlah 300 siswa, maka didirikan lagi lembaga di atasnya yaitu MA Hasyim Asy’ari yang didirikan pada tahun 1988 dengan siswa pertama 35 siswa.

Pada tahun 1995 di kembangkan lagi lembaga kejuruan yang bernama SMK/ SPM YAHARI.

Mengingat sudah memiliki lima lembaga pendidikan maka para pengurus menghadap adalah :

a. KH. Abdurrohman Fauzi

b. Dr. H. Achmad Muhammad, M.Ag c. H. Mus Mu’allim Syarief, SH. M.Hum d. Drs. H. Achmad Turmudzi

e. H. Nur Sulaiman

Yang sekarang kita kenal dengan sebutan YAHARI (Yayasan Hasyim Asy’ari).

Adapun jumlah siswa atau peserta didik di YAHARI sampai saat ini sekitar 750 siswa yang meliputi TK, MI, Mts, MA, SMK.Demikian sekilas sejarah berdirinyaYayasan Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.


(51)

2. Profil Sekolah

a. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : MA HASYIM ASY’ARI

2. Alamat Desa/Kelurahan : BANGSRI

3. Kecamatan : SUKODONO

4. Kabupaten : SIDOARJO

5. No. Telp. : 031 787 1777

6. Klasifikasi akreditasi sekolah : A / B / C *)

7. N S S : 131235150015

8. NPSN : 20584604

9. Tahun pendirian : 1988

10. Status tanah : hak milik / pinjam / sewa /

hak pakai*)

11. Luas tanah : 1.820m²

12. Luas bangunan : 433 m²

*) Coret yang tidak perlu

b. Identitas Kepala Sekolah

1. Nama : Dra. Siti Nur Hidajati

2. T. Tgl. Lahir : Magetan, 17 Agustus 1966

3. Alamat : Klagen-Wilayut-Sukodono

4. Pendidikan Terakhir : S1 Teknologi Pendidikan


(52)

6. Mulai Tugas Kepala Madrasah : 2009

c. Data Guru

1) Data keadaan guru berdasarkan status kepegawaian

a) Jumlah guru termasuk Kepala Sekolah : 26 orang b) Jumlah Guru Tetap Yayasan (GTY) : 16 orang c) Jumlah Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) : 10 orang

d) Jumlah Guru PNS Dpk : - orang

e) Jumlah tenaga administrasi : 4 orang

f) Jumlah penjaga sekolah : 2 orang

2) Keadaan guru berdasarkan keahlian dan tingkat pendidikan

No Keahlian

Tingkat pendidikan

Jml. SLTA D1 D2 D3 S1 S2

1 Pend. Agama 2 1 3

2 IPA 3 3

3 IPS 1 3 4

4 PKn 1 1

5 Bhs. Indonesia

2 2

6 Bhs. Inggris 1 1 2


(53)

8 Matematika 1 1

9 Seni Budaya 1 1

10 TIK 1 1

11 Penjaskes 1 1 1 3

12 Keterampilan 1 1

13 Muatan Lokal

2 2

Jumlah 2 4 20 26

d. Data Siswa/i

No. Kelas

Jumlah Siswa

2013-2014 2014-2015 2015-2016

1 X 33 50 59

2 XI 41 29 50

3 XII 33 42 27

JUMLAH 107 121 136

e. Keadaan Fisik

1) Tanah

Area luas tanah yang ditempati bangunan / gedung Madrasah Aliyah Hasyim Asy’ari Sukodono seluas ±1.320 m² adalah milik


(54)

Yayasan Hasyim Asy’ari Sukodono dengan status Hak Milik sertifikat nomor : 13 tanggal 5 februari 1996.

2) Bangunan / gedung keseluruhan :

a) Luas seluruh bangunan / gedung : 433 m²

b) Lapangan upacara : 817 m²

c) Lain – lain : 70 m²

3) Bangunan / gedung untuk kependidikan :

a) Ruang kelas (5 ruang kelas)= 320 m²

b) ruang kantor

1. ruang kepala madrasah = 32 m²

2. ruang guru = 32 m²

3. ruang tata usaha = 6 m²

4. ruang BP / BK = 6 m²

5. ruang komputer = 6 m²

c) Toilet Guru = 7,5 m²

d) Toilet Siswa = 30 m²


(55)

Secara keseluruhan bangunan yang ada didalamnya berkondisi baik, mengingat bangunan baru dibangun pada tahun pelajaran 1994 /1995. Terlebih kondisi terakhir bangunan untuk beberapa ruang kelas mendapat bantuan untuk rehab bangunan sementara bangunan yang telah ada selalu diusahakan penambahan yang hingga saat ini masih dalam proses penyelesaian. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasakan keamanan dan kenyamanan dalam mengikuti proses belajar mengajar di lingkungan lembaga pendidikan Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono.

5) Perabot / mebelair

Jumlah ruang kelas pada tahun ajaran 2015 – 2016 adalah sebagai berikut :

a) Kelas X = 2 ruang

b) Kelas XI = 2 ruang

c) Kelas XII = 2 ruang

d) Ruang praktik Komputer = 1 ruang

e) Ruang perpustakaan = 1 ruang

f) Ruang Laboratorium = 1 ruang

g) Ruang Laboratorium / pratik bahasa = 1 ruang


(56)

a) Meja peserta didik / bangku

1. Kelas X 2 ruang = 20 set meja / bangku

2. Kelas XI 2 ruang = 20 set meja / bangku

3. Kelas XII 2 ruang = 20 set meja / bangku

b) Meja dan kursi guru = 6 set

c) Papan tulis = 6 buah

d) Papan absen siswa = 6 buah

e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 6 set

f) Alat –alat kebersihan kelas = 6 set

7) Macam dan jumlah perabot di ruang kantor

a) Meja tulis dan kursi = 2 set

b) Meja kursi tamu = 1 set

c) Almari kayu / kaca / besi = 5 buah

d) Papan data = 7 buah

e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 2 set

f) Kursi = 5 setel


(57)

h) Kondisi perabot:

 Baik = 99 %

 Sedang = 1 %

 Rusak = 0 %

8) Perabot di ruang perpustakaan

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Meja panjang = 1 buah

2. Almari kayu = 1 buah

3. Meja tamu + petugas = 2 buah

4. Rak buku = 5 buah

5. Laptop = 2 buah

6. Printer = 1 buah

7. Laci petugas = 3 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 95 %


(58)

 Rusak = 0 % 9) Perabot di ruang BP / BK

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Meja = 1 buah

2. Laci / loker = 1 buah

3. Kursi = 2 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 99 %

 Sedang = 1 %

 Rusak = 0 %

10) Perabot di ruang UKS

a) Macam dan jumlah mebelair:

1. Tempat obat – obatan = 1 buah

2. Dipan = 2 stel

b) Kondisi perabot / mebelair:

 Baik = 99 %


(59)

 Rusak = 0 % 11) Perabot diruang praktik komputer

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Komputer server = 1 unit

2. Komputer peserta didik = 18 unit

3. Meja guru / server = 1 buah

4. Meja peserta didik = 18 buah

5. Kursi guru / server = 1 buah

6. Kursi peserta didik = 18 buah

7. Almari = 2 buah

8. AC = 1 buah

9. Blower = 1 buah

10.Mix + speaker = 1 unit

11.Loker = 1 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 80 %


(60)

 Rusak = 0 % 12) Jenis alat – alat kantor

a) Mesin Ketik = 2 buah

b) Komputer = 2 buah

c) Printer = 2 buah

d) Laptop = 1 buah

e) LCD = 1 buah

f) Layar LCD = 2 buah

g) Kalkulator = 1 buah

h) Pengeras Suara = 1 buah

i) Pesawat Televisi = 1 buah

j) Pesawat Radio/Tape = 1 buah

k) Jam Dinding = 2 buah

l) Kipas Angin = 2 buah

m)Bendera Merah Putih = 1 buah

n) Bendera Tut Wuri Handayani = 1 buah


(61)

p) Pataka Almamater = 1 buah

q) Pataka Yayasan = 1 buah

Kondisi alat-alat kantor dan praktek dalam keadaan cukup baik atau sedang usaha perbaikan atau perawatan berdasarkan RAPBS dan usaha ke Yayasan.

2. Tujuan Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan pendidikan berikut :

a. VISI

Visi MA Hasyim Asy’ari Sukodono adalah Terwujudnya generasi yang berakhlakul karimah, berjiwa patriot, cerdas berkualitas dan terampil

Adapun Indikator Visi :

1) Tercermin sikap dan perilaku yang terpuji di lingkungan Madrasah 2) Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam sebagai pandangan

hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari

3) Memiliki semangat kebangsaan yang tinggi dan cinta tanah air

4) Memiliki komponen-komponen Madrasah yang cerdas dalam menghadapi segala hal.


(62)

5) Memiliki daya juang yang tinggi dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu

6) Memiliki keterampilan kecakapan hidup (life skill)

7) Memiliki kemandirian kemampuan beradaptasi dan survive di lingkungan

8) Memiliki lingkungan Madrasah yang nyaman dan kondusif untuk belajar

b. MISI

Misi MA Hasyim Asy’ari Sukodono adalah :

1) Melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada keimanan dan ketaqwaan.

2) Membiasakan anak berperilaku sholeh/sholehah, tawadhu’ dan mengembangkan Ukhuwah Islamiyah.

3) Meningkatkan disiplin di lingkungan lembaga.

4) Mengembangkan nasionalisme dan rasa cinta tanah air.

5) Menciptakan lingkungan belajar yang bersih, asri dan nyaman.

6) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kurikulum yang berlaku melalui PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan )


(63)

c. Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah “ HASYIM ASY’ARI “

Secara umum tujuan yang ingin dicapai oleh Madrasah Aliyah Hasyim Asy'ari adalah :

1) Menjadikan lulusan yang beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah 2) Menjadikan lulusan yang berilmu dan suka beramal sholeh

3) Menjadikan lulusan yang cerdas, tanggap, tangguh dan terampil Adapun secara operasional tujuan yang akan dicapai oleh MA Hasyim Asy'ari adalah :

1) Peningkatan mutu akademis secara menyeluruh

a) Pada tahun 2014 terjadi peningkatan kualitas sikap dan amaliah keagamaan islam warga Madrasah dari pada sebelumnya.

b) Pada tahun 2014 terjadi peningkatan kedisiplinan dan kepedulian warga Madrasah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan Madrasah dari pada sebelumnya.

c) Pada tahun 2014 terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sarana / prasarana dan fasilitas yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik.

d) Pada tahun 2015 terjadi peningkatan mutu pada Ujian Nasional. e) Pada tahun 2015, para siswa memiliki minat, bakat, dan

kemampuan terhadap Bahasa Arab dan Inggris semakin meningkat dari sebelumnya, dan mampu menjadi MC dan berpidato dengan 2 bahasa tersebut.


(64)

f) Pada tahun 2015 siswa/siswi memiliki life skill (kecakapan hidup) di bidang mesin pendingin dan otomotif.

g) Pada tahun 2015 siswa – siswi mampu membawakan khitobah dengan baik.

h) Pada tahun 2015 memiliki tim olahraga minimal 3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat kabupaten.

i) Pada tahun 2015 memiliki tim kesenian yang mampu tampil minimal pada acara setingkat Kabupaten.

2) Terwujudnya kehidupan Madrasah yang agamis, dan berbudaya a) Membiasakan ucapan salam

b) Do’a pagi bersama dilanjutkan membaca Asma’ul Husna, sholawat nariyah dan doa untuk kedua orang tua.

c) Setiap hari senin setelah upacara ada kegiatan “ ngaji kitab Ta’lim Muta’lim “ dibagi menjadi 3 ruangan dan didampini ustadz masing - masing

d) Kegiatan sholat dhuha & sholat dhuhur berjama’ah dengan jadwal bergiliran

e) Kegiatan istighotsah rutin setiap hari Senin pagi setelah upacara bendera dan Kamis Kliwon serta Khotmil Qur’an setiap dua bulan sekali (tadarrus keliling)


(65)

3) Peningkatan kemampuan siswa dalam bidang keagamaan, olahraga dan seni

a) Bidang keagamaan

1. Mampu melaksanakan sholat wajib dan sunnah dengan baik dan benar

2. Mampu membaca Alqur’an dengan baik dan benar ( tartil ) 3. Dapat mengikuti kegiatan lomba keagamaan ( pidato Bahasa

Arab, qiro’ah dan kaligrafi )

b) Bidang Olahraga

1. Mengembangkan kegiatan cabang olahraga Futsal 2. Dapat berprestasi dalam kegiatan lomba

c) Bidang Seni

1. Mengembangkan kegiatan ekstra Band MAYAHARI dan Seni Al Banjari

2. Mengembangkan bakat siswa melalui mading sekolah

3. Diharapkan dapat meraih prestasi dalam mengikuti kegiatan lomba 4) Terwujudnya lingkungan Madrasah yang bersih, nyaman dan kondusif

untuk belajar

a) Dengan motto “ Kelas Harus Selalu Dalam Keadaan Bersih


(66)

harus selalu berusaha menciptakan suasana ruang kelas dan lingkungan yang bersih dan nyaman.

b) Menciptakan taman yang asri

c) Menciptakan keamanan bagi seluruh warga madrasah 5) Peningkatan sarana dan prasarana menuju keadaan yang ideal

a) Pada tahun 2013 diharapkan seluruh sarana dan prasarana minimal 90% lengkap dan baik mulai dari Ruang Kelas, Lab. Komputer, Lab. IPA, Lab. Tata Boga dan Tata Busana, Perpustakaan, Sarana Kantor, Gedung Madrasah, dan penunjang KBM

b) Tahun 2013 mewujudkan Lab. Tata Boga dan Tata Busana

6) Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler yang efektif, efisien, berdaya guna untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa.

a) Terlaksananya kegiatan ekstra kepramukaan setiap hari Jum’at sore untuk melatih mental dan sikap mandiri pada siswa dan tangkas dalam kepramukaan dan berorganisasi

b) Terlaskananya kegiatan Study Rimba / Praktek Pramuka di lapangan dan pelantikan anggota Penegak BANTARA-LAKSANA.

B. Penyajian Data

a) Data tentang Responden

Responden dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas X-A MA Hasyim Asy’ari yang bisa dikatakan kurangnya motivasi belajar dalam pelajaran


(67)

agama Islam termasuk pelajaran fiqih. Data tentang responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Data Responden Penelitian

No Nama Jenis Kelamin

1 Aris Wahyudin Laki-laki

2 Asri Chafidatul Ilmi Perempuan

3 Bellinda Ardhia F Perempuan

4 Devi Arum Sari Perempuan

5 Dwi Lutfiana Perempuan

6 Eka Putri Asmara Hadi Perempuan

7 Febri Bayu Adi Satria Laki-laki

8 Fiki Anjani Perempuan

9 Firliya Rahma Perempuan

10 Indri Kurniawati Perempuan

11 M. Anggra Denisia I.F Laki-laki

12 M. Dikki Dermawan Laki-laki

13 M. Hanafi Laki-laki

14 M. Ma’dam Hikam Laki-laki

15 Moch. Baihaqy Assydqi Laki-laki

16 Muafidhatul Ilmia Perempuan

17 Nur Ayu Ningtyas Perempuan

18 Nurus Sa’adah Perempuan

19 Prastika Wardani Perempuan

20 Pratiwi Nur Hariyanti Perempuan

21 Putri Ekawati Perempuan

22 Rachmad Vidianto H. Laki-laki

23 Raden Bella Febrianti J. Perempuan

24 Ridho Nadhila Hidayah Perempuan

25 Rifky Khoirul Mukhtadi Laki-laki

26 Rizky Adi Pratama Laki-laki

27 Rosydatun Nafiah Perempuan

28 Siti Sundari Perempuan

29 Winda Lestari Perempuan


(68)

b) Pengumpulan Data

Instrumen data yang siap digunakan, peneliti sebar pada sampel yang telah ditentukan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap pemberian test

Tujuan pemberian test di sini adalah untuk mengetahui perubahan terhadap peserta didik sebelum dan sesudah penerapan metode jigsaw. Siswa kelas X-A yang berjumlah 30 anak diberi soal test yang berisikan pertanyaan seputar materi pelajaran yang bersangkutan.

Setelah diisi, test tersebut diminta kembali selanjutnya hasil jawaban dihitung total skor.

2. Tahap penerapan metode

Peserta didik kelas X-A melaksanakan proses belajar dengan menggunakan metode jigsaw yang dibagi menjadi 5 kelompok asal yang terdiri dari 6 peserta didik, setelah melaksanakan proses dalam kelompok asal peserta dibagi lagi yang diambil dari masing-masing kelompok asal yakni menjadi kelompok ahli. Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan metode jisaw sebagai berikut:

a.Sebelum proses pembelajaran dimuali semua peserta didik beserta guru/peneliti melaksanakan do’a terlebih dahulu.

b.Menghangatkan suasana yang diawali dengan pemberian motivasi tentang pentingnya semangat belajar dan pentingnya belajar fiqih.


(69)

c. Peneliti menerangkan proses belajar yang akan berlangsung dengan menggunakan metode jigsaw.

d.Peserta didik yang terdiri dari 30 anak dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 anak.

e.Tiap kelompok dibagi materi tekstual, setiap anak dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang telah diterimanya.

f. Setelah mempelajari secara mendalam, sesi berikutnya yakni membentuk expert teams (kelompok ahli) yang terdiri dari masing-masing anak dari kelompok asal.

g.Setelah terbentuk kelompok ahli setiap kelompok dipersilahkan untuk berdiskusi memahami topik pelajaran yang telah dipelajari masing-masing anak. Setiap anak mengutarakan materi yang telah dipelajari sehingga menjadi susunan materi yang utuh.

h.Setelah diskusi di kelompok ahli selesai, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal. Artinya, setiap anak yang masuk kelompok gabungan kedua kembali ke kelompok gabungan pertama (asal).

i. Setelah mereka kembali ke kelompok asal kesempatan berdiskusi diadakan lagi, ini sebagai refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapat dari kelompok ahli. Sebelum pelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh peserta didik dilakukan dengan memberikan review terhadap topik yang telah mereka pelajari.


(1)

P = Postrate – Base Rate x100 %

Base Rate

Hasil presentase peningkatan

P = 86,652,6 x100 %

52,6 = 64,6

Keterangan:

P : Presentase peningkatan

Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan

Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan.

(Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian Kelas)

Dengan menggunakan rumus di atas kita dapat mengetahui peningkatan prestasi peserta didik dalam presentase peningkatan.


(2)

67

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran dengan aplikasi metode jigsaw yang dilakukan di MA Hasyim Asy’ari, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Adapaun penerapan motivasi belajar pada siswa agar lebih bersemangat dalam menjalankan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan beberapa poin motivasi dari para ahli. Seperti halnya dimulain dari seorang guru, guru haruslah memiliki kewibawaan dan kepribadian yang kuat dan menarik, menunjukkan minat yang besar terhadap isi pelajaran yang disampaikan, mampu memilih perangkat belajar atau menciptakan situasi belajar yang mampu membangkitkan motif belajar. Dengan menerapkan beberapa poin dari para ahli akan sangat membantu para guru untuk meningkatkan presentase motivasi pada peserta didik.

2. Memberikan motivasi belajar pada peserta didik adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan, dikarenakan tanpa adanya suatu motivasi terutama pada proses pembelajaran akan mengakibatkan suatu penurunan dalam menuntut ilmu. Memberikan motivasi belajar pada peserta didik haruslah diawalai dari dalam diri seorang gurunya, penampilan yang mendukung, rapi dan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan serta selalu


(3)

menunjukkan semangat disetiap proses pembelajaran juga sangatlah penting sebelum memberikan motivasi kepada peserta didik. Mengupas berbagai masalah fiqih serta memberikan solusi adalah hal yang penting untuk menumbuhkan semangat kepada peserta didik untuk belajar dan memahami fiqih.

3. Adapun pelaksanaan meode jigsaw yaitu 1). Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar, 2). Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian), 3). Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. 4). Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda. 5). Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok. 6). Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok. 7). Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.

Dalam proses pembelajaran ternyata dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran materi fiqih. Hal ini dapat dibuktikan pada lembar nilai sebelum dan sesudah penerapan metode jigsaw. Adapun hasil dari tes yang telah dilaksanakan maka dapat diperoleh hasil tes sebelum tindakan metode jigsaw rata-rata adalah 52,6. Dan adapun hasil rata-rata tes sesudah tindakan metode jigsaw adalah 86,6


(4)

69

B.SARAN

Penerapan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, diperoleh banyak kejadian yang dapat dijadikan masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan metode jigsaw. Saran-saran berikut mungkin akan sangat berguna terutama bagi pembaca yang tertarik untuk menerapkan metode ini dalam pengajarannya.

1. Sebaiknya selama guru menyajikan materi, siswa telah duduk dalam kelompoknya sehingga ketika kegiatan belajar dengan tehnik jigsaw dimulai guru ataupun siswa tidak lagi disibukkan dengan pembentukan kelompok karena akan menyita waktu yang cukup banyak.

2. Sebelum pembelajaran dimulai dengan menerapkan metode jigsaw sebaiknya gurutelah mempersiapkan bahan ajar yang dapat disegmentasikan sehingga sub pokok bahasan tersebut lebih mudah dibagi-bagikan kedalam kelompok. 3. Mengingat penerapan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki

banyak kelebihan dari pada kekurangan, maka metode ini sangat baik diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, kelebihan dari metode jigsaw yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat saling berkomunikasi dengan temannya, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran model jigsaw adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pokok bahasan lebih lama dari pada metode ceramah.


(5)

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hamalik Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru,

Hidayat Komaruddin, 1996. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPENDIS.

Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani. 2004. Observasi dan wawancara. Malang: Banyumedia.

J. Supranto. 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: Rineka Cipta. Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proporsional. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Miles Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatifi. Tjejep Rohendi Rohidi “Terj”. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muslieh M. 1993. Metode Kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan penerapan dalam KBK.


(6)

Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Purwanto Ngalim. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ramayulis. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Pusat: Kalam Mulia.

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusyan Tabrani. dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Sardiman A. M,. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Silberman Melvin L. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Raisul Muttaqien “Terj” . Bandung: Nuamedia dengan Penerbit Nuansa.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1991

Subroto Suryo. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Surakhmad Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Tehnik. Bandung: Tarsito.

Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tafsir. 1993. Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya. Winarsunu Tulus. 2002. Statistik dalam Penelitian Psikologi. Malang: UMM Press. Zaini Hisyam DKK. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.


Dokumen yang terkait

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Penerapan strategi Lightening the Learning Climate untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas III MI Hasyim Asy'ari Jambangan Candi Sidoarjo.

2 7 110

Terapi senam perkasa dengan symbolic modelling untuk menurunkan rendah diri siswa MA Hasyim Asy'ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 0 110

TERAPI SHALAT DHUHA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH SEORANG SISWA DI MADRASAH ALIYAH HASYIM ASYARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 108

Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior menggunakan Assertive Training untuk mengatasi perilaku introvert: studi kasus siswi XI IPS MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

0 10 114

IMPLEMENTASI STRATEGI RELATIONSHIP MARKETING DALAM MEMBANGUN LOYALITAS PELANGGAN DI MA HASYIM ASY‘ARI SUKODONO SIDOARJO.

0 0 76

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN PADA SISWA KELAS V MI HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO.

0 1 81

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DI MI WACHID HASYIM WONOMLATI KREMBUNG SIDOARJO.

0 0 126

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA NU HASYIM ASY’ARI 02 KUDUS TAHUN AJARAN 2011/2012 - STAIN Kudus Repository

0 0 150

PENERAPAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN RESPON BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI KELAS XI DI MA NU HASYIM ASY’ARI 3 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 1 35