BAB III KEDUDUKAN HUKUM DARI MOBILPRIBADI YANG DIGUNAKAN
SEBAGAI ANGKUTAN UMUM
D. Angkutan Bermotor Pribadi dengan Mobil.
Mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum banyak menyalahi ketentuan UULLAJ serta merugikan
masyarakan dan negara sebenarnya menyalahi ketentuan UULLAJ, karena mobil tersebut ditujukan untuk penggunaan
pribadi, buikian sebagai angkutan umum. angkutan tersebut juga tidak mempunyai ijin serta didaftarkan secara sah sebagai
angkutan umum. Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan yang terdapat
dalam angkutan tersebut sebagai jaminan utama keselamatan bagi penumpang sangat meragukan. Ini dikarenakan angkutan
tersebut belum menjalani ketentuan-ketentuan sebagai angkutan umum dan ijin dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya yang
selanjutnya disebut DLLAJR. Masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan tersebut
sebenarnya dirugikan selain semakin diuntungkan dengan semakin banyaknya alternatif sarana angkutan. Merugikan bagi
pengguna jasa tersebut, apabila timbul permasalahan dari angkutan tersebut. Awak dan pemilik pengusaha angkutan
tersebut cenderung lepas tangan menghindar dari tanggung jawab
bila terjadi sesuatu pada penumpang. Dapat bertindak sewenang- wenang kepada pengguna jasa dimana awak angkutan dapat
mengabaikan tata cara pengangkutan penumpang dan tarif penumpang yang dtentukan dalam UULLAJ.
Dalam angkutan ini awak dan pemilikpengusaha angkutan banyak yang tidak memberikan ganti rugi apabila pengguna jasa
mengalami musibah yang timbul dari pengangkutan tersebut. Pengguna jasa tidak mendapat asuransi, karena angkutan
tersebut tidak diakui secara sah sebagai angkutan umum resmi oleh Jasa Raharja. Sehingga akibatnya pengguna jasa tidak dapat
mengajukan klaim ganti rugi pada Jasa Raharja, apabila awak dan pengusaha angkutan tersebut lepas tangan dan tidak mau
memberikan ganti rugi. Pada awak dan pemilik pengusaha angkutan umum tidak
bisa terlepas dari tanggungjawabnya sebagai pengangkut sebagaimana tercantum dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata KUHPerdata selain diatur dalam UULLAJ. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa “Tiap perbuatan melanggar
hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut. Negara dalam hal ini juga dirugikan karena tidak
memperoleh retribusi dan pajak pendapatan atas beroperasinya
angkutan tersebut untuk masuk dalam kas negara. Dalam hal ini negara tidak bisa memantau keberadaan jumlah angkutan umum
yang sebenarnya untuk pengendalian dan pengawasan bagi angkutan umum yang sebenarnya untuk pengendalian dan
pengawasan bagi angkutan umum yang diijinkan beroperasi. Sementara dari tahun ke tahun, jumlah mobil pribadi yang
dijadikan angkutan umum semakin bertambah. Aopabila dibiarkan terus menerus pengguna jasa angkutan
tersebut tidak mempunyai jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan menganai kewajiban-
kewajiban angkutan umum menurut UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu
tidak mengikuti ketentuan menganai kewajiban-keweajiban yang ditentukan oleh UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan
tanggung jawab dan ganti kerugian dari awak dan pemilik perngusaha angkutan tersebut terhadap pengguna jasa angkutan
itu. Angkutan tersebut keberadaannya meresahkan angkutan
umum resmi berplat kuning. Akibatnya bisa timbul persengketaan dalam hal penumpang akibat penyerobatan pemnumpang oleh
mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. sehingga rawan memicu perkelahian antar awak angkutan umum resmi
berplat kuning dengan awak angkutan umum ilegal berplat hitam.
UULLAJ dalam hal ini secara tegas melarang keberadaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum, karena tidak
memiliki ijin usaha yang sah seperti diatur dalam Pasal 173 maka dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 308 UULLAJ :
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 dua bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 lima ratus ribu rupiah, setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang: a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat 1 huruf a. b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam
trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat 1 huruf b. c. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat
berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat 1 huruf c. d. menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 173. Mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum merupakan
masalah komplek angkutan umum yang keberadaannya sebenarnya dapat merugikan masyarakat dan negara. Sehingga
harus mendapat perhatian dan membutuhkan peranan pemerintah untuk menindaklanjutinya.
E. Acuan