39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kulit buah markisa ungu Passiflora edulis Sims di peroleh kesimpulan :
1. Hasil karakterisasi simplisia kulit buah markisa ungu diperoleh kadar air
8,64, kadar sari larut air 31,69, kadar sari larut etanol 13,02, kadar abu total 7,89 dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,816.
2. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol menunjukkan
hasil positif pada kandungan flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroidtriterpenoid. Fraksi n-heksan hanya mengandung steroidtriterpenoid
saja dan pada fraksi etilasetat mengandung flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Sedangkan pada fraksi sisa mengandung glikosida dan saponin.
3. Ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan fraksi sisa kulit buah markisa ungu
Passiflora edulis Sims memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, sedangkan fraksi n-heksan tidak
menunjukkan aktivitas antibakteri.
5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan pebuatan sediaan antibakteri dari ekstrak kulit buah markisa ungu.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman 2.1.1 Morfologi tanaman
Tanaman markisa merupakan tumbuhan semak yang hidup menahun dan bersifat merambat hingga sepanjang 20 m atau lebih. Batang Tanaman sedikit
berkayu, bersulur dan memiliki bayak percabangan yang terkadang tumbuh tumpang tindih. Pada tanaman muda, cabang berwarna hijau dan setelah tua
menjadi hijau kecoklatan. Daun tanaman sangat rimbun tumbuh secara bergantian pada batang atau cabang. Bentuk daun menjari, bergerigi, berwarna hijau,
mengkilap dengan panjang tangkai 2-3 cm, panjang daun 9-12 cm dan lebar 7-9 cm Rukmana, 2003.
Markisa berbunga tunggal, bulat,berkelamin dua, terletak di ketiak daun, tangkai bergerigi, panjang3-4 cm dan berwarna hijau. Benang sari bertangkai,
berbentuk tabung, panjang sekitar 6 cm, dan berwarna kuning. Jumlah kelopak lima dan mahkota bunga juga lima berbentuk lonjong dengan permukaan beralur
berwarna ungu, jumlah benang sari lima dan putik tiga. Markisa dapat berbunga setiap waktu, namun musim utama di Indonesia terjadi pada bulan
DesemberJanuari dan Juni. Buah markisa berbentuk agak bulat lonjong, panjang 4-6 cm. Kulit hijau muda, setelah masak berubah warna menjadi violet. Kulit
buah tipis, liat, dan tahan benturan pada saat pengangkutan. Bagian dalam buah diliputi oleh lapisan berwarna putih endocarp yang mengandung banyak petkin.
Buah memiliki banyak biji berwarna hitam dan dibungkus oleh selaput berisi sari
6 buah juice yang masam manis dan beraroma harum semerbak.Hermanto, dkk.,
2013.
2.1.2 Habitat
Markisa ungu adalah tanaman yang berasal dari Brazil bagian selatan yaitu dari Paraguay hingga Argentina bagian utara. Di Indonesia, markisa ungu di
tanam didaerah dataran tinggi tropis dan didaerah subtropis pada ketinggian 700 sampai 2000 m diatas permukaan laut dengan suhu 18 sampai 25
o
C. Daerah penghasil markisa ungu masih terpusat di beberapa kabupaten di provinsi
Sumatera Utara Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara dan provinsi Sulawesi SelatanKabupaten Gowa, Sinjai, Tator, Enrekang Dan Polmas
Karsinah, dkk., 2010.
2.1.3 Sistematika tanaman
Menurut Depkes RI 1999, sistematika tanaman markisa ungu sebagai berikut:
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malpighiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Jenis : Passiflora edulis Sims.
2.1.4 Nama asing
Buah markisa ungu memiliki nama lain seperti purple granadilla Inggris, marajuca doce Brazil, ji dan guo Cina, linmangkon Thailand, paarse
7 passievrucht Belanda, dan buah susu Malaysia Rukmana, 2003.
2.1.5 Nama daerah
Tanaman markisa ungu di Indonesia memiliki berbagai macam nama daerah seperti buah monyet Sunda, markisah melayu, dan buwah negri jawa
dan areuypasi jawa Depkes RI, 1999.
2.1.6 Manfaat markisa ungu
Markisa banyak mengandung fitokimia yang mampu membunuh sel kanker, kaya vitamin B dan potassium. Markisa berkhasiat menyembuhkan gejala
alergi kronis, memulihkan penyakit liver dan ginjal, meningkatkan kekebalan tubuh dan kekuatan antibodi dalam darah. Markisa juga mampu menyaring,
memisahkan, dan membuang racun dari dalam tubuh. Markisa juga dapat meningkatkan kesegaran kulit tubuh dan merangsang pertumbuhan sel muda pada
kulit wajah. Markisa mengandung vitamin C dosis tinggi dan antioksidan Hermanto, dkk., 2013.
2.1.7 Kandungan kimia
Markisa ungu mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder. Daun markisa ungu mengandung tanin, glikosida, flavonoid, saponin dan
alkaloid. Batang tanaman markisa ungu mengandung glikosida, flavonoid, saponin dan alkaloid. Buah mengandung tanin, glikosida, flavonoid dan alkaloid
Akanbi, dkk., 2011.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
8 pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 1995. Ekstrak
adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara dan pelarut yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung Ditjen POM, 1979. Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yaitu: a.
Cara dingin 1.
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar.
Penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi
antara dan tahap perkolasi sebenarnya penetesan penampungan ekstrak. b. Cara panas
1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. 3.
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu
9 dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Infudansi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 15 menit. 5.
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama 30 menit.
2.3 Fraksinasi Ekstraksi Cair-Cair