BAB IV FUNGSI EKONOMI DAN FUNGSI PENDIDIKAN PADA KELUARGA
ARON WANITA DI DESA KETAREN KECAMTAN KABANJAHE
Perubahan fungsi dan peranan keluarga disini, bukan berarti seorang wanita aron ibu dan suaminya ayah telah bertukar fungsi menggantikan fungsi
masing-masing pasangan mereka. Perubahan fungsi keluarga juga tidak bermakna keluarga terus melepas fungsi keluarga tersebut untuk dikendalikan oleh agensi
lain seperti lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya. Namun, sejauh mana keluarga masih menjalankan fungsi tersebut dan bagian-bagian mana yang dilepas
oleh pasangan keluarga aron wanita seseuai dengan keadaan. Fungsi-fungsi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan kepada aron wanita adalah fungi
ekonomi dan fungsi pendidikan.
4.1 Fungsi Ekonomi pada Keluarga Aron Wanita Tabel 4.1
Pendapat aron wanita tentang kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga
No Jawaban responden
Jumlah Persentas
e 1
Sangat memenuhi kebutuhan keluarga -
- 2
Mampu memenuhi kebutuhan keluarga 60 orang
43,8 3
Kurang mampu memenuhi kebutuhan keluarga
35 orang 25,5
4 Tidak mampu memenuhi kebutuhan
keluarga 42 orang
30,7 Jumlah
137 orang 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat sebanyak 60 orang 43,8 aron wanita menjawab bahwa bekerja sebagai aron buruh tani di lahan pertanian
masyarakat Karo, sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, dapat dilihat bahwa sebanyak 35 orang 25,5 aron berpendapat bahwa bekerja
Universitas Sumatera Utara
sebagai aron wanita di lahan pertanian masyarakat karo masih merasa kurang mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Hal ini terlihat dari pendapat
informan yang menyatakan bahwa walaupun sudah bekerja sebagai aron untuk membantu suami dalam menopang perekonomian keluarga, namun dari hasil
bekerja sebagai aron kurang mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini terlihat dari pendapat informan yang menyatakan bahwa
pendapatan yang diperoleh setiap hari atau setiap minggunya dipergunakan untuk memuhi kebutuhan secara sederhana, menutupi utang, keperluan anak sekolah
yang semakin mendesak, membantu keluarga lainnya, ditambah lagi harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat membuat pendapatan
yang diperoleh oleh aron wanita kurang mencukupi berbagai kebutuhan keluarga. Sebagian besar aron wanita yang bekerja di lahan pertanian masyarakat
Karo bekerja setiap harinya termasuk hari minggu, hal ini dilakukan karena sebagian besar aron wanita yang terdapat di Desa Ketaren menganut agama Islam.
Jadi hari minggu tersebut dimanfaatkan untuk bekerja. Jika tidak ada panggilan dari pemilik lahan pertanian untuk bekerja, maka waktu yang ada tersebut
dimanfaatkan utnuk berkumpul dengan keluarga. Dari hasil bekerja setiap harinya, aron wanita biasanya memperoleh upah dari hasil kerjanya yaitu Rp. 60.000
perharinya. Dari upah yang diterima inilah aron wanita berusaha memenuhi kebutuhan keluarga mereka selain dari uang pendapatan hasil kerja suami.
Jika lahan pertanian tidak dapat diselesaikan dalam satu hari tersebut, maka aron masih dipekerjakan untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang masih
belum selesai. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan waktu lama yaitu
Universitas Sumatera Utara
membersihkan lahan pertanian yang baru dipanen dengan menggunakan tenaga manual ataupun tehnologi yang masih sangat sederhana seperti cangkul.
Upah yang diterima tersebut dimanfaatkan secukupnya untuk berbagai keperluan keluarga, seperti keperluan dapur, uang sekolah anak, sewa rumah,
membeli perabot rumah tangga, membeli pakaian, tabungan masa depan, membeli keperluaan anak-anak dan lain-lain.
Di bawah ini ada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang informan yang bernama Mak Joko 54 tahun, yang bekerja sebagai aron
wanita didesa Ketaren. Ia sudah 15 tahun bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo. Aron merupakan pekerjaan utama dari Mak Joko sejak dulu.
Dimana setiap harinya dia bekerja dari jam sembilan sampai dengan jam empat atau jam lima sore.
Mak Joko bekerja dengan sistem borongan atau sistem perorangan tergantung permintaan pemilik lahan untuk mempekerjakan dia baik dari pemilik
lahan di desa Ketaren maupun di luar wilayah desa Ketaren. Mak Joko biasanya bekerja dari jam 9 pagi sampai dengan jam 4 sore. Biasanya, banyak jenis
pekerjaan ladang yang dikerjakan oleh Mak Joko setiap harinya. Tergantung pekerjaan apa yang diminta oleh pemilik lahan untuk dikerjakan oleh Mak Joko.
Pekerjaan yang biasa dilakoni oleh Mak Joko adalah memanen sayuran, memanen kopi, memanen jeruk, membersihkan lahan sisa panen sayuran, menanam bibit
sayuran, memanen padi rani page dan lain-lain. Mak joko mengatakan bahwa hasil dari bekerja sebagai aron di lahan
pertanian masyarakat karo sudah mampu memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi sang suami yang juga bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pendapatan mereka berdua sudah mencukupi berbagai kebutuhan keluarga, baik kebutuhan sandang, pangan, maupun papan.
Sebelum bekerja sebagai aron, mak Joko hanya bekerja di lingkup domestik yaitu sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi berbagai kebutuhan
keluarga. Suami mak Joko yang juga berprofesi sebagai aron di lahan pertanian masayarakat karo, tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga . Sehingga, untuk
menambahi pemasukan keluarga, mak Joko rela bekerja sebagai aron megikuti pekerjaan sang suami.
“Aku merasa bekerja sebagi aron wanita di lahan pertanian masyarakat Desa Ketaren maupun desa-desa lainnya sudah mampu
memenuhi berbagai kebutuhan keluarga saya, baik kebutuhan untuk makan sehari-hari maupun kebutuhan suami dan anak-anak. Saya
bekerja sebagai aron karena pendapatan suami saya yang juga seorang aron tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga
kami. Suami saya juga tidak keberatan jika saya harus bekerja membantu dia memenuhi berbagai kebutuhan keluarga. Seandainya
tidak membantu suami saya bekerja sebagai aron, maka kebutuhan setiap harinya tidak akan terpenuhi dengan baik”. wawancara
dengan Mak Joko di rumah Mak Joko, 20 Februari 2014
Suami mak Joko yaitu pak Joko 58 tahun yang juga bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo selama 25 tahun. Pak Joko sendiri tidak
keberatan jika sang isteri harus bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo. Sang suami justru merasa bangga melihat pengorbanan sang isteri yang mau
bekerja sebagai aron, padahal bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat bukan hal yang mudah namun membutuhkan tenaga yang kuat untuk
menyelesaikan berbagai pekerjaan di lahan pertanian seperti mencangkul, mengangkat hasil panen kol, memompa jeruk dan sayuran.
Jika hanya bekerja sendiri sebagai aron, pendapatan Pak Joko tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Apalagi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
keluarga semakin hari semakin meningkat, hal inilah yang menyebabkan Mak Joko membantu suami untuk menopang perekonomian keluarganya.
“Jika harus bekerja sendiri, saya tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan keluarga saya, apa lagi saya dan isteri mempunyai
anak-anak. Jadi saya tidak keberatan jika isteri saya membantu saya bekerja untuk menopang perekonomian keluarga. Ini semua
dilakukan juga untuk keluarga kami. Saya juga bangga melihat isteri saya dalam bekerja, dia begitu semangat dalam menjalankan
perannya untuk membantu saya mencari nafkah untuk keluarga”. wawancara dengan Pak Joko di rumah pak Joko, 20 Februari
2014.
Setiap minggunya, Mak Joko dan Pak Joko mampu mengumpulkan uang sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo yaitu kurang lebih Rp.600.000.
dari pendapatan mereka ini lah digunakan untuk memeuhi berbagai kebutuhan rumah tangga dan untuk kebutuhan sekolah anak-anak mereka. Saat ini, kondisi
pak Joko semakin berkurang. Dia tidak mampu bekerja setiap harinya seperti dahulu. Sehingga, Mak Joko yang harus setiap hari bekerja sebagai aron di lahan
pertanian masyarakat karo untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin hari semakin meningkat.
Gambar 1 Panen tomat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 diatas merupakan gambar yang memperlihatkan salah satu informan yang sedang memanen buah tomat dengan aron lainnya. Saat bekerja,
informan tersebut memakai pakaian lengkap untuk bekerja. Seperti tutup kepala tudung, sepatu boot, ada juga yang memakai sarung tangan, topi agar terhindar
dari panas terik matahari, baju panjang tangan. Alasan terbesar informan bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat karo, adalah membantu sang suami
yang pendapatannya kurang untuk menopang perekonomian keluarga yang semakin mendesak.
Tabel 4.2 Pendapat aron wanita dalam menentukan
dalam pembelian kebutuhan dapur
No Jawaban responden
Jumlah Persentase
1 Suami
- -
2 Isteri
122 orang 89,1
3 Suami dan isteri
15 orang 10,9
Jumlah 137 orang
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 122 orang 89,1 responden yang menjawab bahwa yang menentukan dalam pembelian kebutuhan
ataupun keperluan yang berhubungan dengan dapur adalah isteri. Selain isteri yang hanya menentukan dalam pembelian kebutuhan dapur, suami bersama
dengan isteri juga bisa menentukan dalam pembelian kebutuhan dapur secara bersama-sama dan didiskusikan secara baik, hal ini terlihat dari ada sebanyak 15
orang 10,9 responden yang menjawab bahwa suami dan isteri bersama-sama menentukan pilihan dalam urusan dapur.
Dibawah ini peneliti melakukan wanwancara langsung dengan Ibu Yani 33 tahun yang meruapakan informan peneliti, yang bekerja sebagai aron di lahan
pertanian masyarakat karo selama 8 tahun. Awal mulanya dia bekerja sebagai
Universitas Sumatera Utara
aron dikarenakan sang suami pindah ke Tanah Karo untuk mencari pekerjaan. Sang suami yang mendapat pekerjaan sebagai buruh bangunan, bekerja setiap ada
proyek pembanguan rumah maupun gedung-gedung. Sehingga pendapatan suami yang masih kurang tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.
Ibu Yani mengatakan bahwa segala kebutuhan dapur seperti membeli peralatan masak, bahan-bahan makanan yang akan dibelanjakan, masakana apa
yang akan dimasak, semua itu ditentukan dan diputuskan oleh dirinya sendiri sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi berbagai keperluan rumah tangga.
Suaminya tidak pernah ikut campur dalam urusan dapur, karena suaminya tidak mengerti hal yang bersangkutan dengan urusan dapur. Sehingga segala
bentuk yang bersangkutan dengan berbagai keperluan dapur diserahkan kepada sang isteri agar dapat mengatur secara baik. Sang suami hanya mengeluh jika apa
yang dihidangkan kepanya tidak sesuai dengan selera diri suaminya.
“Setiap berbelanja ke pasar, saya tidak pernah bertanya kepada suami tentang masakan apa yang akan saya masakkan untuk
keluarga. Semua masakan yang saya sediakan untuk suami dan anak-anak sesuai dengan pilihan saya sendiri. Tidak hanya
masalah makan, masalah kebutuhan dapur lainnya juga saya yang tentukan. Suami saya hanya mengeluh jika saya tidak enak masak”.
Wawancara dengan Ibu Yani di rumah ibu Yani, 28 Februari 2014.
Tabel 4.3 Pendapat aron wanita dalam menentukan keputusan
dalam pembuatan tabungan, investasi, pembelian barang berharga dan lain-lain
No Jawaban responden
Jumlah Persentase
1 Suami
10 orang 7,3
2 Isteri
50 orang 36,5
3 Suami dan isteri
77 orang 56,2
Jumlah 137 orang
100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 77 orang 56,2 responden yang menjawab bahwa yang menentukan keputusan dalam
pembuatan tabungan, investasi, pembelian barang berharga dan lain-lainnya yang bersifat jangka panjang adalah berdasarkan diskusi antara suami dan isteri.
Selanjutnya ada sebanyak 50 orang 36,5 responden yang menjawab, bahwa yang menentukan keputusan dalam pembuatan tabungan, investasi,
pembelian barang berharga, dan lain-lainnya yang bersifat jangka panjang adalah berdasarkan keputusan isteri sendiri dan yang terakhir adalah berdasarkan
keputusan suami sendiri yaitu 10 orang 7,3 responden yang menjawab mengenai keputusan tersebut.
Di bawah ini, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada salah satu informan yang bernama ibu Ayu 35 tahun yang merupakan seorang aron buruh
tani di desa Ketaren, dia bekerja sebagai aron di desa Ketaren selama 15 tahun karena ,mengikuti suami yang juga bekerja sebagai aron di desa Ketaren. Setiap
hari ibu Ayu bekerja sebagai aron untuk membantu suaminya menopang perekonomian keluarga. Apalagi anak-anak mereka masih mengenyam
pendidikan sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Pendapatan yang diperoleh oleh ibu Ayu tidak menentu setiap minggunya, pendapatan yang
diperoleh ibu ayu kurang lebih tiga ratus ribu rupiah. Dari hasil wanancara yang dilakukan dengan Ibu Ayu, ibu Ayu
mengatakan bahwa yang mengambil keputusan dalam pembuatan tabung, investasi keluarga, pembelian barang berharga, pembelian kendaraan bermotor
adalah berdasarkan hasil diskusi mereka berdua. Ibu Ayu dan Pak Ayu akan
Universitas Sumatera Utara
membicarakannya secara baik-baik agar apa yang ingin dibeli sesuai dengan kebutuhan dan keperluan jangka panjang.
“Saya dan suami saya sering berdiskusi untuk menentukan pilihan jika ingin membeli barang-barang yang dibeli secara kredit, atau
misalnya keluarga kami sedang dilanda krisis ekonomi maka saya dan suami selalu berdiskusi untuk meminjam uang kepada siapa.
Apakah meminjam uang kepada sanak saudara saja, atau meminjam uang kepada Bank. Kalau tidak berdiskusi dengan
suami, saya takutnya nanti salahkan juga oleh suami saya. Kalau dua-duanya bisa mencari jalan keluar kan lebih baik, apa pun
resikonya dapat ditanggung bersama”. Wawancara dengan ibu Ayu di rumah Ibu Ayu, 10 Februari 2014.
Di bawah ini peneliti melakukan wawancara kepada suami informan yang bernama Pak Ayu 40 tahun, bapak Ayu juga bekerja sebagai aron di lahan
pertanian masayarakat. Sudah 20 tahun lebih bapak Ayu bekerja sebagai seorang aron. Selain bekerja sebagai seorang aron, bapak Ayu juga berjualan makanan
seperti mie dan kue-kue basah. Pekerjaan ini ditekuni jika tidak ada panggilan dari pemilik lahan untuk bekerja di lahan pertanian mereka.
“Saya selalu menekankan kepada isteri saya kalau masalah pembelian barang-barang rumah tangga, mencari pinjaman uang,
investasi jangka panjang tabungan harus selalu didiskusikan bersama-sama. Nanti kalau tidak didiskusikan bersama-sama
takutnya ada perasaan yang tidak enak, yang membuat hubungan saya dan isteri menjadi tidak bagus. Apalagi pendapatan kami juga
harus bisa diatur secara baik, salah sedikit bisa-bisa kebutuhan lain tidak dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, jika memang benar-
benar dibutuhkan barulah saya dan isteri membelinya.” Wawancara dengan bapak Ayu di rumah bapak Ayu, 10 Februari
2014.
Pak ayu dan Ibu ayu tidak mau mengambil keputusan sepihak saja, karena jika menentukan keputusan pihak sendiri membuat keduanya sulit untuk
menentukan pilihan dalam hal penentuan pemebelian dan investasi jangka panjang. Oleh sebab itu urusan seperti ini harus dibicarakan dengan baik-baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Pendapat aron wanita mengenai
pengelolaan pendapatan suami ayah
No Jawaban responden
Jumlah Persentase
1 Suami
15 orang 10,9
2 Isteri
99 orang 72, 3
3 Suami dan isteri
23 orang 16,8
Jumlah 137 orang
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 99 orang 72,3 responden yang menyatakan bahwa yang mengelola pendapatanpenghasilan
suami ayah di dalam rumah tangga adalah isteri. Isteri lah yang mengambil keputusan dalam hal mengelola pendapatan suami.
Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh 23 orang 16,8 responden menjawab bahwa yang mengelola pendapatanpengahasilan suami ayah di dalam
rumah tangga adalah kedua-duanya yaitu suami dan isteri, dan sebagian kecilnya responden menjawab 15 orang 10,9 yang menyatakan bahwa
pendapatanpenghasilan suami di dalam rumah tangga dikelola oleh suami ayah itu sendiri.
Di bawah ini peneliti melakukan wawancara dengan seorang informan yang bernama ibu Nurlela 52 tahun yang sudah bekerja sebagai aron selama 25
tahun. Sejak gadis Nurlela sudah merantau ke Kabanjahe untuk mencari pekerjaan yaitu bekerja sebagai aron di lahan pertanian masyarakat setempat.
Setalah 5 tahun merantau dan bekerja sebagai aron, Nurlela menikah dengan suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Walaupun sudah
menikah, Nurlela tetap bekerja sebagai aron untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Ditambah lagi pendapatan suaminya sendiri tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang begitu mendesak.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Nurlela, dimana Ibu Nurlela mengatakan bahwa dari dari hasil pendapatan yang di terima
oleh suaminya setiap gajian maka hasil pendapatan tersebut diberikan kepada isteri sebesar Rp.600.000 dari pendapatannya yang sebesar
Rp.1000.000bulannya.
Hasil pendapatan yang diberikan kepada Ibu Nurlela, senuhnya dikelola oleh Ibu Nurlela untuk mencukupi berbagai keperluan keluarga. Baikmuntuk
keperluan dapur, keperluan suami, maupun keperluan anak-anak mereka. Ibu Nurlela harus pandai-pandai mengatur keuangan yang diberikan oleh suami agar
tercukupi dengan baik.
“Pendapatan yang diperoleh suami saya sebagai besar diberikan kepada saya yakni dari pendapatannya yang sebesar satu juta
rupiah, enam ratus ribu diberikan kepada saya untuk memenuhi keperluan keluarga. Saya tidak pernah memaksakan suami saya
untuk memebrikan semua gajipendapatannya untuk saya.” wawancara dengan Ibu Nurlela di rumah Ibu Nurlela, 13 Maret
2014.
Untuk urusan pendapatan yang diperoleh oleh Ibu Nurlela tidak pernah dicampuri oleh suaminya. Karena pendapatan yang diperoleh oleh Ibu Nurlela
juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jika hanya mengandalkan pendapatan suami saja, Ibu Nurlela tidak akan mampu memenuhi
berbagai kebutuhan yang semakain mendesak, baik kebutuhan untuk makan maupun kebutuhan untuk pendidikan anak-anak mereka.
Tabel 4.5 Pendapat aron wanita mengenai
penegelolaan pendapatan isteri ibu
No Jawaban responden
Jumlah Presentase
Universitas Sumatera Utara
1 Suami
- -
2 Isteri
105 orang 76,7
3 Suami dan isteri
32 orang 23,4
Jumlah 137 orang
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 105 orang 76,7 responden menjawab bahwa yang mengelola pendapatanpenghasilan
isteri ibu di dalam rumah tangga adalah isteri itu sendiri. Selanjutnya sebanyak 32 orang 23,4 responden menjawab bahwa yang mengelola
pendapatanpenghasilan isteri atau ibu di dalam rumah tangga adalah kedua- duanya yaitu suami dan isteri, disini pendapan isteri pada aron wanita lebih
didminasi oleh isteri, segala keputusan yang berhubungan dengan pendapatan isteri diatur oleh isteri itu sendiri.
Di bawah ini peneliti melakukan wawancara dengan informan yang bernama Mak Aris 40 tahun, dia bekerja sebagai aron selama 12 tahun. Setiap
hari senin sampai dengan hari sabtu dia akan bekerja di lahan pertanian masyarakat karo di desa ketaren maupun di luar desa ketaren seperti di desa Ligga
Julu. Kegiatan yang sering dilakukan oleh Mak Aris setiap melakukan pekerjaannya di ladang adalah membersihkan lahan pertanian yang mau ditanami
dengan tanaman baru, memanen sayur-sayuran dan lain-lain. Dari hasil bekerja, Mak Aris bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp.360.000minggunya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengatur segala urusan rumah tangga dan juga sebagai penopang perekonomian keluarga, mak Aris selalu
berusaha untuk dapat mengatur keungannya sebaik mungkin. Dari hasil pendapatan setiap hari bekerja, dia mampu mengatur keuangan sebaik mungkin
agar segala kebutuhan dapat terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
“Kalau saya selalu mengatur pendapatan saya dengan baik, yang mana merupakan kebutuhan yang paling utama dan penting itu
yang saya dahulukan. Apa lagi untuk kebutuhan anak sekolah, lebih baik saya memelikan buku-buku anak saya atau memberikan
mereka bimbingan belajar dari pada saya membeli pakaian saya. Saya itu paling bahagia kalau melihat anak saya makan enak, tidur
enak, sekolah lancar dan sukses. Ditambah lagi saya ingin juga nanti dihari tua saya tidak perlu capek-capek bekerja lagi karena
sudah ada tabyngan masa tua.” Wawancara dengan mak Aris di rumah ma Aris, 16 Maret 2014.
4.2 Fungsi Pendidikan pada Keluarga Aron Wanita