86
pengangkutan lebih dikarenakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, muatan barang yang berlebihan dalam pengangkutan dapat menunda
pengiriman barang sehingga mengakibatkan keterlambatan sampainya barang kepada penerima. Pihak pengirim atau penerima berupaya meminta ganti rugi
kepada perusahaan jasa pengiriman PCP atas kerugian tersebut.
78
C. Hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan atau kehilangan barang dalam Pengangkutan Laut
Pengangkutan dalam arti luas ini erat hubungannya dengan tanggungjawab pengangkutan apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugiankerusakan,
artinya tanggungjawab pengangkut mulai berjalan sejak barang dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dan alat pengangkut atau barang
dibongkar dari alat pengangkut atau diserahkan kepada penerima. Tanggungjawab dapat diketahui dari kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian
pengangkutan atau undang-undang pengangkutan. Kewajiban utama pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan.
79
Dalam hal perusahaan jasa pengurusan transportasi sebagai pengangkut, apabila terjadi kerusakan atas barang proses penuntutan ganti ruginya, apabila ada
klaim dari pihak pengirim shipper atau penerima barang. Perusahaan jasa pengurusan transportasi berkewajiban untuk mengurus proses ganti ruginya. Tetapi
sebelumnya ia akan menelurusi dimana kerusakan atau kehilangan barang itu terjadi. Tetapi perusahaan jasa pengurusan transportasi baru akan bertindak atas
adanya klaim tersebut, apabila klaim diajukan secara tertulis dengan disertai foto- foto dari barang. Tanpa ada klaim resmi, perusahaan jasa pengurusan transportasi
78
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
79
Ibid, hlm 41
Universitas Sumatera Utara
87
menganggap tidak ada klaim. Foto-foto dan hasil penelusuran tersebut akan dapat diketahui dimana dan kapan barang mengalami kerusakan, serta siapa yang paling
bertanggungjawab atas kerusakan barang tersebut. Apabila kerusakan barang itu terjadi pada saat pengepakan atau kesalahan cara pengepakan, maka dalam hal ini
yang paling bertanggungjawab adalah perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut EMKL. Demikian juga apabila kerusakan itu terjadi pada saat stuffing pemuatan
ke dalam container dan pengangkutan barang dari gudang pengirim shipper ke pelabuhan, maka yang bertanggungjawab juga perusahaan Ekpedisi Muatan Kapal
Laut EMKL. Demikian juga apabila kerusakan terjadi pada saat proses bongkar muat,
yang bertanggungjawab adalah perusahaan bongkar muat, yang biasanya juga perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut EMKL. Apabila kerusakan terjadi pada
saat barang ada di atas kapal, maka yang bertanggungjawab adalah perusahaan angkutan laut shipping line. Dan apabila kerusakan barang karena adanya
kesalahan atau ketidakberesan dalam melakukan fumigasi yang bertanggungjawab adalah perusahaan fumigasi. Dalam hal ini perusahaan jasa pengurusan transportasi
hanya mengusahakan adanya ganti rugi dari perusahaan yang bersangkutan, yang bertanggungjawab atas adanya kerusakan tersebut. Jadi disini dapat dikatakan,
bahwa perusahaan jasa pengurusan transportasi tidak mempunyai tanggungjawab sama sekali atas kerusakan barang milik pengirim shipper atu penerima barang.
Dia hanya bertanggung jawab untuk mengusahakan adanya ganti rugi dari perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.
Akan tetapi apabila dikaitkan degan Bill of Lading yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa pengurusan transportasi yaitu House Bill of Lading, dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
88
perusahaan jasa pengurusan transportasi dianggap sebagai pengangkut yang tidak mempunyai kapal, maka tanggungjawab perusahaan jasa pengurusan transportasi
hanya sebatas ongkos pengangkutan yang telah dibayarkan kepadanya. Dalam pelaksanaan kegiatan pengurusan barang ekspor dan impor tersebut tentunya tidak
lepas dari hal-hal yang menyebabkan kerusakankehilangan barang, sehingga kelancaran pengurusan barang impor tersebut kurang efektif dan efisien. Adapun
faktor penyebab antara lain: 1
Birokrasi yang panjang dalam pengurusan dokumen untuk mengambil barang ekspor dan impor dari kawasan pabean, sehingga proses pengiriman barang
mangalami keterlambatan. 2
penambahan Free time demurage oleh consignee pada CV. Camar Indah, untuk mendapatkan waktu yang lebih untuk cargo yang masih berada di Container
Yard. 3
CV. Camar Indah adalah forwading murni jadi tidak memiliki divisi EMKL Ekspedisi Muatan Kapal Laut, dimana menghambat penanganan impor.
80
Bill of Lading adalah dokumen yang secara nyata menunjukkan nama pengangkut ditandatangani oleh pengangkutagen yang ditunjuk atas nama
pengangkut, menunjukkan bahwa barang sudah dimuat di atas kapal dengan tanggal penerbitan.
81
Bill of lading merupakan pemberitahuan kedatangan kapal dari luar negeri menuju ke Indonesia. Kemudian memberikan dokumen PIB Pemberitahuan Impor
Barang, dan dokumen tersebut ke bea cukai agar barang tersebut dapat diambil oleh CV Camar Indah setelah barang tersebut diambil oleh CV Camar Indah,
80
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
81
Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Op.Cit, hlm 162
Universitas Sumatera Utara
89
setelah itu datang pemberitahuan oleh bea cukai berupa Packing List dan invoice gunanya untuk mengetahui Pajak yang dikenakan di CV Camar Indah.
Pengangkut bertanggungjawab terhadap segala perbuatan mereka yang dipekerjakan untuk kepentingan pengangkutan dan terhadap segala alat yang
digunakan pada pengangkutan pasal 468 KUHD. Namun, pengangkut hanya bertanggungjawab terhadap pencurian dan kehilangan emas, perak, permata, dan
barang berharga lainnya, uang dan surat berharga serta terhadap kerusakan barang berharga yang mudah rusak apabila sifat dan harga barang-barang tersebut
diberitahukan kepada pengangkut sebelum atau pada saat penerimaan pasal 469 KUHD.
Untuk memperjelas proses di atas maka sebagai contoh kasus CV. Camar Indah adalah sebagai berikut : Importir dan Eksportir pada saat stuffing Ia
mendeklarasikan jumlah yang dimuat adalah 15 bale dengan per bale 400pcs kemudian setelah dimuat didalam kontainer maka kontainer kemudian diseal dan
diangkut dengan trucking ke container yard pelabuhan muat seterusnya sampai kontainer tersebut dibongkar di gudang consignee atau jika shipment dari shipper
adalah LCL muatan Less than container load dimana konsolidasi di CFS Container Freight Station maka ada kemungkinan proses transhipment dimana
kargo akan destuffing dan direstuffing lagi ke kontainer baru sesuai dengan tujuandestination dari kargo tersebut sehingga potensi terjadinya kehilangan kargo
ada pada proses destuffing dan restuffing tersebut. Apabila ketika dilakukan destuffing di gudang consignee atau CFS pelabuhan bongkar jumlah barang
berkurang tidak seperti yang dideklarasikan misalnya hilang 3 bale maka timbullah hak tuntutan ganti rugi dari importir atau penerima barang. Dan harus diperoleh
Universitas Sumatera Utara
90
bukti dalam kondisi seperti apakah seal kontainer tersebut beralih dari satu pihak ke pihak lainnya. Apabila kondisi seal dalam penguasaan pihak trucking dalam
keadaan sudah rusak kemudian diadakan survey ternyata jumlah barang berkurang maka tanggung jawab ada pada pihak trucking tersebut. Sehingga pada saat proses
peralihan kargo adalah saat yang sangat penting untuk memeriksa kondisi seal, apabila kondisi seal rusak atau diganti dengan seal baru atau ada sesuatu yang tidak
wajar segera dilakukan pemeriksaan dan atau survey sebelum beralih ke pihak berikutnya. Rusaknya seal bisa disebabkan karena rough handling terhadap
kontainer dan biasanya kargo masih dalam jumlah yang utuh. Apabila rusaknya seal adalah karena tindak pencurian pilferage maka jumlah kargo akan berkurang.
Jika kondisi seal masih dalam keadaan utuh dari gudang shipper sampai gudang consignee akan tetapi ketika kargo dibongkar di gudang consignee atau CFS
ternyata jumlah kargo berkurang. Hal tersebut adalah sulit untuk menentukan pihak yang bertanggung jawab, akan tetapi terhadap hal tersebut ada kemungkinan
bahwa jumlah barang yang tidak sesuai antara yang dideklarsasikan shipper dengan yang diterima oleh consignee adalah karena kesengajaan dan atau kelalaian
dari shipper di dalam menghitung jumlah barang yang ia muat ke dalam kontainer.
82
Tidak disiplin ini waktu jelas merugikan semua pihak, pengangkut dibebani biaya pelayaran karena waktu berlayar makin lama, pengirim barang banyak
kehilangan waktu karena terlambat tiba di pelabuhan tujuan yang juga bermuara pada biaya makin meningkat. Tidak disiplin muatan juga merupakan hambatan
bagi pengangkutan perairan. Setiap kapal telah ditetapkan kapasitas maksimumnya
82
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
91
sesuai dengan hasil uji keselamatan layak laut. Ketentuan ini sering dilanggar oleh pengangkut yang tidak disiplin.
83
D. Pembayaran Ganti Rugi pihak pengangkut terhadap kerusakan atau kehilangan barang dalam pengangkutan laut oleh CV. Camar Indah
Masalah tanggung jawab dalam pengangkutan barang melalui laut merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut masalah kepada siapa dan
mengapa tanggung jawab pelaksanaan penyelenggaraan pengangkutan harus dibebankan. Tanggung jawab pada hakekatnya terdiri dari 2 dua aspek yaitu
tanggungjawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya responsibility dan tanggungjawab ganti-rugi liability yaitu kewajiban untuk
memberikan ganti-rugi kepada pihak yang dirugikan. Dalam hukum maritim, tanggung jawab ganti-rugi dapat timbul karena
cedera janji kontraktual, atau karena perbuatan melanggar hukum atau dapat pula karena adanya per-undang-undang yang mewajibkan, seperti dalam hal pemberian
pertolongan salvage, kerugian laut average, pengangkutan kerangka kapal. Tanggung jawab ganti-rugi dalam pengangkutan laut karena perbuatan yang
menimbulkan kerugian pada seseorang atau barang orang lain, umumnya didasarkan pada adanya kesalahan fault. Pada tanggung jawab ganti-rugi yang
timbul karena peraturan per-undangundangan seperti dikemukakan diatas, tidak diperlukan adanya unsur kesalahan disebut strict atau objective liability.
Pada perbuatan cedera janji, dalam rangka suatu perjanjian yang dipermasalahkan adalah dalam hal apa pengangkut dapat dipertanggungjawabkan,
dan dalam hal apa ia tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga masalah tanggung jawab dalam pengangkutan laut terfokus pada masalah tanggungjawab
pengangkut. Dalam hal pengangkut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum pihak pengirim baranglah yang harus beranggungjawab. Dengan demikian
83
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm 190-191
Universitas Sumatera Utara
92
maka pengirim barangpun mempunyai sesuatu tanggungjawab atas barang yang dikirimnyadiangkut oleh pengangkut.
84
Pihak ekspeditur juga telah bekerjasama dengan perusahaan CV. Camar Indah untuk memberikan ganti rugi apabila terjadi kerugian seperti kerusakan
barang baik seluruh atau sebagian dan kehilangan pada barang yang akan dikirim. Pembayaran ganti rugi ini sangat penting karena akan terjadi pengalihan risiko dari
pihak penyedia jasa kepada pihak perusahaan jasa. Pasal 88 KUHD menyatakan bahwa : “ia ekspeditur juga harus
menanggung kerusakan atau kehilangan barang-barang dagangan dan barang- barang sesudah pengirimannya dibebankan oleh kesalahan atau kelalaiannya”.
Jadi, apabila barang-barang yang telah dikirim mengalami kerusakan, dan dapat dibuktikan terdapat kesalahan atau kelalaian pihak ekspeditur ketika barang masih
berada pada pihak ekspeditur, maka pihak ekspeditur dapat dituntut untuk mengganti kerugian yang terjadi.
85
Didalam tanggung jawab pengangkut atas kerusakan barang tersebut diwujudkan melalui pemberian ganti rugi, seperti yang tercantum dalam pasal 472
KUHD sebagaimana yang disebutkan bahwa : “Ganti rugi yang harus dibayar oleh si pengangkut karena diserahkannnya barang seluruhnya atau sebagian, harus
dihitung menurut harganya barang dan jenis dan keadaan yang sama di tempat Berhubungan dengan
tanggung jawab ekspeditur tersebut, ada baiknya jika ekspeditur melakukan pendaftaran dan mencatat tentang jenis dan banyaknya barang-barang yang
diterima untuk diangkut serta harga barang tersebut dalam suatu daftar harian jurnal seperti yang disebutkan dalam pasal 86 ayat 2 KUHD.
84
M.Husseyn Umar, Hukum Maritim Dan Masalah-Masalah Pelayaran Di Indonesia, Buku 2, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 2001, hlm 179
85
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
93
penyerahan pada saat barang tadi sedianya harus diserahkannya, dengan dipotong apa yang telah terhemat dalam soal bea, biaya dan upah pengangkutan, karena
tidak diserahkannya barang tadi.” Pihak yang bersangkutan dapat mengajukan klaim secara resmi dan tertulis
kepada pihak pengangkut dengan dibuktikannya dokumen-dokumen yang sah, tetapi biasanya penyelesaian klaim didasarkan pada asas kekeluargaan dan
musyawarah. Namun dalam hal ini, juga tidak menutup kemungkinan penggantian ganti rugi dapat berupa perbaikan terhadap barang-barang yang mengalami
kerusakan sehingga dapat dianggap bahwa pihak pengangkut telah melakukan pembayaran ganti rugi.
86
Mengenai ketentuan tanggungjawab ganti rugi dalam The Hague Rules tidak terdapat secara eksplisit. Namun pasal II Hague Rules mengantisipasi tentang
kemungkinan kehilangan atau kerusakan barang sedangkan dalam Hague Visby Rules berdasarkan protokol brussel 1968perubahan atas Hague Rules terdapat
suatu ketentuan Pasal IV bis yang menegaskan secara eksplisit bahwa ketentuan- ketentuan mengenai batas tanggungjawab ganti rugi berlaku dalam hal adanya
tuntutan ganti rugi terhadap pengangkut mengenai kehilangan atau kerusakan suatu barang tanpa mengindahkan bahwa gugatan tersebut didasarkan pada suatu kontrak
atau perbuatan melawan hukum. Azaz tanggungjawab ganti rugi yang dianut pada hakekatnya adalah bahwa tanggung jawab ganti rugi timbul jika terdapat unsur
kesalahan yang menimbulkan ganti rugi.
87
Pihak pengangkut juga harus bertanggungjawab atas kerugian yang timbul dari keterlambatan pengangkut, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan
86
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
87
Hasim Purba, Op.Cit, hlm 106-107
Universitas Sumatera Utara
94
bahwa keterlambatan pengangkutan itu disebabkan karena suatu peristiwa yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindarkannya.
88
Jika sisa jumlah waktu prorata tidak mencukupi untuk kegiatan antri dan bongkar, maka penyewa Kapal harus memberikan pembayaran jaminan demurrage
selama 3 Tiga hari. Pemilik kapal berhak menahan cargo untuk tidak dibongkar sebelum menerima pembayaran demurrage tersebut. Dan jumlah waktu yang tersita
untuk menunggu pembayaran tersebut dan biaya-biaya lain yang timbul akan ditanggung oleh Pihak Penyewa Kapal. Apabila kapal masih melakukan kegiatan
muat dan sudah masuk ke dalam hitungan demurrage waktu prorata telah habis, maka biaya demurrage yang timbul harus dibayar per harinya sesuai dengan denda
keterlambatan yang telah disepakati. Pembayaran demurrage harus diselesaikan sebelum kapal tiba ditempat tujuan dan atau sebelum kapal sandar, demurrage
diberlakukan pada setiap penambahan Time Sheet diluar batas waktu muat dan bongkar termasuk idle time untuk antri muatbongkar.
89
88
Ibid, hlm 40
89
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
Namun bagi pemilik pengirim barang penyelenggaraan pengangkutan pada hakekatnya dilihat sebagai suatu paket kegiatan. Oleh karena itu ada
kecenderungan bahwa pemilikpengirim barang menyerahkan pengiriman yaitu pengangkutan barangnya, dengan menggunakan jasa perusahaan ekspedisi freight
forwarder. Tuntutan klaim atas kehilangan atau kerusakan barang biasanya berkisar sekitar masalah apakah terjadinya peristiwa kehilangan atau kerusakan tersebut
ketika barang berada di atas kapal atau di terminal, yaitu sebelum barang di muat atau setelah barang di bongkar.
Universitas Sumatera Utara
95
Pertanggungjawaban CV. Camar Indah
dalam penyelenggaraan pengangkutan barang dalam hal ini adalah sejak barang diterima sampai barang
tersebut tiba ditempat tujuan dengan selamat, dan diwajibkan untuk mengganti kerugian apabila barang yang diangkut tersebut rusak ataupun hilang apabila
kesalahan memang disebabkan oleh kelalaian pihak pengangkut. Bentuk kerugian yang diberikan oleh CV. Camar Indah ganti rugi di hitung berdasarkan pada harga
yang di muat dalam surat muatan atau harga pasar dari barang itu di tempat tujuan pada hari tibanya kapal.
90
Didalam clause shipper, load, count and seal maka Pelayaran membebaskan diri dari tanggung jawab tersebut termasuk didalamnya karena pihak
pelayaran tidak mengetahui tentang tanda-tanda dan jumlah, jenis pengepakan, kualitas, kuantitas, ukuran, berat, sifat dst dari kargo tersebut. Pihak pelayaran
sebagai pengangkut hanya mengetahui dan mengakui telah menerima sejumlah barang dari pengirim, dalam keadaan baik dilihat dari luar in apperant good order
and condition sesuai jumlah partai kemasan barang yang dimuat ke atas kapal atau Dalam proses pembayaran ganti rugi selalu didahului dengan proses
pembuktian yang panjang yang membutuhkan waktu yang lama karena kendala- kendala yang menyangkut kejadianya telah berlangsung lama, perbedaan tempat
dengan jarak yang cukup jauh antara barang asal dan barang tujuan sehingga untuk komunikasinya juga membutuhkan waktu yang lama, instansi orang yang terlibat
juga cukup banyak, sehingga sering kali pada akhirnya mereka lebih memilih win- win solution dengan jalan damai yang artinya melihat dari sisi kepentingan bisnis
dari pada dari sisi hukum.
90
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
96
sejumlah kontanier yang ia terima seperti yang disebutkan di dalam bill of lading, dimana pengangkut secara nyata tidak mengetahui isi yang sebenarnya dari barang
dalam kemasan Prima Facie Evidence. Sehingga terhadap tuntutan ganti rugi hilangnya atau berkurangnya barang pihak pelayaran tidak bertanggung jawab
kecuali dapat dibuktikan bahwa barang hilang atau berkurang jumlahnya karena kesengajaan dan atau kelalaian pihak pelayaran ketika barang tersebut dalam
penguasaannya Carrier’s care and custody.
91
Besarnya jumlah ganti rugi dihitung berdasarkan pada harga yang dimuat dalam surat muatan atau harga pasar dari barang itu ditempat tujuan pada hari
tibanya kapal, dengan memperhatikan tinggi rendahnya harga barang yang dinyatakan dalam surat muatan dan harga pasar dari barang di pelabuhan tujuan
dikurangi ongkos pengangkutan dan pajak, bea dan biaya-biaya lainya. Pemilik kapal menerima ganti rugi sebesar 25 dari total nilai kontrak satu shipment ini
ditambah jumlah hari tunggu dikalikan biaya demurrage per hari dan ditambah jumlah biaya mobilisasi kapal dan agen kapal. Denda keterlambatan sebesar
Rp.25.000.000 dua puluh lima juta rupiah per hari.
92
Apabila pengangkut telah terbukti bersalah dalam kerusakankerugian barang tersebut maka pengangkut melakukan penggantian jumlah uang ganti rugi
yang ditentukan atas peraturan yang tercantum pada konosemen. Namun, apabila tidak adanya keterangan harga barang di tempat tujuan, maka pengangkut akan
mengganti kerugian atas dasar harga f.o.b, harga C F dan harga c.i.f.
93
91
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
92
Wawancara dengan Muhammad Taufik Bidang Staf Bagian Import CV. Camar Indah Medan Tanggal 20 Februari 2014
93
Sendy Anantyo, Pengangkutan Melalui Laut, Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Halaman 1-7, Online di http:ejournal-s1.undip.ac.idindex.phpdlr,
diakses tanggal 17 Februari 2014
Universitas Sumatera Utara
97
BAB V PENUTUP