commit to user 13
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, dan terkait dengan topik bahasan yaitu seperti; 8.
Rancangan peraturan perUndang-Undangan 9.
Hasil karya ilmiah para sarjana 10.
Hasil-hasil penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum
sekunder berupa jurnal-jurnal ilmiah dari Jurnal Legislasi Indonesia, dan Jurnal Konstitusi.
Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, dan terkait dengan topik bahasan yaitu bahan dari media internet, kamus besar bahasa Indonesia,
ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan dokumentasi atau disebut juga studi pustaka terhadap
data sekunder berupa peraturan perundangan, artikel maupun dokumen lain yang dibutuhkan untuk kemudian dikategorisasi menurut
pengelompokan yang tepat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan
menyusun data yang diperlukan.
7. Teknik Analisis Data
Analsis data
merupakan langkah
selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses
pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data Lexy J. Moleong, 1993:175.
commit to user 14
Dalam buku Moleong dikemukakan rumusan beberapa pakar tentang teknik analasis data ini, diantaranya : Barelson mendefinisikan
kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif, sistemeik dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi.
Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat presosedur untuk menarik kesimpulan yang
sahih dari sebuah buku atau dokumen. Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krippendorff, yaitu kajian isi adalah teknik penelitian yang
dimnfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikastif dan sahih dari data atas konteksnya Lexy J. Moleong, 19893:179. Oleh sebab itu
analisis data yang dipergunakan adalah analisis isi atau content analysis. Karena
content analysis berpijak pada tiga syarat, yaitu: objektifitas, pendekatan sistemtis, dan generlisasi. Analisis isi
berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategori isi haruslah menyajikan generalisasi,
artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoritis. Sehingga dalam penulisan ini penulis ingin mengkaji isi Undang-Undanga Nomor 2
Tahun 2008 berkaitan dengan syarat dan mekanisme pendirian partai politik yang dikaitkan dengan kebebasan berserikat dan berorganisasi yang
diatur Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberi gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai penulisan hukum ini, maka berikut ini kami sajikan sistematika:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab iini akan diuraikan mengenai pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang masalah, Perumusan masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat penelitian, Metode penelitian serta Sistematika penulisan hukum.
commit to user 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan sub bab mengenai tinjauan umum tentang Tentang Demokrasi yang membahas mengenai
Pengertian dan hakikat demokrasi, Unsur-unsur penegak demokrasi serta Model-model demokrasi. Dijelaskan juga
mengenai Teori konstitusi dan Konstitusionalisme yang membahas masalah Teori Konstitusi, Substansi Konstitusi dan
juga Teori konstitusionalisme. Juga dijelaskan tentang pemilihan umum, lembaga-lembaga yang terlibat serta kedudukan UU No.
10 tahun 2008 dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia. Sub bab berikutnya menjelaskan tentang Tinjauan mengenai Partai
Politik, Pengertian Partai Politik, Fungsi Partai Politik, Klasifikasi Partai Politik, Sistem Kepartaian, Suprastruktur dan
Infrasturktur partai politik baik pengertian, peranan maupun keberadaannya serta dibahas juga tentang Kebebasan Berserikat
yang membahas tentang pengertian Kebebasan Bersuyarat, Instrumen Internasional serta Hakekat Kebebasan Bersyarat
serta Compeled Association dan bagian terakhir adalah
Kerangka Pemikiran.
BAB III : HASIL PENMELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan sub bab tentang : syarat dan
mekanisme pendirian partai politik menurut undang-ungdang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang
republik indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik serta syarat dan mekanisme pendirian partai politik tersebut
sudah memenuhi prinsip hak atas kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi.
BAB IV : PENUTUP
commit to user 16
Dalam bab ini disampaikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, disertai pula dengan saran serta
pendapat penulis.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Tentang Demokrasi
a. Pengertian dan Hakikat Demokrasi
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa etimologis dan istilah terminologis. Secara etimologis, demokrasi
berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu demos yang berarti rakyat, dan cratoscratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat disimpulkan sebagai pemerintahan rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan
suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat kekuasaan warga negara atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut. Sedangkan pengertian demokrasi bila ditinjau dari terminologis Azyumardi Azra, 2000 : 110, sebagaimana dikemukakan
beberapa para ahli, misalnya : 1
Joseph A. Schmeter, bahwa demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana
individuindividu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
2 Sidney Hook, bahwa demokrasi merupakan bentuk pemerintahan
dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
3 Phillipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl yang menyatakan bahwa
demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang
telah terpilih.
4 Henry B. Mayo, bahwa demokrasi merupakan suatu sistem politik
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.
commit to user 18
5 Affan Gaffar, bahwa demokrasi terbagi dalam dua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif, ialah demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh suatu negara, dan pemaknaan secara
empirik, yaitu demokrasi dalam perwujudannya pada dunia politik praktis.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian dasar bahwa demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan dimana kekuasaan berada di tangan rakyat. Hal ini mengandung tiga unsur yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa
pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang mendapat pengakuan dan didukung oleh rakyat. Legitimasi suatu pemerintahan
sangat penting karena dengan legitimasi tersebut, pemerintahan yang berdaulat dapat menjalankan pemerintahannya serta program-program
sebagai wujud dari amanat dari rakyat yang diberikan kepadanya. Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa pemerintah yang
mendapat legitimasi amanat dari rakyat sudah seharusnya untuk tunduk pada pengawasan rakyat social control. Dengan adanya control
tersebut, maka dapat sebagai tindakan preventif mengantisipasi ambisi keotoriteran para pejabat pemerintah.
Pemerintahan untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan dari dan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan
untuk kepentingan rakyat. Oleh karena itu, perlu adanya kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat
yang perlu diakomodir yang kemudian di follow-up melaluipengeluaran kebijakan maupun melalui pelaksanaan program kerja pemerintah.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara eksekutif, yudikatif dan
legislatif untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas independen dan berada dalam peringkat yang sejajar satu
sama lain. Independensi dan kesejajaran dari ketiga jenis lembaga
commit to user 19
negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and
balances. Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti
hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan
rakyat memilih sendiri secara langsung hanyalah sedikit dari sekian banyak makna kedaulatan rakyat. Walaupun perannya dalam sistem
demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir paradigma lama dari
sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil.
Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji
mampu membangun negara.
b. Unsur-unsur penegak demokrasi
Karena sangat pentingnya demokrasi, maka perlu adanya faktor-faktor untuk menegakkkan demokrasi itu sendiri Azyumardi
Azra, 2000 : 117 – 121. Ada empat faktor utama yaitu : 1 Negara hukum rechtsstaat dan rule of law
Konsep rechtsstaat adalah adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia HAM, adanya pemisahan dan pembagian
kekuasaan pada lembaga negara, pemerintahan berdasarkan peraturan, serta adanya peradilan administrasi. Sedangkan konsep
dari rule of law yaitu adanya supremasi aturan-aturan hukum, adanya kedudukan yang sama di muka hukum equality before the
law, serta adanya jaminan perlindungan HAM.
commit to user 20
Berdasarkan dua pandangan di atas, maka dapat ditarik suatu konsep pokok dari negara hukum yaitu adanya jaminan
perlindungan terhadap HAM, adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, adanya pemisahan dan pembagian
kekuasaan negara, dan adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.
2 Masyarakat madani
Masyarakat madani dicirikan dengan masyarakat yang terbuka, yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara,
masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif, serta masyarakat yang egaliter. Masyarakat yang seperti ini merupakan elemen yang
sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Demokrasi yang terbentuk kemudian dapat dianggap sebagai hasil dinamika
masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi. Selain itu, demokrasi merupakan pandangan mengenai masyarakat dalam
kaitan dengan pengungkapan kehendak, adanya perbedaan pandangan, adanya keragaman dan konsensus.
3 Infrastruktur
Infrastruktur politik yang dimaksud terdiri dari partai politik parpol, kelompok gerakan, serta kelompok kepentingan
atau kelompok penekan. Partai politik merupakan suatu wadah struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam
mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Kelompok gerakan lebih dikenal dengan organisasi masyarakat, yang merupakan
sekelompok orang yang berhimpun dalam satu wadah organisasi yang berorientasi pada pemberdayaan warganya. Sedangkan
kelompok kepentingan atau penekan adalah sekumpulan orang dalam suatu wadah organisasi yang didasarkan pada kriteria
profesionalitas dan keilmuan tertentu.
commit to user 21
Dikaitkan dengan demokrasi, menurut Miriam Budiardjo, parpol memiliki empat fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi
politik, sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai recruitment kader dan anggota politik, serta sebagai sarana pengatur konflik.
Keempat fungsi tersebut merupakan pengejawantahan dari nilainilai demokrasi, yaitu adanya partisipasi serta kontrol rakyat
melalui parpol. Sedangkan kelompok gerakan dan kelompok kepentingan merupakan perwujudan adanya kebebasan
berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat, dan melakukan oposisi terhadap negara dan pemerintah.
4 Model-model demokrasi
Model-model demokrasi antara lain : a
Demokrasi liberal, yaitu pemerintahan yang dibatasi Undang- Undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan
dalam waktu yang ajeg.
b Demokrasi terpimpin, yaitu dimana para pemimpin percaya
bahwa segala tindakan mereka dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai “kendaraan”
untuk menduduki kekuasaaan.
c Demokrasi Pancasila, adalah dimana kedaulatan rakyat
sebagai inti dari demokrasi. Karenanya, rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Begitu pula
partisipasi politik yang sama semua rakyat. Untuk itu, Pemerintah patut memberikan perlindungan dan jaminan bagi
warga negara dalam menjalankan hak politik.
d Demokrasi sosial, adalah demokrasi yang menaruh kepedulian
pada keadilan sosial dan egaliterianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan publik.
e Demokrasi langsung, yang mana lembaga legislatif hanya
berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan pemilihan pejabat eksekutif dan legislatif melalui
pemilihan umum oleh rakyat secara langsung.
f Demokrasi tidak langsung, yang mana lembaga parlemen
dituntut kepekaan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan
pemerintah dan negara. Hal ini berarti rakyat tidak secara langsung berhadapan dengan pemerintahAzyumardi Azra,
2000 : 134.
commit to user 22
2. Teori Konstitusi dan Konstitusionalisme a.
Teori Konstitusi
Istilah konstitusi telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, hanya saja konstitusi itu masih diartikan materiil karena konstitusi
itu belum diletakkan dalam suatu naskah yang tertulis. Hal Ini terbukti faham Aristoteles yang membedakan istilah politea dan
nomoi. Politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah Undang-Undang biasa. Perbedaan di antara dua istilah
tersebut yaitu bahwa politea mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari pada nomoi, karena politea mempunyai kekuasaan
membentuk sedangkan pada nomoi kekuasaan itu tidak ada Jimly Asshiddiqie, 2006 : 90.
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer” Perancis atau membentuk. Yang
dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal permulaan dari segala peraturan perUndang-
Undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu Undang-Undang yang menjadi
dasar ground dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-Undang Dasar. Undang Undang Dasar
Konstitusi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, baik tertulis maupun tidak tertulis. Pembatasan ini adalah kutipan dari alinea
pertama Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Undang-Undang Dasar suatu negara hanya sebagian dari
hukum dasar negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis sedang disamping Undang-Undang Dasar itu
berlaku juga hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggraan negara, meskipun tidak tertulis”.
Pada prinsipnya hukum Tata Negara merupakan hasil tejemahan dari kata ”Constitusional Law”. Secara harafiah berarti
commit to user 23
Hukum Konstitusi. Menurut Wiryono Projodikoro: ”Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis ”constituter” yang berarti
membentuk. Dalam hubunganya dalam kehidupan ketatanegaraan istilah konstitusi mengandung maksud pembentukan suatu negara
atau menyusun dan menyatakan negara” B.Hestu Cipto H, 2003: 33.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang dasar dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki
konstitusi tertulis atau Undang-Undang dasar. Kerajaan Inggris biasa disebut sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki
satu naskah Undang-Undang dasar sebagai konstitusi tertulis. Oleh sebab itu, disamping karena adanya negara yang dikenal
sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki konstitusi tertulis, nilai-nilai dan norma-norma yang hidup dalam praktek
penyelenggaraan negara juga diakui hukum dasar dan tercakup pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas. Karena itu,
undangundang dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai
konvensi ketatanegaraan dalam praktek ketatanegaraan sehari- hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar
droit constitusionnel suatu negara Jimli Asshiddiqie, 2006: 35.
Berlakunya konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang
dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika
yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Oleh para ahli
disebut sebagai ”constituent power” yang merupakan kewenangan yang ada diluar dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya. Di
commit to user 24
lingkungan negara-negara demokrasi rakyatlah yang dianggap menentukan suatu konstitusi.
Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan lebih tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi
itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan
perundangundangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang
tingkatnnya berada dibawah Undang-Undang dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan ini tidak boleh
bertentanggan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut Jimli Asshiddiqie, 2006: 21-23.
b. Substansi Konstitusi
Prinsip negara hukum demokrasi sudah menjadi paradigma teori ketatanegaraan yang tidak terbantahkan. Dalam dataran
paham konstitusionalisme Indonesia, prinsip semacam ini juga telah ditegaskan secara eksplisit didalam Undang-Undang dasar
1945 sebelum dan sesudah amandemen. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah menghendaki adanya pelindungan terhadap hak
asasi manusia, pemisahan kekuasaan, legalitas pemerintahan dan peradilan yang bebas. Oleh sebab itulah dalam konteks untuk
memberikan isi atau muatan konstitusi Indonesia, unsur-unsur yang harus dipergunakan adalah terjaminya perlindungan hak asasi
manusia yang meliputi hak asasi manusia dalam aspek individu klasik maupun aspek sosial politik Ham modern.
Hal ini memberikan indikasi bahwa persoalan perlindungan hak asasi manusia disamping dituangkan didalam konstitusi
sifatnya adalah pokok-pokok yang harus menjadi dasar pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia. Sedangkan yang
dituangkan dalam Undang-Undang adalah perlindungan hak asasi
commit to user 25
manusia yang sifatnya lebih terperinci, termasuk didalamnya mekanisme pelaksanaan untuk melakukan penegakan hukumnya
B.Hestu Cipto H, 2003: 41.
c. Teori Konstitusionalisme
Walton H . Hamilton memulai artikel yang ditulisnya dengan judul Constitusionalism yang menjadi entri dalam Encyclopedia Of
Social Scienses tahun 1930 dengan kalimat: ”Constitusionalism is the name given to the trust which men repose in the power of words
engrossed on parchement to keep a goverment in order”. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan
yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana
mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon
perkembangan peran relative kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia Walton H. Hamilton dalam bukunya Jimly
Asshiddiqie, 2006: 19. Konstitusionalisme dizaman sekarang dianggap sebagai
konsep yang niscaya bagi setiap negara modern. Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan
consensus diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara. Organisasi negara diperlukan
oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi dan dipromosikan melalui pembentukan dan
penggunaan mekanisme yang disebut nagara. Kata kunci consensus atau general agremeent. Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka
runtuh pula legitimasi kekuasaan yang bersangkutan dan pada giliranya perang saudara civil war atau revolusi dapat terjadi.
Sebagai contoh tiga peristiwa besar dalam sejarah umat manusia, yaitu revolusi penting yang terjadi di Perancis tahun 1789, di
commit to user 26
Amerika pada tahun 1776 dan Rusia pada tahun 1917, ataupun di Indonesia pada tahun 1945, 1965 dan 1998.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme dizaman modern pada umumnya dipahami bersandar pada tiga
elemen kesepakatan consensus, yaitu Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of government, Serta kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan
atau penyelenggara negara the basis of government, dan Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan
prosedurprosedur ketatanegaraan the form of institusion of prosedures
Kesepakatan consensus pertama adalah berkaitan dengan cita-cita bersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan
konstitusionalisme suatu negara. Kesepakatan kedua adalah basis pemerintah didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi yang
sangat prinsipil, dalam suatu negara ada keyakinan bahwa adapun yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan negara harus
didasarkan atas rule of the game yang ditentukan bersama yang dipelopori oleh A.V.Dicey, sarjana Inggris. Di Amerika Serikat
dikembangkan sebagai jargon, yaitu “The Rule Of law, and not of Man” pengertian hukumlah yang sebenarnya memerintah atau
memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang. ”The rule of law” berbeda dengan istilah ”The Rule by
Law”. Kedudukan hukum digambarkan bersifat instrumentalis atau alat, sedangkan kepemimpinan tetap ditangan orang atau
pemimpin. Hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem yang puncaknya terdapat pengertian hukum dasar yaitu konstitusi,
baik dalam naskah tertulis maupun tidak tertulis. Kita kenal adanya constitusional state yang merupakan ciri penting negara demokrasi
modern. Kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting
commit to user 27
sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan sesuatu yang didasarkan atas hukum, tanpa ada
konsensus seperti itu konstitusi tidak akan berguna karena hanya berfungsi sebagai kertas atau dokumen yang mati, hanya bernilai
sematik dan tidak berfungsi atau tidak dapat difungsikan sebagai mana mestinya.
Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan bangunan organ negara atau prosedur yang berkaitan dengan kekuasaan,
hubungan antar organ negara satu dengan yang lain, serta hubungan antar organ negara dengan warga negara. Dengan
adanya kesepakatan itu maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan kerena benarbenar menceminkan keinginan bersama
berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang dikembangkan dalam kerangka kehidupan
negara konstitusi. Konstitusi tidak sama dengan Undang-Undang yang dapat dengan mudah diubah. Prinsip konstitusionalisme
modern menyangkut mengenai pembatasan kekuasaan. Konstitusionalisme modern mengatur dua hubungan yang saling
berkaitan satu sama lain, yaitu hubungan pemerintah dengan warga negara, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu
dengan lembaga pemerintahan yang lain. Fungsi konstitusi yang sangat penting baik dalam akademis atau dalam praktek antara
lain: 1
Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai suatu fungsi konstitusionalisme.
2 Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan.
3 Sebagai instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari
pemegang kekuasaan asal baik dari rakyat dalam sistem demokrasi atau Raja dalam sistem Monarki kepada
organorgan kekuasaan negara.
commit to user 28
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa konstitusi dapat pula difungsikan sebagai sarana kontrol politik, sosial,
danekonomi dimasa depan, dan sebagai sarana perekayasa politik, sosial dan ekonomi menuju masa depan, fungsi konstitusi antara
lain: 1
Sebagai fungsi penentu dan pembatas organ negara. 2
Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. 3
Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
4 Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan
negara ataupun kegiatan penyelenggaran kekuasaan negara. 5
Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli yang dalam sistem demokrasi adalah
rakyat kepada organ negara.
6 Fungsi simbolik sebagai pemersatu symbol of unity.
7 Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan identity of nation. 8
Fungsi simbolik sebagai pusat upacara center of ceremony. 9
Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat social control, baik dalam arti sempit dalam bidang politik maupun
dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
10 Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaharuan
masyarakat social engineering atau social reform, baik dalam arti sempit maupun luas Jimli Ashhiddiqie, 2006: 40.
3. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Umum a. Pengertian Tentang Pemilu