PETA KONSEP KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar PETA KONSEP KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar PETA KONSEP KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar PETA KONSEP Peralatan Benda Uji Proses Pengujian

B. PETA KONSEP

2

C. MATERI PEMBELAJARAN

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yangmenyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku. Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh. Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri konstruksi. .Menurut buku OSHA 29 CFR, tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran. Perlindungan juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya. Gambar 1.1. landasan untuk berpijak tidak kuat Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung kepala. Adapun Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi yaitu : - Memiliki masa kerja terbatas - Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar 3 - Melibatkan banyak tenaga kerja kasar labour yang berpendidikan relatif rendah - Memiliki intensitas kerja yang tinggi - Bersifat multidisiplin dan multi crafts - Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan kondisinya - Memerlukan mobilisasi yang tinggi peralatan, material dan tenaga kerja - Dasar Hukum:UU No. 132003 : Ketenagakerjaan - UU No. 11970 : Keselamatan Kerja Pelaksanaan suatu proyek konstruksi banyak menggunakan tenaga kerja manusia dan dalam setiap kegiatan pekerjaan konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik pekerja serta area kerja yang terbuka, seperti iklim, cuaca. dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi sangat rawan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Masalah keselamatan kerja di Indonesia telah lama mendapat perhatian dan dukungan dari Pemerintah sejak ditetapkannya Undang-Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970. Bahkan sejak tahun 1993, keselamatan kerja telah ditingkatkan untuk mencapai kecelakaan nihil zero accident pada setiap proses produksi. Sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah mengenai keselamatan kerja, perusahaan kontraktor wajib mengimplementasikan Program Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja K3 pada setiap proyek konstruksi yang dikerjakannya. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 secara utuh dapat meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Namun, pada kenyataannya masih banyak hambatan yang sering dihadapi, baik dari pihak kontraktor maupun dari pihak pekerja. Di kalangan pekerja, banyak pekerja konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja oleh karena faktor perilaku tindakan tidak aman unsafe action dalam bekerja oleh karena kurangnya pengetahuan pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3. Upaya peningkatan perilaku pekerja konstruksi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 sangat penting untuk dilakukan dalam upaya pencegahan preventif kecelakaan kerja di proyek konstruksi, seperti pada proyek pembangunan di lingkungan Universitas Tadulako dimana proyek-proyek konstruksi yang sedang atau akan dilaksanakan agar dapat mengutamakan penerapan aturan-aturan Keselamatan 4 dan Kesehatan Kerja K3 sehingga upaya pencegahan kecelakaan kerja dalam mencapai kecelakaan nihil zero accident dapat tercapai.

1. Cara penggunaan alat-alat tanganmekanik

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi pemahaman terhadap peralatan merupakan satu hal yang sangat penting, karena keberhasilam penanganan pekerjaan tersebut akan tergantung sekali kepada sejauh mana pekerja memahami jenis, fungsi dan penggunaan peralatan. Harus kita akui bahwa kemampuan tenaga kerja di negeri kita pada umumnya, khususnya bidang keahlian konstruksi batu bukan diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan secara formal tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman kerja langsung di lapangan sehingga kemampuan mengenali peralatan perlu mendapatkan bimbingan secara khusus yang ditunjang oleh pengalaman yang cukup. Kemampuan penggunaan peralatan bagi seorang ahli konstruksi adalah sangat penting, sehingga dalam melaksanakan tugasnya bisa betul-betul mengetahui secara pasti apa yang seharusnya dilakukan serta dimana digunakan, disamping tentunya diharapkan dengan meningkatnya kemampuan penggunaan peralatan dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan hariannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengunaan alat-alat tangan maupun alat mekanik pekerja memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3, pada pekerjaan ini dimana setiap alat yang akan digunakan harus tahu bagaimana cara menggunakannya, dengan terlebih dahulu membaca atau mempelajari buku manual alat agar alat digunakan sesuai dengan fungsinya.

2. Keselamatan kerja dalam pelaksanaan pemeriksaan bahan

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan meningkatnya macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan yang baru. Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan dalam meng-konstruksi-kan gedung. Teknologi bangunan yang baru 5 menuntut para ahli terbuka terhadap perkembangan bahan bangunan, karena tidak jarang hal ini menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan gagasan pembangunan yang menyeluruh. Ilmu bahan bangunan yang memberi pengertian terhadap cara, pengaruh, dan akibat bahan bangunan bekerja di dalam konstruksi gedung. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pemeriksaan bahan bangunan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjaan ini, adalah disarankan dalam setiap pemeriksaan bahan harus menggunakan alat pelindung diri APD : Sepatu Pengaman, Sarung tangan, Masker, Kaca Mata Pengaman Baju Kerja. Dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.2. Pemeriksaan Bahan 3. Pengukuran dan pemasangan papan duga a Pengukuran Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan Uitzet merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran. 6 Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengukuran selalu memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 baik sumber daya manusia maupun peralatannya harus dijaga agar alat tersebut tidak rusak. Pada pekerjaan pengukuran ini, adalah disarankan dalam setiap pengukuran harus menggunakan alat pelindung diri APD : Helm, Sepatu Pengaman, Jas Hujan, Payung. Gambar 1.3. Pekerjaan Pengukuran b Pekerjaan Papan Duga Papan titik duga bangunan Bowplank merupakan sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar. Sehingga dapat mempermudah pengerjaan bangunan tersebut. Pembuatan papan ini merupakan salah satu gerakan awal dalam membangun rumah ataupun bangunan lainya, hal itu dikarenakan papan titik duga 7 bangunan Bowplank merupakan acuan awal dalam memulai pembangunan suatu bangunan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pekerjaan pemasangan papan duga selalu memperhatikan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3. Pada pekerjaan pemasangan papan duga ini, adalah disarankan dalam setiap pekerjaan harus menggunakan alat pelindung diri APD : Helm, Sepatu Pengaman, Masker, Sarung Tangan. Dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.4. Pekerjaan Papan Duga

4. Pekerjaan Pondasi

Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan, Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban hidup dan mati yang berada diatasnya dan gaya-gaya dari luar. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut : 8 Gambar 1.5. Pekerjaan pasangan pondasi Faktor perilaku pekerja unsafe action a Tidak menggunakan helm, masker, dan sepatu pengaman Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Bekerja di galian yang dalam tanpa dinding penahan sementara b Banyak batu pondasi yang berserakan c Pakaianperlengkanan tidak aman Rekomendasi APD : Helm, Sepatu Pengaman, Sarung tangan, masker 5. Pasangan Batu bata dan Batu cetak Pasangan bata merupakan bagian dari proses pembangunan berupa pembatas antar ruangan, pasangan bata dapat juga disebut sebagai bagian pengisi atau bagian dari rangka bangunan. - Pasangan bata dikerjakan bersanma - sama dengan pasangan kozen pintu atau kozen jendela sesuai dengan gambar rencana, dan juga yang harus diperhatikan mengenai perletakan dari kolom - kolom praktis yang berfungsi sebagai perkuatan dari dingind bata yang dipasang. - Posisi perletakan kolokm - kolom praktis ditempatkan pada sudut - sudut ruangan, prinsipnya dinding pasangan bata harus ada dipasangakan 9 kolom praktis sejarak 3 - 4 m atau dalam 12 m2 harus dipasangakan sebagai perkuatan pada pasangan batanya. - Kolom praktis merupakan tiang dari besi yang di cor dengan adukan 1 Pc:2Ps:3Kr biasanya ditulis dengan 4 ø 12 atau empat batang besi berdiameter 12 mm dengan cincin sengkang ø 8 mm sejarak 20 cm - 25 cm. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.6. Pekerjaan pasangan batu bata Faktor perilaku pekerja unsafe action a Tidak menggunakan helm, masker, dan sepatu pengaman Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Bekerja dalam pasangan batu-bata tanpa menggunakan APD b Pakaianperlengkanan tidak aman Rekomendasi APD : Helm, Sepatu Pengaman, Sarung tangan, masker

6. Pekerjaan sloof Beton

Pekerjaan sloof beton pekerjaan ini termasuk pekerjaan struktur di lantai dasar. Dalam pelaksanaan pada pekerjaan ini, juga dibutuhkan penerapan 10 Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjan sloof beton. Perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut : Gambar 1.7. Pekerjaan sloof Beton Faktor perilaku pekerja unsafe action a Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, helm pengaman, sepatu pengaman Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Daerah kerja banyak tulangan overlap b Banyak batu pondasi yang berserakan Rekomendasi APD : Helm, sarung tangan, sepatu pengaman

7. Pekerjaan Beton Kolom

Struktur beton kolom adalah struktur yang memikul beban dari balok, kolom beton merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga resiko kecelakaan akibat keruntuhan pada suatu kolom beton merupakan resiko yang cukup besar, pekerjaan ini juga tentunya 11 membutuhkan perhatian yang penuh dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut : Gambar 1.8. Pekerjaan kolom Beton Faktor perilaku pekerja unsafe action a Pekerja tidak menggunakan sarung tangan, sepatu pengaman, helm, dan tali pengaman Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Bekerja di ketinggian tanpa jaring pengaman b Sisa bahan material yang berserakan c Keruntuhan tiba-tiba dari kayu bekisting tempat pijakan pekerja Rekomendasi APD : Helm, sarung tangan, sepatu pengaman, tali pengaman 12

8. Pekerjaan pelat lantai dan tangga

Sebagian besar dari pekerjaan struktur adalah beton, pekerjaan beton tersebut antara lain adalah pekerjaan pelat lantai 1 pada lantai 2 yang menggunakan beton tulangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada penjelasan gambar berikut : Gambar 1.9. Pekerjaan plat lantai dan tangga Faktor perilaku pekerja unsafe action a Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, sepetu pengaman, masker b Pekerja tidak menggunakan masker untuk pernafasan Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Bekerja dengan alat yang tingkat resiko kecelakaannya berbahaya b Kondisi tanah yang berdebu c Pakaianperalatan tidak aman Rekomendasi APD : Sarung tangan, masker, sepetu pengaman 13

9. Pekerjaan Dinding

Dalam suatu konstruksi bangunan tentunya dibutuhkan dinding sebagai suatu bagian bangunan. Dinding berfungsi untuk melindungi bagian-bagian di dalamnya seperti terhadap basah dan angin. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai perilaku pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.10. Pekerjaan dinding Faktor perilaku pekerja unsafe action a Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti helm, masker dan sarung tangan Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Prosedur kerja yang tidak aman b Sisa bahan material dan alat berserakan di tempat kerja c Pakaianperlengkapan pekerja tidak aman d Keruntuhan tiba-tiba dari kayu bekisting tempat pijakan kaki Rekomendasi APD : Helm, sarung tangan, sepatu pengaman, tali pengaman 14

10. Pemasangan Rangka Atap

Rangka atap adalah salah satu bagian struktural suatu bangunan yang berfungsi untuk tempat melekatnya atap, dimana atap itu sendiri berfungsi untuk melindungi bagian dalam gedung dari terpaan hujan dan panas matahari. Pekerjaan rangka atap adalah pekerjaan yang posisi pekerjaannya berada pada tempat yang paling atas dan paling tinggi dari suatu bangunan. Rangka atap yang digunakan pada proyek pembangunan ini adalah rangka atap baja ringan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja K-3 pada pekerjaan ini, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1.11. Pemasangan rangka atap Faktor perilaku pekerja unsafe action a Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri berupa helm, sarung tangan dan tali pengaman Faktor kondisi yang tidak aman unsafe condition a Bekerja pada ketinggian dengan permukaan yang miring b Kondisi cuaca yang tidak nyaman Rekomendasi APD : Helm, sarung tangan dan tali pengaman 15

Bab 2 MENGGUNAKAN PERALATAN TANGAN DAN MEKANIKLISTRIK

PEKERJAAN KONSTRUKSI GEDUNG, BANGUNAN AIR

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar

Pengalaman Belajar Setelah mengikuti pembelajaran Jenis-jenis Peralatan tangan mekanik siswa mampu: Menggunakan peralatan tangan dan mekaniklistrik pekerjaan konstruksi gedung, bangunan air, Melalui pembelajaran materi Jenis-jenis Peralatan tangan mekanik, siswa memperoleh pengalaman belajar: Fungsi, Spesifisi, Perawatan peralatan, Teknik menggunakan peralatan. 16

B. PETA KONSEP

17

C. MATERI PEMBELAJARAN

Peralatan atau Perkakas adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan kita sehari-hari.Beberapa contoh alat adalah palu , tang , gergaji , dan cangkul .Beberapa benda sehari-hari seperti garpu , sendok dan pensil juga termasuk alat. Pisau merupakan salah satu alat yang diciptakan manusia.Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi pemahaman terhadap peralatan merupakan satu hal yang sangat penting, karena keberhasilam penanganan pekerjaan tersebut akan tergantung sekali kepada sejauh mana pekerja memahami jenis, fungsi dan penggunaan peralatan.Harus kita akui bahwa kemampuan tenaga kerja di negeri kita pada umumnya, khususnya bidang keahlian konstruksi batu bukan diperoleh dari hasil pendidikan atau pelatihan secara formal tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman kerja langsung di lapangan sehingga kemampuan mengenali peralatan perlu mendapatkan bimbingan secara khusus yang ditunjang oleh pengalaman yang cukup. Kemampuan penggunaan peralatan bagi seorang ahli konstruksi batu adalah sangat penting, sehingga dalam melaksanakan tugasnya bisa betul-betul mengetahui secara pasti apa yang seharusnya dilakukan serta dimana digunakan, disamping tentunya diharapkan dengan meningkatnya kemampuan penggunaan peralatan dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan hariannya.Berdasarkan fungsinya alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan bata dapat dibedakan menjadi : a Alat Utama Merupakan peralatan yang perlu digunakan oleh tukang batu dalam melakukan pekerjaannya, agar pekerkerjaan dapat sesuai dengan prosedur serta ketentuan yang disayaratkan. b Alat Pendukung atau Pembantu Merupakan peralatan yang membantu pekerjaan mencapai mutu yang baik dengan standar kerapihan yang tinggi.Selanjutnya, untuk mendapat hasil 18 yang baik sesuai dengan kebutuhan dan untuk menjaga peralatan tetap awet serta baik perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin, sehingga peralatan tetap bisa dipergunakan sesuai kebutuhan.

1. PERALATAN TANGAN

1.1. Alat untuk pekerjan pemasangan fondasi atau dinding : a. Sendok adukan: Sendok digunakan untuk meletakan adukan pada deretan batu yang akan dipasang, dari berbagai jenis yang ada, yang paling sering digunakan adalah sendok seperti tergambar di bawah ini: Sendok adukan b. Palu Pemotong Kadang kala, ukuran batu perlu disesuaikan dengan ruang yang tersedia, karenanya batu perlu dipotong dengan bantuan palu. Ada dua jenis palu yang sering digunakan, seperti tergambar di bawah ini: 19 Palu pemotong batu bata Palu pemecah batu belah c. Pahat Batu Digunakan untuk membantu membelah batu yang keras atau membersihkan bekas adukan pada dinding. Pahat Batu d. Sikat Adukan Bekas adukan yang menempel pada dinding bata terlebih dahulu disikat agar pekerjaan plesteran dapat memperoleh hasil yang baik dan rapih. 20 Sikat Adukan e. Trowel: Jika pasangan bata sudah terpasang rapi, maka alur adukan nat diratakan dengan bantuan trowel seperti tergambar di bawah ini: 1.2. Alat untuk pekerjaan plesteran dan pengakhiran : a. Sendok adukan: Seperti halnya dengan pekerjaan pemasangan bata, maka dinding dilapisi dengan adukan dengan mengunakan sendok adukan 21 Sendok adukan b. Trowel Perata plesteran Selanjutnya untuk meratakan plesteran digunakan trowel yang lebihbesar, biasanya terbuat dari kayu. Trowel Perata c. Trowel finishing Setelah pekerjaan plesteran selesai, dinding dipehalus dengan acian,yang umumnya berbentuk seperti di bawah ini: 22 Trowel finishing d. Alat pekerjaan beton : Pengaduk dan pencampur beton.Pada lingkup pekerjaan yang cukup luas, beton dituangkan dengan bantuan sekop atau sejenis pacul kecil. e. Palu Palu atau sering juga disebut orang martil adalah salah satu alat yang paling penting oleh tukang.Setiap tukang kayu harus memiliki minimal satu palu di kantong alat mereka. Meskipun tidak digunakan dalam hampir setiap waktu tetapi alat ini harus tetap tersedia dalam suatu proses konstruksi. 23 1 Jenis Palu. Palu terdiri dari beberapa macam dalam pekerjaan konstruksi, yang paling sering digunakan adalah palu besi, disamping itu ada juga palu kayu dan palu karet.Palu besi adalah palu yang paling sering dipergunakan karena fungsinya yang apling banyak, terutama untuk fungsi pemasangan paku, pencabutan paku , pemukulan terhadap suatu benda dan juga untuk pembongkaran. Palu kayu umumnya dipergunakan untuk konstruksi kayu yang biasanya dipergunakan untuk pemukulan pahat dan juga pemukulan untuk pemasangan spin kayu. Sedangkan Palu karet biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang membutuhkan pukulan yang berskala rendah dimana ditujukan tidak mencederai benda yang dipukul, biasanya alat ini dipakai untuk pemsangan keramik, pemasangan bata, pemasangan porselin dan juga materila material artistik lainnya. Palu Besi terdiri dari dua jenis, yaitu palu yang berfungsi hanya sebagai pemukul dan jenis yang lainnya palu yang bisa sebagai pemukul dan juga bisa untuk mencabut paku. 24 2 Ukuran Palu Besi. Pemilihan palu besi harus disesuaikan dengan penggunaannya, misalnya untuk pemakuan paku ukuran kecil misalnya 1 inchi harus disesuaikan dengan palu kecil ukuran berat 1 kg.Hal ini dimaksudkan supaya beban yang diterima oleh paku sesuai dengan berat tekanan dari palu ketika dipukulkan. Disamping itu juga akan mempengaruhi tenaga yang hars dikeluarkan oleh tukangnya. Ukuran palu besi berdasarkan berat kepala ada yang terdiri dari ukuran 12 kg, 1kg, 2kg, 3kg, 5kg. Untuk palu besi 10 kg biasanya dipakai untuk alat pemecah beton.Ukuran panjang pegangan biasanya sudah disesuaikan dengan berat kepala palu. 3 Pemilihan dan Pemakaian Palu Besi Disamping pemilihan berat palu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah palu dapat dipergunakan dalam berbagai fungsi. Palu yang dipilih harus diperhatikan penggunaannya sesuai dengan kebutuhan daya dorong kuku, palu harus bisa difungsikan untuk membengkok paku dan juga untuk mematahkan suatu benda dengan mudah. Tenaga yang diperlukan saat mendorong dan menarik suatu beban terhadap paku adalah 25 terengaruh pada penempatan banyaknya tegangan pada pegangan, sehingga saat anda memilih palu anda juga harus memperhatikan jenis pegangan pada palu tersebut dimana anda harus memperhatikan kekuatan tegangan , kuatan ikatan tehadap kepala palu dan juga kenyamanan anda untun memegang palu tersebut. Saklah satu desain terbaik saat ini adalah jenis palu dengan pegangan yang terbuat dari fiberglass atau baja yang ditutupi bahan vinil atau pegangan karet . Anda juga harus memperhatikan lekukan pada pegangan palu, dimana anda harus menyesuaikan dengan bentuk tangan anda, dimana hal ini berpengaruh terhadap penyerapan getaran saat anda memukulkan palu terhadap suatu benda, dimana dengan semakin kecilnya getaran yang diterima oleh tangan maka akan mengurangi stres pada tangan dan pergelangan tangan. f. Sapu atau Screed beton Untuk membuat permukaan beton tidak licin, maka digunakan sapu atau sikat yang dilakukan secara manual atau menggunakan mesin screed. 26 g. Alat pekerjaan pemasangan lantai ubin 1 Trowel bergerigi Untuk memperoleh permukaan yang rata, apalagi jika digunakan sejenis mortar khusus untuk perekat ubin, maka jenis yang sering digunakan seperti tergambar di bawah ini: 2 Alat pemotong keramik Untuk ubin yang perlu dipotong, maka digunakan berbagai alat: 27 3 Pengisi celah Setelah ubin terpasang, maka celah di antara ubin diisi dengan cairan semen yang diratakan dengan menggunakan kape: Kape dapat juga digunakan untuk melapisi acian dengan plamur,sebelum dinding dilapisi dengan cat tembok. h. Alat bantu kerja batu 28 Pada dasarnya alat bantu kerja batu yang dimaksud fungsinya untukmembantu dan memperlancar penyelesaian kerja batu, sehingga produktivitas kerja dapat meningkat. Beberapa alat bantu yang umum digunakan dalam pekerjaan batu, di antaranya : 1 Saringan Pasir Kadang kala ukuran butiran pasir terlalu kasar atau mengandung batuan, sehingga tidak baik untuk digunakan untuk pelsteran.Oleh karenanya, pasir terlebih dahulu harus diayakdisaring. 2 Gerobag Adukan Dari tempat pencampuran adukan dibawa ke tempat pekerjaan atauketempat asukan dengan menggunakan gerobag. 29 3 Bak adukan Agar adukan yang sudah disiapkan tidak tercecer ke mana-mana, makan ditempatkan dalam kotak adukan, yang dari situ diangkut ke tampat pekerjaan. 4 Ember adukan Dari bak adukan adukan biasanya diangkut ke tempat pekerjaan denganmenggunakan ember yang terbuat dari bahan karet atau plastik. 30 5 Tempat adukan: Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan adukan yang akan digunakan diletakkan pada sebuah tempat yang dipegang pada tangan sebelahnya. i. Peralatan Penunjang Kadangkala dibutuhkan peralatan lainnya yang disebut peralatan pendukung atau penunjang. Peralatan penunjang yang dimaksud diantaranya :unting-unting, penyipat dan benang, meteran, waterpass, alat siku, dan alat gores. 1 Unting-Unting Digunakan untuk memastikan dinding lurus 2 Penyipat dan benang 31 Untuk memberi marka pada tempat di mana mau dipasang dinding, maka pada lantai kerja diberi tanda sipat agar pasangan batu dapat lurus dan siku.Selanjutnya dengan bantuan benang, pasangan bata diletakkan lapis demi lapis. j. Siku ukur 32 Siku Ukur adalah salah satu alat yang sangat penting dalam pertukangan. Siku ukur merupakan salah satu yang sering dipakai dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran bagian bagian yang sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang akan dikerjakan. Tidak hanya itu mungkin siku ukur adalah alat tercepat dan termudah untuk menandai garis persegi untuk pemotongan , tetapi dapat digunakan untuk dengan cepat menandai setiap sudut hingga 45 derajat dan 90 derajat dan juga alat yang paling sering dipergunakan untuk mengukur sampai enam inci 20 cm. Siku Ukur L adalah alat ukur yang dirancang untuk membuat tanda persegi atau sudut pada suatu benda. Biasanya Siku Ukur tersedia dalam berbagai macam ukuran tetapi secara umum yang sering dipakai terdiri dari 2 model yaitu Siku Ukur Kecil dengan panjang ukur 6 inchi dan Siku Ukur besar dengan panjang ukur 12- inci. Siku Ukur memiliki tiga fungsi utama : 33 1. Siku Ukur paling sering digunakan untuk membuat tanda ataupun sebagai penggaris pada suatu objek atau benda. 2. Siku Ukur memiliki tanda sehingga mudah untuk menentukan sudut perkiraan ataupun bidang potong. Dengan menempatkan pojok siku ukur pada titik di mana sudut memenuhi sumbu panjang dan maka dapat dilihat besaran sudut pada suatu garis yang akan diukur. 3. Dengan siku ukur memungkinkan pengguna untuk mengukur maupun membuat ukuran dalam ukuran kecil karena tersedia tanda ukuran panjang. k. Jenis Siku Ukur derajat Siku Ukur ada dua jenis, yaitu dengan alat pengukur derajat sudut dan tanpa alat pengukur derajat sudut. Untuk tanpa pengukur derajat berbentu segitiga dan yang tanpa pengukur derajat sudut berbentuk L . Alat ini biasanya tersedia dari bahan aluminium dan stainles steel dan juga dari bahan plastik. Siku Ukur dari bahan aluminium dan stainles steel adalah alat yang paling baik diperguankan karena tahan lama dan tidak mudah pecah. Siku Ukur yang terbuat dari plastik sedikit lebih murah, tetapi tidak terlalu tahan terhadap benturan sehingga mudah pecah. Pemeliharaan : Pemeliharaan alat siku ukur tidak terlalu sulit, hanya dipastikan supaya alat tersebut saat penyimpanan tidak terbebani oleh beban berat yang dikhwatirkan akan 34 membuat permuakaan akan bengkok. Juga saat pemakaian dianjurkan supaya ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat karena biasanya alat ini sering terlupakan tertimpa oleh benda lain sehingga sering hilang. l. Alat Penggores Alat penggores keramik secara umum digunakan untuk menarik garis-garis yang dikehendaki, baik untuk menandai lebar atau yang lainnya. 1 Pisau gores Pisau gores digunakan untuk menarik garis-garis yang melintasi keramik yang ingin dipotong. Garis yang terbentuk merupakan garis yang permanen yang mengggerus lapisan luar keramik. Daun pisau gores dibuat dari baja berkualitas tinggi, sedangkan pegangannya terbuat dari kayu. 2 Perusut Alat gores Alat penggores keramik digunakan untuk membuat garis-garis yang sejajar dengan suatu sisi atau suatu permukaan, menandai ukuranukuran lebar dikehendaki. 35 m. Alat Ukur Untuk mengukur ketabalan, tebal atau panjang dinding digunakan alatpengukur yang umumnya disebut meteran.Beberapa contoh alat ukur meteran yang sering digunakan dilapangan terlihat seperti gambar dibawah ini.Seperti namanya , alat ini adalah alat ukur yang sangat penting dipergunakan dalam bangunan. Setiap pekerjaan akan sering berhubungan dengan alat ini karena semua pekerjaan pasti berhubungan dengan ukuran. Alat akur dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan ukuran, bahan alat ukur ada yang terbuat dari kayu, kain, plastik dan juga dari plat besi. Umumnya alat ukur dibuatkan dalam dua satuan ukuran metrik yaitu dalam satuan meter dan inchi yang mana harus mengikuti ukuran standard yang berlaku. Meter ukur saat ini dipasaran banyak dijumpai dalam berbagi ukuran panjang. Meter ukur kecil biasanya mempunyai ukuran panjang 3 m dan 5 m. Sedangkan meter ukur panjang yang biasanya dalam bentuk roll terdapat dalam ukuran 10 m, 20 m, 30 m , 50 m dan 100 m 36 1 Pita Ukur Pemilihan pita ukur harus memperhatikan beberapa hal yang penting supaya saat penggunaan dapat dipergunakan secara akurat, cepat dan mudah untuk dipergunakan. Untuk tukang yang paling populer dan sering digunakan adalah meter ukur panjang 3 m. Dalam pemilihan meter ukur harus diperhatikan jenis meteran harus memiliki standard metrik dimana harus terdapat ukuran meter dan inchi. Jenis meteran yang baik harus memiliki mekanisme penguncian yang akan memungkinkan untuk menarik keluar panjang pita yang dibutuhkan dan kemudian mengunci alat sehingga tidak akan menarik kembali sampai terkunci. Pada ujung titik nol meteran biasanya dilapisi plat stainless , harus diperhatikan mempunyai lobang kaitan yang agak longgar ataupun ujung berbentuk siku kaitan, dimana hal ini didesain untuk memudahkan tukang untuk melakukang pengukuran. Dengan lobang taupun ujung kait , maka tukang dapat dengan laleuasa mengaitkan meteran pada awal pengukuran dan menarik pada 37 ujung lainnya yang diukur, sehingga pengukuran dapat dengan mudah dilaksanakan. Kotak meteran saat ini mempunyai bentuk yang berbagai macam, pemilihan meteran yang baik adalah meteran yang mempunyai bahan yang kuat dan tahan jika terjatuh.Karena sifat pemakaian yang sering terpakai dan dilakukan pada berbagai tempat maka alat ini mudah beresiko terjatuh.Diusahakan kotak meteran mempunyai kaitan ataupun tali kait sehingga tukang saat selesai memakai dapat dengan cepat mengaitkannya pada kantong yang tersedia.Jenis kotak yang paling baik adalah kotak yang terlindungi oleh bahan karet. Pemeliharaan Meter Ukur Meter ukur berbentuk kecil , sehingga sering terlindung oleh benda lain. Saat pemakaian sudah selesai diusahakan alat ini langsung dikaitkan pada kantong ataupun disimpan pada tempat tertentu.Meter ukur yang terbuat dari besi sangat rawan terhadap karat. Dianjurkan meter ukur supaya tidak kena air ataupu hujan. Jika kena hujan segera buka kotak dan lakukan penjemuran hingga betul betul kering dan kemudian dipasang sebagaimana mestinya. Saat penarikan meter ukur pada panjang terahkhir harus dihindari penarikan yang kuat karena beresiko membuat per tarik akan patah, sehingga meter ukur akan rusak dimana tidak bisa menggulung sendiri. 38 2 Water pass Water pass digunakan untuk memastikan bahwa pasangan bata atau lantai berada pada kondisi lurus, atau memenuhi kemiringan tertentu. Alat ini dapat digunakan pada posisi horizontal maupun vertikal. Pada posisi vertikal, biasanya diuji ulang dengan menggunakan unting-unting. Leveling atau Waterpass Tukang adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ada banyak jenis alat leveling waterpass yang digunakan dalam pertukangan, tapi jenis yang 39 paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah alat pengecehek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi ayang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang. a Jenis Water Pass Saat ini waterpass banyak dijumpai dalam berbagai ukuran dan bahan. Ukuran yang umum dapat dijumpai adalag waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m. Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Kedua sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan yang akan diperiksa kedatran atau ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebgai alat pemeriksaan kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan vertikal. Bahan waterpass yang umum terdapat adalah dari bahan kayu dan aluminium.Umumnya orang lebih 40 mengyukai waterpass yang terbuat dari bahan aluminium karena lebih tahan lama dan lebih ringan untuk digunakan. b Pemakaian Waterpass Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana , yaitu menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang di chek. Untuk mengechek kedatran maka dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat water pas.Sedangkan untuk menchek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpas.Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar benar berada ditengah alat yang ada.

2. PERALATAN MEKANIKLISTRIK

Dalam pekerjaan konstruksi batu beton di dalam melaksanakan pekerjaan suatu bagunan terutama bangunan gedung, diketahui beberapa jenis pekerjaan.Peralatan yang mendukung pekerjaan suatu konstruksi batu beton diantaranya peralatan tangan dan peralatan mekaniklistrik. Mesin tangan banyak kita jumpai di pasaran dalam hal ini peralatan mekanik yang berhubungan dengan konstruksi batu dan beton.Hampir semua toko besi yang besar atau toko teknik menjualnya.Mesin tersebut tidak ditawarkan kepada tukang tetapi juga kepada tukang 41 listrik, montir, dan ahli teknik lainnya. Bahkan, sekarang banyak dibeli sebagai perlengkapan pertukangan dalam rumah tangga. Sebaiknya pada setiap pembelian mesin, harus dilakukan pemilihan yang teliti, terutama pada data-data tekniknya.Harga dipasaran juga bersaing.Perbedaan harga yang tinggi disebabkan oleh perbedaan kualitas atau kekuatan mesin. Mesin tangan ada yang digerakkan oleh angina pneumatic disamping yang digerakkan dengan daya listrikelektronik. Perbedaan sumber tenaga ini juga menimbulkan perbedaan jenis dan kekuatan mesin.Akan tetapi peralatan tangan yagn banyak digunakan adalah menggunakan tenaga listrik karena lebih murah harganya.Gerak alat kerja timbol karena pengubahan tenaga listrik menjadi mekanik oleh motor. a. Mesin Bor Tangan Listrik Mesin bor tangan digunakan untuk memberi, membuat lubang pada kayu, besi plastic, beton atau bahan lain. Jenis bahan benda kerja tersebut menentukan jenis mata bor yang digunakan.Mesin bor hanya merupakan sarana pemutar mata bor, alat gosok, alat pencampur dan lain-lain. Bagian mesin-mesin yang penting adalah: 42 1 Penjepet mata bor chuck 2 Kunci penjepit 3 Pelat pengait 4 Lubang sirkulasi 5 Sakelar utama 6 Kunci sakelar 7 Pegangan 8 Kabel listrik b. Mata bor Mata bor digunakan untuk membuat lubang pada kayu, besi, plastic, mika, dan lain-lain. Prinsipnya jenis mata bor harus disesuaikan dengan kekerasan bahan yang akan dibor. c. Alat pemutar sekrup obeng Alat perlengkapan ini digunakan untuk mengencangkan atau melepas sekrup. 43 d. Alat pengaduk Alat tambahan ini digunakan untuk mengaduk cat, bahan finishing, atau campuran adonan lainnya. Kecepatan mesin pemutar harus rendah. e. Piringan ampelas 44 Mesin bor tangan dapat pula digunakan untuk mengampelas, dengan menambah alat berpiringan ampelas. f. Pemboran lubang tembus Pemboran lubang tembus berhasil baik kalau bagian bawah tidak rusak terkoyak.Untuk menghindari itu kita bisa memberi alas pada benda kerja. Ketepatan as lubang yang kita peroleh dengan menitik lebih dahulu as lubang yang akan kita bor dengan drip. g. Membor tembok beton 45 Untuk memberi lubang pada tembok batu atau beton, anda sebaiknya menggunakan mesin bor tumbuk hammer. Tumbukan bekerja searah dengan poros kerja mata mata bor. Pada pemboran lantai atau dinding sebaiknya kita gunakan air sedikit untuk membasahi dinding agar serpihan batu atau serbuk tidak berhamburan. Air juga sebagai pelindung mata bor. Untuk pemboran beton harus menggunakan mata bor khusus; mata bor beton. h. Alat Potong Keramik Listrik Alat ini digunakan untuk memotong keramik.Mata pisau untuk memotong keramik ataupun beton ada dua jenis.Mata pisau untuk memotong keramik basah bentuknya bulat dengan cekungan-cekungan, sedangkan untuk memotong keramik bahan uji kering dengan mempergunakan piringan pemotong pakai intan. 46 Memasang Alat-alat Pelindung - Pada waktu mengganti piringan, cabut steker dari stopkontak. - Pilihlah piringan pemotong yang cocok untuk bahan yang akan dikerjakan. - Jika bekerja dengan mata gerinda dan mata potong kap pelindung 8 harus dipasangkan. - Pelindung tangan 19 harus dipasangkan bersama dengan gagang tambahan Memasang Alat-alat Kerja - Matikan atau cabut hubungan arus listrik. - Poros kerja 7 ditahan dengan cara menekan tombol penahan poros kerja 5. Tombol penahan poros kerja 5 hanya boleh ditekan jika poros kerja tidak berputar. - Flens untuk poros kerja 10 dan mata potong dipasangkan pada poros kerja 7. - Pasangkan flens untuk poros kerja sedemikian pada poros kerja, sehingga pas persis. - Mur untuk poros kerja 12 diulirkan dan dikencangkan dengan kunci berpin dua. 47 i. Mesin Aduk BetonMolen Dalam pelaksanaan pembuatan adukan beton, sekarang telah banyak digunakan mesin aduk-beton molen. Dengan mesin aduk-beton hasil adukan tercampur lebih merata dan lebih sempurna. Selain hasil adukan yang baik, ternyata juga lebih cepat, sehingga biaya menjadi lebih murah dibandingkan dengan pembuatan adukan beton dengan tenaga manusia. Di bawah ini adalah contoh bentuk mesin aduk beton Molen 1 Motor penggerak tabung aduk Motor yang ditempatkan pada kerangka mesin aduk, berguna untuk menggerakkan tabung aduk, hingga tabung aduk dapat berputar. 2 Tabung aduk Tabung aduk berupa bejana berbentuk selinder dengan bagian bawah tertutup dan bagian atas berbentuk kerucut terpancung. Pada ujung atas kerucut terdapat lubang mulut tabung untuk 48 memasukkan bahan-bahan adukan dan juga menumpahkan adukan yang telah selesai dicampur. Didalam tabung aduk terdapat daun- daun baja yang membantu pencampuran bahan- bahan adukan hingga tercampur secara lebih sempurna. 3 Kerangka Kerangka merupakan konstruksi tubuh dari mesin aduk, yang dilengkapi dengan roda dan batang penarik mesin, hingga mesinnya dapat dengan mudah dipindah-pindah tempat. 4 Roda pembalik tabung aduk Roda pembalik berguna digerakkan dengan tenaga manusia untuk merubah kedudukan tabung aduk pada waktu diisi bahan-bahan susun ataupun pada waktu akan menumpahkan hasil adukan. 5 Kunci roda pembalik tabung aduk Kunci ini berguna untuk mengunci roda pembalik tabung aduk, agar tabung aduk tetap kedudukannya, lebih-lebih bila tabung aduk dalam keadaan berputar sedang mengaduk. 6 Batang Tarik Mesin Batang penarik mesin berguna untuk menarik mesin aduk, bila akan dipindahkan ke tempat lain. Bila sedang tidak digunakan maka batang penarik tersebut dapat dimasukkan kedalam kerangka mesin, tetapi bila akan di gunakan untuk menarik maka batang dikeluarkan dipanjangkan. 49 7 Cara melayani mesin aduk Molen: a Mesin aduk beton diperiksa sebelum digunakan, dan dihidupkan sebagai percobaan. b Semua bahan-bahan susun yang untuk adukan disiapkan terlebih dulu. c Mesin dihidupkan dengan kedudukan tabung aduk serong dan mulut tabung di atas d Bahan-bahan susun dimasukkan dengan urutan sebagai berikut: pertama pasir, kedua krikil, ketiga S.P. semen portland, setelah sebentar dibiarkan tercampur kering dahulu, baru kemudian air. Jumlah bahan-bahan susun tersebut sesuai dengan perbandingan, yang dikehendaki. e Setelah adukan betul-betul tercampur sempurna, Tabung aduk dibalikkan ke sisi lain, agar adukkan dapat ditumpahkan. Sebaliknya adukan diterimadalam kotak aduk, dan selanjutnya adukan diambil dan diangkut ember-ember ke tempat-tempat yang membutuhkan. f Demikian seterusnya caranya diulang lagi sesuai dengan jumlahnya adukan yang diperlukan. j. Cara merawat mesin aduk Molen: 50 1 Setelah selesai digunakan, mesin dibersihkan dengan air, hingga sisa-sisa adukan, yang melekat pada mesin hilang. 2 Mesin dikeringkan sampai betul-betul kering, bebas dari air tidak basah. 3 Diolesi dengan minyak oli, terutama bagian-bagian yang berputar, misalnya as, roda, gigi tabung atau gigi-gigi roda pembalik, agar tidak berkarat. 4 Kemudian disimpan di tempat yang terlindung dari hujan, bila perlu diberi selubung. k. Mesin poles tegel bahan bakar bensinsolar Mesin polis tegel ialah suatu mesin untuk menghaluskan permukaan lantai tegel yang masih kasar. 1 Bagian-bagian yang penting; a tangkai kerangkapegangan pendorong b motor bakar c rumah gerinda d buah gerinda. l. Pompa Hisap Tekan Mekanis 51 Yang dimaksud dengan pompa hisap tekan mekanis dengan bahan bakar disini ialah suatu pompa yang bekerjanya, digerakkan oleh putaran mesin yang menggunakan bahan bakar solar ataupun bensin motor bakar. Dalam pekerjaan konstruksi batu beton pompa air ini digunakan untuk mengambil air ataupun menghisap air pada bagian konstruksi yang akan dibangun supaya tidak kebanjiran. m. Mesin Penggetar Mesin Trailler Mesin penggetar dalam konstruksi batu dan beton sering digunakan dalam pekerjaan cor beton. Adapun fungsi dari mesin penggetar adalah untuk memadatkan beton, supaya lebih rapat sehingga tidak terjadi adanya rongga dalam beton tersebut. Mesin ini menggunakan bahan bakar solarbensin. 52 Petunjuk pemakaian: 1 Periksalah dahulu pelumas dan bahan bakarnya. 2 Jalankan mesin tersebut dengan memutarkan stater yaitu dengan memutar tali. 3 Pada waktu bergerak mesinnya, trailler harus diangkat sebab trailler tersebut sudah mulai bergetar. 4 Untuk memasukkan trailler ke dalam adukan beton, beton tersebut harus dalam keaddaan cair belum mengeras. Dan tidak dibenarkan memasukkan trailler pada spesi beton yang sudah mulai mengeras. 5 Tidak dibenarkan terlalu lama dalam adukan beton, sebab beton akan memaik, menyebabkan terjadinya pori-pori pada beton. 6 Tidak dilbenarkan trailler menyentuh besil beton yang dicor, sebab akan menyebabkan beton yang mengeras akan melepaskan ikatannya dengan besi tersebut. 7 Pada waktu trailller dilcabut, mesin harus dimatikan . Mesin harus dimatikan karena spesi yang masih melekat pada trailller akan berhamburan terkena getaran dari mesin trailler 53 tersebut, sehingga ini dapat mengganggu pekerja yang ada dilsampingnya. Setelah mesin trailler dipergunakan, mesin harus dibersihkan kembali dan ditempatkan disimpan pada tempatnya. 54

Bab 3 MEMBUAT LAPORAN PENGELOLAAN PEKERJAAN PADA KONTRUKSI

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar

Pengalaman Belajar Setelah mengikuti pembelajaran pengelolaan pekerjaan konstruksi siswa mampu: Membuat laporan pengelolaan pekerjaan pada kontruksi gedung,bangunan air terdiri dari: pengelolaan material, tenaga kerja, peralatan dan waktu pekerjaan. Melalui pembelajaran, pengelolaan pekerjaan konstruksi siswa memperoleh pengalaman belajar: Pengelolaan pekerjaan, pengelolaan materialbahan, pengelolaan tenaga kerja, pengelolaan peralatan, schedule pekerjaan . 55

B. PETA KONSEP

56

C. MATERI PEMBELAJARAN

Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan.pada dasarnya,fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor.Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor dilihat,didengar,atau dirasakan sendiri ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan.Kemudian,laporan itu diberitahukan oleh si pelapor. Dalam pembuatan suatu laporan formal bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik,jelas dan teratur.Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan,melainkan dari segi sintaksis bahasanya teratur,jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari,kecuali penggunaan kata”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.

1. Jenis laporan

Pelaporan pada pekerjaan struktur di suatu proyek dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu, meliputi : a Laporan Harian Daily Report Laporan harian ini dibuat setiap hari secara tertulis dengan ditandatangani oleh pihak kontraktor utama dan pihak dari konsultan pengawas. Laporan harian berisikan antara lain : - Waktu dan jam kerja - Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada hari yang bersangkutan - Keadaan cuaca - Bahan yang masuk kelapangan - Peralatan yang tersedia dilapangan - Jumlah tenaga kerja - Hal-hal yang terjadi dilapangan 57 Dengan adanya laporan harian ini, maka kegiatan proyek yang ada dilapangan dapat dipantau dengan baik setiap harinya. b Laporan Mingguan Weekly Report Laporan mingguan ini bertujuan agar memperoleh gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu, yang disusun dalam laporan harian selama satu minggu tersebut. Pada laporan ini pihak kontraktor diwajibkan melakukan pemotretan yang menggambarkan tiap tahap kemajuan pekerjaan.Laporan mingguan berisikan tentang : - Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan - Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu - Catatan lain yang diperlukan, seperti halnya instruksi dan teguranevaluasi dri konsultan pengawas dan catatan mengenai tambah kurangnya pekerjaan - Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu yang bersangkutan dapat diketahui dengan memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah bobot prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu ini kemudian dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang diperoleh. Laporan mingguan ini merupakan realisasi dan time schedule yang berupa kurva ”S”. c Laporan Bulanan Monthly Report Laporan bulanan ini pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan yaitu memberikan gambaran untuk kemajuan pelaksanaan proyek selama satu bulan itu. Baik dari segi 58 teknis, dana maupun manajerial. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan harian maupun laporan mingguan dengan dilengkapi data-data foto selama pelaksanaan pekerjaan sebulan itu. Laporan bulanan dibuat oleh kontraktor utama dan diberikan kepada konsultan pengawas dan pemilik proyek.

2. Manfaat Pembuatan Laporan

Laporan kegiatan merupakan alat yang penting untuk : a Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan. b Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya. c Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan. d Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain- lain.

3. Persiapan pekerjaan

Persiapan pekerjaan terdiri dari : a Perencanaan Tenaga kerja SDM Berbagai pandangan mengenai definisi perencanaan sumber daya manusia seperti yang dikemukakan oleh Handoko 1997, p. 53 Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi- kondisi tersebut. Di mana secara lebih sempit perencanaan sumber daya manusia berarti mengestimasi secara sistematik permintaan kebutuhan dan suplai tenaga kerja organisasi di waktu yang akan datang. Pandangan lain mengenai definisi perencanaan sumber daya manusia dikemukakan oleh Mangkunegara 2003, p. 6 Perencanaan tenaga kerja dapat 59 diartikan sebagai suatu proses menentukan kebutuhan akan tenaga kerja berdasarkan peramalan pengembangan, pengimplementasian, dan pengendalian kebutuhan tersebut yang berintegrasi dengan perencanaan organisasi agar tercipta jumlah pegawai, penempatan pegawai yang tepat dan bermanfaat secara ekonomis. h. Menyiapkan Peralatan dan Bahan yang akan digunakan Dalam hal ini harus menyiapkan peralatan dan bahan apa saja yang nantinya akan digunakan dalam melakukan pekerjaan di lapangan.. i. Jadwal Waktu Pekerjaan Mengestimasikan berapa lama waktu pengerjaan sebuah pekerjaan nantinya yang mana bisa dijadikan patokan dalam melakukan pekerjaan. 60 Bab 4 MEMERIKSA BAHAN KONSTRUKSI PASANGAN BATU DAN BATU CETAK BERDASARKAN SNI

A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar

Pengalaman Belajar Setelah mengikuti pembelajaran pemeriksaan bahan konstruksi batu siswa mampu: Memeriksa bahan konstruksi pasangan batu dan batu cetak berdasarkan SNI Melalui pembelajaran materi pemeriksaan bahan konstruksi batu, siswa memperoleh pengalaman belajar: Persyaratan pemeriksaan, langkah pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan konstruksi pasangan batu dan batu cetak. 61

B. PETA KONSEP

62

C. MATERI PEMBELAJARAN

PEMERIKSAAN BAHAN KONSTRUKSI BATU BATA 1. Maksud Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas ayakan nomor 100  1,2 mm dan 200  0,09 mm dengan berat benda uji semula. Pemeriksaan ini dimasukkan untuk menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan ayakan  1,2 mm dan  0,09 mm. Kehalusan semen merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.

b. Peralatan

1. Ayakan standar  1,2 mm ;  0,09 mm dan panwadah sesuai SK-SNI 1990 2. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram 3. Cawan atau Wadah untuk menimbang contoh uji 4. Sapatula 2,5 x 150 cm 4. Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai dengan keperluan 5. Stop Watch dan Sarung tangan

c. Benda Uji

Contoh semen portland sebanyak 100 gram

d. Proses Pengujian

1. Masukkan benda uji semen ke dalam ayakan  1,2 mm yang terletak di atas ayakan  0,09 mm dan dipasang pan dibawahnya. 63 2. Goyangkan ayakan ini perlahan-lahan sehingga bagian benda uji yang tertahan kelihatan bebas dan partikel-partikel pekerjaan ini dilakukan antara 3 sampai 4 menit. 3. Tutuplah ayakan dan lepaskan pan : ketok ayakan perlahan-lahan dengan tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari ayakan. 4. Bersihkan sisi bagian bawah ayakan dengan kuas, kosongkan pan dan bersihkan dengan kain, kemudian dipasang kembali. 5. Ambilah tutup, kembalikan ke dalam ayakan 6. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan ayakan perlahan-lahan selama 9 menit. 7. Tutuplah ayakan : penyaringan dilanjutkan lagi selama 1 menit dengan cara mengggerakkan ayakan ke depan dan belakang dengan posisi sedikit dimiringkan. Kecepatan gerakkan kira-kira 150 x per menit, setiap 25 kali gerakan, putar ayakan kira-kira 60 o . Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas putih ; bila ada partikel keluar dari ayakan dan atau pan serta tertampung di atas kertas, kembalikan ke dalam ayakan. Pekerjaan penyaringan distop setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat ayakan dalam waktu penyaringan selama 1 menit. 8. Timbang benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan  1,2 mm dan  0,09 mm. Kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap berat benda uji semula.

e. Perhitungan

F = A B x 100  F = kehalusan  A = berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan  1,2 m dan  0,09 mm. 64 B = berat benda uji semula

f. Pelaporan

Laporan prosentase benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan  1,2 mm dan  0,09 mm sesuai dengan rumus di atas. Laporan pengujian kehalusan semen mencantumkan data sbagai berikut; 1. Identitas contoh;  Nomor contoh  Tipe contoh  Asal contoh  Proyek yang akan menggunakan 2. Laboratorium yang melakukan pengujian;  Nama teknisi penguji  Nam penanggung jawab penguji  Tanggal pengujian 3. Hasil pengujian 4. kelainankegagalan selam pengujian 5. Rekomendasi dan saran-saran. Catatan : a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan apabila 0 tertahan di atas ayakan  1,2 mm dan maksimum 10 tertahan di atas ayakan  0,09 mm. b. Faktor koreksi ayakan tidak diperhitungkan 65 Gambar 3.1 Peralatan Pengujian Kehalusan Semen Contoh isian Formulir Nama contoh : 388 Contoh dari : Tiga Roda Jenis contoh : PCC Terima tanggal : 11 September 2008 Dikerjakan tanggal : 12 september 2008 Selesai tanggal : 12 September 2008 66 Penguji : Avanza Berat contoh mula-mula W 59 gram Berat tertahan ayakan no 100 1,2 mm 0,8 gram Berat tertahan ayakan no 200 0,09 mm 3,5 gram Kehalusan Lolos ayakan no 100 1,2 mm 98,64 Lolos ayakan no 200 0,09 mm 94,06 Tabel 3.1 Pengujian Kehalusan Semen Portland Tanda tangan pemeriksa, Diperiksa oleh, 1. .................. 2. ................. Avanza PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN DENGAN PESAWAT BLAINE

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan pesawat Blaine. Kehalusan merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.

b. Peralatan Bahan

1. Pesawat Blaine berikut perlengkapannya 67 2. Timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01 gram 3. Cawan procelain wadah 4. Kertas saring 5. Gelas beaker 500 ml 6. Sapatula 2,5 x 15 cm 7. Kerosin 8. Semen yang akan diuji 9. Stop Watch dan Sarung tangan

c. Benda Uji

Dalam mempersiapkan contoh semen portland untuk pengujian kehalusan dengan pesawat Blaine adalah sebagai berikut : 1. Hitung berat jenis semen kegiatan belajar 4 2. Berat semen yang di uji dapat dihitung dengan rumus Rumus : W = BJ. V 1-0,5 Keterangan : W = berat contoh semen BJ = berat jenis semen Hasil pengujian atau ambil 3,15 V = volume sel standar = 1,76

d. Proses Pengujian

1. Masukkan contoh uji semen ke tabung sel sesuai dengan hasil perhitungan di atas lihat c.2, Sebelum semen dimasukkan diberi 1 lapis kertas saring, semen dan ditutup lagi dengan 1 lapis kertas saring. 2. Tutup tabung sel dengan torak penutup dan taruh pada pesawat Blaine 3. Sebelum pengujian dimulai pada pesawat Blaine, perhatikan pipa U pada pesawat Blaine : 68 Angka no. 1 dari bawah : untuk mensejajarkan cairan Angka no. 2 – 3 : batas pembacaan waktu t Angka no. 4 : batas atas untuk menaikkan cairan kerosin minyak tanah 4. Pengujian pesawat Blaine, dimulai dengan menaikkan cairan kerosin sampai dengan angka no. 4. 5. Buka tutup pada tempat semen dan biarkan udara masuk, cairan kerosin akan turun. 6. Pada saat cairan kerosin turun pada angka 3, hidupkan Stop Watch dan distop pada saat cairan kerosin turun mencapai angka 2. Waktu = t, adalah waktu yang dibutuhkan untuk penurunkan cairan kerosin dari angka 3 sampai dengan 2.

e. Perhitungan

S= ss √ t √ Ts Keterangan : S = kehalusan contoh semen portland ss = kehalusan semen standar = 3380 cm 2 gr t = waktu 69 Ts = waktu standar = 92,25 untuk BJ = 3,15 tm 3

f. Pelaporan

Laporkan hasil perhitungan angka kehalusan dengan pesawat Blaine Catatan : a. Benda uji memenuhi syarat kehalusan semen portland dengan pesawat Blaine apabila angka kehalusan Minimum 2800 cm 2 gram b. Ts = waktu standar didapat dari hasil peneraan semen standar BJ semen standar = 3,15 tm 3 W = BJ V 1 – € € = 0,500 ± 0,005 V = Volume sel c. Cara menera volume sel : 1. 2 helai kertas saring masukkan ke dalam tabung sel dan timbang misal A 1 gram. 2. Lanjutkan langkah point 1 dengan mengisi air raksa sampai penuh dan timbang misal A 2 gram. 3. Berat air raksa seluruh = A 2 – A 1 gram = A gram 4. Kertas saring 1 helai masukkan ke dalam tabung sel, isi semen sebanyak 2,8 gram ke dalam tabung sel dan tutup dengan 1 helai kertas saring, timbang missal B 1 gram. 5. Lanjutkan langkah point 4 dengan mengisi air raksa sampai penuh dan timbang misal B 2 gram. 6. Berat air raksa dan semen = B 2 – B 1 gram = B gram A – B 7. V = BJ air raksa V = volume sel BJ air raksa  lihat tabel 70 Faktor koreksi suhu diperhitungkan Gambar 4.1 Alat Blaine Air Permeability ASTM C 204-84 Temperatur o C Berat jenis tm 3 Viskositas Udara  √  16 18 20 22 24 26 13,56 13,55 13,55 13,54 13,54 13,53 0,0001788 0,0001798 0,0001808 0,0001818 0,0001828 0,0001837 0,01337 0,01341 0,01345 0,01348 0,01352 0,01355 71 28 30 32 34 13,53 13,52 13,52 13,51 0,0001847 0,0001857 0,0001867 0,0001876 0,01359 0,01363 0,01366 0,01370 Tabel 4.1 Berat Jenis Air Raksa Berdasarkan Temperatur Manual Book of ASTM Standards, Construction, 1985

a. Maksud

Pemeriksanaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen portland. Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4 o C yang isinya sama dengan isi semen.

b. Peralatan

1. Botol Le Chatelier 2. Kerosin bebas air 3. Corong alat memasukkan semen ke dalam botol Le chatelier 4. Termometer 5. Timbangan elektronik dengan ketelitian 0,01 gram 6. Cawan porselin wadah 7. Sapatula 2,5 x 15 cm 8. Air dengan suhu 4 o C dan Sarung tangan

c. Benda Uji

72 Contoh semen portland sebanyak ± 50 gram sesuaikan dengan alat

d. Cara Melakukan

1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1 ; bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan. 2. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup lama untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 o C. 3. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol V 1 . 4. Masukkan benda uji sedikit semi sedikit ke dalam botol ; jangan sampai ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan. 5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. 6. Ulangi pekerjaan pada langkah 2 Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol V 2

e. Perhitungan

Berat Jenis = berat semen V 2 − V 1 x d V 1 = pembacaan pertama pada skala botol V 2 = pembacaan kedua pada skala botol V 2 – V 1 = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu d = berat isi pada suhu 4 o C. 1 gcm 3 .

f. Pelaporan

Laporkan nilai berat jenis sampai dua angka dibelakang koma 73 Catatan : Berat jenis semen portland sekitar 3,00 sd 3,30 tm 3  3,15 tm 3 . Percobaan dibuat dua kali; selisih yang diizinkan 0,01. Gambar 5.1 Alat uji berat jenis semen ASTM C.188-84 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN a. Maksud Pemeriksaan ini dimasukkan untuk menentukan konsistensi normal semen portland dengan vicat atau dengan kata lain pemeriksaan ini untuk menentukan fas dari konsistensi normal semen. Konsistensi normal semen portland tercapai bila jarum vicat Ø 10 mm yang mempunyai berat 300 gram menembus pasta 10 ± 1 mm atau 9 sd 11 mm  maka fas adukan tersebut merupakan fas konsistensi normal semen.

b. Peralatan

74 1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr 2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml 3. 1 satu set alat vicat terdiri dari, alat vicat dan cincin ebonit Conical-ring 4. Stop-watch 5. Sendok perata sapatula 2,5 x 15 cm 6. Sarung Tangan 7. Air suling sebanyak ± 300 ml

c. Benda Uji

Contoh semen portland sebanyak 300 gram

d. Proses Pengujian

1. Memasukkan air air suling sebanyak ± 28 dari berat benda uji ke dalam mangkok alat pengaduk. 2. Masukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 detik 3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 ± 5 rpm, selama 30 detik 4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang menempel dipinggir mangkok. 5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 rpm selama 60 detik 6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm. 7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin ebonit yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar : sehingga cincin ebonit penuh dengan pasta. 8. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin. 9. Letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin ebonit ; balikkan, ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin ebonit dengan sendok perata. 75 10. Letakkan cincin ebonit dibawah jarum besar vicat, dan kontakkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta. 11. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

e. Perhitungan

Fas= Berat Air Berta Semen × 100

f. Pelaporan

a. Grafik penurunan terhadap konsistensi normal b. Konsistensi normal, yang didapat pada penurunan 10 ± 1 mm Gambar 6.1 Alat Menguji Konsistensi Normal Semen

a. Maksud

Pemeriksaan dimaksud untuk menentukan waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir semen. Waktu pengikatan awal adalah jangka waktu dari mulainya pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastis menjadi beku. 76 Waktu pengikatan akhir adalah waktu mulainya pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sifat beku menjadi sifat keras.

b. Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram 2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml 3. 1 set alat vicat terdiri dari alat vicat dan cincin ebonit conical ring 4. Stop-watch, 5. Thermometer beton 6. Sapatula dan Sarung tangan 7. Air suling lebih kurang 300 ml

c. Benda Uji

Contoh semen Portland sebanyak 300 gram

d. Proses Pengujian

1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air untuk mencapai konsistensi normal, ke dalam mangkok alat pengaduk. 2. Masukkan benda uji ke dalam mangkok, diamkan selama 30 detik Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 ± 5 putaran per menit rpm selama 30 detik. 3. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, selama waktu ini bersihkan pasta yang menempel dipinggir mangkok. 4. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 putaran per menit rpm selama 1 menit. 77 5. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain melalui lubang besar, sehingga cincin terisi penuh dengan pasta. 6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan ke dalam cincin ebonit yang dipegang pada tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin terisi penuh dengan pasta. 7. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin. 8. Letakkan pelat kaca pada lubang besar ; balikkan, ratakan dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin ebonit dengan sendok perata. 9. Taruh termometer beton di atas cincin dan simpan pada moist cabinet selama 30 menit kemudian baca termometer udara dan termometer beton. 10. Keluarkan cincin ebonit dibawah jarum kecil vicat, dan kontakkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta. 11. Jatuhkan jarum 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm. Setiap menjatuhkan jarum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30 detik. Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm dan jarak titik dari pinggir cincin ebonit tidak boleh kurang dari 1 cm.

e. Perhitungan

1. Masukkan hasil pengujian ke grafik pada menit ke 45, 60, 75, 90 dan 105. Tarik garis lengkung. 2. Tarik garis pada penurunan 25 horizontal memotong garis lengkung dan proyeksikan ke bawah. 3. Waktu penurunan di dapat 95 menit

f. Pelaporan

1. Waktu pengikatan awal didapat pada penurunan vicat Ø 1 mm ≤ 25 mm 2. Grafik penurunan terhadap waktu 78 Catatan : 1. Selama pelaksanaan pemeriksaan tersebut, alat-alat harus bebas getaran dan jarum dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel 2. Waktu pengikatan awal paling cepat 60 menit. 3. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan 4. Apabila waktu pengikatan awal telah tercapai dapat dilanjutkan dengan pengujian pengikatan akhir. 5. Waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum vikat  1 mm tidak menembus permukaan pasta semen. 6. Waktu pengikatan akhir maksimum 10 jam Nomor Pengamatan Penurunan Waktu Penurunan menit Penurunan mm 1 2 3 4 5 45 60 75 90 105 40 40 40 32 3 79 6 7 8 9 10 11 12 13 14 120 135 150 165 180 195 210 225 240 Tabel 7.1 Pemeriksaan Pengujian Pengikatan Catatan : - Konsistensi normal : 26,65 - Suhu pasta : 32 o C - Suhu udara : 28 o C - Waktu pengikatan awal : 95 menit 80 Gambar 7.1 Alat Menguji Pengikatan Awal dan Akhir Semen PENGUJIAN KUAT TEKAN MORTAR SEMEN a. Maksud Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang menyebabkan mortar hancur.

b. Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram 2. Gelas ukur, dengan ketelitian 1 ml 3. Alat pengaduk ASTM C-305-65 4. Stop-watch, sendok perata, dan pengukur leleh 81 5. Mixer Mesin Pengaduk Semen 6. Meja leleh flow table, ASTM C-230-68, 7. Cetakan kubus 5 cm x 5 cm 5 cm dan alat pemadat 8. Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1 9. Pasir standar pasir kuwarsa 10.Air suling lebih kurang 500 ml

c. Benda Uji

Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm

d. Proses Pengujian

1. Masukkan air pencampuran berupa air suling sebanyak 242 ml atau fas 0,484 dari berat semen ke dalam mangkok alat pengaduk. 2. Tambahkan 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok 3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah 145 ± 5 putaran per menit rpm selama 30 detik. 4. Masukkan pasir standar pasir kuwarsa sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil pengaduk dijalankan dengan kecepatan rendah 145 ± 5 putaran per menit rpm selama 30 detik.  Perbandingannya adalah: 1 : 2,75 : 0,484 dalam berat. 5. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi sedang 285 ± 10 putaran per menit dan jalankan selama 30 detik. 6. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada pinggir mangkok selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik. 7. Aduklah lagi mortar dengan kecepatan pengaduk 285 ± 10 putaran per menit selama 1 menit. 8. Adukan dibiarkan selama 90 detik, kemudian aduk kembali dengan kecepatan sedang 285 ± 10 putaran per menit selama 15 detik. 82 9. Mencetak benda uji dengan cetakan 5 cm x 5 cm x 5 cm ; cetakan diisi dalam 2 lapisan di mana setiap lapis dipadatkan dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran. Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2,5 menit. 10.Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas ”moist cabinet” dalam ruangan lembab selama 24 jam. 11.Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian periksalah kekuatan tekan mortar pada mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan, biasanya pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari.

e. Perhitungan

σ = P F  kgfcm 2 Nmm 2 Dimana : P adalah beban kgf atau N F adalah luas penampang benda uji cm 2 Gradasi pasir kuarsa untuk pengujian kuat tekan semen SK SNI  0,15 mm = 98  2  0,30 mm = 75  5  0,425 mm = 20  5  0,60 mm = 2  2  1,2 mm = 0,0

f. Pelaporan

Laporan nilai kekuatan tekan mortar pada tiap umur pemeriksaan Catatan :Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan 83 Gambar 8.1 Peralatan Untuk Menguji Kuat Tekan Semen

2. PENGUJIAN AGREGAT HALUS

a. Maksud

Sampel agregat yang akan diuji harus diusahakan diambil sebagai bagian yang mewakili keseluruhan agregat yang akan digunakan, sehingga mencerminkan kondisi dan karakteristik yang sebenarnya.

b. Peralatan

1. Kotak splitter 2. Sekop 3. Sendok specil 4. Baki seng ukuran 50 x 50 x 5 cm 84

c. Benda Uji contoh agregat halus

d. Proses Pengujian

Pengambilan Sampel dengan Splitter 1. Aduklah pasir agar homogen, pengadukan merata sehingga sampel yang kita ambil dapat mewakili seluruh agregat halus. 2. Ambilah sejumlah sampel untuk disaring kembali dengan splitter 3. Di dalam alat splitter sampel akan terbagi menjadi dua bagian. Setengah bagian pertama dibuang, setengah yang lain dimasukkan kembali ke splitter. 4. Di dalam alat splitter, sampel akan terbagi menjadi dua bagian. Setengah bagian pertama dibuang, setengah yang lain dimasukkan kembali ke dalam splitter. 5. Dari setengah bagian ini, splitter akan membagi lagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dibuang, sedangkan sisanya kita gunakan sebagai sampel. Jadi yang kita ambil adalah seperempat bagian dari asal. 6. Ulangi langkah 3 sd 5 hingga sampel yang di dapat memenuhi jumlah yang diperlukan. 7. Pisahkan sampel yang akan dipakai dan simpan untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Pembagian Sampel Dengan Cara Quartering 1. Dari contoh yang tersedia, aduklah pasir hingga merata 2. Ambil sejumlah sampel dari bagian bawah, sisi kiri, sisi kanan, tengah, kemudian bagian atas. 3. Tempatkan sampel yang sudah diambil pada lantai yang bersih atau lantai yang memakai alas plastik ukuran ± 1 x 1 meter. 85 4. Aduklah tumpukkan pasir hingga membentuk kawat seperti bentuk gunung 5. Bagilah menjadi empat bagian yang jumlahnya kira-kira sama banyak 6. Beri tanda nomor 1 sampai dengan 4 dari mulai bagian kiri atas, kanan atas, kanan bawah dan bagian kiri bawah dengan berurutan sehingga nomor 1 bersilang dengan nomor 3 dan nomor 2 bersilangan dengan nomor 4. 7. Pilih salah satu persilangan tersebut, misalnya nomor 1 dan nomor 3 8. Pisahkan bagian persilangan nomor 1 dan nomor 3 dan persilangan nomor 2 dan 4. 9. Aduklah persilangan nomor 1 dan nomor 3 hingga merata dan hasilnya ditempatkan secara terpisah untuk dilakukan pengujian selanjutnya. 10. Siapkanlah sampel yang diperlukan hingga mencukupi dan timbang beratnya

e. Laporan

Sampel yang akan diuji sebaiknya diberi tanda x dicatat mengenai tanggal dikirim, jumlah kiriman, asal tempat material contoh diambil, metode pengambilan sampel, jumlah sampel yang disiapkan dan jenis pengujian akan dilakukan. No. Conto h Tanggal Dikirim Jumlah m 3 Asal Material Metoda Pengambila n Sampel Jumlah Sampel gram Jenis Pengujian 100 Kadar Air 100 Kadar Organik 100 Kadar Lumpur 1000 Gradasi 2000 Bobot Isi Padat 2000 Bobot Isi Gembur 86 100 Penyerapan SSD 100 BJ. SSD 500 Bulking Faktor Tabel 3.2 Pengambilan Sampel Gambar 3.1 Kotak Splitter dan Tumpukan Pasir Gambar 3.2 Pembagian sampel dengan Metode quartering 87 PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

a. Maksud

Pengujian kadar air agregat halus dimaksud untuk menentukan perbandingan berat air terhadap berat kering butir pasir yang dinyatakan dalam prosentase perolehan kadar air. Ada berbagai cara untuk menentukan kadar air, salah satunya ialah dengan mencari kehilangan berat pada agregat akibat pemanasan. Kadar air agregat diperhitungkan sebagai bagian untuk menentukan kebutuhan air dalam suatu pembuatan adukan beton.

B. Peralatan

1. Cawan keramik  12 cm 2. Oven pemanas 3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram 4. Sendok spesi 5. Desicator 6. Sarung tangan asbes

C. Benda Uji

Sampel pasir dalam kondisi alami merupakan tumpukan pasir 88 Gambar 4.1 Tumpukan Agregat Halus

D. Proses Pengujian

1. Sebelum penentuan kadar air agregat halus dilakukan, lihat dan pelajari lembar operasi, pengoperasian timbangan elektronik dan oven pemanas. 2. Ambil sampel pada keadaan aslinya sebanyak lebih kurang 100 gram 3. Berat sampel ditimbang = A gram 4. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 o ± 5 o C sampai berat tetap. 5. Sampel kondisi berat tetap ditimbang = B gram

E. Perhitungan