1,2 82
44 55-90
0,6 62
24 35-59
0,3 40
4 8-30
0,15 15
0-10 Tabel 11.3 Campuran P1 dan P2
E. Perhitungan
Perhitungan dan penentuan zone agregat halus dilakukan seperti contoh yang telah diberikan.
F. Pelaporan
Laporkan dan simpulkan hasil perhitungan dan penentuan zone agregat dan buatlah tabel yang menunjukkan grafik zone agregat halus hasil pengayakan.
121
I. PENGUJIAN BATA MERAH
1. Sifat Fisis Batu Bata
Sifat fisis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata tanpa adanya pemberian beban atau perlakuan apapun. Sifat fisis batu bata Civil Engeneering Materials,
2001, antara lain adalah: 1.
Densitas atau Kerapatan Batu Bata Densitas adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu satuan
volume. Densitas yang disyaratkan untuk digunakan adalah 1,60 grcm3 – 2,00 grcm3. Persamaan yang digunakan dalam menghitung densitas atau
kerapatan batu bata adalah : D density = BeratKering
Volume grcm3 1
2. Warna Batu Bata
Warna batu bata tergantung pada warna bahan dasar tanah, jenis campuran bahan tambahan kalau ada dan proses berlangsungnya pembakaran. Standar warna batu
bata adalah orange kecoklatan.
3. Dimensi atau Ukuran Batu Bata
122
Dimensi batu bata yang disyaratkan untuk memenuhi hal diatas adalah batu bata harus memiliki ukuran panjang maksimal 16 in 40 cm, lebar berkisar antara 3 in –
12 in 7,50 cm – 30,0 cm dan tebal berkisar antara 2 in – 8 in 5 cm – 20 cm.
4. Tekstur dan Bentuk Batu Bata
Bentuk batu bata berupa balok dengan ukuran panjang, lebar, tebal yang telah ditetapkan. Permukaan batu bata relatif datar dan kesat tapi tak jarang berukuran
tidak beraturan.
5. Sifat Mekanis Batu Bata
Sifat mekanis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata jika dibebani atau dipengaruhi dengan perlakuan tertentu. Sifat teknis batu bata Civil Engeneering
Materials, 2001, antara lain adalah :
1. Kuat Tekan Batu Bata
Kuat tekan batu bata adalah kekuatan tekan maksimum batu bata per satuan luas permukaan yang dibebani. Standar kuat tekan batu bata yang
disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah sebesar 10,40 MPa. Persamaan yang digunakan dalam menghitung kuat tekan batu bata :
C = WA lbin2 dimana C adalah kuat tekan sampel lbfin2, W adalah beban maksimum
lbf dan A adalah luas rata-rata sampel yang di uji in2. 2.
Modulus of Rupture Batu Bata Modulus of rupture adalah modulus kegagalan dari batu bata akibat diberi
beban maksimum. Standar modulus of rupture batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03
adalah sebesar 3,50 MPa. Persamaan yang digunakan dalam menghitung modulus of rupture batu bata adalah:
S = 1.50W lbd lbin2
123
dimana S adalah modulus of rupture lbin2, W adalah beban maksimum lbf, l adalah jarak antara pendukung in, b adalah lebar sampelnin dan d
adalah tebal sampel in. 3.
Penyerapan absorbtion Batu Bata Penyerapan absorbtion adalah kemampuan maksimum batu bata untuk
menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal dengan batu bata yang jenuh air. Standar penyerapan absorbtion batu bata yang disyaratkan oleh
ASTM C 67-03 adalah masing-masing maksimum 13 dan 17 . Persamaan yang digunakan dalam menghitung penyerapan absorbtion batu
bata adalah : a. Cold Water Absorption
penyerapan = 100 Ws WdWd dimana Wd adalah berat kering sampel N dan Ws adalah berat jenuh
sampel setelah direndam dalam air dingin N. b. Boiling Water Absorption
penyerapan = 100 Wb WdWd dimana Wd adalah berat kering sampel N dan Wb adalah berat jenuh
sampel setelah direndam dalam air mendidih N. c.
Koefisien Kejenuhan Koefisien kejenuhan adalah perbandingan antara cold water absorption
dengan boiling water absorption. Persamaannya adalah : Sc = Ws- WdWb- Wd
4. Initial Rate of Suction IRS dari Batu Bata
Initial Rate of Suction IRS adalah kemampuan dari batu bata dalam menyerap air pertama kali dalam satu menit pertama. Hal ini sangat berguna
pada saat penentuan kadar air untuk mortar. Standar initial rate of suction IRS batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah minimum 30
grmnt30 in2. Persamaan yang digunakan dalam menghitung initial rate of suction IRS batu bata adalah :
124
IRS = m1 – m2 K 7 dimana IRS adalah initial rate of suction, m1 adalah massa setelah direndam
di air N dan m2 adalah massa kering N. Karena IRS memiliki satuan grmnt30 in2 atau grmnt193,55 cm2, maka
harus dikalikan dengan suatu faktor, yaitu : K = 30Luas Area atau K = 193,55Luas Area
5. Kuat Tekan Pasangan Batu Bata Compressive Strength of Brick Prism
Kuat tekan pasangan batu bata compressive strength of brick prism adalah kemampuan maksimum dari pekerjaan pasangan batu bata dengan mortar.
Standar prosedur percobaan kuat tekan pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM C 1314-03, adalah sebagai berikut :
fc = Pu+ Wb h MPa atau Psi dimana fc’ adalah kuat tekan dinding pasangan batu bata MPa atau Psi, Pu
adalah beban uji maksimum N atau lbf, W adalah massa alat bantu N atau lbf, b adalah
lebar benda uji mm atau in dan h adalah tinggi benda uji mm atau in 6.
Pemeriksaan Kegagalan Ikatan Pasangan Batu Bata Bond Flexure of Brick Prism Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan batu bata bond flexure of
brick prism adalah kemampuan menerima beban maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata. Standar prosedur percobaan kegagalan ikatan
pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM E 518-03. Pemeriksaan kegagalan ikatan pasangan batu bata akan menghasilkan nilai modulus of
rupture. Secara matematis dapat dihitung dengan rumus berikut : R = P+ 0,75Pslb d2 MPa atau Psi
dimana R adalah modulus of rupture MPa atau Psi, P adalah beban maksimum ditunjukkan mesin tes N atau lbf, Ps adalah berat contohN atau
lbf, l adalah panjang bentang mm atau in, b adalah Lebar rata-rata contoh mm atau in, d adalah tebal rata-rata contoh mm atau in.
7. Pemeriksaan Kuat Lentur Pasangan Batu Bata
125
Pemeriksaan kuat lentur pasangan batu bata adalah kemampuan menerima beban lentur maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata.
fl = Pu+ Wlb d2 MPa atau Psi dimana fl adalah kuat lentur dinding pasangan batu bata MPa atau Psi, Pu
adalah beban uji maksimum yang ditunjukkan mesin tes N atau lbf, W adalah massa alat bantu N atau lbf, b adalah lebar benda uji mm atau in
dan d adalah Tinggi benda uji, satuannya mm in 8.
Pemeriksaan Kuat Geser Pasangan Batu Bata Shear Strength of Brick and Mortar Pemeriksaan kuat geser pasangan batu bata shear strength of brick
and mortar adalah kemampuan menerima beban geser maksimum dari ikatan antara mortar dan batu bata.
Standar prosedur percobaan pemeriksaan kuat geser pasangan batu bata yang disyaratkan oleh ASTM E 519-02. Persamaan yang digunakan dalam
menghitung kuat geser pasangan batu bata adalah: fvh = uP +W2b h MPa atau Psi
dimana fvh adalah kuat geser horizontal dinding pasangan batu bata MPa atau Psi, Pu adalah beban uji maksimum yang ditunjukkan mesin tes N atau
lbf, W adalah massa alat bantu N atau lbf, h adalah panjang bidang geser mm atau in dan b adalah lebar batu bata mm atau in.
II. Persyaratan Batu Bata
Pada umumnya standar mutu batu bata sebagai bahan bangunan yang harus dipenuhi adalah : SII-0021-78 : PUBI – 1982 dan NI – 10 -1978 adalah
sebagai berikut : a. warna
Warna pada penampang belahan patahan merata dan dinyatakan denganwarna merah tua, merah muda kekuning kuningan, kemerah
merahan, dan sebagainya. b. bentuk
126
Bentuk bidang-bidang sisinya harus datar,rusuk-rusuknya tajam dan siku, permukaan rata dan tidak retak.
c. Ukuran Ukuran standar menurut SII – 0021 – 78 dan SKSNI S-04-1989-F dapat
dilihat pada tabel 1 berikut:
Untuk Penyimpangan ukuran maksimum yang diperbolehkan dapat dilihat pada tabel 2.
Ukuran standar kuat tekan batu bata menurut SII-0021-78 dan SKSNI S-04- 1989-F dapat dilihat pada table 3 berikut:
127
d. Kadar Garam Menurut SNI-10-78 Pasal 6 Ayat 6.2.5.standar kadar garam batu bata adalah
sebagai berikut :
- Tidak membahayakan bila kurang dari 50 permukaan bata tertutup oleh
lapisan tipis berwarna putih karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut.
- Ada Kemungkinan membahayakan bila 50 atau lebih dari permukaan
bata tertutup oleh lapisan putih yang agak tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut, tetapi bagian-bagian dari permukaan bata
tidak menjadi bubuk ataupun terlepas.
- Membahayakan bila lebih dari 50 permukaan bata tertutup oleh lapisan
putih yang tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut dan bagian-bagian dari dari permukaan bata menjadi bubuk atau terlepas.
e. Penyerapan air dan Bobot isi
Dalam menetukan daya serap air dan bobot isi digunakan standar NI-10-78 Pasal 6.2.4.dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Penyerapan air = b-aa x 100 Bobot isi = ab-c x kg dm3
Dimana : a = berat kering tetap b = berat setelah direndam selama 24 jam
c = berat dalam air
128
Harga rata-rata dihitung dari 10 benda uji yang dilakukan, bila penyerapan airnya kurang dari 20 dan bobot isi antara 1,8 dan 2,8 kg dm3 bata
tersebut dianggap baik
B . B a t a C e t a k 1 . S y a r a t d a n m u t u
a . P a n d a n g a n l u a r
Bidang permukaannya harus tidak cacat. Bentuk permukaan lain yang didesain, diperbolehkan. Rusuk-rusuknya siku satu terhadap yang lain, dan sudut rusuknya
tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan jari tangan.
b . U k u r a n d a n t o l e r a n s i
Ukuran bata beton harus sesuai dengan tabel I.
c . S y a r a t F i s i s
Bata beton harus memenuhi syarat-syarat fisis sesuai dengan tabel II.
129
Kuat tekan bruto - adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda coba pecah, dibagi
dengan luas ukuran nyata dari bata termasuk luas lubang serta cekungan tepi.
2 . C a r a p e n g a m b i l a n c o n t o h
a. Contoh uji yang diambil harus terdiri dari satuan yang utuh. b. Contoh uji diambil secara acak dari suatu kelompoktanding yang sama, dengan jumlah
contoh uji seperti tercantum dalam tabel III
c. Penyerahan contoh untuk diuji harus memenuhi keadaan sebagai berikut : 1 Contoh harus dalam keadaan seperti pada saat pengambilan contoh tidak boleh rusak.
2 Disertai risalah pengambilan contoh, yang mencakup : cara pengambilan contoh, jumlah kelompoktanding, jumlah contoh, nama petugas pengambilan contoh dan
keterangan lain yang dianggap perlu.
3 . C a r a u j i
a . P e n g u k u r a n b e n d a u j i
130
Untuk mengetahui ukuran contoh, dipakai 5 lima buah benda uji yang utuh. Sebagai alat pengukur dipakai kalipermistar sorong yang dapat mengukur teliti sampai
1 mm, setiap pengukuran panjang, lebar, tebal bata atau tebal dinding bata berlubang, dilakukan paling sedikit 3 kali pada tempat yang berbeda-beda, kemudian
dihitung harga rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut. Harga pengukuran dari 5 lima buah benda uji, dilaporkan mengenai ukuran rata-rata dan penyimpangannya.
b . P e n g u j i a n k u a t t e k a n
Untuk pengujian kuat tekan dipakai 5 lima buah benda uji tersebut dalam tabel
1 Meratakanmenerap bidang tekan Bahan penerapan dibuat dari adukan 1 satu bagian semen portland
ditambah 1 atau 2 satu atau dua bagian pasir halus tembus ayakan 0,3 mm. Pemakaian bahan penerap lain, diperbolehkan asalkan kekuatannya sama
atau lebih tinggi dari kuat tekan batanya. Bidang tekan benda uji 2 bagian diterap dengan aduk semen sedemikian rupa sehingga terdapat bidang yang
rata dan sejajar satu dengan lainnya.Tebal lapisan peratapenerap kurang lebih 3 mm. Benda coba ditentukan kuat tekannya apabila pengerasan
lapisan penerap sedikitnya telah berumur 3 hari. 2 Penentuan kuat tekan
Arab tekanan pada bidang tekan benda uji disesuaikan dengan arah tekanan beban didalam pemakaian.Benda uji yang telah siap,
ditentukan kuat tekannya dengan mesin tekan yang dapat diatur kecepatan penekanannya.Kecepatan penekanan dari mulai pemberian badan
sampai benda uji hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih dari 2 menit.Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum
pada waktu benda uji hancur, dengan luas bidang tekan bruto, dinyatakan dalam kgcm2. Kuat tekan tadi dilaporkan masing-masing untuk
setiap benda uji dan juga nilai rata-rata dari 5 lima benda uji. c .
P e n g u k u r a n l u b a n g 1
Pengukuran luas lubang
131
Untuk lobang atau cekungan tepi yang berbentuk segi empat atau segi banyak dan atau lingkaran beraturan, pengukuran penampang lubang pada permukaan
bata dapat dilakukan dengan alat pengukur, kaliper mistar sorong, jangka kaki atau mistar, sampai ketelitian 1 mm. Apabila bentuk lubangnya
tidak beraturan, pengukuran dapat dilakukan dengan membuat gambaran bentuk lobang itu pada kertas, kemudian pengukuran luas dilakukan
dengan alat pengukur luas planimeter.Jumlah luas dari seluruh lubang dihitung dalam persen terhadap luas bruto dari bidang bata yang berlubang itu.
2 Pengukuran volume lobang
Bahan bantu : Pasir bersih dengan susunan butir tertentu dapat dibuat sekehendak
asal susunan butirnya tetap yang kering pada suhu 105 °C. Tekanan berat volume dari pasir ini dengan cara pengisian gembur
tidak di-kocokdipadatkan. Caranya :
Pergunakan bejana yang berisi pasir kering untuk mengisikan pasir itu ke dalam lubang bata yang akan diukur.
Isi lubang-lubang bata itu dengan pasir secara hati-hati, dengan menuangkan pasir dari bejana, seperti menuangkan air ke dalam
lobang itu, sampai penuh.Setelah penuh, ratakan permukaan pasir itu, serata permukaan bata.Kemudian bersihkan dengan sikat halus, bila
kemungkinan ada butiran pasir yang tertinggal atau melekat pada permukaan bata di luar garis batas lubangnya.Tumpahkan pasir yang ada di
dalam lubang itu, dengan menampungnya di atas wadah, dan jangan sampai ada pasir yang tercecer.Timbang berat pasir yang mengisi
lubang tadi. Lakukan cara ini 3 kali berturut-turut dan hitung berat rata-ratanya dari
3 kali pengukuran sehingga dapat diketahui berat pasir yang diperlukan untuk mengisi lobang A. Kemudian tentukan terpisah berat 1 satu dm3 pasir
132
tadi dalam keadaan gembur B.Volume lobang A B dm3 . Hitung volume ini terhadap volume bruto batanya, dalam persen
Lakukanlah penentuan ini terhadap paling sedikit 3 tiga benda uji. d.
Penyerapan air. Untuk pengujian penyerapan air, dipakai 5 lima buah benda uji dalam keadaan utuh
dengan peralatan sebagai berikut : 1
Timbangan yang dapat menimbang teliti sampai 0,5 dari berat contoh uji.
2 Dapur pengering yang dapat mencapai suhu 105 ± 5 °C. Benda uji seutuhnya
direndam dalam air bersih yang bersuhu ruangan, selama 24 dua puluh empat jam. Kemudian benda uji diangkat dari rendaman, dan air sisanya dibiarkan
meniris kurang lebih 1 satu menit, lalu permukaan bidang benda uji diseka dengan kain lembab, agar air yang berkelebihan yang masih melekat
dibidang permukaan benda uji terserap kain lembab itu. Benda uji kemudian ditimbang A. Setelah itu benda uji dikeringkan di dalam dapur
pengering pada suhu 105 ± 5 °C, sampai beratnya pada 2 dua kali penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,2 dari penimbangnya yang
terdahulu B. Selisih penimbangan dalam keadaan basah A dan dalam keadaan kering B adalah jumlah penyerapan air, dan harus dihitung
berdasarkan persen berat benda uji kering. Penyerapan air = A – B B x 100
Laporkan hasil rata-rata dari lima buah benda uji.
4 . S y a r a t l u l u s u j i
a. Kelompok dinyatakan lulus uji apabila contoh uji memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam butir 4.
b. Apabila salah satu syarat tidak dipenuhi, dapat dilakukan uji ulang terhadap contoh kedua yang diambil dari kelompoktanding yang sama.
c. Apabila hasil uji ulang, contoh memenuhi semua syarat yang ditentukan, kelompoktanding dinyatakan lulus uji
133
Bab 5 MELAKUKAN PENGUKURAN DAN PENENTUAN TITIK DUGA
BANGUNAN GEDUNG ATAU BANGUNAN AIR BERDASARKAN GAMBAR DENAH
A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran pengukuran
dan penentuan titik duga siswa mampu:
Melalui pembelajaran materi pengukuran dan penentuan titik duga, siswa memperoleh
pengalaman belajar: Perencanaan pengukuran, pelaksanaan
pengukuran, penggambaran pengukuran .
134
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
Melakukan pengukuran dan penentuan titik duga
bangunan gedung atau bangunan air berdasarkan
gambar denah.
B. PETA KONSEP
135
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Melakukan Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan
Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan uitzetmerupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan
menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai
dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok
bangunan yang diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran.
136
Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan
menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap
langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.
2. Membuat BidangDatar
Untuk membuat bidang datar ”waterpas” pada pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar dan luas dapat digunakan
pesawat waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran kecil seperti rumah tinggal, cukup menggunakan alat bantu sederhana
berupa slang plastik yang diisi dengan air hingga dua permukaan air dalam slang plastik membentuk bidang datar.
Gambar III-1, Membuat Bidang Waterpass dengan Slang Plastik Gambar III-1, membuat bidang waterpass dengan slang plastik untuk
bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat datar sederhana berupa slang plastik yang diisi air hasilnya cukup akurat, namun untuk
bangunan yang berukuran besar, alat bantu tersebut kurang akurat hasilnya. Hal tersebut disebabkan ukuran panjang slang plastik yang
terbatas, sehingga dapat mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran kurang akurat.
3. MembuatGarisSiku-siku
Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil pythagoras, yaitu perbandingan sisi miring BC
137
dengan sisi datar AC dan sisi tegak AB dengan angka perbandingan
AC : AB : BC = 3 : 4 : 5. Gambar III-2, Membuat Garis Siku-siku
Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut.
a. Menarik garis dari titik B sejajar dengan AC BD. b.
b. Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB CD.
c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik
D, dan akan membentuk bidang segi empat.
d. Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD.
e. Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama panjang,
maka garis yang menghubungkan titik CAB belum membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak
diagonal BC dengan AD sama panjang.
138
Bab 6 MELAKUKAN PEMASANGAN PAPAN DUGA BOWPLANK PADA PEKERJAAN
KONSTRUKASI GEDUNG ATAU BANGUNAN AIR
A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar
Pengalaman Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran pemasangan
Melalui pembelajaran pemasangan papan duga siswa memperoleh pengalaman belajar:
139
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
Papan duga siswa mampu:
Melakukan pemasangan papan duga bouwplank
pada pekerjaan konstruksi gedung atau bangunan air.
Perencanaan pemasangan papan duga, pemasangan papan duga, pemeriksaan hasil
pemasangan papan duga, penggambaran pemasangan papan duga bouwplank.
B. PETA KONSEP
140
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN PAPAN DUGA BOUWPLANK
Papan duga pekerjaan pasangan batu Bouwplank
adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan.
Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang
datar.
141
2. PEMASANGAN PAPAN DUGABOUWPLANK
Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan perencanaan, dalam pemasangan papan duga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
Berjarak cukup dari rencana galihan.
Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.
Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang horizontal dengan
papan bangunan bouwplank yang lain.
Letak kedudukan papan bangunan harus seragam diusahakan menghadap ke dalam bangunan.
Garis benang bouwplank merupakan as garistengah dari pada pondasi dan
dinding batu bata. Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan
bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada
lokasi sudut atau pertemuan bangunan Gambar 6.1danGambar 6.2
Gambar 6.1Pemasangan bouwplank di sudutpertemuan dinding
142
Gambar 6.2Pemasangan bouwplank disekeliling bangunan
Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi
untuk menarik benang sebagai sumbu tembok. Untuk menghindarkan kesalahan yang disebabkan letak nyapaku, pada
kedudukan paku
diberi tanda panah dengan catmeni.Bidang atas bouwplank harus diketam rata
agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar bidang waterpas.Bidang atas papan bangunan biasanya dipasang pada
kedudukan ± 0,00 sebagai duga lantai. Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku, karena halter sebut sebagai acuan
untuk kesikuan pertemuan dinding Gambar6.3.
Gambar 6.3Pemberiantandapadabouwplank
Sambunganpapanbouwplakdiusahakanterletakpadasumbupatok,
143
Sehingga jarak patok harus memperhitung kanterhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagaibouwplank. Bila sambungan papan bouwplank
terletak di antara patok, maka sambungan papan harus harus menggunakan klem Gambar 6.4danGambar 6.5.
Gambar 6.3 Sambungan papan pada patok
Gambar 6.3 Sambunganpapandiantarapatok
Dalam pemeriksaan hasil pemasangan papan duga bouwplank dapat digunakan alat waterpas, selang berisi air, dan theodolit.
144
3. CARA MELAKSANAKAN PEKERJAAN PENGUKURANDAN PAPAN
DUGABOUWPLANK
Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan
tarikan benang garis BA sebagai dasar pengukuran bangunan.
Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis BA dengan menggunakan
perbandingan dalil pythagoras 3 : 4 : 5.
Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-patok menurut garis EFdanGH.
Pada tiap-tiap patok beritanda letaknya titik duga ± 0,00 dengan
membuat bidang datar pada setiap patok.
Pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga tersebut.
Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan beri tanda dengan cat atau meni.
145
Bab 7 MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN DAN BIAYA PASANGAN
KONSTRUKSI BATU BERDASARKAN DAFTAR ANALISIS
A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar
Pengalaman Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran kebutuhan
bahan dan biaya kerja siswa Melalui pembelajaran materi kebutuhan bahan
dan biaya, siswa memperoleh pengalaman belajar:
146
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
mampu:
Menghitung kebutuhan bahan dan biaya pasangan
konstruksi batu berdasarkan daftar analisis
Perhitungan volume pekerjaan, Analisis biaya bahan dan pekerja, Schedule pekerjaan
konstruksi batu.
B. PETA KONSEP
147
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN
Perhitungan volume pekerjaan adalah pehitungan banyaknya suatu volume pekerjaan dalam satu kesatuan yang nantinya akan dikerjakankan di
lapangan. Berikut diberikan beberapa contoh sebagai berikut:
a. Volume pekerjaan pondasi batu kali = 60 m3., mempunyai pengertian
bahwa, volume pekerjaan pondasi dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x lluas penampang yang sama.
148
b. Volume pekerjaan atap = 124 m2., mempunyai pengertian bahwa,
volume pekerjaan atap dihitung berdasarkan luas, yaitu luas bidang atap yang dapat bebbentuk segitiga, persegipanjang, trapesium dan
lain-lain. c.
Volume pekerjaan lisplank = 27 m, volume pekerjaan lisplank dihitung berdasarkan panjang , atau pekerjaan lisplank dapat juga dihitung
berdasarkan luas. d.
Volume pekerjaan besi = 258 kg., volume pekerjaan besi dihitung berdasarkan berat dari besi, yaitu jumlah panjang tulangan dikalikan
dengan berat jenis besi yang bersangkutan. e.
Volume pekerjaan kunci tanam = 15 buah, volume pekrjaanberdsarkan banyaknya kunci dan lain-lain.
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa satuan masing-masing volume pekerjaan berbeda, volume pekerjaan pondasi 60 m3, volume pekerjaan atap
124 m2, volume pekerjaan lisplank 27 m, volume pekerjaan besi 258 kg dan volume pekerjaan kunci tanam 15 buah, ini menunjukkan bahwa volume
tersebut bukanlah volume dalam arti sesungguhnya melainkan volume dalam satuan, kecuali volume pekerjaan pondasi yang merupakan volume
sesungguhnya. Volume pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan pada gambar bestek dari
bangunan yang akan dibuat. Semua bagian elemen konstruksi yang ada pada gambar bestek harus dihitung secara lengkap dan teliti untuk
mendapatkan perhitungan volume pekerjaan secara akurat dan lengkap.
Membaca Gambar Bestek Gambar-gambar Bestek itu kita perhatikan dan teliti benar-benar
ukurannya.Kita mulai menghitung volume tiap pekerjaan sesuai dengan susunan pekerjaan. Untuk mendapatkan perhitungan volume pekerjaan yang
teliti dan lengkap yang harus diperhatikan adalah:
Denah
149
Yang diperhatikan adalah ukuran-ukuran panjang dan lebarnya, bentuk dari masing – masing bagian gambar denah secara teliti dan
mendetail.
Penampang- Penampang Potongan-Potongan Yang diperhatikan adalah ukuran-ukuran panjang dan lebarnya, bentuk
penampang dan ukurannya dan tinggi dari masing – masing detail penampangpotongan secara teliti dan mendetail.
Pandangan-pandangan
Yang diperhatikan adalah bidang-bidang mana yang terletak dimuka dan dibelakang serta penjelasan keadaannya secara teliti dan
mendetail.
Gambar-gambar rencana dan penjelasan detail Dari gambar rencana ini dan penjelasan detai kita dapat membaca
rencana dari elemenbagian konstruksi, kelengkapan dan ukuran- ukuran dengan lebih detail dan jelas sehingga dapat kemudahan
tingkat pengerjaannya.
Gambar situasi Untuk menjelaskan menunjukkan keadaan sekitar tempat dimana
bangunan tersebut.Setelah segala sesuatunya sudah ada dan lengkap namun ada sesuatu yang kurang jelas belum bisa dimengerti
misalnya bahan yang digunakan, kualitas bahannya, mungkin bagaimana cara mendapatkan bahan bahan produk luar negeri,
maka perlu ditanyakan kejelasannya pada saat diadakan aanwijzing kepada direksi. Bila segala sesuatunya sudah jelas maka
kita menghitung jumlah dan volume pekerjaan.
Uraian Volume Pekerjaan Sebelum menghitung volume masing-masing pekerjaan, lebih dahulu
harus membaca gambar bestek berikut gambar – gambar detail penjelasannya. Penguasaan dalam membaca gambar bestek dan
150
gambar penjelasan akan sangat mempengaruhi tingkat ketelitian dalam menghitung volume masing-masing pekerjaan.
Tahapan yang perlu dilakukan dalam menghitung volume pekerjaan adalah antara lain menguraikan masing-masing volume pekerjaan
uraian volume pekerjaan dan dari uraian tersebut masing-masing harus dihitung volume pekerjaan.
Yang dimaksud dengan uraian volume pekerjaan adalah menguraikan secara rinci besar volume suatu pekerjaan.Menguraikan, berarti
menghitung besar volume masing-masing pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan gambar detail.Penyusunan uraian volume
pekerjaan tersebut diurutkan berdasarkan urutan kronologis pelaksanaan pekerjaan.Volume pekerjaan disusun sedemikian rupa
secara sistematis dengan lajur-lajur tabelaris, dengan sistem pengelompokan mulai dari I. PEKERJAAN PONDASI sampai X.
PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR.
2. ANALISIS BIAYA BAHAN DAN PEKERJA
Analisis biaya dan pekerja adalah salah satu item dari analisis harga satuan pekerjaan HSP.Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan dalam
suatu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar
yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah. Harga satuan pekerjaan akan berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain, hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan harga pasaran bahan dan hargaupah tenaga kerja yang berlaku di setiap daerah.
Contoh menghitung analisis biaya dan pekerja dengan menggunakan analisis BOW. Harga satuan pekerjaan akan mencakup harga satuan bahan dan
harga satuan upah lihat Gambar dibawah. Misalnya untuk jenis pekerjaan pasangan batu kali dengan campuran 1 : 4 1 PC :4 Pasir
menggunakan analisis G 32 h G 19 untuk bahan dan G 31 a untuk upah:
151
Analisis G 32 h, bahan diperlukan agar memperoleh 1 m
3
campuran pasangan 1 : 4 diperlukan : 1,2 m
3
batu kali, 0,958 tong PC 1 tong = 170 kg = 4,0715 zak, dan 0,522 m3 pasir
Analisis G 31 a, upah diperlukan untuk memperoleh 1 m
3
campuran diperlukan upah: 1,2 tukang batu, 0,12 kepala tukang, 3,6 pckerja,
dan 0,18 mandor.
Contoh 1:
Hitunglah harga satuan pekerjaan pasangan batu kali dengan campuran 1 PC dan 4pasir, jika diketahui :
Harga Material : Batu kali
= Rp 40.000,00m
3
Pasir = Rp35.000,00m
3
Semen PC = Rp25.000,00zak
Harga Upah : Tukang Batu
= Rp 30.000,00hari Kepala tukang
= Rp 40.000,00hari Pekerja
= Rp20.000,00hari Mandor
= Rp 35.000,00hari
152
Perhitungan :
Harga satuan bahan : 1.2 m
3
batu kali = 1,2 x Rp 40.000,00 = Rp 48.000,00
4,0715 zak PC = 4,0715 X Rp 25.000,00 = Rp101.787,50 0,522 m
3
pasir = 0,522 x Rp 35.000,00 = Rp18.270,00
+ Jumlah
= Rp168.057,50
Harga Satuan Upah : 1,2 tukang batu = 1,2 x Rp. 30.000,- =
Rp. 36.000,00 0,12 kepala tukang = 0,12 x Rp.40.000,-
= Rp. 4.000,00 3,6 pekerja = 3,6 x Rp. 20.000,-
= Rp. 72.000,00 0,18 mandor
= 0,18 x Rp. 35.000,00 = Rp. 6.300,00
+ Jumlah
= Rp. 118.300,00 Maka harga satuan pekerjaan pasangan batu = Rp. 168.057,50 + Rp. 118.300,00
= Rp. 286.357,50
Contoh 2:
Hitunglah harga satuan untuk pekerjaan kuda-kuda kayu, jika diketahui harga kayu Rp. 800.000,00m
3
dan harga-harga upah tenaga sama seperti pada contoh 1.
Perhitungan:
Harga satuan bahan : 1,1 m
3
10 hilang dalam pengerjaan= 1,1 x Rp 800.000,- = Rp 880.000,- Harga satuan upah F23:
36 tukang kayu =36xRp 30.000,-
= Rp 1.080.000,00 3,6 kepala tukang
= 3,6 x Rp 40.000,- = Rp 144.000,00
12 pekerja = 12 xRp 20.000,00
= Rp 240.000,00 0,6 mandor = 0,6 x Rp 35.000,00
= Rp 21.000,00
J u m l ah = Rp 1.485.000,00
153
Yang dihitung hanya 34 nya = 34 x Rp 1.485.000,- = Rp 1.113.750,- Maka harga satuan pekerjaan kuda-kuda kayu = Rp 880.000,00 + Rp
1.113.750,00 = Rp 1.993.750,00
3. SCHEDULE PEKERJAAN KONSTRUKSI BATU
Schedule pekerjaan konstruksi batu adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi batu secara keseluruhan adalah rentang
waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi batu. Schedule pada sebuah proyek konstruksi batu dapat dibuat dalam bentuk:
Kurva S
Bar chart
Network planning
Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan, atau waktu
tertentu.
Pembuatan schedule dengan batuan software seperti ms. Project Tujuan atau manfaat pembuatan schedule time schedule pada sebuah
proyek pekerjaan konstruksi batu antara lain:
Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
Pedoman waktu yang dibutuhkan untuk pendatangan material yang
sesuai dengan item pekerjaan yang dilaksanakan.
Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja.
Time schedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek.
Sebagai tolak ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.
Time schedule sebagai acuan untuk memuali dan mengakhiri semuah
kontrak kerja konstruksi.
Sebagai pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
154
Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas
keterlambatan proyek atau bonus atas percepatan proyek.
Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi. Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang
baik dibutuhkan:
Gambar kerja proyek.
Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek.
Bill of Quantity BQ atau daftar volume pekerjaan.
Data lokasi proyek berada.
Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang
harus didatangkan ke lokasi proyek.
Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
Data jenis transportasi yang dapat digunakan di sekitar lokasi proyek.
Metode kerja yang digunakan untuk menyelesaikan masing-masing
item pekerjaan.
Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan,
tenggang waktu pembayaran progress, dll.
Kurva S
Kurva S kali ini adalah
sebuah Jadwal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk tabel dan bagan menyerupai huruf S.
155
Kenapa menyerupai huruf S?karena kurva S yang baik adalah pelan disaat awal pekerjaan kemudian cepat di tengah dan santai lagi di akhir jadwal.
Bentuk grafik ini perlu dibuat sebaik mungkin karena akan mempengaruhi arus keuangan proyek dan Penjadwalan pendatangan
material serta hal-hal
penting lainya.Contoh dan cara memuat kurva S dapat dijelaskan sebagai berikut:
Suatu pekerjaan pondasi dengan rincian harga :
Pekerjaan persiapan Rp.100.000,00
Pekerjaan galian Rp.150.000,00
Pekerjaan lantai kerja Rp.Rp.200.000,00
Pekerjaan Pasir urug Rp.Rp.150.000,00
Pekerjaan pasangan batu kali Rp.400.000,00
Pekerjaan urugan kembali Rp.100.000,00
Total harga seluruh pekerjaan pondasi = Rp.1.100.000,00 Pertama adalah memperkirakan waktu pelaksanaan masing – masing
pekerjaan
Pekerjaan persiapan 6 hari
Pekerjaan galian 2 hari
Pekerjaan lantai kerja 2 hari
Pekerjaan Pasir urug 1 hari
156
Pekerjaan pasangan batu kali 3 hari
Pekerjaan urugan kembali 1 hari
Apabila dijumlahin total harinya 15 hari, tetapi dalam membuat kurva S, ada item pekerjaan yang bisa dilaksanakan bersamaan, selanjutnya menghitung
bobot masing – masing pekerjaan, dengan rumus : Harga pekerjaanharga total pekerjaanx100
Misal bobot pekerjaan persiapan =Rp 100.000,00Rp.1.100.000,00x100 = 9.09, begitu juga dengan item pekerjaan lainya dihitung satu persatu.
Langkah berikutnya adalah membagi bobot pekerjaan dengan durasi kemudian meletakan pada
kolom hari pelaksanaanya contoh pekerjaan
persiapan = 9.09 : 6 = 1.52.kemudian nilainya dimasukkan di dalam tabel dibawah ini.
Berikutnya menggambar kurva S sesuai dengan bilangan presentasi pada setiap baris item pekerjaan huruf merah.
157
Bab 8 MELAKUKAN PEMASANGAN PONDASI
A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetensi Dasar
Pengalaman Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran pemasangan
Melalui pembelajaran materi pemasangan pondasi batu kalibatu, siswa memperoleh
pengalaman belajar:
158
Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
pondasi batu kalibatu siswa mampu:
Melakukan pemasangan pondasi batu kalibatu
gunung dan batu bata berdasarkan gambar
rencana Jenis-jenis pondasi, persyaratan pondasi, teknik
pemasangan pondasi, perencanaan pemasangan pondasi, evaluasi hasil
pemasangan pondasi .
B. PETA KONSEP